Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS )

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional Rumah Sakit

Disusun Oleh:

Nadia Khairani (216080242)


Nurul Aini (216080248)
Chairumi Alfisyahr (216080297)
VanyaTri Windisari (216080260)

XXXV-B

Dosen:
Dr. Alih Germas Kodyat, SKM, MARS

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
ANALISIS LEAN HOSPITAL DI UNIT PELAYANAN GIZI RSUD DR. ISKAK
TULUNGAGUNG
LEAN HOSPITAL ANALYSIS IN IMPROVEMENT OF SERVICE IN INSTALLATION
NUTRITION RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG
Nadia Khairani, Nurul Aini, Chairumi Alfisyahr, Vanya Tri Windisari
Program Pasca Sarjana
Management Administrasi Rumah Sakit
Universitas Respati Indonesia

ABSTRAK

Kualitas pelayanan instalasi gizi ditentukan dari empat proses; perencanaan makanan,
persiapan makanan, persiapan makanan, pengolahan makanan dan distribusi makanan kepada
pasien. Upaya peningkatan kualitas layanan adalah modifikasi proses menggunakan
manajemen LEAN. Desain penelitian pra eksperimen dengan one group pretest – post test
design. Sampel 36 orang dari seluruh petugas instalasi gizi Sistem Manajemen Pangan (MSPM)
dengan teknik pengambilan sampel Non probability sampling jenis purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan pengaruh penerapan manajemen LEAN terhadap aspek perencanaan
makan sebelum dan sesudah intervensi dengan uji wilcoxon (p = 0,083) dengan nilai pretest
100% kualitas baik. Pada aspek pengolahan bahan makanan diperoleh uji wilcoxon (p = 0, =
0,001) dengan nilai pre test 100% kualitas yang cukup dan nilai post test 100% kualitas
cukup dan nilai post test 21%, sisanya 79% kualitas baik.

Kata kunci : Manajemen LEAN, Kualitas nutrisi, Layanan instalasi

PENGANTAR

Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai


dari perencanaan makanan, penyiapan penyimpanan makanan dan pendistribusian
makanan kepada konsumen dalam hal ini adalah pasien rumah sakit, untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pemberian yang tepat (Depkes RI,
2013). Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilakukan dengan tujuan agar pasien
yang dirawat dapat memperoleh makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya
dan dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya. Empat proses tersebut harus
dijalankan secara maksimal untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pasien Banyak permasalahan yang dapat terjadi dari keempat proses tersebut
seperti menu standar pasien belum sesuai pedoman kriteria, proses perencanaan
proses makanan belum maksimal, proses pemesanan makanan barang yang belum
sesuai pedoman, penerimaan bahan tidak dilakukan proses pembersihan pada
semua bahan yang datang, terdokumentasi dengan baik, gudang penyimpanan belum
memenuhi standar gudang makanan, tidak ada pencocokan pemotongan makanan
dengan standar porsi, proses memasak belum sepenuhnya sesuai dengan standar
resep yang dibuat, proses quality control belum berjalan maksimal, proses pemorian
masih lama dan melibatkan banyak petugas, sering terjadi kesalahan dalam
pemberian pakan, komunikasi dengan pasien tidak efektif.
Manajemen LEAN merupakan salah satu metode untuk mengurangi
permasalahan yang terjadi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan instalasi
gizi kepada pasien. Dengan beberapa metode LEAN yang digunakan adalah
kanban; petunjuk kapan saatnya memesan barang, dari siapa dan berapa banyak,
dengan mengajarkan kepada petugas MSPM: teknik ban berjalan, teknik makan
pasien, teknik pergantian pasien, teknik perencanaan menu dan bahan makanan,
teknik pengadaan makanan. Manajemen visual; seperangkat alat yang dapat
menjelaskan aturan dan lain-lain secara singkat, dengan membuat label pada troli
makan bersih dan kotor, peralatan masak, lokasi gudang dan penandaan pada rak
kelontong di gudang. Organisasi pembelajaran; suatu bentuk perbaikan terus
menerus yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan yang membawa
kerugian atau tidak membawa nilai sama sekali, dengan mengajarkan teknik
prepost conference instalasi Gizi. 5S; cara menertibkan tempat kerja agar semua
barang mudah ditemukan (seiri: resik, seiketsu: rawat, sitsuke: rajin), dengan
mengajarkan kebersihan alat, kebersihan kereta api, teknik penyimpanan di
gudang. Pemeriksaan kesalahan; perangkat metode yang digunakan dalam
mencegah cacat yang bekerja secara otomatis dan murah, dengan memberi label
identitas dan menu pasien yang terkomputerisasi. Re-layouting, mengubah desain
ruang dapur menjadi standar. Merekayasa ulang, menambah, memodifikasi atau
mengurangi alat yang ada. mengubah desain ruang dapur menjadi standar.
Merekayasa ulang, menambah, memodifikasi atau mengurangi alat yang ada.
mengubah desain ruang dapur menjadi standar. Merekayasa ulang, menambah,
memodifikasi atau mengurangi alat yang ada.

