Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN INVESTASI & PASAR MODAL

“SEJARAH PASAR MODAL DI DUNIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

• 1801102 Hasriani • 1801174 Putri Indah Sari


• 1801105 Welsyani • 1801178 A. Andini Ramadhani
• 1801108 Asri Ainun • 1801179 Darsianti
• 1801109 Iin Alfriani • 1801183 Asdarwan
• 1801111 Sri Suartini • 1801185 Anur Hidayatullah Alsadiq
• 1801152 Eka Nofita Rian Ningsih • 1801192 Feby Oktaviani
• 1801171 Andi Ilham

INSTITUT ILMU SOSIAL & BISNIS ANDI SAPADA


TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta
karunia yang telah diberikanNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “SEJARAH PASAR MODAL DI DUNIA” sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas pada mata kuliah Manajemen Investasi & Pasar Modal.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari tanpa adanya doa, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak, penulisan makalah ini tidak akan dapat terwujud. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaan penelitian di masa datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Parepare, 12 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1Latar Belakang................................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3Tujuan Masalah.................................................................................. 1

BAB II LANDASAN TEORI. ..................................................................... 2

2.1 Pengertian Pasar Modal................................................................. 2


2.2 Aplikasi Bagi Hasil Pertama di Dunia........................................... 5
2.3 Dokumen Saham Pertama di Dunia............................................... 6
2.4 Pasar Modal Pertama di Dunia...................................................... 8
2.5 Pertumbuhan, Resesi, dan Alih Teknologi.................................... 11
2.6 Saham dan Kesejahteraan Karyawan............................................. 15

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 19

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah Pasar modal dunia mempunyai perjalanan panjang sebelum dan sesudah
munculnya bursa saham pertama di dunia. Munculnya bursa saham pertama di dunia tidak
lepas dari kontribusi Indonesia (nusantara) sebagai wilayah kaya penghasil rempah rempah
yang bernilai tinggi di Eropa (Belanda). Latar belakang kekayaan perdagangan Belanda
dengan Hindia Belanda (Nusantara) yang begitu menguntungkan akhirnya melahirkan VOC
yang menjadi “ibu” bagi saham pertama di dunia, dan membuat inovasi institusi yang
terkenal yang disebut pasar modal. Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar modal
pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah pengertian dari pasar modal?
2) Bagaimanakah aplikasi bagi hasil pertama di dunia?
3) Bagaimanakah dokumen saham pertama di dunia?
4) Bagaimana pasar modal pertama di dunia?
5) Bagaimanakah pertumbuhan, resesi, dan alih teknologi pada masa tersebut?
6) Bagaimana saham dan kesejahteraan karyawan?

1.3 Tujuan Masalah


1) Untuk mengetahui pengertian dari pasar modal.
2) Untuk mengetahui aplikasi bagi hasil pertama di dunia.
3) Untuk mengetahui dokumen saham pertama di dunia.
4) Untuk mengetahui pasar modal pertama di dunia.
5) Untuk mengetahui pertumbuhan, resesi, dan alih teknologi pada masa tersebut.
6) Untuk mengetahui saham dan kesejahteraan karyawan pada masa tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH PASAR MODAL DI DUNIA

2.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market), dimana kegiatan pasar
keuangan ini meliputi:

1) Pasar uang (money market)


2) Pasar modal (capital market)
3) Lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli (leasing), anjak piutang (factoring),
modal ventura (venture capital), kartu kredit (credit card).

Sehingga pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit atau bagian dari pasar
keuangan. Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran
umum atau diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang,
berbeda dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka
pendek.

Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of funds)


dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-
term investment) dan jangka panjang (long-term investment). Pemilik dana menyerahkan
sejumlah dana sedangkan penerima dana (perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti
kepemilikan berupa efek. Pasar (market) adalah sarana / tempat yang mempertemukan
pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi atas suatu komoditas atau jasa.
Pengertian modal (capital) dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Barang modal (capital goods), misalnya: tanah, bangunan/gedung, mesin.


2) Modal uang (fund) yang berupa financial assets.

2
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahwa pasar
modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau
merupakan aktifitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga. Pendapat lain
menyatakan bahwa pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang
baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang
merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang
merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.

Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick dan U Tun Wai
membedakan pengertian pasar modal menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Dalam arti luas:


”Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk
bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, surat
berharga/klaim panjang pendek primer dan yang tidak langsung.”

2) Dalam arti menengah:


”Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu
tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan
deposito berjangka.”

3) Dalam arti sempit:


”Pasar modal adalah tempat pasar uang terorganisir yang memperdagangkan
saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.” Dalam
pasal 1 butir 13 Undang-Undang Pasar Modal tentang ketentuan umum
menyatakan bahwa: ” Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek ”

3
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat diartikan sebagai
pasar tempat bertemunya pemilik dana yang akan menyerahkan sejumlah dana kepada
pengguna dana untuk tujuan investasi dengan pengguna dana yang akan memberikan
surat bukti kepemilikan berupa efek kepada pemilik dana, dimana mereka akan
melakukan transaksi berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Dana-dana
jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana
jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.

Pemilik dana, baik perorangan maupun suatu lembaga atau badan hukum
menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya agar lebih produktif dan lebih
berkembang. Mereka mengharapkan memperoleh suatu keuntungan di masa datang
(future earning) yang memberikan nilai tambah atas dana yang diinvestasikannya selama
periode waktu tertentu dalam bentuk efek di pasar modal.

