Anda di halaman 1dari 6

A.

Dina Sanichar

Dina Sanichar merupakan seorang anak yang berasal dari India adalah bocah laki – laki yang
dibesarkan oleh kawanan serigala. Ditemukan oleh pemburu pada tahun 1867 di Bulandashahr,
Uttar Pradesh, India, dalam kondisi terbaring di sebuah gua, lalu dibawah oleh para pemburu
tersebut ke panti asuhan terdekat. Berikut kronologinya. Suatu malam sekelompok pemburu
berjalan menyusuri hutan hingga melihat gua, namun didalamnya mereka melihat seorang anak,
anak tersebut tidak menghampiri mereka atau bahkan berbicara dengan mereka. Karena mereka
tidak ingin meninggalkan anak tersebut, maka anak tersebut pun mereka bawa ke panti asuhan
“Misi Sikandra” di kota Agra. Karena ia tidak memiliki nama, maka ia dinamai “Sanichar” yang
berarti sabtu dalam bahasa Hindi, sesuai dengan hari kedatangannya. Saat dirawat di panti
asuhan tersebut, sanichar memperlihatkan perilakunya yang seperti hewan, ia berjalan dengan
empat kaki karena kesulitan berdiri dengan kedua kakinya, memakan daging mentah, dan
menggerogoti tulang untuk mengasah giginya. Ia tidak berbicara layaknya manusia pada
umumnya, ia melolong dan mengeram layaknya serigala. Namun seiring berjalannya waktu ia
mulai beradaptasi dan berperilaku seperti manusia. Ia belajar untuk berdiri tegak, belajar untuk
berpakaian sendiri, bahkan ia merokok. Namun selama ia menghabiskan sisa hidupnya di panti
asuhan tersebut, ia tetap tidak menggunakan bahasa manusia mungkin karena ia masih merasa
bahwa bahasa tersebut cukup asing bagi dirinya. Sanichar merupakan perokok berat, dan ia
meninggal karena Tubercolosis pada tahun 1895.

Sumber :

 https://en.wikipedia.org/wiki/Dina_Sanichar
 https://travel.okezone.com/read/2021/11/11/406/2499972/dina-sanichar-bocah-lelaki-
yang-diasuh-kawanan-serigala-hingga-kesulitan-berdiri-tegak?page=3
 https://www.ussfeed.com/kenalan-dengan-dina-sanichar-bocah-yang-dibesarkan-
kawanan-serigala-hingga-sulit-berdiri
B. Ho Van Lang

Merupakan Tarzan di dunia nyata, ia meninggal pada usia 52 tahun karena kanker hati setelah
bertahan di dalam hutan di Vietnam selama 40 tahun. Ho Van Lang pertama kali pindah ke
hutan adalah pada tahun 1972 dengan ayahnya dikarenakan setengah dari keluarganya menjadi
korban pada Perang Vietnam. Ho Van Lang kembali ke tengah peradaban pada tahun 2013
bersama ayahnya Ho Van Than karena kondisi kesehatan ayahnya yang kurang baik. Ayahnya
meninggal pada tahun 2017 di umur ke-86. Ho Van Lang menghabiskan 41 tahun dengan
menanam jagung, bertahan hidup dari tumbuhan dan hewan liar, dan tinggal di gubuk kayu lima
meter dari tanah dan pakaiannya terbuat dari tanaman atau daun kering. Lang masih berusia 2
tahun ketika ia dibawa ke dalam hutan jadi dia hanya dapat memahami bahasa Cor lokal saja.
Dipercaya bahwa ayahnya takut untuk keluar dari hutan dikarenakan ia tidak percaya bahwa
perang telah usai. Pada November tahun lalu ia didiagnosis menderita kanker hati yang tak dapat
diobati. Di masa akhir hidupnya, ia memutuskan untuk tinggal di desa asalnya dan tinggal
bersebelahan dengan saudaranya. Berdasarkan pernyataan seorang teman, penjelajah bernama
Alvaro Cerezo mengatakan bahwa dia percaya kematian Lang dipercepat karena pola makan
yang buruk dan tekanan masyarakat modern. Dia mengatakan Lang mulai "makan makanan
olahan dan kadang-kadang bahkan minum alkohol,"

