Anda di halaman 1dari 18

BAGAN ALIR

INISIASI MENYUSU DINI


Ahmad Syafiq, PhD
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
25 September 2021
Pendahuluan
• Definisi IMD telah berkembang dari sekedar pemberian ASI sedini mungkin
karena manfaat kolostrum sampai ke pentingnya kontak antar kulit segera
setelah lahir untuk menginisiasi pemberian ASI dan untuk mendukung ASI
Eksklusif dan hubungan emosional yang positif antara ibu dan bayinya
(WHO, 2019).
• Manfaat IMD (Agyemang, Kirkwood, Edmond, Bazzano, & Hill, 2008; Roesli,
2008; WHO, 2009) meliputi:
• Stimulasi produksi ASI
• Perbaikan aktivitas uterus
• Pengurangan risiko perdarahan dan infeksi
• Intensifikasi ikatan ibu-bayi
• Perpanjangan durasi menyusui
IMD Mendukung ASI Eksklusif
• Studi-studi di Indonesia menunjukkan bahwa IMD mendukung
kesuksesan ASI Eksklusif (Fikawati & Syafiq, 2003; Susilowati et al.,
2010; Suryani et al., 2017). Hasil yang sama juga ditemukan di
Australia (Scott, Binns, Oddy, & Graham, 2006), Jepang (Nakao, Moji,
Honda, & Oishi, 2008) dan China (Tang et al., 2013) yang melaporkan
bahwa ASI Eksklusif 2.5 kali lipat lebih tinggi pada ibu-ibu yang IMD,
dibandingkan dengan yang tidak IMD.
Kendala Pelaksanaan IMD
• WHO (2019) merekomendasikan bahwa IMD harus difasilitasi dan digalakkan, ibu
harus menerima support penuh untuk dapat mengimplementasikan IMD di
dalam satu jam pertama setelah bayi dilahirkan. Namun peran penting IMD
seringkali terkendala karena kompleksnya pelaksanaan IMD di lapangan.
• Barbosa et al. (2018) mencatat bahwa studi-studi kerap underestimate kesulitan
teknis dari IMD. Hal ini berkaitan dengan beragam skenario yang mungkin muncul
selama waktu-waktu kritis saat bayi lahir.
• Berbagai variasi dapat terjadi pada faktor maternal (intensi, persepsi
ketidakcukupan produksi ASI, usia, ketidaknyamanan fisik dan emosional), faktor
bayi (prematuritas, berat badan lahir, jenis kelamin), tempat lahir (rumah atau
faskes), penolong persalinan (tradisional atau nakes terlatih), dan mode
persalinan (caesarean atau normal), kesemuanya itu adalah faktor penting yang
menentukan implementasi IMD (Bbaale, 2014; Belvedere et al., 2018; Hauck,
Fenwick, Dhaliwal, & Butt, 2011; Khanal, Scott, Lee, Karkee, & Binns, 2015;
Prabasiwi, Fikawati, & Syafiq, 2014; Takahashi et al., 2017).
Kendala Pelaksanaan IMD
• Di sisi lain, para pengambil kebijakan cenderung fokus ke ASI Eksklusif tapi tidak
terlalu menaruh perhatian ke IMD. Karenanya, pelatihan IMD masih kurang dan
ada risiko simplifikasi langkah-langkah IMD seperti ditunjukkan oleh Greenhalgh,
Robert, Macfarlane, Bate and Olivia (2004). Hal ini dapat menjadi sumber
misinterpretasi khususnya jika berkaitan dengan hal-hal teknis (Schmied, Gribble,
Sheehan, Taylor, & Dykes, 2011; Tawiah-Agyemang et al., 2008).
• Demikian juga masih ditemukan rendahnya pemahaman dan motivasi bidan
dalam melaksanakan IMD. Di samping kurangnya pemahaman dan adanya
misinterpretasi, Schmied et al. (2011) juga menyebutkan beberapa alasan seperti
bidan tidak mematuhi langkah-langkah IMD, langkah-langkah yang terlalu sulit,
dan bidan merasa tidak punya waktu. Rendahnya pelaksanaan IMD di faskes
seperti di RS, menurut by Bernolian & Sjaaf (2017) adalah karena IMD tidak
dilaksanakan di ruang operasi, dan ada ketidaksepahaman antara staf
manajemen dan pelaksana mengenai pelaksanaan IMD.
Peran Bidan dalam IMD
• Bidan diharapkan dapat menolong dan memfasilitasi ibu dalam
pelaksanaan IMD. Studi Gleeson, Flowers dan Fenwick (2014) di
Australia, kehadiran bidan dalam IMD adalah faktor utama
keberhasilan IMD. Kesempatan untuk melaksanakan IMD dengan
ditemani penolong persalinan di faskes dapat menolong ibu
mengatasi beragam masalah dalam pemberian ASI di masa awal.
Sebaliknya jika penolong persalinan tidak menemani ibu di masa awal
menyusui ini, para ibu lebih mungkin merasa sendirian dalam
menghadapi dan mengatasi berbagai masalah bagi ibu menyusui
baru.
Peran Bidan dalam IMD
• Pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan adalah faktor kunci dalam
mendukung implementasi IMD dan praktik menyusui (Sumiyati,
Emilia, & Dasuki, 2014). Dengan demikian, pengetahuan dan
keterampilan bidan dalam mendukung IMD sangat penting (Aguayo,
Gupta, Singh, & Kumar, 2016). Lebih lanjut, Takahashi et al. (2017)
mengemukakan bahwa ketiadaan panduan di RS dapat menyebabkan
penurunan implementasi IMD.
Bagan Alir IMD
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATAN
CIPTAAN
Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00201859076, 13 Desember 2018