METODE

Desain penelitian ini menggunakan eksperimen pre dengan pendekatan one


group pretest – post test design. Sampel sebanyak 36 orang dari seluruh petugas
Instalasi Gizi Sistem Manajemen Pangan (MSPM) dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel Non probability sampling jenis purposive sampling. Variabel
bebas penelitian adalah manajemen LEAN. Variabel terikat adalah kualitas sistem
pemberian pelayanan pasien di instalasi gizi. Data dikumpulkan dengan
menggunakan checlist, kemudian data dikodekan dan dianalisis menggunakan uji
statistik wilcoxon.

HASIL

Data penelitian dibagi menjadi 4 aspek: perencanaan makanan, penyimpanan


dan penyimpanan, pengolahan makanan, dan distribusi makanan. jawaban
maksimal pada kuesioner. Data hasil pre test dan post test dilakukan pengkodean
kemudian dilakukan uji beda dengan wilcoxon.
a. Perencanaan makanan

Tabel 2.1 Nilai Pre Test Dan Post Test Food Planning Dan Nilai Wilcoxon Test
Kualitas Pelayanan Gizi
Tidak Ada Perencanaan
Responden makanan
tes awal tes pasca Kecenderungan
1 56 83 48,21%
2 56 83 48,21%
3 56 83 48,21%
Rata-rata 48,21%
Tes Wilcoxon p=0,083

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas


pelayanan gizi pada aspek “perencanaan makanan” pre dan post test di dapatkan
peningkatan kualitas rata-rata sebesar 48,21%, kemudian dilakukan uji statistik
Wilcoxon untuk mengetahui perbedaannya. antara pra dan pasca intervensi 0,083,
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pra dan pasca
intervensi, pada tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan antara trend positif dan uji
wilcoxon dapat terjadi karena beberapa faktor seperti jumlah sampel yang hanya 3
responden, dan sampel data berdistribusi normal.

b. Penerimaan, persiapan dan penyimpanan bahan makanan

Tabel 2.2 Nilai Pre Test Dan Post Test Penerimaan, Persiapan Dan Penyimpanan
Makanan Dan Nilai Uji Wilcoxon

Kualitas Pelayanan Gizi


Tidak Ada Penerimaan, persiapan dan
Responden penyimpanan makanan
tes awal tes pasca Kecenderungan
1 42 61 45,24%
2 38 56 47,37%