Menurut Tandelilin (2001), dalam konteks perekonomian ada beberapa motif


mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

a) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak di masa depan merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut
selalu akan dilakukan.
b) Mengurangi tekanan inflasi. Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindari dalam
kehidupan ekonomi, yang dapat dilakukan adalah meminimalisir risiko akibat
adanya inflasi. Investasi dalam sebuah bisnis tentunya dapat dikategorikan
sebagai langkah yang efektif .
c) Sebagai usaha untuk menghemat pajak. Di beberapa negara banyak diberlakukan
kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan tersendiri kepada masyarakat yang melakukan
investasi pada suatu usaha tertentu.

Hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal dari segi ekonomi yang menfasilitasi
berpindahnya dana dari pemilik dana yang kelebihan dana kepada penerima dana untuk
diinvestasikan dengan harapan akan mendapatkan imbalan atas penyertaan dana tersebut.

4
Sedangkan dari sisi penerima atau pengguna dana, dengan tersedianya dana tersebut
memungkinkan bagi perusahaan yang bersangkutan untuk mengembangkan bidang
usahanya. Hal ini akan sangat membantu pengembangan usaha karena dana dari pasar
modal yang berbentuk dana segar, tidak perlu waktu terlalu lama untuk mendapatkannya
dibandingkan dengan dana yang berasal dari hasil produksi perusahaan. Disamping itu
dana yang berasal dari pasar modal jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan
dana yang berasal dari hasil produksi.

2.2 Kaum Publican (± 3 SM): Aplikasi Bagi Hasil Pertama di Dunia

Ide tentang pembagian penyertaan modal dan pembagian keuntungan sudah dikenal
sejak lama. Kita dapat menelusuri sejarah tentang saham hingga zaman Imperium Roma.
Pada zaman tersebut, pemerintah Roma mengontrakkan layanan kepada sekelompok
pengusaha swasta yang disebut kaum publican. Kaum Publican adalah kontraktor umum
yang berperan sebagai penyedia jasa yang dibutuhkan oleh pemerintah, seperti mengurus
persediaan dan logistik militer, mengelola pajak suatu wilayah atau pelabuhan, dan
pengerjaan proyek pembangunan fasilitas umum.

Sistem yang berlaku dalam penentuan proyek kepada Kaum Pulican adalah sistem
tender, dimana Kaum Publican memberikan penawaran harga kepada pemerintah.
Sebagai contoh adalah pengelolaan pajak. Wilayah Imperium Roma terbentang luas dari
Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada saat itu pemerintah terfokus pada ekstensi
wilayah jajahan dan penguatan militer, namun kekurangan sumber daya manusia untuk
mengumpulkan pajak di wilayah yang luas tersebut, oleh karena itu pengumpulan pajak
diserahkan kepada pihak swasta. Setiap beberapa tahun pemerintah melakukan lelang
untuk pengumpulan pajak di daerah jajahannya dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan, pemenang dari lelang adalah orang yang dapat memberikan penawaran
tertinggi pajak yang dapat dikumpulkan dari daerah tersebut. Pembayaran pajak kepada
pemerintah dilakukan pada akhir tenggang waktu yang ditentukan, dengan nominal yang
diajukan pada saat penawaran. Kaum publican yang melakukan pengumpulan pajak akan
mendapatkan komisi dari pajak tersebut. Selain itu setiap kelebihan yang diperoleh dari

5
pengumpulan pajak akan dihitung sebagai keuntungan, sebaliknya jika pengumpulan
pajak ternyata lebih kecil daripada jumlah yang harus dibayarkan mereka harus menutupi
kekurangan tersebut.

Sistem tersebut jelas memberikan resiko yang besar kepada kaum publican. Oleh
karena itu Kaum Publican didominasi oleh kaum kapitalis yang memiliki modal. Selain
itu, mereka sering membentuk kerjasama dalam melakukan pengumpulan pajak sehingga
resiko yang ditanggung oleh masing-masing orang menjadi lebih kecil. Perjanjian
kerjasama ini disebut "socii" untuk kerjasama yang melibatkan banyak pihak, dan
"particulae" untuk kerjasama yang melibatkan sedikit pihak. Peran Kaum Publican
berangsur-angsur berkurang setelah Imperium Roma berhenti melakukan ekspansi dan
membenahi sistem birokrasi dalam pemerintahannya.

2.3 Stora Kopparberg (850-an s.d. sekarang): Dokumen Saham Pertama di


Dunia

Eksploitasi tembaga di Falun, Swedia dilakukan sejak tahun 850-an oleh dan tambang
tembaga mulai beroperasi sejak 1080 yang dikelola oleh penduduk lokal. Dokumen
tertulis pertama yang menjelaskan tentang tambang tersebut dikenal sebagai Deed of
Exchange tertanggal 16 Juni 1288. Dokumen ini disahkan oleh Raja Swedia, Magnus
Biggerson. Uskup Kepala Uppsala dan tiga uskup lainnya. Dalam dokumen ini dijelaskan
pembagian seperdelapan hasil dari tambang kepada A. Peter, seorang Uskup. Pada saat
itu pengelolaan dan administrasi tambang bukan lagi dilakukan secara parsial oleh
penduduk lokal, namun dilakukan oleh sebuah organisasi yang terorganisir dengan baik.
Organisasi tersebut kebanyakan terdiri dari para Bangsawan Swedia dan pedagang-
pedagang dari luar negeri, terutama pedagang-pedagang dari Jerman Utara yang banyak
berinvestasi dalam pendirian tambang-tambang tersebut.

