Anda di halaman 1dari 8

KONSERVASI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA

GENETIK KACANG HIJAU


Lukman Hakim

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16111

ABSTRAK
Bank Plasma Nutfah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB Biogen) di Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2006 mengkonservasi 1.024 aksesi plasma nutfah kacang hijau, yang
terdiri atas 142 varietas lokal, 833 varietas introduksi, 32 galur homozigot, dan 17 varietas unggul. Konservasi
plasma nutfah kacang hijau dilakukan dengan dua cara, yaitu penyimpanan jangka pendek pada suhu 1518oC
untuk active collection dan penyimpanan jangka menengah pada suhu -5oC untuk base collection. Hasil karakterisasi
menunjukkan bahwa aksesi plasma nutfah kacang hijau mempunyai keragaman sifat agronomi yang cukup luas,
terutama untuk karakter umur polong masak, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan ukuran biji. Hasil
evaluasi ketahanan terhadap hama dan penyakit memperlihatkan satu aksesi (V4281) tahan terhadap hama lalat
bibit, tiga aksesi tahan penyakit bercak daun, dan enam aksesi tahan atau toleran penyakit embun tepung. Untuk
evaluasi terhadap mutu biji, dua aksesi (VR290 dan VR194) mempunyai kandungan protein tinggi (30%), dan
empat aksesi memiliki ukuran biji besar dan rasa enak (pulen). Plasma nutfah kacang hijau telah memberikan
manfaat nyata dalam program pemuliaan. Beberapa aksesi telah dilepas menjadi varietas unggul baru, dan sejumlah
aksesi telah digunakan sebagai sumber ketahanan dalam program persilangan. Dengan memanfaatkan sumber daya
genetik yang ada, telah dilepas 19 varietas unggul nasional kacang hijau.
Kata kunci: Kacang hijau, sumber daya genetik, konservasi, pemanfaatan

ABSTRACT
Conservation and utilization of mungbean genetic resources

Currently 1,024 mungbean germplasm accessions consisted of 142 local and 833 introduced varieties, 32 promising
lines, and 17 commercial varieties are being maintained in the National Genebank at Indonesian Center for
Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development. The seeds of mungbean germplasm
are preserved in two types of invironment. The active collections are maintained at 15–18 oC as short-term
storage, while the base collections are kept at -5oC as mid-term storage. A wide range of variability was observed for
all the agronomic characters studied, especially for days to maturity, plant height, pods per plant, and seed size.
Germplasm evaluation has identified several resistance sources. One accession (V4281) was resistant to beanflies,
three accessions were resistant to cercospora leaf spot, and six accessions were resistant to powdery mildew. The
variation for protein content of germplasm was not very broad. Two accessions (VR290 and VR194) had the
highest protein content of 30%, respectively. Germplasm evaluation also obtained four accessions which had
largest seed size and good seed quality. Utilization of mungbean genetic resources has made a significant contribution
on mungbean breeding program. Several accessions had been officially released as new cultivars, and a number of
accessions have been used as sources of resistance on hybridization program. Currently 19 commercial mungbean
varieties have been officially released in the country.
Keywords: Mungbean, genetic resources, conservation, utilization

S umber daya genetik (plasma nutfah)


mempunyai peran penting dalam
pembentukan varietas unggul. Ketersedia-
1991). Keragaman genetik dapat diketahui
melalui karakterisasi dan evaluasi. Varietas-
varietas unggul masa kini yang dibentuk
mungkin pada masa yang akan datang
sangat diperlukan sebagai sumber tetua
dalam perakitan varietas unggul baru
an sumber daya genetik sangat diperlukan melalui program pemuliaan atau biotekno- (Tickoo et al. 1987).
dalam pemuliaan tanaman, karena tanpa logi pada dasarnya merupakan rakitan Bank Plasma Nutfah Balai Besar Pe-
ketersediaan sumber daya genetik, prog- plasma nutfah dengan menggunakan nelitian dan Pengembangan Bioteknologi
ram pemuliaan tanaman tidak mungkin benih dari sumber daya genetik yang ada. dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB
dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, sumber daya genetik perlu Biogen) di Bogor, Jawa Barat, pada tahun
Tahap awal dalam program pemuliaan dipelihara dan dilestarikan agar dapat 2006 mengkonservasi 1.024 nomor koleksi
adalah menyediakan sumber daya genetik dimanfaatkan pada saat diperlukan. Gen- (aksesi) kacang hijau, yang terdiri atas 142
dengan keragaman yang luas (Poehlman gen yang pada saat ini belum berguna varietas lokal, 833 varietas introduksi, 32