Rata- 46,31%
rata
Tes Wilcoxon p=0,157

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas


pelayanan gizi pada aspek “Penerimaan, Penyiapan Dan Penyimpanan Makanan”
pre dan post test di dapatkan peningkatan kualitas rata-rata sebesar 46,31%,
kemudian diuji statistik Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan pra dan pasca
intervensi, diperoleh nila p = 0,157, yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pra dan pasca intervensi, pada tingkat
kepercayaan 95%. Perbedaan trend positif dan uji wilcoxon dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti jumlah sampel yang hanya 3 responden, dan sampel data
berdistribusi normal.
c. Pengolahan makanan

Tabel 2.3 Nilai awal dan nilai pasca tes pengolahan makanan dan tes wilcoxon
Kualitas Pelayanan Gizi
Tidak Ada pengolahan
Responden makanan
tes awal tes pasca Kecenderungan
1 32 55 71,88%
2 41 51 24,39%
3 35 51 45,71%
4 35 54 54,29%
5 35 58 65,71%
6 35 51 45,71%
7 35 54 54,29%
8 34 57 67,65%
9 36 55 52,78%
10 38 58 52,63%
11 33 56 69,70%
12 30 54 80,00%
Rata-rata 57,06%
Tes Wilcoxon p=0,083

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas


pelayanan gizi pada aspek “pengolahan makanan” pre dan post test di dapatkan
peningkatan kualitas rata-rata sebesar 57,06%, dengan peningkatan terbesar
sebesar 80% dan terkecil 24,39% kemudian diuji statistik Wilcoxon untuk
mengetahui perbedaan pra dan pasca intervensi, didapat nila p = 0,001, yang dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pra dan pasca intervensi,
pada tingkat kepercayaan 95%.

d. Distribusi makanan

Tabel 2.4 Nilai pre test dan post test distribusi makanan dan nilai uji wilcoxon
Kualitas Pelayanan Gizi
Tidak Ada
distribusi makanan
Responden
tes awal tes pasca Kecenderungan
1 41 66 60,98%
2 42 61 45,24%
3 40 60 50,00%
4 42 55 30,95%
5 40 59 47,50%
6 44 60 36,36%
7 42 61 45,24%
8 45 61 35,36%
9 41 60 46,34%
10 38 61 60,53%
11 33 55 66,67%
12 35 60 71,43%
13 41 54 31,71%
14 40 60 50,00%
15 37 49 32,43%
16 38 49 28,95%
Kualitas Pelayanan Gizi
Tidak Ada
distribusi makanan
Responden
tes awal tes pasca Kecenderungan
17 39 58 48,72%
18 43 50 16,28%
19 37 44 18,92%
Rata-rata 43,36%
Uji Wilcoxon p=0,000

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa kualitas


pelayanan gizi pada aspek “food distribution” pre and post test di dapatkan
peningkatan kualitas rata-rata sebesar 43,36%, dengan peningkatan terbesar
sebesar 71,42% dan peningkatan kualitas rata-rata sebesar 43,36%. Wilcoxon
terkecil 16,28% untuk mengetahui perbedaan pra dan pasca intervensi, didapatkan
nilai p = 0,000, yang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara pra dan pasca intervensi, pada tingkat kepercayaan 95%.

DISKUSI

a) Pengaruh Perencanaan Pangan Sebelum dan Setelah Penerapan


Manajemen LEAN pada Instalasi Gizi Instalasi Gizi RSUD Dr. Iskak
Tulungagung

Standar Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Kementerian


Kesehatan Tahun 2013, Dijelaskan bahwa perencanaan dalam
penyelenggaraan makanan di instalasi gizi terbagi menjadi 2 yaitu:
Perencanaan menu standar dan Perencanaan Pangan.