Pencipta
Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc. P.hD, Ria Rizki Palupi, S.ST., M.K.M,
Nama :
, dkk
Alamat : Jl. Mawar I Block B 5 Rt 003 / 004, Pondok Cina, Beji,, Depok,
Jawa Barat, 16424
Kewarganegaraan : Indonesia

Pemegang Hak Cipta


Nama : Universitas Indonesia
Alamat : Gedung Pusat Administrasi Lantai II, Kampus UI, Depok, Depok,
Jawa Barat, 16424
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Ciptaan : Poster
Judul Ciptaan : Poster Mengenai Alur Tahapan Pelaksanaan IMD Dalam
Asuhan Bayi Baru Lahir
Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama : 23 November 2018, di Depok
kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah
Indonesia
Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut
pertama kali dilakukan Pengumuman.
Nomor pencatatan : 000128515

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.


Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta.

a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS.


NIP. 196611181994031001
Syafiq, A., Palupi R.R., Fikawati S., Faradhila A.F. (2021). Improving
implementation of early initiation of breastfeeding through a standard
procedure flowchart. Breastfeeding Review 2021; 29(2), 15–25.
Hasil
• Secara statistik terdapat perbedaan rerata skor implementasi IMD
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
• Bidan pada kelompok intervensi memiliki skor IMD yang lebih tinggi
(97.4) dibandingkan dengan bidan pada kelompok kontrol (78.3).
• Dalam hal keberhasilan penerapan IMD, hampir semua bidan di
kelompok intervensi berhasil melakukan IMD dengan benar,
sementara hanya sedikit bidan di kelompok kontrol yang
melakukannya.
• Bagan alir implementasi IMD yang dikembangkan terbukti sangat
efektif dalam meningkatkan pengetahuan bidan dan keberhasilan
implementasi IMD serta dapat digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan komunikasi bidan dengan ibu pada pelayanan
intrapartum.
Hasil
• Satu langkah kritis yang tidak terjadi pada sebagian besar kontrol adalah
bayi menemukan puting susu ibu (langkah 2 pada Tahap 3).
• Sebenarnya, sebagian besar bidan tahu bahwa mereka harus menunggu
setidaknya 1 jam untuk membiarkan bayi menemukan puting susu ibu.
Namun, bidan mungkin tidak menyadari pentingnya hal itu dan mungkin
menganggap menunggu sebagai pemborosan waktu.
• Pada kelompok intervensi, ditekankan bahwa IMD sangat penting dan
mereka harus mengimplementasikan setiap langkah. Khusus untuk
langkah ini dijelaskan kepada kelompok intervensi bahwa mereka dapat
menggunakan waktu tunggu untuk melakukan kegiatan lain yang
berhubungan dengan postpartum seperti memeriksa kontraksi rahim,
memeriksa kemungkinan perdarahan atau ruptur, menulis laporan,
dan/atau melengkapi data partograf.
Hasil
• Langkah kritis lainnya adalah langkah 3b di Tahap 3, di mana semua
bidan di kelompok intervensi memposisikan bayi lebih dekat ke puting
susu ibu, sedangkan tidak ada bidan di kelompok kontrol yang
melakukan hal yang sama.
• Ini mungkin juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang
detail IMD, karena bagan alir memberikan instruksi yang jelas tentang
apa yang harus dilakukan ketika bayi tidak dapat menemukan puting
susu ibu.
Pustaka
• Aguayo, V. M., Gupta, G., Singh, G., & Kumar, R. (2016). Early initiation of breast feeding on the rise in India. BMJ Global Health, 1(2),
e000043. https://doi.org/10.1136/bmjgh-2016-000043.
• Agyemang, T. C., Kirkwood, B., Edmond, K., Bazzano, A., & Hill, Z. (2008). Early initiation of breast-feeding in Ghana: Barriers and facilitators.
Journal of Perinatology, 28, S46–S52.
• Barbosa, G. E. F., Pereira, J. M., Soares, M. S., Pereira, L. B., Pinho, L., & Caldeira, A. P. (2018). Initial difficulties with breastfeeding technique
and the impact on duration of exclusive breastfeeding. Revista Brasileira de Saúde Materno Infantil, 18(3), 517–526.
https://doi.org/10.1590/1806-93042018000300005.
• Bbaale, E. (2014). Determinants of early initiation, exclusiveness and duration of breastfeeding in Uganda. Journal of Health, Population and
Nutrition, 32(2), 249–260. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25076662%0A.
• Belvedere, L. M., Andreasen, R., Smith, R., Thomas, K., Sever, T., Syafiq, A., Crookston, B. (2018). Archives of epidemiology barriers to
optimal breastfeeding in rural Indonesia. Archives of Epidemiology, 2018(3), 1–7. https://doi.org/10.29011/2577-2252.
• Bernolian, N., & Sjaaf, A. C. (2017). The evaluation of early initiation breastfeeding implementation in dr. Mohammad Hoesin Hospital of
Palembang, Indonesia: Complaints and barriers. Global Health Management Journal, 1(1), 1–3.
https://doi.org/10.1109/SKIMA.2017.8294127
• Fikawati, S., & Syafiq, A. (2003). The relationship between immediate breastfeeding and exclusive breastfeeding up to 4-months. J
Kedokteran Trisakti, 22(2), 47–55.
• Gleeson, D., Flowers, K., & Fenwick, J. (2014). Midwives’ time and presence. A key factor in facilitating breastfeeding support for new
mothers. International Journal of Childbirth, 4(4), 219–227. https://doi.org/10.1891/2156-5287.4.4.219.
• Greenhalgh, T., Robert, G., Macfarlane, F., Bate, P., & Olivia, K. (2004). Diffusion of innovations in service organizations. Systematic review
and recommendations. The Milbank Quarterly, 82(4), 581–629. https://doi.org/10.1111/j.0887-378X.2004.00325.x
• Hauck, Y. L., Fenwick, J., Dhaliwal, S. S., & Butt, J. (2011). A Western Australian survey of breastfeeding initiation, prevalence and early
cessation patterns. Maternal and Child Health Journal, 15(2), 260–268. https://doi.org/10.1007/s10995-009-0554-2.
• Khanal, V., Scott, J. A., Lee, A. H., Karkee, R., & Binns, C.W. (2015). Factors associated with early initiation of breastfeeding in Western Nepal.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 12(8), 9562–9574. https://doi.org/10.3390/ijerph120809562.
• Nakao, Y., Moji, K., Honda, S., & Oishi, K. (2008). Initiation of breastfeeding within 120 minutes after birth is associated with breastfeeding at
four months among Japanese women. A self-administered questionnaire survey. International Breastfeeding Journal, 3(1), 1–7.
