com
Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Internasional Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International.
PENGANTAR
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan makanan,
penyiapan penyimpanan makanan dan pendistribusian makanan kepada konsumen
dalam hal ini adalah pasien rumah sakit, untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal melalui pemberian yang tepat (Depkes RI, 2013). Penyelenggaraan makanan
rumah sakit dilakukan dengan tujuan agar pasien yang dirawat dapat memperoleh
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya dan dapat mempercepat
penyembuhan penyakitnya. Empat proses tersebut harus dijalankan secara
maksimal untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien Banyak
permasalahan yang dapat terjadi dari keempat proses tersebut seperti menu
standar pasien belum sesuai pedoman kriteria, proses perencanaan proses
makanan belum maksimal, proses pemesanan makanan barang yang belum sesuai
pedoman, penerimaan bahan tidak dilakukan proses pembersihan pada semua
bahan yang datang, terdokumentasi dengan baik,
Manajemen LEAN merupakan salah satu metode untuk mengurangi permasalahan yang terjadi sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan instalasi gizi kepada pasien. Dengan beberapa metode LEAN yang digunakan adalah kanban; petunjuk kapan
saatnya memesan barang, dari siapa dan berapa banyak, dengan mengajarkan kepada petugas MSPM: teknik ban berjalan,
teknik makan pasien, teknik pergantian pasien, teknik perencanaan menu dan bahan makanan, teknik pengadaan makanan.
Manajemen visual; seperangkat alat yang dapat menjelaskan aturan dan lain-lain secara singkat, dengan membuat label pada
troli makan bersih dan kotor, peralatan masak, lokasi gudang dan penandaan pada rak kelontong di gudang. Organisasi
pembelajaran; suatu bentuk perbaikan terus menerus yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan yang membawa
kerugian atau tidak membawa nilai sama sekali, dengan mengajarkan teknik prepost conference instalasi Gizi. 5S; cara
menertibkan tempat kerja agar semua barang mudah ditemukan (seiri: resik, seiketsu: rawat, sitsuke: rajin), dengan
mengajarkan kebersihan alat, kebersihan kereta api, teknik penyimpanan di gudang. Pemeriksaan kesalahan; perangkat
metode yang digunakan dalam mencegah cacat yang bekerja secara otomatis dan murah, dengan memberi label identitas
dan menu pasien yang terkomputerisasi. Re-layouting, mengubah desain ruang dapur menjadi standar. Merekayasa ulang,
menambah, memodifikasi atau mengurangi alat yang ada. mengubah desain ruang dapur menjadi standar. Merekayasa
ulang, menambah, memodifikasi atau mengurangi alat yang ada. mengubah desain ruang dapur menjadi standar.
Merekayasa ulang, menambah, memodifikasi atau mengurangi alat yang ada.
METODE
Desain penelitian ini menggunakan eksperimen pre dengan pendekatan one group pretest –
post test design. Sampel sebanyak 36 orang dari seluruh petugas Instalasi Gizi Sistem Manajemen
Pangan (MSPM) dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Non probability sampling jenis
purposive sampling. Variabel bebas penelitian adalah manajemen LEAN. Variabel terikat adalah kualitas
sistem pemberian pelayanan pasien di instalasi gizi. Data dikumpulkan dengan menggunakan checlist,
kemudian data dikodekan dan dianalisis menggunakan uji statistik wilcoxon.
HASIL
Data penelitian dibagi menjadi 4 aspek: perencanaan makanan, penyimpanan dan penyimpanan,
pengolahan makanan, dan distribusi makanan. jawaban maksimal pada kuesioner. Data hasil pre test dan post
test dilakukan pengkodean kemudian dilakukan uji beda dengan wilcoxon.