Proses perencanaan penyelenggaraan makanan di instalasi gizi belum


sepenuhnya sesuai dengan standar/pedoman. Ada beberapa kegiatan yang
belum dilaksanakan antara lain: menu standar pasien belum sesuai dengan
kriteria pedoman, proses perencanaan makanan belum maksimal,
perencanaan masih terkesan seporadik dan tidak berdasarkan teknik
perhitungan yang tepat serta ditemukan persediaan makanan yang
berlebihan. di gudang nutrisi dengan risiko kerusakan makanan. Kemudian
juga ditemukan proses pemesanan/pengadaan makanan yang belum sesuai
pedoman. Pengadaan dilakukan secara manual melalui telepon, atau SMS
atau WA (whatsApp) tanpa adanya dokumentasi administrasi yang jelas
berupa data jenis pesanan, jumlah dan spesifikasi.
Intervensi LEAN kemudian diberikan dalam proses perencanaan
makanan dengan menggunakan salah satu metode LEAN yaitu metode
KANBAN yaitu petunjuk tentang kapan saatnya memesan barang, dari siapa
dan berapa banyak, dengan mengajarkan kepada petugas MSPM berupa
teknik pembuatan makanan pasien, teknik pergantian pasien, perencanaan
menu dan bahan makanan pasien serta teknik pengadaan makanan berupa
standar operasional prosedur (SPO). SPO yang telah dibuat dilakukan
sosialisasi kepada petugas terkait agar petugas dapat memahami dan
mengimplementasikan.

b) Pengaruh Penerimaan, Penyiapan dan Penyimpanan Makanan Sebelum dan


Setelah Penerapan Manajemen LEAN pada Instalasi Gizi RSUD Dr. Iskak
Tulungagung

Dalam proses Penerimaan bahan makanan dilakukan berbagai


kegiatan mulai dari makanan yang diterima dipriksa apakah sudah sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan kemudian menyimpan makanan sesuai
dengan jenis makanannya atau diolah secara langsung. Penyimpanan bahan
makanan harus dipisahkan antara bahan kering dan bahan basah, bahan
yang harus disimpan di lemari es setelah dibersihkan harus segera disimpan
di lemari es, kemudian bahan kering dapat disimpan di gudang dengan sistem
penyimpanan gudang standar. Untuk pendistribusian makanan harus disertai
dengan kuitansi dan dicatat dalam buku stok masing-masing bahan.

Proses penyiapan bahan makanan untuk diolah, dilakukan sesuai


dengan standar menu, standar resep dan bumbu dengan cara mencuci,
memotong, jus, dispensing dan lain sebagainya sesuai prosedur standar
(Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Kemeterian Kesehatan, 2013).

Berdasarkan pengamatan peneliti, proses penerimaan, penyiapan dan


penyimpanan makanan di instalasi gizi belum sepenuhnya sesuai dengan
standar/pedoman tersebut. Ada beberapa kegiatan yang belum dilaksanakan
antara lain: penerimaan bahan tidak dilakukan proses pembersihan pada
semua bahan yang datang, daftar pemesanan bahan tidak terdokumentasi
dengan baik sehingga kesulitan untuk mengevaluasi bahan yang datang,
gudang penyimpanan belum memenuhi bahan gudang standar dengan
bahan baku kartu stok dan keluar standar, kartu bahan makanan, prinsip
FIFO dan FEFO, rak penyangga minimal 15m. Dalam proses persiapan
ditemukan persiapan bumbu yang sudah jadi/setengah sehingga disimpan
terlalu lama, belum ada potongan makanan yang sesuai dengan porsi
standar.

Intervensi metode LEAN dalam proses penerimaan, penyiapan dan


penyimpanan makanan menggunakan metode LEAN adalah metode
KANBAN yaitu panduan kapan saatnya memesan barang, dari siapa dan
berapa banyak, dengan mengajarkan petugas MSPM berupa teknik
pengadaan pangan dibuat dalam bentuk standar operasional prosedur
(SPO). SPO yang telah dibuat dilakukan sosialisasi kepada petugas terkait
agar petugas dapat memahami dan mengimplementasikan. Kemudian
metode Visual Management, adalah seperangkat alat yang dapat
menjelaskan aturan dan lain-lain secara singkat, dengan pelabelan pada rak-
rak di gudang sesuai dengan klasifikasi bahan dan dilengkapi dengan kartu
stok bahan.