Sumber :

 https://www.insider.com/vietnamese-tarzan-who-lived-jungle-for-decades-dies-of-
cancer-2021-9
A. Analisis Kasus
Dalam buku Dasar – dasar Sosialisasi (2004) karya Sutaro, sosialisasi merupakan
suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem pada seseorang. Serta bagaimana orang
tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan dimana individu tersebut berada. Selain itu, sosialisasi
juga ditentukan dari interaksi pengalaman – pengalaman serta kepribadiannya. Dengan
sosialisasi, manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya, cakap
menjalankan fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok.
Adapun proses sosialisasi meliputi Internalisasi nilai, yaitu penanaman nilai dan norma
sosial ke dalam diri seseorang yang berlangsung sejak lahir hingga meninggal. Setelah itu
ada Enkulturasi, yaitu proses pengembangan dari nilai – nilai dan budaya yang sudah
tertanam dalam diri seseorang dan diimplementasikan dalam perilaku sehari – hari.
Berikutnya ada proses Pendewasaan Diri, yaitu proses berlangsungnya internalisasi dan
enkulturasi secara terus menerus hingga membentuk suatu kepribadian. Jika kepribadian
terwujud secara utuh, seseorang bisa dikatakan dewasa dan telah siap memegang peran
dalam masyarakat.

Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan , pengakuan, dan penyesuaian diri


terhadap nilai – nilai, norma, dan struktur sosial agar individu bisa menjadi masyarakat
yang baik, dalam artian warga yang memenuhi harapan umum masyarakat lainnya. Selain
itu sosialisasi juga berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan
nilai – nilai serta norma sosial agar nilai dan norma sosial tersebut dapat terpelihara dari
satu generasi ke generasi lainnya. Dengan adanya fungsi tersebut, maka terbentuklah
tujuan dari sosialisasi diantaranya adalah agar individu dapat hidup dengan baik ditengah
masyarakat, agar setiap orang dapat menyesuaikan sikap dan tingkah lakunya dengan
harapan agar bisa menjadi masyarakat yang berbudaya, agar setiap orang mampu menjadi
masyarakat yang baik, dan agar keutuhan masyarakat dapat terjaga dengan baik apabila
diantara warganya terjalin interaksi dengan baik.

Berikutnya adalah interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial


adalah proses sosial yang berkaitan dengan cara berhubungan antara individu dan
kelompok untuk membangun sistem dalam hubungan sosial. Jadi interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik antara individu maupun kelompok untuk menjalin
hubungan pertemanan, diskusi, kerjasama, yang diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Adapun syarat dalam interaksi sosial adalah adanya kontak sosial serta
adanya komunikasi. Adanya kontak sosial berarti adanya pertemuan baik secara langsung
ataupun tidak langsung, lalu adanya komunikasi berarti adanya penyampaian atau
pertukaran pesan yang terjadi pada antar individu. Dampak yang dihasilkan dari interaksi
sosial bisa menjadi baik ataupun buruk, yang baik akan menciptakan keteraturan sosial
dikarenakan terjalinnya komunikasi dan kerjasama yang baik antara individu satu dnegan
yang lainnya, dan yang buruk adalah terjadinya perilaku meyimpang dikarenakan proses
sosialisasi yang tidak sempurna.