Dokumen lain yang dapat menggambarkan kondisi pada waktu itu adalah Charter of
Privileges yang dikeluarkan oleh Raja Magnus Eriksson pada tahun 1347 yang mengatur
perihal operasi tambang di Falun. Raja Magnus Eriksson membentuk organisasi pekerja
tambang yang dikenal sebagai "Bergsmännen" yang artinya manusia gunung. Raja

6
kemudian menunjuk empatbelas orang dari para pekerja tersebut untuk duduk dalam
Dewan Tambang dan dua diantaranya ditunjuk menjadi Menteri Urusan Tambang. Tugas
dari Menteri Urusan Tambang dan Dewan Tambang adalah untuk memastikan bahwa
tambang tetap beroperasi sesuai dengan undang-undang.

Swedia menjadi negara superpower pada abad ke-17. Ekonomi Swedia digerakkan
oleh tiga komoditi: tembaga, besi, dan tar, namun tembaga merupakan faktor yang paling
berpengaruh. Sebagian besar hasil tambang tembaga diekspor ke luar negeri, tembaga
Swedia bahkan memainkan peranan penting di pasar Eropa pada waktu itu. Saham
perusahaan-perusahaan tambang di Swedia menjadi incaran para kaum kapitalis. Tahun
1616, Raja Gustav II Adolf mengeluarkan undang-undang yang membatasi jumlah saham
yang beredar menjadi 1200 lembar dan jumlah kepemilikan saham menjadi 75 orang.
Pada tahun 1619, perusahaan tambang pertama didirikan oleh pihak swasta, namun pihak
kerajaan tetap memainkan peranan penting walaupun kepemilikannya dalam perusahaan
tambang telah berkurang. Pada abad ke-18, pamor tembaga mulai meredup. Perusahaan-
perusahaan tambang tembaga mulai beralih pada pengeksplorasian bijih besi dan
mengakuisisi perusahaan-perusahaan tambang dan pengolahan besi.

Tahun 1862, seluruh perusahaan tambang dan tambang-tambang kecil yang dikelola
oleh individu bergabung membentuk sebuah perusahaan swasta, Stora Kopparbergs
Bergslag. Hal tersebut juga menandai akhir pengaruh pihak kerajaan dalam perusahaan
tambang dan pembubaran Kementrian Pertambangan. Pada tahun 1888, Stora
Kopparberg menjadi Aktiebolag (Perusahaan Terbatas milik publik), tiap lembaran
saham yang seluruh berjumlah 1200 lembar dikonversikan menjadi masing masing
menjadi 8 lembar saham senilai 1000 crown Swedia. Hal tersebut membuat nilai
perusahaan menjadi 9,6 juta crown Swedia.

Sejarah mengenai Stora Kopparberg adalah sejarah mengenai akuisisi dan alih
teknologi. Dalam pengelolaan tambang, perusahaan menyisakan tumpukan kayu hasil
pembukaan lahan untuk pertambangan. Untuk mengoptimalkan kayu tersebut, Stora
Kopparberg mengakuisisi sebuah usaha penggergajian kayu di SkutskÃr pada tahun
1885. Pada tahun 1888, perusahaan membangun pembangkit listrik di Kvarnsveden falls
untuk menyuplai kebutuhan listrik pengolahan baja di Domnarvet, dan pengolahan kertas

7
yang dibangun belakangan pada tahun 1900. Untuk menambah produksi bijih besinya,
Stora Kopparberg mengakuisisi Gysinge Bruks Aktiebolag (1905), SÃderfors Bruk
Aktiebolag (1907), Gammelstilla, StrÃmsbergs, Västlands, Hillebola, dan Ullfors
(1910-1920).

Pengakuisisian tambang-tambang dan pengolahan-pengolahan bijih besi tersebut juga


meningkatkan suplai bahan baku untuk penggergajian kayu dan pengolahan kertas yang
dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 1956 produksi tambang besi mencapai 400 ribu ton
per tahun, dan produksi hasil hutan mencapai 175 ribu ton per tahun. Stora Kopparbergs
terus mengembangkan sayapnya dengan membangun pabrik-pabrik di luar negeri. Pada
tahun 1984. Stora Kopparbergs membangun Newton Falls Paper Mill di New York,
Amerika, pada tahun yang sama juga perusahaan mengadopsi nama STORA sebagai
identitas perusahaan.

Sementara produksi tambang mulai menurun, STORA tetap melakukan merger


dengan perusahaan-perusahaan besar penghasil produk-produk hasil hutan di Eropa.
Hingga pada awal tahun 1990-an, Manajemen STORA memutuskan untuk berfokus
kepada pengolahan produk-produk kehutanan dan mendivestasikan perusahaan-
perusahaan yang tidak terkait dengan produk intinya. Pada tahun 1998 STORA
melakukan merger dengan perusahaan pengolah hasil hutan dari Finlandia, Enso Oyj, dan
berubah nama menjadi Stora-Enso Oyj. Berpusat di Helsinski, dengan jumlah pegawai
lebih dari 46.000 orang, Stora-Enso Oyj sekarang ini menjadi perusahaan pulp dan kertas
terbesar di dunia dalam konteks kapasitas produksi, kelima terbesar di dunia dalam
konteks pendapatan, sekaligus sebagai perusahaan terbuka tertua di dunia yang masih
beroperasi hingga sekarang.