Tabel 2.1 Nilai Pre Test Dan Post Test Food Planning Dan Nilai Wilcoxon Test
1 56 83 48,21%
2 56 83 48,21%
3 56 83 48,21%
Rata-rata 48,21%
Tes Wilcoxon p=0,083
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas pelayanan gizi
pada aspek “perencanaan makanan” pre dan post test di dapatkan peningkatan kualitas rata-rata
sebesar 48,21%, kemudian dilakukan uji statistik Wilcoxon untuk mengetahui perbedaannya.
antara pra dan pasca intervensi 0,083, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pra dan pasca intervensi, pada tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan antara trend
positif dan uji wilcoxon dapat terjadi karena beberapa faktor seperti jumlah sampel yang hanya 3
responden, dan sampel data berdistribusi normal.
Tabel 2.2 Nilai Pre Test Dan Post Test Penerimaan, Persiapan Dan Penyimpanan Makanan Dan
Nilai Uji Wilcoxon
1 42 61 45,24%
2 38 56 47,37%
Rata-rata 46,31%
Tes Wilcoxon p=0,157
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas pelayanan
gizi pada aspek “Penerimaan, Penyiapan Dan Penyimpanan Makanan” pre dan post test di
dapatkan peningkatan kualitas rata-rata sebesar 46,31%, kemudian diuji statistik Wilcoxon
untuk mengetahui perbedaan pra dan pasca intervensi, diperoleh nila p = 0,157, yang dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pra dan pasca intervensi,
pada tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan trend positif dan uji wilcoxon dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti jumlah sampel yang hanya 3 responden, dan sampel data
berdistribusi normal.
c. Pengolahan makanan
Tabel 2.3 Nilai awal dan nilai pasca tes pengolahan makanan dan tes wilcoxon
1 32 55 71,88%
2 41 51 24,39%
3 35 51 45,71%
4 35 54 54,29%
5 35 58 65,71%
6 35 51 45,71%
7 35 54 54,29%
8 34 57 67,65%
9 36 55 52,78%
10 38 58 52,63%
11 33 56 69,70%
12 30 54 80,00%
Rata-rata 57,06%
Tes Wilcoxon p=0,083
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas pelayanan gizi
pada aspek “pengolahan makanan” pre dan post test di dapatkan peningkatan kualitas rata-rata
sebesar 57,06%, dengan peningkatan terbesar sebesar 80% dan terkecil 24,39% kemudian diuji
statistik Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan pra dan pasca intervensi, didapat nila p = 0,001,
yang dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pra dan pasca intervensi,
pada tingkat kepercayaan 95%.
d. Distribusi makanan
Tabel 2.4 Nilai pre test dan post test distribusi makanan dan nilai uji wilcoxon
1 41 66 60,98%
2 42 61 45,24%
3 40 60 50,00%
4 42 55 30,95%
5 40 59 47,50%
6 44 60 36,36%
7 42 61 45,24%
8 45 61 35,36%
9 41 60 46,34%
10 38 61 60,53%
11 33 55 66,67%
12 35 60 71,43%
13 41 54 31,71%
14 40 60 50,00%
15 37 49 32,43%
16 38 49 28,95%
17 39 58 48,72%
18 43 50 16,28%
19 37 44 18,92%
Rata-rata 43,36%
Uji Wilcoxon p=0,000
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas pelayanan gizi pada aspek
“food distribution” pre and post test di dapatkan peningkatan kualitas rata-rata sebesar 43,36%, dengan
peningkatan terbesar sebesar 71,42% dan peningkatan kualitas rata-rata sebesar 43,36%. Wilcoxon terkecil
16,28% untuk mengetahui perbedaan pra dan pasca intervensi, didapatkan nilai p = 0,000, yang dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pra dan pasca intervensi, pada tingkat
kepercayaan 95%.
DISKUSI
Standar Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Kementerian Kesehatan Tahun 2013,
Dijelaskan bahwa perencanaan dalam penyelenggaraan makanan di instalasi gizi terbagi menjadi 2
yaitu: Perencanaan menu standar dan Perencanaan Pangan.