16 Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008


galur homozigot hasil persilangan dan nasikan pengelolaan plasma nutfah yang SISTEM KONSERVASI
mutasi, serta 17 varietas unggul (Hakim terdapat di semua unit kerja (Puslit, Balit),
2006). Sumber daya genetik yang tersedia 3) membina dan meningkatkan kemampuan Sistem konservasi plasma nutfah kacang
dalam koleksi plasma nutfah tersebut perlu teknis pengelolaan plasma nutfah bagi hijau di BB Biogen dilakukan dengan dua
dikarakterisasi dan dievaluasi sifat-sifat tenaga pengelola, 4) melakukan kerja sama cara penyimpanan, yaitu penyimpanan
kualitatif, kuantitatif, dan sifat penting internasional dalam pengelolaan plasma benih jangka pendek dan penyimpanan
lainnya agar dapat dimanfaatkan dalam nutfah, 5) mengelola plasma nutfah secara benih jangka menengah. Pada penyimpan-
program perbaikan varietas kacang hijau profesional oleh peneliti yang berdedikasi an benih jangka pendek, benih disimpan
(Gill et al. 1975). tinggi, dan 6) menyediakan sarana dan dalam kantong plastik, stoples atau
Keberhasilan program perbaikan prasarana serta fasilitas yang memadai. kantong aluminium lalu ditempatkan dalam
varietas kacang hijau sangat bergantung Mulai tahun 1996, upaya menambah gudang dengan suhu 1518oC dan kelem-
pada keragaman genetik koleksi plasma jumlah koleksi plasma nutfah kacang hijau bapan 50%. Benih yang disimpan adalah
nutfah (Fernandez dan Sundaram 1987). terus dilakukan dengan mengumpulkan benih active collection, yaitu benih yang
Oleh karena itu, sumber daya genetik varietas lokal dari berbagai daerah di sewaktu-waktu diperlukan seperti untuk
kacang hijau yang ada perlu dikonservasi Indonesia, serta melakukan introduksi dari perbanyakan, rejuvenasi (peremajaan),
dengan baik agar selalu tersedia pada saat beberapa pusat penelitian di luar negeri, penelitian (karakterisasi dan evaluasi),
diperlukan. Makalah ini mengulas peman- seperti Asian Vegetable Research and serta keperluan lainnya.
faatan sumber daya genetik kacang hijau Development Center (AVRDC) Taiwan, Penyimpanan benih jangka mene-
dalam perakitan varietas unggul baru. National Bureau of Plant Genetic ngah, 510 tahun, dilakukan dengan
Resources (NBPGR) India, Kasetsart menyimpan benih dalam ruangan dengan
University Thailand, dan Institute of Plant suhu -5oC dan kelembapan 4050%. Benih
Breeding Filipina. Sejak tahun 1997, jumlah yang disimpan adalah benih base collec-
STATUS KONSERVASI koleksi plasma nutfah kacang hijau di Bank tion, yaitu benih stok yang merupakan
Plasma Nutfah BB Biogen bertambah duplikat dari benih koleksi sebagai ca-
Konservasi plasma nutfah kacang hijau menjadi 1.013 aksesi, dan pada tahun 2006 dangan bila benih pada active collection
dimulai sejak tahun 1935 oleh Lembaga jumlahnya mencapai 1.024 aksesi. rusak atau punah.
Pusat Penelitian Pertanian, sekarang Perkembangan jumlah koleksi plasma Di samping kedua cara tersebut,
namanya menjadi Pusat Penelitian dan nutfah kacang hijau di BB Biogen pada untuk menghindari kepunahan benih,
Pengembangan Tanaman Pangan (Puslit- tahun 1972–2006 disajikan pada Tabel 1. secara berkala dilakukan rejuvenasi
bangtan), dengan cara mengumpulkan Pada tahun 1972–1983, jumlah koleksi dengan menanam kembali benih di lapang
varietas lokal dari berbagai daerah di menurun 324 aksesi, dan pada tahun 1983– atau kebun koleksi untuk aksesi-aksesi
Indonesia. Pada tahun 1972, jumlah koleksi 1995 terjadi penurunan sebanyak 1.203 yang daya tumbuhnya menurun. Rejuve-
plasma nutfah kacang hijau mencapai aksesi. Penurunan jumlah koleksi disebab- nasi, selain dimaksudkan untuk menjaga
2.327 nomor koleksi (aksesi), yang meli- kan oleh berbagai faktor, antara lain tidak viabilitas benih, juga untuk memperbarui
puti varietas lokal, introduksi, galur homo- tersedianya gudang penyimpanan benih dan memperbanyak benih dari aksesi-
zigot, dan varietas unggul (Somaatmadja (cold storage) sehingga benih hanya aksesi yang jumlahnya tinggal sedikit.
dan Sutarman 1978). disimpan dalam ruangan terbuka tanpa Pada saat melakukan rejuvenasi sekaligus
Pada tahun 1983, jumlah koleksi plas- pendingin suhu udara, jumlah tenaga dilaksanakan karakterisasi untuk meleng-
ma nutfah kacang hijau yang dikonservasi pengelola terbatas, dan biaya untuk kapi data morfologis atau agronomis yang
Puslitbangtan hanya tinggal 2.003 aksesi pemeliharaan sangat kurang. Akibatnya, belum diamati untuk keperluan data
(Hakim 1998). Ini berarti selama kurun benih koleksi yang daya tumbuhnya paspor.
waktu 11 tahun (1972–1983), 324 aksesi sudah sangat menurun tidak dapat segera Sistem konservasi plasma nutfah
telah hilang atau musnah. Berkurangnya diperbarui (direjuvenasi) sehingga viabi- kacang hijau di BB Biogen telah sesuai
jumlah koleksi disebabkan oleh berbagai litas benih sulit dipertahankan dan benih dengan yang dianjurkan oleh International
faktor, antara lain tidak tersedianya fasilitas banyak yang mati (Hakim dan Sutarman Plant Genetic Resources Institute (IPGRI)
penyimpanan benih (cold storage), biaya 1991). Pakistan mengenai Gene Bank Manage-
pemeliharaan sangat terbatas, serta
kurangnya tenaga dan pengetahuan
pengelola plasma nutfah.
Sejak tahun 1995, sesuai dengan per-
Tabel 1. Perkembangan jumlah koleksi plasma nutfah kacang hijau di Bank
ubahan struktur organisasi Badan Litbang
Plasma Nutfah BB Biogen, 1972–2006.
Pertanian, institusi yang mendapat mandat
untuk mengelola plasma nutfah adalah BB Tahun konservasi Jumlah aksesi Institusi yang menangani
Biogen, yang juga ditetapkan sebagai
1972 2.327 Puslitbang Tanaman Pangan
Bank Plasma Nutfah Nasional. Sumarno 1983 2.003 Puslitbang Tanaman Pangan
(1996) mengemukakan beberapa hal yang 1995 800 BB Biogen
perlu diperhatikan dalam pengelolaan 1997 1.013 BB Biogen
plasma nutfah, adalah: 1) menyusun 2006 1.024 BB Biogen
konsep kebijakan pengelolaan plasma Sumber: Somaatmadja dan Sutarman (1978); Hakim (2006).
nutfah secara nasional, 2) mengkoordi-

Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008 17


ment. Namun, diperlukan penyempurnaan al. (2002), data plasma nutfah kacang hijau KARAKTERISASI DAN
terutama dalam pengelolaan pascapanen yang dikelola mencakup tiga unsur, yaitu EVALUASI
benih sebelum disimpan, seperti peng- data paspor, data kontrol stok benih, dan
ujian kadar air, daya tumbuh, mutu, ke- data hasil evaluasi.
murnian, dan kesehatan benih. Oleh kare- Data paspor dibuat untuk setiap Karakterisasi Sifat Morfologi
na itu, dalam pengelolaan plasma nutfah, nomor koleksi (aksesi). Data ini mencakup
BB Biogen perlu dilengkapi dengan labo- informasi tentang potensi genetik atau Karakterisasi sifat morfologi dan agronomi
ratorium benih serta laboratorium hama sifat-sifat kualitatif, kuantitatif, dan sifat telah dilakukan secara bertahap terhadap
dan penyakit. Sebagai contoh, sistem penting lainnya. Data paspor bermanfaat 1.024 aksesi kacang hijau. Pada tahun 2006
konservasi plasma nutfah di NBPGR India untuk membangun pangkalan data untuk semua aksesi telah selesai dikarakterisasi
dan IPGRI Pakistan, yang merupakan bank mempermudah pengguna mengakses untuk enam karakter morfologi dan 10
plasma nutfah berstandar internasional informasi koleksi plasma nutfah yang karakter agronomi. Karakterisasi sifat
yang dibangun dengan bantuan Japan dikelola. morfologi meliputi warna hipokotil, warna
International Cooperation Agency (JICA), Pengelolaan data kontrol stok benih polong, bentuk polong, warna biji, ukuran
telah menerapkan tiga cara konservasi diperlukan untuk memudahkan mengeta- biji, dan tipe tanaman (Tabel 2). Hasil
(Paroda dan Thomas 1987; National hui jumlah benih yang tersedia untuk karakterisasi menunjukkan bahwa dari
Agricultural Research Centre 2006), yaitu: setiap aksesi, viabilitas atau daya tumbuh 1.024 aksesi plasma nutfah kacang hijau,
1) Penyimpanan benih jangka pendek benih, dan menentukan saat melakukan 673 aksesi mempunyai warna hipokotil
pada suhu 10oC dan kelembapan 50% rejuvenasi benih. Rejuvenasi bertujuan hijau dan 351 aksesi memiliki warna
untuk active collection, yaitu benih untuk mempertahankan viabilitas benih, hipokotil merah.
yang sewaktu-waktu diperlukan untuk dan dilakukan secara berkala terhadap ak- Untuk warna polong, 706 aksesi
keperluan rejuvenasi, perbanyakan, sesi-aksesi yang daya tumbuhnya sudah mempunyai polong berwarna hitam dan
penelitian (karakterisasi dan evaluasi), menurun. Rejuvenasi dilakukan dengan 244 aksesi berpolong coklat. Polong
dan keperluan lainnya. cara menanam kembali benih di lapang atau berbentuk silindris (601 aksesi) atau
2) Penyimpanan benih jangka menengah, kebun koleksi untuk menghasilkan benih gepeng (423 aksesi). Polong yang ber-
5–10 tahun, pada suhu -5 oC dan baru sekaligus untuk memperbarui data. bentuk silindris umumnya lebih mudah
kelembapan 50% untuk base collec- Pengelolaan data mencakup data ka- pecah (shattering) dibanding yang ber-
tion, sebagai cadangan untuk meng- rakterisasi dan evaluasi sifat-sifat spesifik bentuk gepeng.
antisipasi apabila benih pada active untuk keperluan perakitan varietas dan Warna biji aksesi kacang hijau sangat
collection rusak atau punah. atau atas permintaan pemulia. Data ini se- beragam, yaitu 506 aksesi mempunyai biji
3) Penyimpanan benih jangka panjang, lanjutnya dapat dimanfaatkan dalam berwarna hijau mengkilat, 450 aksesi ber-
lebih dari 10 tahun. Pada sistem ini, program perbaikan varietas atau potensi biji hijau kusam, 30 aksesi berbiji kuning,
benih plasma nutfah (base collection) genetik untuk pengembangan budi daya 21 aksesi berbiji coklat, dan 17 aksesi ber-
disimpan dalam gudang dengan suhu tanaman. biji hitam. Hakim dan Sutarman (1996) me-
-16oC hingga -40oC atau dengan sistem
kriopreservasi, yaitu benih disimpan
dalam tabung yang berisi nitrogen cair.
Pengelolaan plasma nutfah di BB
Tabel 2. Jumlah aksesi plasma nutfah kacang hijau berdasarkan karakter
Biogen berbeda dengan di NBPGR India
morfologi.
atau di IPGRI Pakistan, karena BB Biogen
belum dilengkapi dengan fasilitas labo- Karakter Kelompok Jumlah aksesi
ratorium benih, fitopatologi, entomologi,
Warna hipokotil Hijau 673
dan karantina (isolasi). Keberadaan labo- Merah 351
ratorium sangat penting untuk melengkapi
Warna polong Hitam 706
data paspor, karena selain mengandung
Coklat 244
informasi tentang sifat-sifat kualitatif dan Hitam kecoklatan 74
kuantitatif serta sifat penting lainnya dari
Bentuk polong Silindris 601
setiap nomor koleksi, data paspor juga Gepeng 423
perlu dilengkapi dengan informasi daya
Warna biji Hijau mengkilat 506
tumbuh, kadar air, mutu, kesehatan benih,
Hijau kusam 450
dan jumlah benih yang tersedia untuk Kuning 30
setiap aksesi. Informasi ini sangat penting Coklat 21
bagi pengguna plasma nutfah. Hitam 17
Ukuran biji Besar (> 61 g/1.000 biji) 233
Sedang (50–60 g/1.000 biji) 407
Kecil (< 50 g/1.000 biji) 384
PENGELOLAAN DATA
Tipe tanaman Tegak 792
Agak merambat 232
Ketersediaan pangkalan data sangat
penting dalam pengelolaan dan pemanfa- Sumber: Hakim (1998).
atan plasma nutfah. Menurut Mansoor et