https://doi.org/10.1186/1746-4358-3-1.
• Prabasiwi, A., Fikawati, S., & Syafiq, A. (2014). Exclusive breastfeeding and perception of insufficient milk supply. National Public Health
Journal, 9(3), 282–287.
• Roesli, U. (2008). The guidelines of early initiation of breastfeeding plus exclusive breastfeeding. Jakarta: Pustaka Bunda.
• Schmied, V., Gribble, K., Sheehan, A., Taylor, C., & Dykes, F. C. (2011). Ten steps or climbing a mountain. A study of Australian health
professionals’ perceptions of implementing the baby friendly health initiative to protect, promote and support breastfeeding. BMC Health
Services Research, 11, 1–10. https://doi.org/10.1186/1472-6963-11-208.
• Scott, J. A., Binns, C. W., Oddy, W. H., & Graham, K. I. (2006). Predictors of breastfeeding duration. Evidence from a cohort study. Pediatrics,
117(4), e646–e655. https://doi.org/10.1542/peds.2005-1991.
• Sumiyati, E. O., & Dasuki, D. (2014). Midwives’ behavior in early initiation of breastfeeding implementation in Public Health Center II
Tambak, Banyumas and I Kemranjen. Reproductive Health Journal, 1(2), 113–120.
• Suryani, D., Simbolon D., Elly N., Pratiwi B. A & Yandrizal. (2017). Determinants failure of exclusive breast feeding on health in the city of
Bengkulu. KESMAS: Jurnal Kesehatan.
• Susilowati, K., Fikawati, S., & Achmad, K. (2010). Breastfeeding duration and children’s nutritional status at age 12–24 months. Paediatrica
Indonesiana, 49(6), 158–161. https://doi.org/92 4 154612 3.
• Syafiq, A., Palupi R.R., Fikawati S., Faradhila A.F. (2021). Improving implementation of early initiation of breastfeeding through a standard
procedure flowchart. Breastfeeding Review 2021; 29(2), 15–25.
• Takahashi, K., Ganchimeg, T., Ota, E., Vogel, J. P., Souza, J. P., Laopaiboon, M., Mori, R. (2017). Prevalence of early initiation of breastfeeding
and determinants of delayed initiation of breastfeeding. Secondary analysis of the WHO Global Survey. Scientific Reports, 7(44868), 1–10.
https://doi.org/10.1038/srep44868.
• Tang, L., Binns, C. W., Lee, A. H., Pan, X., Chen, S., & Yu, C. (2013). Low prevalence of breastfeeding initiation within the first hour of life in a
rural area of Sichuan Province, China. Birth, 40(2), 134–142. https://doi.org/10.1111/birt.12038
• Tawiah-Agyemang, C., Kirkwood, B. R., Edmond, K., Bazzano, A., & Hill, Z. (2008). Early initiation of breast-feeding in Ghana. Barriers and
facilitators. Journal of Perinatology, 28, S46–S52. https://doi.org/10.1038/jp.2008.173
• World Health Organization. (2019). Protecting, promoting and supporting breastfeeding in facilities providing maternity and newborn
services. World Health Organization. Retrieved from https://www.who.int/elena/titles/full_recommendations /breastfeeding-support/en/
• World Health Organization. (2009). Infant and young child feeding: Model chapter for textbooks for medical students and allied health
professionals. Geneva: WHO Press.
Terima kasih atas perhatiannya…
• Lakukan IMD untuk kawal ASI Eksklusif 6 Bulan dan PMBA yang tepat!

Anda mungkin juga menyukai