2.4 Vereinigte Ostindische Compagnie (VOC) - (1602-1799): Pasar Modal Pertama di


Dunia

Sejak Vasco Da Gama mempelopori rute perdagangan dari Eropa ke India pada akhir
abad ke-15, hubungan perdagangan antar bangsa-bangsa di Eropa dengan bangsa-bangsa
di Asia semakin erat. Spanyol dan Portugis yang pertama kali melakukan perdagangan

8
antar bangsa tersebut tampil sebagai penguasa rute perdagangan, sekaligus sebagai
penguasa tanah jajahan di Asia dengan semboyan Gold, Glory, dan Gospel. Rempah-
rempah yang berasal dari Asia, terutama lada, menjadi komoditi utama perdagangan pada
saat itu. Para pedagang melakukan perdagangan kontrak berjangka kepada para retailer
yang kemudian mendistribusikannya ke negara-negara Eropa lainnya.

Dengan sistem kontrak berjangka tersebut membuat para retailer harus menanggung
resiko atas pengiriman dari Asia ke Eropa, seringkali kualitas dan kuantitas yang diterima
oleh para retailer tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal. Pada akhir
abad ke-16, para pedagang dari Belanda, sebagai retailer terbesar rempah-rempah pada
saat itu, memutuskan untuk mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang dikuasai
oleh Portugis dan Spanyol. Mereka kemudian bergabung membentuk Brabantse
Compagnie, Rotterdamse Compagnie, dan Compagnie van Verre. Akibat dari
keputusan tersebut, persaingan antara para pedagang-pedagang di Eropa menjadi semakin
ketat. Ketika persaingan antar pedagang memanas, pihak pemerintah turut campur
dengan mempersenjatai armada-armada yang dikirimkan dalam misi dagang, akibatnya
perang antar negara-negara di Eropa tidak terelakkan lagi. Hasilnya harga rempah-
rempah menjadi jatuh.

Penurunan harga rempah-rempah dan ketidakamanan dalam perdagangan memaksa


para pengusaha Belanda untuk bekerjasama dan bergabung menjadi sebuah perusahaan.
Pada tanggal 20 Maret 1602, atas saran Gubernur Jendral Prinz Johann Moritz von
Nassau (1606 - 1679), tiga perusahaan besar di Belanda bergabung membentuk sebuah
perusahaan berskala nasional yang dikenal sebagai "Vereinigte Ostindische Compagnie"
(VOC). Pada mulanya VOC membuka enam kantor cabang: Amsterdam sebagai kantor
pusat perdagangan, Seeland, Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen. Setiap cabang
menunjuk calon Direksi hingga berjumlah 75 orang sebagai perwakilan, dari ke-75 calon
ini dipilih 17 orang yang menjadi Direktur Eksekutif perusahaan.

Modal awal yang disertakan dalam pembentukan perusahaan tersebut adalah sebesar
6.424.588 Guilders, jumlah yang besar pada saat itu. Kunci sukses VOC dalam
penggalangan modal adalah keputusan yang diambil oleh para pemilik untuk membuka
akses kepemilikan saham kepada publik. Lembaran-lembaran saham tesebut terjual

9
dengan cepat dengan harga nominal 3000 Guilders, dan dapat diperjualbelikan. Harga
nominal tersebut tidak ditentukan oleh pemerintah, namun oleh perusahaan independen
yang berperan sebagai reseller dalam memperjualbelikan saham tersebut. Penjualan dan
pembelian sertifikat saham VOC dikelola oleh dua direktur, yang berpusat di Amsterdam.
Oleh karena itu Amsterdam Kontor yang merupakan kantor pusat VOC dikenal sebagai
Pasar Modal pertama di Dunia. Selain itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi
dengan jangka waktu 3 sampai dengan 12 bulan untuk menutupi kebutuhan operasinya.

Kerajaan Belanda memberikan keistimewaan hak-hak kepada VOC dalam melakukan


operasinya, seperti: Hak eksklusif untuk berdagang di Tanjung Harapan, hak untuk
bernegosiasi tanpa mediasi pemerintah pusat, hak untuk mengeluarkan kontrak dan
beraliansi, hak untuk mencetak koin dan mata uang sendiri, serta hak untuk membangun
benteng-benteng, menunjuk gubernur, dan membentuk pasukan tentara di daerah jajahan
Belanda. Dengan pemberian hak-hak istimewa tersebut, VOC menjadi sebuah "negara
dalam negara" dan memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang sangat besar. Daerah
kekuasaannya meliputi Pulau Jawa, Kepulauan Maluku, Kepulauan Banda, Ternate,
Makasar, Ceylon, dan Tanjung Harapan.

Perusahaan tersebut terus berkembang walaupun terjadi beberapa kerugian-kerugian


kecil yang dikibatkan oleh pembajakan di Laut Cina Selatan, cuaca buruk, persaingan
dengan pedagang Eropa lainnya, pencurian, dan wabah penyakit yang menyerang awak
armada dagangnya. Sampai pertengahan abad ke-18, VOC berhasil menjadi perusahaan
monopoli terbesar pada waktu itu. Selama beroperasi, VOC memiliki 150 armada
dagang, 40 kapal perang, 20.000 pelaut, 10.000 tentara, dan lebih dari 50.000 penduduk
sipil yang dipaksa untuk bekerja pada perusahaan. Perkembangan tersebut juga
mendorong pertumbuhan harga saham perusahaan. Pada awal mula perdagangannya,
saham VOC telah meningkat 10-15% diatas nilai nominalnya; pada tahun 1622 harganya
meningkat 3 kali lipat; dan pada tahun 1721 meningkat hingga 12 kali lipat.

Kerugian paling besar disebabkan oleh inefisiensi dan korupsi yang menjalari tubuh
perusahaan. Karena mis-manajemen, VOC terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut
pada tanggal 31 Desember 1799. Pada saat itu nilai sahamnya hanya sebesar 25% dari
nilai nominalnya. Pada akhir hayatnya, VOC meninggalkan hutang hingga 110 juta

10
Guilders yang dibebankan kepada pemerintah Belanda. Oleh karena itu, saat ini istilah
VOC lebih dikenal sebagai kepanjangan dari Vergann Onder Corruptie yang artinya
"hancur karena korupsi".