Proses perencanaan penyelenggaraan makanan di instalasi gizi belum
sepenuhnya sesuai dengan standar/pedoman. Ada beberapa kegiatan yang belum
dilaksanakan antara lain: menu standar pasien belum sesuai dengan kriteria
pedoman, proses perencanaan makanan belum maksimal, perencanaan masih
terkesan seporadik dan tidak berdasarkan teknik perhitungan yang tepat serta
ditemukan persediaan makanan yang berlebihan. di gudang nutrisi dengan risiko
kerusakan makanan. Kemudian juga ditemukan proses pemesanan/pengadaan
makanan yang belum sesuai pedoman. Pengadaan dilakukan secara manual melalui
telepon, atau SMS atau WA (whatsApp) tanpa adanya dokumentasi administrasi
yang jelas berupa data jenis pesanan, jumlah dan spesifikasi.
Intervensi LEAN kemudian diberikan dalam proses perencanaan makanan dengan
menggunakan salah satu metode LEAN yaitu metode KANBAN yaitu petunjuk tentang kapan saatnya
memesan barang, dari siapa dan berapa banyak, dengan mengajarkan kepada petugas MSPM berupa
teknik pembuatan makanan pasien, teknik pergantian pasien, perencanaan menu dan bahan makanan
pasien serta teknik pengadaan makanan berupa standar operasional prosedur (SPO). SPO yang telah
dibuat dilakukan sosialisasi kepada petugas terkait agar petugas dapat memahami dan
mengimplementasikan.
b. Pengaruh Penerimaan, Penyiapan Dan Penyimpanan Makanan Sebelum Dan Setelah Makanan
Implementasi Manajemaenn LEAN Pada Sistem Instalasi Gizi RSUD Dr Iskak
Tulungagung.
Dalam proses Penerimaan bahan makanan dilakukan berbagai kegiatan mulai dari makanan
yang diterima dipriksa apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan kemudian menyimpan
makanan sesuai dengan jenis makanannya atau diolah secara langsung. Penyimpanan bahan makanan
harus dipisahkan antara bahan kering dan bahan basah, bahan yang harus disimpan di lemari es
setelah dibersihkan harus segera disimpan di lemari es, kemudian bahan kering dapat disimpan di
gudang dengan sistem penyimpanan gudang standar. Untuk
pendistribusian makanan harus disertai dengan kuitansi dan dicatat dalam buku stok masing-masing
bahan.
Proses penyiapan bahan makanan untuk diolah, dilakukan sesuai dengan standar menu,
standar resep dan bumbu dengan cara mencuci, memotong, jus, dispensing dan lain sebagainya
sesuai prosedur standar (Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Kemeterian Kesehatan, 2013).
Pengolahan makanan adalah kegiatan mengubah (memasak) bahan mentah menjadi bahan yang
siap santap, berkualitas, dan aman dikonsumsi. Tujuan pengolahan (memasak) adalah:
meningkatkan daya cerna, memperbaiki dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan, bebas organisme dan zat berbahaya bagi tubuh. Proses memasak
menggunakan berbagai metode: memasak dengan media udara, memasak dengan media air,
memasak menggunakan lemak, memasak melalui dinding panci, memasak dengan kombinasi,
memasak dengan elektromagnetik. Prasyarat sebelum memasak adalah: tersedianya standar
menu, siklus menu, standar resep, ketersediaan bahan makanan, ketersediaan peralatan
memasak, tersedianya aturan dalam pengendalian mutu, tersedianya tata cara memasak yang
tetap, tersedianya peraturan penggunaan makanan. bahan tambahan (BTP). Rumah Sakit,
Kementerian Kesehatan, 2013).
Berdasarkan pengamatan peneliti, proses penerimaan, penyiapan dan penyimpanan
makanan di instalasi gizi belum sepenuhnya sesuai dengan standar/pedoman tersebut. Ada
beberapa kegiatan yang belum dilaksanakan antara lain: pemasakan beberapa bahan
kemudian disimpan di lemari es melebihi waktu standar, proses pemaskan belum
sepenuhnya sesuai dengan standar resep yang dibuat, proses quality control belum berjalan
maksimal, proses pemorsian masih lama dan melibatkan banyak petugas, feeding.
