(Tambunan Dan Mariska, 2003) .
(Tambunan Dan Mariska, 2003) .
ABSTRACT PENDAHULUAN
The two basic approaches for conservation of plant genetic Plasma nutfah tanaman merupakan modal da-
resources are ex situ and in situ conservation. Cryopreservation sar dalam perakitan varietas unggul. Oleh karena
is a potential method for long term preservation of plant
germplasm. Cryopreservation technique could be used to itu, plasma nutfah perlu disimpan dan dilestarikan.
preserve plant materials with unlimited time (until 20 years) Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan
because it bring the materials to metabolically inactive state secara in situ (di dalam habitat) dan ex situ (di luar
and completely arrest the growth in liquid nitrogen at –196oC. habitat) yang dapat berupa kebun raya, kebun ko-
This method is more efficient in terms of cost, time, space, and leksi, ruang atau penyimpanan benih, dan pelesta-
labour because it does not require frequenlty subculture.
Cryopreservation techniques can be divided in to classical rian secara in vitro (Wattimena et al. 1992).
technique and new techniques. Classical technique can be Teknik pelestarian/penyimpanan secara in
applied to limited species but new techniques can be applied to vitro meliputi (1) penyimpanan jangka pendek (pe-
wide range of species and many types of explant. The success nyimpanan dalam keadaan tumbuh), (2) penyim-
of cryopreservation is not only indicated by the high rate of
survival and regenerated culture, but also on the stability level
panan jangka menengah (penyimpanan dengan me-
of culture after cryopreservation. tode pertumbuhan lambat atau pertumbuhan mini-
mal), dan (3) penyimpanan jangka panjang dengan
Key words: Conservation, in vitro, cryopreservation.
metode kriopreservasi (Mariska et al. 1996).
Penyimpanan secara in vitro terutama diterapkan
ABSTRAK pada tanaman yang mempunyai benih rekalsitran
dan yang berkembang biak secara vegetatif.
Penyimpanan plasma nutfah dapat dilakukan secara ex situ dan Teknik kriopreservasi merupakan teknik pe-
in situ. Teknik kriopreservasi merupakan teknik penyimpanan
jangka panjang. Dalam hal ini, bahan tanaman disimpan di nyimpanan pada suhu yang sangat rendah (-196oC)
dalam nitrogen cair yang mempunyai suhu -196oC. Pada suhu dalam nitrogen cair. Teknik ini potensial dikem-
tersebut, bahan tanaman hampir sama sekali tidak mengalami bangkan untuk penyimpanan plasma nutfah tum-
proses metabolisme sehingga masa penyimpanan menjadi buhan dalam jangka panjang (Bajaj 1979; Withers
tidak terbatas (hingga 20 tahun). Penyimpanan dengan cara
1980; Towill dan Jarret 1992).
tersebut tidak memerlukan tindakan subkultur yang berulang-
ulang sehingga lebih efisien dari segi biaya, waktu, ruang pe- Dengan teknik kriopreservasi, pembelahan sel
nyimpanan, dan tenaga. Teknik kriopreservasi dibedakan atas dan proses metabolisme dalam sel, jaringan, atau
teknik lama dan teknik baru. Teknik lama hanya dapat diterap- organ bahan tanaman yang disimpan dapat dihenti-
kan pada spesies tertentu, sedangkan teknik baru dapat diterap- kan sehingga tidak terjadi modifikasi atau perubah-
kan pada skala spesies yang lebih luas dan jenis eksplan yang
lebih banyak. Keberhasilan teknik kriopreservasi tidak hanya
an dalam waktu yang tidak terbatas (Bhojwani dan
ditunjukkan oleh kemampuan hidup dan regenerasi bahan ta- Razdan 1983; Ashmore 1997). Menurut Grout
naman pasca kriopreservasi tetapi juga ditentukan oleh tingkat (1995), kondisi suhu penyimpanan bahan tanaman
stabilitas genetiknya. dengan teknik kriopreservasi sangat rendah, yaitu
Kata kunci: Penyimpanan, in vitro, kriopreservasi. -160 hingga -180°C (nitrogen fase uap) bahkan
sampai -196°C (nitrogen fase cair).
Plasma nutfah yang disimpan dengan teknik
kriopreservasi berstatus sebagai base collection
(koleksi dasar) dalam bank gen in vitro, sedangkan
PERKEMBANGAN PENELITIAN
Program Nasional Daerah koleksi KRIOPRESERVASI DI INDONESIA
Sumber: Kartha (1985). Teknik kriopreservasi mulai diperkenalkan
Gambar 1. Pemanfaatan kultur in vitro dan kriopreservasi pada tahun 80-an dan dewasa ini sudah berkem-
serta pertukaran plasma nutfah. bang, baik dalam penelitian maupun bank gen.
Penelitian kriopreservasi telah diterapkan pada
tanaman subtropis dan tropis, baik berupa tanaman
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN herbaseus maupun berkayu.
Di Indonesia, penelitian kriopreservasi baru
Setiap teknik penyimpanan mempunyai ke- dimulai pada tahun 1992 (Sudarmonowati 2000).
lebihan dan kekurangan. Pada penyimpanan in vitro Tanaman yang telah berhasil disimpan secara krio-
jangka pendek dan jangka menengah diperlukan tin- preservasi adalah tanaman hutan dan buah-buahan
dakan subkultur yang berulang-ulang sehingga ku- seperti Acacia mangium, Paraserianthes falcataria,
rang efisien dalam hal waktu, tenaga, ruangan, dan Pometia pinnata, Litchi sinensis, Euporia longan,
biaya. Tindakan tersebut juga dapat menyebabkan dan Citrus sinensis dengan tingkat keberhasilan
kultur mengalami kontaminasi dan kehilangan vigo- hidup rendah hingga sedang (15-80%). Teknik krio-
ritas karena kehabisan unsur hara yang terdapat da- preservasi juga telah berhasil diterapkan pada
lam media dan berpeluang terjadinya perubahan ge- tanaman hortikultura dan tanaman pangan seperti
netik akibat penggunaan zat penghambat tumbuh Allium sativum, Glycine max, dan Zea mays dengan
dalam jangka waktu yang relatif lama (Kartha tingkat keberhasilan hidup cukup tinggi (77-90%).
1985). Di Balitbiogen, penelitian kriopreservasi telah
Dengan teknik kriopreservasi, kekurangan diterapkan pada tanaman obat langka Rauvolvia
dari metode penyimpanan in vitro tersebut dapat di- serpentina dengan tingkat keberhasilan hidup 40%
tekan seminimal mungkin karena bahan tanaman (Prasetyorini 1999) dan pada tanaman ubi jalar de-
disimpan dalam ruangan bersuhu sangat rendah. ngan tingkat hidup jaringan hingga 77% tetapi kul-
Pada suhu yang sangat rendah, sel-sel tanaman tur tidak mampu tumbuh atau beregenerasi dan
tidak mempunyai aktivitas metabolik dengan viabi- akhirnya mati (Roostika 2003). Saat ini sedang di-
litas yang tetap terpelihara sehingga bahan tanaman lakukan penelitian kriopreservasi tanaman ubi kayu
dapat disimpan dalam jangka waktu yang sangat (Manihot utilissima). Hasil sementara menunjukkan
lama (hingga 20 tahun) tanpa memerlukan tindakan tingkat keberhasilan hidup kultur dan beregenerasi
subkultur yang berulang-ulang (Kartha 1985). mencapai 50%.