18 Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008


laporkan, biji kacang hijau yang berwarna umur berbunga, umur polong masak, tinggi keragaman paling rendah, dengan koe-
hijau kusam rasanya lebih enak dan jika tanaman, jumlah cabang, jumlah polong fisien keragaman masing-masing 11,14%
dibuat bubur lebih tahan basi dibanding per tangkai, jumlah polong per tanaman, dan 13,22% (Tabel 3).
biji berwarna lainnya. Selanjutnya, Somyot panjang polong, jumlah biji per polong, Hasil penelitian terhadap tujuh karak-
dan Charaspon (1990) melaporkan, biji bobot 1.000 biji, dan bobot biji per tanam- ter agronomi pada 566 aksesi kacang hijau
kacang hijau yang berwarna hitam mem- an. Hasil karakterisasi terhadap 1.024 di KP Cikeumeuh pada tahun 2001 dan 458
punyai kandungan protein lebih tinggi aksesi kacang hijau di KP Muara dan aksesi di KP Muara pada tahun 2005 me-
(27%) dibanding biji berwarna hijau (23%). Cikeumeuh, Bogor, pada tahun 19951997 nunjukkan, sebagian besar aksesi memiliki
Kacang hijau berbiji hitam juga sangat menunjukkan bahwa tinggi tanaman, umur umur 3239 hari (328 aksesi), umur polong
cocok dibuat tauge karena kualitasnya polong masak, jumlah polong per tanaman, masak 6875 hari (320 aksesi), tinggi
lebih baik dan rasanya lebih enak daripada dan bobot 1.000 biji (ukuran biji) mem- tanaman 51–60,90 cm (370 aksesi), jumlah
yang berbiji hijau. punyai tingkat keragaman paling tinggi, polong per tanaman 21–25 polong (322
Ukuran biji kacang hijau dapat dengan koefisien keragaman masing- aksesi), panjang polong 9–9,90 cm (294
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berbiji masing 46,16%, 43,51%, 41,73%, dan aksesi), jumlah biji per polong 11–11,90
besar (> 61 g/1.000 biji), sedang (5060 g/ 37,70%. Panjang polong dan jumlah biji (325 aksesi), dan bobot 1.000 biji 55–
1.000 biji), dan kecil (< 50 g/1.000 biji). polong per tangkai mempunyai tingkat 59,90 g (276 aksesi) (Tabel 4).
Hasil karakterisasi menunjukkan 233
aksesi mempunyai biji besar, 407 aksesi
berbiji sedang, dan 384 aksesi berbiji kecil.
Untuk tipe tanaman, 792 aksesi
Tabel 3. Keragaman karakter agronomi 1.024 aksesi plasma nutfah kacang
mempunyai tipe tanaman diterminate
hijau, KP Muara dan Cikeumeuh, Bogor, 1995–1997.
(tegak) dan 232 aksesi memiliki tipe
semiinditerminate (agak merambat). Koefisien keragaman
Karakter Kisaran
Kacang hijau dengan tipe tanaman agak (%)
merambat kurang disukai petani karena Umur berbunga (hari) 3 54 7 18,11
umumnya berumur dalam (> 90 hari), berbiji Umur polong masak (hari) 5 6107 43,51
kecil, dan polong masak tidak serempak Tinggi tanaman (cm) 3 18 7 46,16
(Hakim dan Sutarman 1996). Jumlah cabang 3 1 1 17,28
Jumlah polong per tangkai 8 1 3 13,22
Jumlah polong per tanaman 1 67 8 41,73
Panjang polong (cm) 8 1 2 11,14
Jumlah biji per polong 8 1 4 18,27
Karakterisasi Sifat Agronomi Bobot 1.000 biji (g) 3 47 5 37,70
Bobot biji per tanaman (g) 1 23 8 23,55

Karakterisasi sifat agronomi telah dilaku- Sumber: Hakim (1998).


kan terhadap 10 karakter penting, yaitu

Tabel 4. Frekuensi distribusi beberapa karakter agronomi plasma nutfah kacang hijau, hasil evaluasi di KP Muara dan
Cikeumeuh, Bogor, 2001–2005.

Umur polong Tinggi Panjang Bobot


Umur berbunga Jumlah polong Jumlah biji
masak tanaman polong 1.000 biji
(hari) per tanaman per polong
(hari) (cm) (cm) (g)
C F C F C F C F C F C F C F
2431 12 5259 9 2130,90 37 1115 127 55,90 12 77,90 10 3034,90 46
32–39 328 6067 199 3140,90 194 1620 200 66,90 9 88,90 23 3539,90 74
40–47 262 6875 320 4150,90 90 2125 322 77,90 145 99,90 69 4044,90 95
48–55 192 7683 235 5160,90 370 2630 191 88,90 280 1010,90 102 4549,90 135
56–63 141 8491 151 6170,90 154 3135 102 99,90 294 1111,90 325 5054,90 185
64–71 62 9299 80 7180,90 95 3640 43 1010,90 174 1212,90 230 5559,90 276
72–79 15 100107 30 8190,90 59 4145 27 1111,90 86 1313,90 160 6064,90 118
8087 12 91100,90 2 5 4650 12 1212,90 24 1414,90 82 6569,90 95
1515,90 23
Total 1.024 1.024 1.024 1.024 1.024 1.024 1.024
Rata-rata 44,74 77,25 39,23 30,50 8,35 11,33 49,50
SD 8,09 9,53 12,40 71,05 0,87 1,28 0,61
KK (%) 18,09 12,34 31,60 42,31 14,19 10,39 28,50
C = kelas, F = frekuensi.
Sumber: Hakim dan Jumanta (2005).

Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008 19


Evaluasi Ketahanan terhadap 1994). Pada tahun 2004, 210 aksesi plasma bentuk biji bundar, dan warna biji hijau
Hama dan Penyakit serta nutfah kacang hijau introduksi dari AVRDC kusam (Hakim et al. 1993).
Taiwan telah dievaluasi sifat ketahanan- Dari 1.024 aksesi yang ada, 600 aksesi
Kualitas Biji
nya terhadap penyakit yang sama. Hasil telah dievaluasi kandungan proteinnya.
pengujian di KP Muara, Bogor, pada MK Hasil evaluasi menunjukkan keragaman
Ketahanan terhadap hama 2004 menunjukkan, dua aksesi yaitu kandungan protein antara 23,3030,60%.
VR2773 dan VR4718 bereaksi sangat tahan, Tiga aksesi mempunyai kandungan protein
Hama utama pada kacang hijau adalah lalat dan lima aksesi mempunyai ketahanan cukup tinggi (> 30%), yaitu VR290, VR194,
bibit (Ophiomyia phaseoli), penggerek moderat (Hakim 2007). Hasil yang sama dan VR2768 (Tabel 7). Varietas unggul yang
polong (Maruca testulalis), ulat polong dilaporkan oleh Quebral (1978), bahwa sudah dilepas mempunyai kandungan
(Heliothis armigera), thrips, dan aphis. galur VR2773 dan VR4718 introduksi dari protein berkisar antara 1826% (Suhartina
Evaluasi ketahanan plasma nutfah kacang AVRDC bereaksi tahan terhadap penyakit 2005).
hijau terhadap lalat bibit telah dilakukan embun tepung. Sifat-sifat agronomi geno- Sifat lain yang turut menentukan
di Kebun Percobaan (KP) Muara pada tipe kacang hijau tahan terhadap penyakit mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan
tahun 1985 bekerja sama dengan AVRDC embun tepung tercantum pada Tabel 6. warna biji. Ukuran biji berhubungan erat
Taiwan. Dari 800 aksesi yang dievaluasi, dengan kandungan biji keras. Varietas
satu aksesi V4281 tahan terhadap hama kacang hijau yang berbiji kecil mengan-
lalat bibit (Hakim dan Sutarman 1991). Kualitas biji dung biji keras lebih tinggi daripada
Fernandez dan Sundaram (1987) juga varietas berbiji besar (Imrie dan Sundaram
melaporkan, dari 3.000 aksesi kacang hijau Varietas kacang hijau yang berdaya hasil 1988). Ricardo et al. (1987) melaporkan,
yang dievaluasi, satu aksesi yaitu V4281 tinggi belum tentu memberikan keun- makin besar ukuran biji maka kandungan
dari spesies Vigna radiata dan dua aksesi tungan yang tinggi kepada petani. Selera biji keras makin rendah. Oleh karena itu,
dari spesies liar (Vigna glabrescens) yaitu konsumen atau permintaan pasar terhadap kacang hijau yang berbiji besar dan biji
V1160 dan PI-207653 tahan terhadap hama kualitas tertentu, seperti ukuran dan warna berwarna hijau kusam lebih disenangi
lalat bibit. Dengan demikian, ketiga aksesi biji, turut menentukan harga jual (Ricardo petani karena rasanya lebih enak (pulen)
tersebut dapat digunakan sebagai sumber et al. 1987). Kriteria mutu biji kacang hijau serta harga jualnya lebih tinggi daripada
ketahanan dalam perbaikan varietas yang baik adalah biji berukuran besar (65– yang berbiji kecil.
kacang hijau. 70 g/1.000 biji), tidak mengandung biji Karakterisasi terhadap 1.024 aksesi
keras, kandungan protein tinggi (> 30%), kacang hijau pada tahun 1987–1995 di KP
Ketahanan terhadap Penyakit
Penyakit utama pada tanaman kacang
Tabel 5. Sifat agronomi beberapa genotipe kacang hijau yang tahan/toleran
hijau adalah bercak daun (Cercospora
terhadap penyakit bercak daun cercospora.
canescens) dan embun tepung (Erysiphe
polygoni). Penyakit tersebut dapat Umur Umur polong Tinggi Bobot Ketahanan
menurunkan hasil masing-masing 58% dan Genotipe berbunga masak tanaman 1.000 biji penyakit
40% (Sundaram dan Tschanz 1987). (hari) (hari) (cm) (g) bercak daun
Evaluasi ketahanan kacang hijau VC3689A 37 63 67,70 56,60 Tahan
terhadap bercak daun telah dilakukan di VC3543 35 58 61,30 60,50 Tahan
KP Cikeumeuh pada MH 1995. Dari 780 VC3741 41 68 70,70 55,80 Tahan
aksesi yang dievaluasi, tiga aksesi yaitu V5000 35 60 58,50 58 Moderat
VC1137 39 63 71,50 56,80 Moderat
VC3689A, VC3543, dan VC3741 tergolong
VC1560D 35 58 63 63,20 Moderat
tahan, dan empat aksesi yaitu V5000, VC2720 40 71 73,80 60,30 Moderat
VC1137, VC1560D, dan VC2720 termasuk
Sumber: Hakim (1999); Fernandez dan Sundaram (1987).
moderat tahan (Hakim 1999). Fernandez
dan Sundaram (1987) serta Tickoo et al.
(1987) juga melaporkan aksesi VC3689A,
VC3543, V5000, dan VC1560D tahan Tabel 6. Sifat agronomi beberapa genotipe kacang hijau tahan penyakit
terhadap penyakit bercak daun. Beberapa embun tepung.
sifat agronomi aksesi kacang hijau tahan Umur Umur polong Tinggi Bobot Ketahanan
terhadap penyakit bercak daun disajikan Genotipe berbunga masak tanaman 1.000 biji penyakit
pada Tabel 5. (hari) (hari) (cm) (g) embun tepung
Evaluasi ketahanan 500 aksesi VR298 37 63 66,70 58,20 Tahan
kacang hijau terhadap penyakit embun VR2535 41 68 73,30 55,60 Tahan
tepung dilakukan pada MK 1993 di rumah VR2543 38 65 70,70 47,30 Moderat
kaca BB Biogen. Hasilnya menunjukkan VR2545 43 71 71,50 60,10 Moderat
dua aksesi tahan dan dua aksesi lainnya VR2773 37 65 61,30 50 Sangat tahan
VR4718 35 60 63,50 42 Sangat tahan
mempunyai ketahanan moderat terhadap
penyakit embun tepung, yaitu VR298, Sumber: Hakim (1999); Fernandez dan Sundaram (1987).
VR2535, VR2543, dan VR2545 (Hakim

20 Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008


Cikeumeuh dan Muara, Bogor, memper- Varietas introduksi dari Sri Lanka (MB masing-masing dilepas sebagai varietas
oleh empat aksesi berbiji besar (7073 g/ 116) dan dua varietas introduksi dari unggul nasional dengan nama Bhakti, No.
1.000 biji), yaitu VR2010, VR2768, lokal Filipina (MB50A dan MB423), setelah 129, dan Merak (Tabel 8).
Demak, dan lokal Belu, NTT (Tabel 7). Dari melalui seleksi dan pengujian daya hasil Pada tahun 1978, koleksi kacang hijau
keempat aksesi tersebut, satu aksesi yaitu dan adaptasi di berbagai lokasi (uji multi- dengan nomor aksesi V4281 yang tahan
VR2768 mempunyai biji hijau mengkilat lokasi), pada tahun 1965, 1978, 1981 hama lalat bibit telah disilangkan dengan
dan tiga aksesi lainnya berbiji hijau kusam
(Hakim 1998).
Warna biji merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi mutu biji Tabel 7. Beberapa aksesi kacang hijau yang mempunyai kualitas biji baik.
kacang hijau. Susheela dan Seralathan
(1987) melaporkan, kacang hijau yang Kadar Bobot
Ukuran
Kandungan
berwarna hijau kusam cocok untuk pem- Genotipe protein 1.000 biji biji keras Warna biji
biji
(%) (g) (%)
buatan kue atau spageti, karena rasanya
lebih enak daripada yang berwarna hijau VR290 30,60 44 Kecil 12,10 Hijau mengkilat
mengkilat. Hakim dan Sutarman (1996) VR194 30,30 47 Kecil 11,90 Hijau mengkilat
VR2010 28 71 Besar 0,53 Hijau kusam
juga menyatakan, kacang hijau yang ber-
VR2768 31,30 70 Besar 0 Hijau mengkilat
warna hijau kusam mempunyai mutu lebih Lokal Demak 27,70 73 Besar 0,22 Hijau kusam
baik karena rasanya lebih enak (pulen) dan Lokal Belu 28,30 73 Besar 0,21 Hijau kusam
bila dibuat bubur lebih tahan basi daripada
Sumber: Hakim (1998).
yang berwarna hijau mengkilat. Hasil
karakterisasi pada MK 2004 di KP Muara,
Bogor, memperoleh tiga aksesi yang
Tabel 8. Varietas unggul kacang hijau yang dilepas tahun 1954–2004.
mempunyai biji berukuran besar dan
warnanya hijau kusam, yaitu VC2010, lokal Ketahanan
Umur Hasil Tahun
Demak, dan lokal Belu. Ketiga aksesi ter- Nama Asal hama/penyakit
(hari) (t/ha) dilepas
sebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau sifat lain
genetik untuk memperbaiki mutu biji Siwalik Varietas lokal 80 0,90 - 1954
kacang hijau (Hakim 2006). Jeneponto, Sulsel
Arto Ijo Varietas lokal Sumenep, 80 0,90 - 1954
Madura
Bhakti Introduksi dari 65 1,30 Masak serempak 1965
PEMANFAATAN Sri Lanka
No. 129 Introduksi dari 60 1,30 Masak serempak 1978
Plasma nutfah dinilai dimanfaatkan jika Filipina
Merak Introduksi dari 60 1,50 Masak serempak 1981
telah digunakan dalam program pemuliaan
Filipina
untuk menghasilkan varietas unggul. Betet Persilangan No.129/ 60 1,40 Toleran lalat bibit 1983
Varietas unggul dapat berasal dari varietas Siwalik
lokal, varietas atau galur introduksi, galur- Nuri Introduksi dari 58 1,40 Toleran embun 1983
galur hasil persilangan, mutan homozigot, AVRDC, Taiwan tepung dan karat
daun
atau hasil rekayasa genetik (bioteknologi)
Manyar Introduksi dari 58 1,40 Toleran embun 1983
yang mempunyai potensi hasil tinggi atau AVRDC, Taiwan tepung dan karat
keunggulan tertentu. daun
Dari 142 varietas lokal kacang hijau Walet Introduksi dari 58 1,60 Tahan bercak 1985
yang dikonservasi di Bank Plasma Nutfah AVRDC, Taiwan daun
Gelatik Introduksi dari 58 1,50 Tahan embun 1985
BB Biogen, dua varietas lokal asal Madura
AVRDC, Taiwan tepung
dan Jeneponto (Sulawesi Selatan), setelah Parkit Persilangan PHLV-18 / 56 1,40 Tahan bercak daun 1988
melalui seleksi dan berbagai pengujian, VR1177B dan embun tepung
pada tahun 1954 dilepas sebagai varietas Merpati Introduksi dari 58 1,50 Tahan bercak daun 1991
unggul dengan nama Arto Ijo dan Siwalik AVRDC, Taiwan dan embun tepung
Sriti Introduksi dari 60 1,50 Tahan bercak daun 1992
(Hakim dan Sutarman1997). Varietas lokal
AVRDC, Taiwan dan embun tepung
Demak dan Belu yang berbiji besar dan Kenari Introduksi dari 60 1,40 Tahan bercak daun 1998
kualitas bijinya sangat baik, pada tahun AVRDC, Taiwan dan embun tepung
1990 telah disilangkan dengan varietas Murai Introduksi dari 63 1,50 Tahan bercak daun 2001
unggul No. 129 dan varietas Merak untuk Filipina dan embun tepung
Perkutut Introduksi dari 60 1,50 Tahan bercak daun 2001
memperbaiki mutu biji kedua varietas
AVRDC, Taiwan dan embun tepung
unggul lokal tersebut. Galur-galur hasil Sampeong Varietas lokal Sumbawa 75 1,80 - 2003
persilangan (F5) dari kedua varietas lokal Kutilang Introduksi dari 60 1,96 Tahan bercak daun 2004
tersebut saat ini dikonservasi di Bank AVRDC, Taiwan
Plasma Nutfah BB Biogen untuk dilaku- Sumber: Hakim (1998); Suhartina (2005).
kan pengujian lebih lanjut.

Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008 21


galur homozigot (F6) hasil persilangan dengan nama masing-masing Walet dan KESIMPULAN
antara No. 129 dan varietas Siwalik. Galur Gelatik (Tabel 8).
harapan hasil persilangan antara ketiga Pada tahun 1983, varietas introduksi Konservasi plasma nutfah kacang hijau
tetua tersebut, setelah melalui seleksi, eva- dari Filipina (PHLP-18) yang berdaya hasil yang disimpan di Bank Plasma Nutfah BB
luasi dan pengujian daya hasil, pada tahun tinggi (1,50 t/ha) dan berumur genjah (56 Biogen dilakukan dengan cara penyim-
1983 dilepas menjadi varietas unggul hari) telah disilangkan dengan varietas panan jangka pendek untuk benih active
nasional dengan nama Betet (Tabel 8). VC1177 yang tahan penyakit embun collection dengan suhu ruangan 1518oC,
Varietas Betet memiliki sifat-sifat hasil tepung asal introduksi dari Taiwan. Galur dan penyimpanan jangka menengah untuk
tinggi, umur genjah, dan toleran terhadap hasil persilangan tersebut, yaitu CR479- benih base collection, dengan suhu ruang-
hama lalat bibit. 13-4-2B, setelah dievaluasi sifat ketahan- an -5oC. Plasma nutfah tersebut memiliki
Dua galur introduksi dari AVRDC annya terhadap penyakit embun tepung keragaman sifat agronomi yang cukup
yang diterima pada tahun 1975, yaitu dan diuji daya hasilnya di berbagai lokasi, luas. Keragaman sifat agronomi yang
Pr925-Si dan Pr933-Si, setelah diseleksi, pada tahun 1988 dilepas menjadi varietas paling tinggi terdapat pada umur polong
dievaluasi dan diuji daya hasilnya, pada unggul dengan nama Parkit. Varietas Parkit masak, tinggi tanaman, jumlah polong, dan
tahun 1983 dilepas sebagai varietas ung- mempunyai daya hasil tinggi (1,40 t/ha), ukuran biji.
gul dengan nama masing-masing Nuri dan umur genjah (56 hari), serta tahan penyakit Dari 1.024 koleksi plasma nutfah
Manyar. Kedua varietas tersebut berdaya bercak daun dan embun tepung (Tabel 8). kacang hijau di BB Biogen, satu aksesi
hasil tinggi serta toleran terhadap penyakit Galur dan varietas introduksi dari (V4281) tahan terhadap hama lalat bibit,
bercak daun dan karat daun (Tabel 8). AVRDC, yaitu VC2754, MLG1944, VC3012B, tiga aksesi tahan penyakit bercak daun,
Dua galur F4 asal introduksi dari VC2750, dan VC3902A, pada tahun 1991– dan enam aksesi tahan atau toleran pe-
AVRDC Taiwan, yaitu VC1163A dan 2004 telah dilepas menjadi varietas unggul nyakit embun tepung. Dua aksesi (VR290
VC78146, setelah diseleksi sampai gene- dengan nama masing-masing Merpati, dan VR194) mempunyai kandungan
rasi F7 terpilih beberapa galur yang Sriti, Kenari, Perkutut, dan Kutilang. Kelima protein cukup tinggi (30%), dan empat
berdaya hasil tinggi (1,50–1,70 t/ha), umur varietas unggul baru tersebut berdaya aksesi berbiji besar (70–73 g/1.000 biji).
genjah (58 hari), polong masak serempak, hasil tinggi (1,50–1,96 t/ha), umur genjah Aksesi-aksesi tersebut telah dimanfaatkan
dan tahan terhadap penyakit bercak daun. (58–65 hari), serta tahan penyakit bercak sebagai sumber ketahanan dalam program
Galur-galur terpilih tersebut selanjutnya daun dan embun tepung (Suhartina 2005). persilangan kacang hijau.
dievaluasi daya hasil dan daya adaptasi- Varietas lokal asal Sumbawa yang Plasma nutfah kacang hijau telah
nya di berbagai lokasi. Hasil pengujian berdaya hasil tinggi (1,80 t/ha), umur dimanfaatkan dengan baik dalam program
menunjukkan, kedua galur tersebut mem- sedang (75 hari), berbiji kecil, dan cocok pemuliaan. Dengan menggunakan sumber
punyai daya adaptasi yang baik di lahan untuk dibuat tauge (rasa enak, agak manis), genetik yang tersedia, telah berhasil
sawah dan cukup baik di lahan kering atau setelah diseleksi dan diuji daya hasilnya dilepas 19 varietas unggul nasional.
tegalan, serta tahan penyakit bercak daun. di berbagai lokasi, pada tahun 2003 dilepas
Kedua galur tersebut pada tahun 1985 menjadi varietas unggul nasional dengan
dilepas sebagai varietas unggul nasional nama Sampeong (Tabel 8).