Kemudian metode re-layouting adalah mengubah desain ruang di


dapur, dengan mengubah posisi rak penyimpanan gudang agar sesuai
dengan standar, posisi tempat penerimaan bahan. Kemudian rekayasa ulang
yaitu menambah, mengubah atau mengurangi sumber daya alat yang ada
dengan menambahkan beberapa palet sebagai bahan dasar makanan
dengan tinggi minimal 15cm, menambah rak penyimpanan peralatan masak
yang dilengkapi dengan sinar UV (ultra violet) untuk membunuh kuman,
menambah jumlah troli / gerobak, baik kereta bersih (mengantar makanan
dan jajan) maupun kereta kotor (mengambil peralatan makan pasien).

c) Pengaruh Pengolahan Makanan Sebelum dan Setelah Penerapan


Manajemen LEAN pada Instalasi Gizi RSUD Dr. Iskak Tulungagung

Pengolahan makanan adalah kegiatan mengubah (memasak) bahan


mentah menjadi bahan yang siap santap, berkualitas, dan aman dikonsumsi.
Tujuan pengolahan (memasak) adalah: meningkatkan daya cerna,
memperbaiki dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan
makanan, bebas organisme dan zat berbahaya bagi tubuh. Proses memasak
menggunakan berbagai metode: memasak dengan media udara, memasak
dengan media air, memasak menggunakan lemak, memasak melalui dinding
panci, memasak dengan kombinasi, memasak dengan elektromagnetik.
Prasyarat sebelum memasak adalah: tersedianya standar menu, siklus
menu, standar resep, ketersediaan bahan makanan, ketersediaan peralatan
memasak, tersedianya aturan dalam pengendalian mutu, tersedianya tata
cara memasak yang tetap, tersedianya peraturan penggunaan makanan.
bahan tambahan (BTP). Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan, 2013).

Berdasarkan pengamatan peneliti, proses penerimaan, penyiapan dan


penyimpanan makanan di instalasi gizi belum sepenuhnya sesuai dengan
standar/pedoman tersebut. Ada beberapa kegiatan yang belum dilaksanakan
antara lain: pemasakan beberapa bahan kemudian disimpan di lemari es
melebihi waktu standar, proses pemaskan belum sepenuhnya sesuai dengan
standar resep yang dibuat, proses quality control belum berjalan maksimal,
proses pemorsian masih lama dan melibatkan banyak petugas, feeding.
Intervensi LEAN kemudian diberikan dalam proses pengolahan
makanan dengan menggunakan metode LEAN yaitu metode KANBAN adalah
panduan kapan saatnya memesan barang, dari siapa dan berapa banyak,
dengan menerapkan teknik ban berjalan. Kemudian metode Error proofing,
adalah suatu alat yang metodenya digunakan dalam mencegah cacat yang
bekerja secara otomatis dan murah, dengan teknik pelabelan identitas dan
menu pasien yang terkomputerisasi. Kemudian metode relayouting adalah
dengan mengubah desain ruang di dapur, dengan memisahkan kitchen cake
dan non cooking kitchen. Kemudian re-engineering adalah menambah,
mengubah atau mengurangi sumber daya peralatan yang ada dengan
menambahkan kipas ekhaus, menambah jumlah kompor bertekanan tinggi,
menambah mesin uap uap untuk memasak.

d) Pengaruh Distribusi Makanan Pasien Sebelum dan Setelah Pelaksanaan


Manajemen LEAN pada Instalasi Gizi RSUD Dr. ISKAK Tulungagung

Proses pendistribusian makanan merupakan rangkaian kegiatan


pengiriman makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen/pasien yang dilayani. Dengan prasyarat: tersedianya standar porsi,
adanya peraturan pengumpulan makanan, daftar permintaan makanan
pasien, adanya standar peralatan distribusi.