Intervensi LEAN kemudian diberikan dalam proses pengolahan makanan dengan menggunakan
metode LEAN yaitu metode KANBAN adalah panduan kapan saatnya memesan barang, dari siapa dan berapa
banyak, dengan menerapkan teknik ban berjalan. Kemudian metode Error proofing, adalah suatu alat yang
metodenya digunakan dalam mencegah cacat yang bekerja secara otomatis dan
murah, dengan teknik pelabelan identitas dan menu pasien yang terkomputerisasi. Kemudian metode re-
layouting adalah dengan mengubah desain ruang di dapur, dengan memisahkan kitchen cake dan non
cooking kitchen. Kemudian re-engineering adalah menambah, mengubah atau mengurangi sumber daya
peralatan yang ada dengan menambahkan kipas ekhaus, menambah jumlah kompor bertekanan tinggi,
menambah mesin uap uap untuk memasak.
Proses pendistribusian makanan merupakan rangkaian kegiatan pengiriman makanan sesuai dengan
jenis makanan dan jumlah porsi konsumen/pasien yang dilayani. Dengan prasyarat:
tersedianya standar porsi, adanya peraturan pengumpulan makanan, daftar
permintaan makanan pasien, adanya standar peralatan distribusi.
Distribusi memiliki 3 sistem yaitu sistem terpusat, sistem tidak terpusat dan
sistem terpusat dan terpadu. (Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan,
2013) Berdasarkan pengamatan peneliti, proses pendistribusian makanan di
instalasi gizi belum sepenuhnya sesuai dengan standar/pedoman. Ada beberapa
kegiatan yang belum terlaksana antara lain: kelengkapan alat distribusi (trolley
kotor dan bersih), komunikasi belum efektif, kebersihan dan penataan troli yang
belum terjaga, pembersihan peralatan makan yang belum terjaga. standar.
KESIMPULAN
HASIL
sebuah. Dalam aspek perencanaan makanan dan aspek penerimaan, persiapan dan penyimpanan
makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Iskak. Rumah sakit perlu membuat sistem manajemen informasi
terkomputerisasi yang terintegrasi dengan unit rawat inap, unit pengadaan rumah sakit dan unit terkait
lainnya untuk mempermudah proses perencanaan bahan makanan, pemesanan bahan makanan,
penerimaan bahan makanan, pengelolaan bahan makanan dan pemesanan diet pasien. Sistem
informasi dapat menggunakan atau memodifikasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)
yang sudah ada di rumah sakit.
b. Rumah Sakit melakukan evaluasi internal secara berkala terhadap pelayanan makan pasien di
instalasi nutrisi.
REFERENSI
Drs. Moch. Imron TA, MM, MBA. (2009). Manajemen Logistik Rumah Sakit Azrul. Azwar. 2012.
Pengantar Aministrasi dan Manajemen Kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara.
Firman. (2015).https://manajemenrumahsakit.net/2017/02/kunci-sukses-implementasi-
leanmanagement-di-rumah-sakit/ . Diakses pada 17 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB.
Gaspersz, & Vincent. (2007). Lean Six Sigma untuk Industri Manufaktur dan Jasa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Imron, & Moch. (2009). Manajemen Logistik Rumah Sakit. Jakarta : Sagung Seto Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Irawan, & Sony DR. (2004).Cara toyota-Jeffrey K, Liker. Jakarta : konsultan PQM.
Kementerian Kesehatan RI. Pusat Sarana dan Prasarana dan Peralatan Kesehatan. (2010).Sesi
Perencanaan, Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta : Depkes RI.
NN (2017).Rumah Sakit Lean-Rumah Sakit Lean (1). Diakses pada 2 Oktober 2017 Pukul 14.39 WIB.
Undang – Undang Nomor 44 tahun (2009). 2009.Publikasi Undang – Undang Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.