2.5 Pasar Modal di Amerika: Pertumbuhan, Resesi, dan Alih Teknologi

Kebanyakan perdagangan saham dan sekuritas didominasi oleh perusahaan armada


perdagangan dan perdagangan rempah-rempah pada masa-masa awal berdirinya pasar
modal. Seperti yang telah disebutkan Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar Modal
pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris. Dengan
masuknya bangsa Inggris, yang memiliki armada perang terkuat di dunia pada saat itu -
the British Royal Navy - dalam percaturan perdagangan rempah-rempah dunia, maka lalu
lintas perdagangan mulai beralih ke Inggris.

Pasar Modal London memulai debutnya dari pasar terbuka (outdoor market) di jalan
Exchange Alley. Di jalan tersebut para broker melakukan transaksi jual beli saham-saham
perusahaan-perusahaan perkapalan dan perdagangan Inggris. Pada tahun 1725, transaksi
mulai beralih dari jalanan ke kedai kopi Jonathon's Coffee House, perdagangan saham
pada saat itu masih bersifat non-formal, baru setelah sistem perdagangan dibakukan pada
tahun 1773, administrasi perdagangan saham menjadi lebih tertata dan namanya berubah
menjadi The Stock Exchange.

Sistem perdagangan saham dikenalkan di Amerika oleh pendatang-pendatang dari


Inggris di wiayah koloninya. Pada mulanya perdagangan saham pada koloni Inggris
masih terpusat di London. Namun setelah Revolusi Amerika, dan kelahiran United States
of America, semua hubungan diplomatik maupun perdagangan antar Amerika dan Inggris
terputus, termasuk semua yang terkait dengan pasar finansial Inggris. Alexander
Hamilton, Sekretaris Bendahara (Secretary of the Treasury) pertama Amerika melihat
urgensi pendirian pasar modal yang independen di Amerika. Berdasarkan pengalamannya
mempelajari pasar modal di Inggris, Hamilton percaya bahwa pasar modal merupakan hal
yang esensial dalam membangun dan menjaga kestabilan ekonomi sebuah negara.

11
Selama periode jabatannya, 1789 sampai dengan 1795, ia dedikasikan untuk
mempromosikan pembangunan Pasar Modal di Amerika

Atas prakarsa Alexander Hamilton, saham-saham tiga bank besar di Amerika mulai
diperjualbelikan, walaupun pada saat itu pasar modal belum lagi terbentuk. Saham-saham
tersebut adalah saham the Bank of North America (1781), Bank of New York (1784), dan
the First Bank of the United States (1791). Saham-saham ini diterbitkan untuk membayar
hutang perang revolusi yang ditanggung oleh the Continental Congress.

Seperti halnya pendahulunya di Inggris, pasar modal di Amerika dimulai di luar


ruangan. Pada tahun 1792, John Sutton, Benjamin Jay, dan 22 pemimpin finansial
menandatangani kesepakatan pembetukan pasar modal di Amerika. Kesepakatan tersebut
ditandatangani di bawah pohon buttonwood di Castle Garden (sekarang Battery Park) dan
berisi tentang aturan main, regulasi, serta biaya yang akan dibebankan dalam setiap
transaksi. Mereka menamakan organisasi ini The Stock Exchange Office. Organisasi ini
bersifat eksklusif, hanya orang-orang tertentu yang menonjol dalam komunitas finansial
yang diperkenankan untuk bergabung, dan wanita merupakan kaum yang termarginalkan
dalam organisasi ini.

Perdagangan saham di Amerika kemudian berkembang dengan pesat, sehingga pasar


modal yang menjadi pusat transaksi menjadi penuh sesak. Pada tahun 1817, para broker
saham di New York membentuk the New York Stock & Exchange Board dan
meindahkan tempat transaksi ke gedung No.40 di Jalan Wallsteet. Pada tahun 1863, nama
organisasi tersebut berubah menjadi the New York Stock Exchange (NYSE) dan
berpindah lagi di pusat transaksinya ke gedung di persimpangan Jalan Wallstreet dan
Broad Street, hingga hari ini NYSE tetap beroperasi dilokasi tersebut.

Meningkatnya perdagangan saham terjadi seiring dengan berkembangnya ekonomi


Amerika dan bertambahnya jumlah perusahaan di Amerika. Pada tahun 1800, Amerika
hanya memiliki 295 korporasi besar, diman 20 diantaranya diperdagangkan sahamnya di
pasar modal. Pada tahun 1835, perusahaan yang terdaftar di NYSE berkembang menjadi
121 perusahaan, kebanyakan diantaranya adalah perusahaan kereta api yang berkembang
pesat pada era tersebut. Pada tahun 1869, jumlah perusahaan yang terdaftar di NYSE

12
bertambah menjadi 145 perusahaan, jenis industrinya pun bermacam-macam, mulai dari
perusahaan asuransi, baja, perlengkapan pertanian, perkebunan tembakau, dan
perusahaan manufaktur lainnya.

NYSE mengadopsi skala Dow Jones Industrial Average (DJIA), atau lebih dikenal
dengan Indeks Dow Jones. Nama tersebut diambil dari gabungan Charles Dow dan
Edward Jones, dua reporter yang kemudian mendirikan perusahaan penerbitan Dow
Jones & Company pada tahun 1882. Perusahaan tersebut menerbitkan surat kabar The
Wallstreet Journal yang berfokus kepada isu-isu finansial dan mengamati dengan
seksama pergerakan harga saham yang diperdagangkan di NYSE. Wallstreet Journal
kemudian membentuk sebuah indeks yang terdiri atas 11 perusahaan kereta api, dan pada
tahun 1896 diperluas menjadi rata-rata industri yang kemudian diadopsi oleh NYSE
sebagai indeks rata-rata saham-saham papan atas.