Distribusi memiliki 3 sistem yaitu sistem terpusat, sistem tidak terpusat


dan sistem terpusat dan terpadu. (Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Kementerian
Kesehatan, 2013) Berdasarkan pengamatan peneliti, proses pendistribusian
makanan di instalasi gizi belum sepenuhnya sesuai dengan
standar/pedoman. Ada beberapa kegiatan yang belum terlaksana antara lain:
kelengkapan alat distribusi (trolley kotor dan bersih), komunikasi belum efektif,
kebersihan dan penataan troli yang belum terjaga, pembersihan peralatan
makan yang belum terjaga. standar.

Intervensi manajemen LEAN kemudian diberikan dalam proses


pengolahan makanan menggunakan metode LEAN metode 5S, merupakan
metode untuk membuat tempat kerja menjadi teratur sehingga semua barang
dapat ditemukan dengan mudah (seiri: ringkas, seiton: rapi, seiso: resik,
seiketsu: care, sitsuke: rajin), dengan mengajarkan teknik kebersihan alat,
kebersihan kereta api, teknik menyimpan barang di gudang alat.

KESIMPULAN

Kualitas instalasi pelayanan gizi RSUD Dr. Iskak Tulungagung setelah


penerapan manajemen LEAN telah meningkatkan kualitas dalam empat aspek
implementasi makanan, yaitu perencanaan makanan, penyimpanan makanan,
persiapan makanan, pengolahan makanan dan distribusi makanan.
HASIL

a. Dalam aspek perencanaan makanan dan aspek penerimaan, persiapan dan


penyimpanan makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. Iskak. Rumah sakit perlu
membuat sistem manajemen informasi terkomputerisasi yang terintegrasi
dengan unit rawat inap, unit pengadaan rumah sakit dan unit terkait lainnya
untuk mempermudah proses perencanaan bahan makanan, pemesanan bahan
makanan, penerimaan bahan makanan, pengelolaan bahan makanan dan
pemesanan diet pasien. Sistem informasi dapat menggunakan atau
memodifikasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) yang sudah
ada di rumah sakit.

b. Rumah Sakit melakukan evaluasi internal secara berkala terhadap pelayanan


makan pasien di instalasi nutrisi.

REFERENSI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004. 2004.Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Kepmenkes Tidak :


715/Menkes/SK/V/2004.Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013).Pedoman Pelayanan Gizi di Rumah Sakit. Jakarta : Depkes
RI.

Drs. Moch. Imron TA, MM, MBA. (2009). Manajemen Logistik Rumah Sakit Azrul. Azwar. 2012. Pengantar
Aministrasi dan Manajemen Kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara.

Firman. (2015).https://manajemenrumahsakit.net/2017/02/kunci-sukses-implementasileanmanagement-di-
rumah-sakit/ . Diakses pada 17 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB.

Gaspersz, & Vincent. (2007). Lean Six Sigma untuk Industri Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Guwandi. (2011).Mutu dan Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Rineka Cipta.

Hendartini dkk. (2016).http://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/kunci-sukses-implementasileanmanagement-di-


rumah-sakit/ . Diakses pada 16 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB.

Imron, & Moch. (2009). Manajemen Logistik Rumah Sakit. Jakarta : Sagung Seto Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Irawan, & Sony DR. (2004).Cara toyota-Jeffrey K, Liker. Jakarta : konsultan PQM.

Kementerian Kesehatan RI. Pusat Sarana dan Prasarana dan Peralatan Kesehatan. (2010).Sesi Perencanaan,
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta : Depkes RI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992. (1992). Pedoman


Organisasi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.

Nursalam & Siti Pariani. (2010).Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2010).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
NN (2017).Rumah Sakit Lean-Rumah Sakit Lean (1). Diakses pada 2 Oktober 2017 Pukul 14.39 WIB.

Undang – Undang Nomor 44 tahun (2009). 2009.Publikasi Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai