Klmpok 3 Manajemen Investasi Dan Pasar Modal
Klmpok 3 Manajemen Investasi Dan Pasar Modal
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta
karunia yang telah diberikanNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “SEJARAH PASAR MODAL DI DUNIA” sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas pada mata kuliah Manajemen Investasi & Pasar Modal.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari tanpa adanya doa, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak, penulisan makalah ini tidak akan dapat terwujud. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaan penelitian di masa datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1Latar Belakang................................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3Tujuan Masalah.................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah Pasar modal dunia mempunyai perjalanan panjang sebelum dan sesudah
munculnya bursa saham pertama di dunia. Munculnya bursa saham pertama di dunia tidak
lepas dari kontribusi Indonesia (nusantara) sebagai wilayah kaya penghasil rempah rempah
yang bernilai tinggi di Eropa (Belanda). Latar belakang kekayaan perdagangan Belanda
dengan Hindia Belanda (Nusantara) yang begitu menguntungkan akhirnya melahirkan VOC
yang menjadi “ibu” bagi saham pertama di dunia, dan membuat inovasi institusi yang
terkenal yang disebut pasar modal. Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar modal
pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market), dimana kegiatan pasar
keuangan ini meliputi:
Sehingga pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit atau bagian dari pasar
keuangan. Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran
umum atau diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang,
berbeda dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka
pendek.
2
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahwa pasar
modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau
merupakan aktifitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga. Pendapat lain
menyatakan bahwa pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang
baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang
merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang
merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.
Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick dan U Tun Wai
membedakan pengertian pasar modal menjadi 3 (tiga), yaitu:
3
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat diartikan sebagai
pasar tempat bertemunya pemilik dana yang akan menyerahkan sejumlah dana kepada
pengguna dana untuk tujuan investasi dengan pengguna dana yang akan memberikan
surat bukti kepemilikan berupa efek kepada pemilik dana, dimana mereka akan
melakukan transaksi berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Dana-dana
jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana
jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.
Pemilik dana, baik perorangan maupun suatu lembaga atau badan hukum
menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya agar lebih produktif dan lebih
berkembang. Mereka mengharapkan memperoleh suatu keuntungan di masa datang
(future earning) yang memberikan nilai tambah atas dana yang diinvestasikannya selama
periode waktu tertentu dalam bentuk efek di pasar modal.
a) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak di masa depan merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut
selalu akan dilakukan.
b) Mengurangi tekanan inflasi. Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindari dalam
kehidupan ekonomi, yang dapat dilakukan adalah meminimalisir risiko akibat
adanya inflasi. Investasi dalam sebuah bisnis tentunya dapat dikategorikan
sebagai langkah yang efektif .
c) Sebagai usaha untuk menghemat pajak. Di beberapa negara banyak diberlakukan
kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan tersendiri kepada masyarakat yang melakukan
investasi pada suatu usaha tertentu.
Hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal dari segi ekonomi yang menfasilitasi
berpindahnya dana dari pemilik dana yang kelebihan dana kepada penerima dana untuk
diinvestasikan dengan harapan akan mendapatkan imbalan atas penyertaan dana tersebut.
4
Sedangkan dari sisi penerima atau pengguna dana, dengan tersedianya dana tersebut
memungkinkan bagi perusahaan yang bersangkutan untuk mengembangkan bidang
usahanya. Hal ini akan sangat membantu pengembangan usaha karena dana dari pasar
modal yang berbentuk dana segar, tidak perlu waktu terlalu lama untuk mendapatkannya
dibandingkan dengan dana yang berasal dari hasil produksi perusahaan. Disamping itu
dana yang berasal dari pasar modal jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan
dana yang berasal dari hasil produksi.
Ide tentang pembagian penyertaan modal dan pembagian keuntungan sudah dikenal
sejak lama. Kita dapat menelusuri sejarah tentang saham hingga zaman Imperium Roma.
Pada zaman tersebut, pemerintah Roma mengontrakkan layanan kepada sekelompok
pengusaha swasta yang disebut kaum publican. Kaum Publican adalah kontraktor umum
yang berperan sebagai penyedia jasa yang dibutuhkan oleh pemerintah, seperti mengurus
persediaan dan logistik militer, mengelola pajak suatu wilayah atau pelabuhan, dan
pengerjaan proyek pembangunan fasilitas umum.