NYSE bukanlah satu-satunya pasar modal di kota New York. Pada awal
pengembangannya, aturan mengenai pendaftaran perusahaan pada NYSE sangat ketat,
setiap perusahaan dikenai ongkos sebesar $25 agar bisa terdaftar di NYSE. Banyak
pemilik perusahaan menengah yang hendak mengembangkan usahanya dengan menjual
sebagian kepemilikan sahamnya kepada publik terbentur dengan aturan yang berlaku.
Pada tahun 1842, sebagian broker mencoba memfasilitasi pasar perusahaan menengah
tersebut dengan membentuk the New York Curb Exchange, yang kemudian berubah
menjadi American Exchange (AMEX), namun hingga kini julukan Curb Market tetap
melekat kepada AMEX. Perdagangan saham di Curb Market pada mulanya dilakukan
di halaman gedung tempat NYSE berada. Hal tersebut tetap berlangsung hingga akhirnya
AMEX menempati gedung baru di Trinity Place, New York pada tahun 1921.

Tahun 1920-an merupakan tahun tahun keemasan teknologi bagi sejarah Amerika,
yang kemudian dikenal sebagai Roaring Twenties. Berbagai inovasi seperti radio,
otomotif, penerbangan, telefon, dan pembangkit listrik mulai dikembangkan dan
diterapkan secara luas di Amerika. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti Radio
Corporation of America (RCA) dan General Motors menjadi pionir dalam pasar finansial
Amerika, tidak ketinggalan perusahaan finansial yang menangani transaksi perdagangan

13
dan investasi seperti the Goldman Sachs Trading Corporation turut menjadi motor
penggerak perekonomian di Amerika.

Bank-bank di Amerika mencoba memanfaatkan hal tersebut dengan memberikan


kredit sebanyak-banyaknya kepada perusahaan-perusahaan tanpa melakukan analisis
terhadap kelayakan usaha. Struktur hutang yang timpang menggandakan resiko
kebangkrutan perusahaan, namun hal tersebut tersamarkan dengan pertumbuhan ekonomi
Amerika yang pesat. Pada tahun 1929, Adolf Miller, Presiden the Federal Reserve Board,
mengeluarkan kebijakan uang ketat dan menaikkan suku bunga pinjaman secara agresif.
Akibatnya banyak perusahaan yang memiliki struktur hutang yang buruk menjadi
kesulitan dalam membayarkan kewajiban hutangnya. Hal tersebut diperparah dengan aksi
profit taking yang dilakukan oleh para investor di sektor finansial. Berbagai pencetus
tersebut kemudian menyebabkan krisis ekonomi terburuk yang pernah dialami oleh
Amerika dan mengakibatkan depresi ekonomi yang berkepanjangan.

Hari Selasa, tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam sejarah
finansial bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday. Krisis dimulai
pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking besar-besaran yang
menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%. Transaksi yang terlalu besar
menyebabkan sistem pita penghitung (the ticker tape system) menjadi kelebihan beban
dan rusak, padahal peranan pita penghitung tersebut amat vital sebab menjadi satu-
satunya sumber informasi investor tentang harga saham terkini. Investor pun mencoba
mencari informasi melalui telefon dan telegraf yang menyebabkan kelebihan kapasitas
dari kedua jaringan tersebut. Praktis pada hari itu terjadi kebuntuan informasi yang
membawa investor dalam kondisi kegamangan.

Keesokan harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor yang tidak mengetahui
perkembangan informasi tentang pasar finansial, dan terdorong oleh resiko yang semakin
besar akibat berlakunya sistem margin trading, berbondong-bondong menjual saham-
saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai saham-saham papan atas turun hingga
lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu Indeks Dow Jones turun hingga 40%.
Amerika Serikat baru bisa keluar sepenuhnya dari krisis pada tahun 1932 setelah
kehilangan sekitar 89% nilai saham-saham perusahaan publik dari puncak keemasannya.

14
Dalam rangka mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal, Kongres
Senat Amerika Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang mengatur
perihal operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan pada tahun 1934,
dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang berfungsi untuk mengawasi
pelaksanaan undang-undang tersebut. SEC terdiri dari lima orang komisioner yang
ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dan disahkan oleh senat, Joseph P. Kennedy
ditunjuk menjadi ketua komisi pertama SEC masa bakti 1934-1935. Guna melindungi
investor dari aksi kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar
dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan perusahaan yang telah diaudit, serta
mengawasi setiap peralihan kepemilikan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.