Pada tugas kali ini kami akan menganalisis kasus “Dina Sanichar” dan juga “Ho
Van Lang” berdasarkan konsep sosialisasi dan interaksi sosial. Dina Sanichar merupakan
bocah yang “diasuh” oleh serigala di dalam hutan, yang ditemukan oleh para pemburu
dan diserahkan kepada panti asuhan “Misi Sukandra”. Kepribadian kita terbentuk oleh
banyak faktor, salah satunya adalah lingkungan kita dibesarkan. Pada saat ditemukan
hingga pada awal kehidupannya di panti asuhan, sangat terlihat bahwa sanichar tumbuh
dan berkembang seperti hewan, berjalan dengan empat kaki, memakan daging mentah,
dan mengeram serta melolong seperti serigala. Hal tersebut menghambat sanichar untuk
tumbuh dan berkembang seperti manusia pada umumnya karena ia hanya berinteraksi
dan bersosialisasi dengan hewan dan bukan manusia. Dengan begitu ia tidak paham akan
bahasa manusia, nilai serta norma yang ada dalam masyarakat sekitarnya. Hal negative
lainnya adalah tidak berkembangnya pola pikir sanichar seperti manusia karena ia
dibesarkan oleh hewan, manusia pada umumnya berperilaku berdasarkan nilai dan
norma serta diajarkan mengenai pengaturan sosial agar bisa menjadi lebih disiplin juga
ber etika sehingga secara kognisi sanichar tidak berkembang dengan baik seperti manusia
pada umumnya. Minimnya interaksi dan sosialisasi pada manusia membuatnya tidak
berkembang secara kognisi, afeksi, dan konasinya seperti manusia.
Sedikit berbeda kasusnya dengan Sanichar, Ho Van Lang merupakan manusia yang
tinggal didalam hutan dalam waktu yang sangat lama. Lang hidup berdua dengan
ayahnya di suatu gubuk di tengah hutan. Lang tidak berperilaku layaknya hewan seperti
sanichar karena Lang dibesarkan oleh seorang manusia. Hanya saja sangat minimnya
interaksi dan sosialisasi yang terjadi dengan manusia lain selain ayahnya. Hal tersebut
menyebabkan perilakunya tidak seperti modern civilization yang hidup dan memproduksi
sesuatu dengan alat yang sudah modern, melainkan Lang masih melakukan segala
kegiatan dan mecari kebutuhan hidupnya secara “primitif”. Salah satu faktor pembentuk
kepribadian kita adalah lingkungan dimana tempat kita tinggal, dan dengan siapa kita
berinteraksi serta belajar mengenai norma dan nilai dalam masyarakat. Lang berkembang
seperti manusia, namun tidak seperti manusia di peradaban modern pada umumnya. Ia
bisa berbicara, mencari kebutuhannya sendiri, dan sebagainya namun karena minimnya
interaksi dan juga sosialisasi membuatnya tidak berkembang seutuhnya.
B. Analisis Film
1. Room
Film Room ini mengisahkan seorang ibu dan anak yang terkurung dalam suatu
ruangan yang membuat mereka terisolir dari dunia luar yang mengakibatkan
minimnya wawasan dan informasi yang didapat atau dimiliki oleh anak tersebut.
Dampak yang didapat oleh anak tersebut adalah tidak stabilnya emosi karena
minimnya interaksi kepada manusia, dengan terbatasnya sentuhan terhadap manusia
membuat emosinya cenderung tidak stabil dan hanya ingin mendapatkan apa yang ia
inginkan. Berikutnya adalah tidak berkembangnya pola pikir pada sang anak, karena
minimnya informasi dan pengetahuan mengenai dunia luar dan terbatasnya interaksi
membuat anak tersebut menganggap bahwa segala hal yang terjadi merupakan sihir
saja, dan mengangggap banyak hal yang sebenarnya nyata menjadi tidak nyata.
Setelah itu adanya ketakutan dari sang anak untuk bersosialisasi dan berinteraksi
kepada masyarakat, dapat dilihat dari malu nya sang anak pada awal keluar dari
“kamar” untuk berbicara kepada siapapun selain ibunya. Dengan minim dan
terbatasnya interaksi dan sosialisasi terhadap masyarakat, membuat minimnya
informasi serta pengetahuan yang dimiliki oleh sang anak. Tidak hanya itu, sang anak
juga menjadi memiliki ketakutan untuk bersosialisasi yang mana hal tersebut
merupakan sesuatu yang cukup berbahaya. Walaupun secara alamiahnya manusia
terlahir individual, namun untuk bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya
manusia membutuhkan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial
yang membutuhkan manusia lainnya untuk hidup dan berkembang.

Anda mungkin juga menyukai