DAFTAR PUSTAKA
Fernandez, G.C.J. and S. Sundaram. 1987. The Hakim, L. 2006. Pemanfaatan keragaman Hakim, L. dan T. Sutarman. 1996. Karakterisasi
AVRDC Mungbean Improvement Program. genetik plasma nutfah kacang hijau asal sifat kualitatif dan kuantitatif plasma nutfah
The Past, Present and Future. p. 5870. introduksi. Jurnal Penelitian Pertanian kacang hijau. Buletin Plasma Nutfah 1(1):
Proc. of The Second International Mung- Tanaman Pangan. 25(3): 176180. 3843.
bean Symposium. Asian Vegetable Research
and Development Center, Taiwan. Hakim, L. 2007. Identifikasi sumber ketahanan Hakim, L. dan T. Sutarman. 1997. Deskripsi
genotipe kacang hijau terhadap penyakit Varietas Unggul Kacang Hijau. Balai Pe-
Gill, K.S., T.S. Sandhu, and J.S. Brar. 1975. embun tepung. Jurnal Penelitian Pertanian nelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Evaluation of mungbean (Vigna radiata) Tanaman Pangan 26(3): 174179. Genetik Tanaman Pangan, Bogor. 16 hlm.
germplasm. Crop Improvement 2: 99104.
Hakim, L. dan Jumanta. 2005. Laporan Hasil Imrie, B.C. and S. Sundaram. 1988. Sources of
Hakim, L. 1994. Laporan Hasil Penelitian Penelitian Plasma Nutfah Kacang Hijau. Variation for Yield in International Mungbean
Plasma Nutfah Kacang-kacangan. Kelompok Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber- Trials. Field Crops Res. 16: 197208.
Peneliti Sumberdaya Genetik. Balai Peneliti- daya Genetik Pertanian, Bogor. 11 hlm.
an Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Mansoor, H., M. Ubeda, A.R. Rao, and M.
Hakim, L. dan T. Sutarman. 1991. Keragaman Waseem. 2002. Evaluation of mungbean
Tanaman Pangan, Bogor. 47 hlm.
Genetik Plasma Nutfah Kacang Hijau Asal germplasm from baluchistan. J. Biol. Sci. 2
Hakim, L. 1998. Pengelolaan dan pemanfaatan Introduksi dari AVRDC, Taiwan. Laporan (1): 21–24.
plasma nutfah kacang hijau. Buletin Plasma Hasil Penelitian Plasma Nutfah Tanaman
Nutfah 3(1): 3440. National Agricultural Research Centre. 2006.
Kacang-kacangan. Balai Penelitian Tanam-
Plant Genetic Resources Programme. Plant
an Pangan Bogor. hlm. 1021.
Hakim, L. 1999. Skrining plasma nutfah kacang Genetic Resources Institute, Islamabad. 13
hijau untuk ketahanan penyakit bercak daun Hakim, L., T. Sutarman, dan Jumanta. 1993. pp.
(Cercospora sp.). Buletin Plasma Nutfah Program Perbaikan Varietas Kacang Hijau.
4(1): 4144. Paroda, R.S. and T.A. Thomas. 1987. Genetic
Makalah Seminar Balai Penelitian Tanaman
Resources of Mungbean (Vigna radiata (L.)
Pangan Bogor. 16 hlm.

22 Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008


Wilczek) in India. p. 1928. Proc. of The Somaatmadja, S. and T. Sutarman. 1978. Present Sundaram, S. and A.T. Tschanz. 1987. Breeding
Second International Mungbean Symposium. Status of Mungbean Breeding in Indonesia. for mungbean and soybean disease resistance.
Asian Vegetable Research and Development p. 230232. Proc. of The First International p. 131141. Proc. of Symposium on Varietal
Center, Taiwan. Mungbean Symposium. Asian Vegetable Improvement of Upland Crops for Rice Base
Research and Development Center, Taiwan. Farming System. International Rice Research
Poehlman, J.M. 1991. Germplasm: Resources,
Institute, Los Banos.
collections and cataloging. The Mungbean. Somyot, P. and T. Charaspon. 1990. Blackgram
Westview Press, Boulder, Colorado. p. 226 cultivars in Thailand. p. 1722. Proc. of Susheela, T. and A.M. Seralathan. 1987.
257. The Mungbean Meeting 90 Bangkok. Utilization of mungbean. p. 470485. Proc.
of The Second International Mungbean
Quebral, F.C. 1978. Powdery mildew and Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul
Symposium. Asian Vegetable Research and
cercospora leaf spot of mungbean in The Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai
Development Center, Taiwan.
Philippines. p. 147158. Proc. of The First Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
International Mungbean Symposium. Asian Umbi-umbian, Malang. 15 hlm. Tickoo, J.L., C.S. Ahn, and H.K. Chen. 1987.
Vegetable Research and Development Cen- Utilization of genetic variability from
Sumarno. 1996. Pemikiran Penilaian Pengelola-
ter, Taiwan. AVRDC mungbean germplasm. p. 103–110.
an Plasma Nutfah dan Usulan Perbaikannya.
Proc. of The Second International Mung-
Ricardo, M. Lantican, and R.S. Navaro. 1987. Makalah pada Sarasehan Plasma Nutfah
bean Symposium. Asian Vegetable Research
Breeding Improved Mungbean for the Tanaman Pangan, Bandung 22 Oktober
and Development Center, Taiwan.
Philippines. p. 98102. Proc. of The Second 1996. Komisi Nasional Plasma Nutfah,
International Mungbean Symposium. Asian Badan Penelitian dan Pengembangan Perta-
Vegetable Research and Development Cen- nian, Jakarta. 8 hlm.
ter, Taiwan.

Jurnal Litbang Pertanian, 27(1), 2008 23

Anda mungkin juga menyukai