Tahun 1971 menandai babakan baru dalam sejarah pasar modal. National Association
of Securities Dealers (NASD) memperkenalkan National Association of Securities
Dealers Automated Quotation (NASDAQ) yang sepenuhnya menerapkan prinsip pasar
modal elektronis untuk pertama kalinya. Semua data kepemilikan saham dan transaksi
keuangan dikonversikan menjadi data-data elektronik yang disimpan dalam satu
mainframe computer. Perdagangan saham tidak lagi dipusatkan dalam satu tempat,
namun dapat dilakukan dari mana saja asalkan terhubung dengan sistem NASDAQ, suatu
konsep yang istimewa mengingat pada saat itu koneksi internet belum lagi ada dan
teknologi tidak secanggih sekarang. Sistem yang demikian dikenal dengan istilah over-
the-counter (OTC). Saham-saham yang diperdagangkan oleh NASDAQ kebanyakan
berupa saham-saham perusahaan teknologi seperti IBM, Microsoft, Intel, Cisco, dan lain
sebagainya, oleh karena itu Indeks yang dipakai oleh NASDAQ sebagai patokan
pergerakan saham-saham yang tergabung di dalamnya dikenal sebagai Indeks Teknologi
NASDAQ. Saat ini NASDAQ bahkan telah mensponsori global stock market dengan
membuka cabang di berbagai daerah di luar negeri, diantaranya Kanada dan Jepang, serta
berasosiasi dengan pasar modal Hongkong dan Eropa.

2.6 Saham dan Kesejahteraan Karyawan

15
Sistem bagi hasil sebagai bentuk kompensasi kepada karyawan telah berlangsung
sejak lama. Pada zaman feudalisme, para tuan tanah menyadari bahwa memperkerjakan
budak untuk mengurus ladang dan perkebunan tidak ekonomis. Mereka tetap
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk memelihara dan memberi makan budak-
budak tersebut, namun disisi lain para budak tidak pernah menunjukkan antusiasme
mereka dalam melakukan pekerjaan, sehingga produktivitas mereka rendah. Sistem
perbudakan lalu dihapuskan, para tuan tanah lalu memperkerjakan buruh tani dan buruh
ladang yang diupah dengan menggunakan sistem bagi hasil. Namun sistem ini dirasakan
tetap tidak manusiawi karena proporsi yang didapatkan oleh para buruh tani tidak
sebanding dengan proporsi yang diterima para tuan tanah tersebut, selain itu jumlah
penghasilan yang diterima oleh para buruh tani tidak menentu sehingga menimbulkan
ketidakpastian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada zaman merkantilisme,
sistem bagi hasil diganti menjadi sistem upah tetap (fix income) yang regulasinya diatur
oleh pemerintah.

Walaupun sistem bagi hasil dianggap usang dan tidak manusiawi, tidak berarti sistem
tersebut hilang begitu saja. Hingga zaman Revolusi Industri sistem ini masih diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan-perusahaan keluarga, tentu saja dengan
proporsi yang lebih adil. Â A. R. J. Turgot, seorang ahli ekonomi berkebangsaan
Perancis, adalah salah seorang yang melihat keuntungan dari sistem bagi hasil ini. Pada
tahun 1775 beliau menerapkan sistem bagi hasil dengan struktur proporsi yang lebih baik
di perusahaan pengecatan rumah Maison Leclaire. Sistem bagi hasil yang diterapkan
pada perusahaan tersebut berbentuk tunai yang langsung dibayarkan kepada para
pekerjanya. Perusahaan yang pertama kali memberlakukan sistem bagi hasil di Amerika
Serikat adalah New Geneva, PA - sebuah perusahaan yang memproduksi barang pecah
belah - yang dipimpin oleh Albert Gallatin pada tahun 1794. Sistem ini bejalan efektif
dan terbukti mampu meningkatkan kinerja para pekerja perusahaan tersebut, namun
belum banyak perusahaan yang terorganisir menerapkan sistem bagi hasil tersebut.

Ide tentang penerapan sistem bagi hasil kemudian digagas lagi oleh Chaler Babbage
(1792-1871) melalui bukunya On the Economy of Machinery and Manufactures yang
diterbitkan pada tahun 1832. Dalam buku tersebut Babbage menyatakan bahwa pekerja

16
dan pemilik perusahaan harus memperoleh keuntungan mutual, oleh karena itu para
pekerja harus menikmati sebagian keuntungan dari perusahaan melalui pemberian bonus
kerja selain gaji yang telah mereka terima. Babbage mengklaim bahwa dengan
menerapkan sistem tersebut baik pekerja maupun pemilik perusahaan akan memperoleh
keuntungan karena setiap pekerja akan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan,
dan oleh karena itu mereka akan bekerja lebih baik dan mencegah setiap tindakan yang
akan merugikan perusahaan agar bonus yang mereka terima meningkat. Selain itu tidak
akan ada lagi konflik kepentingan antara pihak manajemen dan pekerja karena semuanya
memiliki kepentingan yang sama.

Gagasan Babbage diterima oleh banyak pihak dan bahkan dikembangkan sehingga
memiliki banyak variasi sistem insentif. Henry R. Towne menyarankan untuk
memberikan insentif dengan sistem bagi hasil yang dibagikan secara proporsional per
departemen, sementara Frederick A. Hasley lebih memilih untuk dibagikan secara
proporsional menurut kinerja seseorang. Banyak perusahaan besar mulai menerapkan
sistem bagi hasil melalui pemberian bonus kepada karyawannya, setidaknya terdapat 30
perusahaan besar yang menerapkan sistem ini termasuk  John Wannamaker Dry
Goods, Pillsbury Flour, Yale and Towne, Proctor and Gamble (1887), Sears (1916),
Kodak, dan Johnson's Wax (1917).

Pada saat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menggeliat pada tahun 1920-an,
banyak pengusaha mengalihkan sistem insentif yang diberikan kepada karyawannya, dari
berbentuk bagi hasil tunai menjadi sistem kepemilikan saham perusahaan melalui
program employee stock ownership plans (ESOPs). Dengan memiliki sebagian saham
perusahaan, para pekerja memperoleh tambahan penghasilan melalui dividen yang
dibagikan setiap tahun, bahkan setelah mereka tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut.
Selain itu mereka juga dapat menjual saham yang mereka miliki di pasar modal. Sistem
ESOP ini juga disukai oleh para pemilik perusahaan karena, walaupun proporsi
kepemilikan mereka berkurang, dengan menerapkan sistem ESOP perusahaan
mendapatkan berbagai potongan dan keringanan pajak.

Namun peristiwa Black Tuesday yang diikuti depresi yang berkepanjangan membuat
sistem ESOP ini gagal. Memiliki saham pada saat itu bagaikan memakan buah

17
simalakama, banyak pemilik saham yang menyesal karena saham yang mereka miliki
tidak lagi berharga, sementara bagi pemilik saham yang telah menjual saham mereka
sebelum Black Tuesday juga tetap tidak merasakan manfaat dari hasil penjualan tersebut
karena tergerus inflasi yang sangat tinggi dan sebagian hilang bersama bank-bank yang
dilikuidasi. Akibatnya ESOP tidak lagi diminati, hasil survey pada tahun 1934 yang
diselenggarakan oleh the National Industrial Conference Board menyebutkan bahwa 42
% perusahaan telah berhenti menggunakan sistem ESOP, pada tahun 1937 meningkat
menjadi 69%, dan pada tahun 1939 hanya tersisa 37 perusahaan yang masih menerapkan
sistem ESOP. Sistem ESOP kembali digunakan oleh perusahaan setelah ekonomi
Amerika Serikat mulai pulih pada tahun 1940-an, dan menjadi trend pada tahun 1950-an.

Pada tahun 1974 Kongres Amerika Serikat meloloskan Employee Retirement Income
Security Act (ERISA) yang mengatur tentang standar minimum untuk program pensiun
bagi perusahaan swasta dan pengurangan pajak terkait dengan penerapan program
kesejahteraan karyawan. ERISA-lah yang kemudian mendasari dikeluarkannya Internal
Revenue Code (IRC) pada tahun 1978 yang merupakan prosedur standar sistem
penetapan pajak oleh Internal Revenue Service (IRS). Pasal 401(k) adalah salah satu
pasal dalam IRC yang terkenal, pasal tersebut mengatur tentang penyelenggaraan
program pensiun yang layak bagi karyawan melalui sistem bagi hasil dan bonus saham.
Dengan adanya insentif pajak tersebut, banyak perusahaan yang tertarik menerapkan
program 401(k) dengan mengikutsertakan karyawannya dalam reksadana. Huges Air
Craft Company adalah perusahaan pertama yang menerapkan program 401(k) pada tahun
1978, diikuti oleh Johnson & Johnson, FMC, PepsiCo, JC Penney, Honeywell, Savannah
Foods & Industries, dan Coates, Herfurth, & England.

Dengan mengaplikasikan sistem bagi hasil, baik secara tunai maupun berbentuk
bonus saham, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan kepeduliannya
terhadap kesejahteraan karyawannya. Hingga saat ini, program ESOP maupun 401(k)
masih tetap banyak digunakan perusahaan-perusahaan di Amerika. Tercatat lebih dari 12
juta karyawan ikut serta dalam program ESOP pada tahun 2005 dan sekitar 42,4 juta
karyawan disertakan dalam program 401(k) pada akhir tahun 2003, beberapa bahkan

18
mendiversifikasikan beberapa program melalui reksadana baik atas inisiatif pribadi
maupun secara kolektif oleh perusahaan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran umum atau
diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang, berbeda dengan
pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka pendek.

Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of funds)


dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-
term investment) dan jangka panjang (long-term investment). Pemilik dana menyerahkan
sejumlah dana sedangkan penerima dana (perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti
kepemilikan berupa efek.

Pasar modal adalah suatu wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang


memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut. Produk
yang terdapat di pasar modal :

 Reksa Dana
 Saham
 Saham Preferan
 Obligasi
 Waran
 Right Issue

20
DAFTAR ISI

 Kompas. (2015). Mengenal Berbagai Transasksi Reksa Dana. Diakses dari


http://bisniskeuangan.
kompas.com/read/xml/2015/05/26/060700126/Mengenal.Berbagai.Transaksi.Reksa.Dana
pada 21 November 2015
 Kurniawati, Fitri. (2009). Pengaruh Asimetri Informasi dan Kualitas Auditor Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Bergerak di Sektor Keuangan. Diakses dari
http://core.ac.uk/ download/pdf/12348705.pdf pada 6 Oktober 2015
 Kusuma, Tifany. Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan, Kepemilikan Institusional Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Asimetri Informasi Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2008- 2012. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=186515&val=6445&title=Pengaru
%20kualitas%20pelaporan%20keuangan,%20kepemilikan%20institusional%20dan
%20ukuran%20perusahaan%20terhadap%20%20asimetri%20informasi%20pada
%20perusahaa%20perbankan%20yang%20terdaftar%20di%20bei%20 tahun%202008-
2012 pada 3 Oktober 2015.
 Muliadi, Muhammad Arief. (2014). Metode Anlisis DuPont. Diakses dari
http://ariefmuliadi30.blogspot.co.id/2014/05/metodeanalisis-dupont-du-pont-telah.html
pada 4 Oktober 2015.
 Munawir. (2001). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.
 Otoritas Jasa Keuangan. Diakses dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-8-
tahun-1995-tentang-pasar-modal, pada 22 November 2015.
 Perron, Pierre and Robert J. Shiller. (1985). Testing the Random Walk Hypothesis:
Power Versus Frequency of Observation. Economic Letters, Vol. 18, 381-386. Diakses
dari http://www.nber. org/papers/t0045.pdf pada 22 November 20155.

21

Anda mungkin juga menyukai