Sistem yang berlaku dalam penentuan proyek kepada Kaum Pulican adalah sistem
tender, dimana Kaum Publican memberikan penawaran harga kepada pemerintah.
Sebagai contoh adalah pengelolaan pajak. Wilayah Imperium Roma terbentang luas dari
Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada saat itu pemerintah terfokus pada ekstensi
wilayah jajahan dan penguatan militer, namun kekurangan sumber daya manusia untuk
mengumpulkan pajak di wilayah yang luas tersebut, oleh karena itu pengumpulan pajak
diserahkan kepada pihak swasta. Setiap beberapa tahun pemerintah melakukan lelang
untuk pengumpulan pajak di daerah jajahannya dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan, pemenang dari lelang adalah orang yang dapat memberikan penawaran
tertinggi pajak yang dapat dikumpulkan dari daerah tersebut. Pembayaran pajak kepada
pemerintah dilakukan pada akhir tenggang waktu yang ditentukan, dengan nominal yang
diajukan pada saat penawaran. Kaum publican yang melakukan pengumpulan pajak akan
mendapatkan komisi dari pajak tersebut. Selain itu setiap kelebihan yang diperoleh dari
5
pengumpulan pajak akan dihitung sebagai keuntungan, sebaliknya jika pengumpulan
pajak ternyata lebih kecil daripada jumlah yang harus dibayarkan mereka harus menutupi
kekurangan tersebut.
Sistem tersebut jelas memberikan resiko yang besar kepada kaum publican. Oleh
karena itu Kaum Publican didominasi oleh kaum kapitalis yang memiliki modal. Selain
itu, mereka sering membentuk kerjasama dalam melakukan pengumpulan pajak sehingga
resiko yang ditanggung oleh masing-masing orang menjadi lebih kecil. Perjanjian
kerjasama ini disebut "socii" untuk kerjasama yang melibatkan banyak pihak, dan
"particulae" untuk kerjasama yang melibatkan sedikit pihak. Peran Kaum Publican
berangsur-angsur berkurang setelah Imperium Roma berhenti melakukan ekspansi dan
membenahi sistem birokrasi dalam pemerintahannya.
Eksploitasi tembaga di Falun, Swedia dilakukan sejak tahun 850-an oleh dan tambang
tembaga mulai beroperasi sejak 1080 yang dikelola oleh penduduk lokal. Dokumen
tertulis pertama yang menjelaskan tentang tambang tersebut dikenal sebagai Deed of
Exchange tertanggal 16 Juni 1288. Dokumen ini disahkan oleh Raja Swedia, Magnus
Biggerson. Uskup Kepala Uppsala dan tiga uskup lainnya. Dalam dokumen ini dijelaskan
pembagian seperdelapan hasil dari tambang kepada A. Peter, seorang Uskup. Pada saat
itu pengelolaan dan administrasi tambang bukan lagi dilakukan secara parsial oleh
penduduk lokal, namun dilakukan oleh sebuah organisasi yang terorganisir dengan baik.
Organisasi tersebut kebanyakan terdiri dari para Bangsawan Swedia dan pedagang-
pedagang dari luar negeri, terutama pedagang-pedagang dari Jerman Utara yang banyak
berinvestasi dalam pendirian tambang-tambang tersebut.
Dokumen lain yang dapat menggambarkan kondisi pada waktu itu adalah Charter of
Privileges yang dikeluarkan oleh Raja Magnus Eriksson pada tahun 1347 yang mengatur
perihal operasi tambang di Falun. Raja Magnus Eriksson membentuk organisasi pekerja
tambang yang dikenal sebagai "Bergsmännen" yang artinya manusia gunung. Raja
6
kemudian menunjuk empatbelas orang dari para pekerja tersebut untuk duduk dalam
Dewan Tambang dan dua diantaranya ditunjuk menjadi Menteri Urusan Tambang. Tugas
dari Menteri Urusan Tambang dan Dewan Tambang adalah untuk memastikan bahwa
tambang tetap beroperasi sesuai dengan undang-undang.
Swedia menjadi negara superpower pada abad ke-17. Ekonomi Swedia digerakkan
oleh tiga komoditi: tembaga, besi, dan tar, namun tembaga merupakan faktor yang paling
berpengaruh. Sebagian besar hasil tambang tembaga diekspor ke luar negeri, tembaga
Swedia bahkan memainkan peranan penting di pasar Eropa pada waktu itu. Saham
perusahaan-perusahaan tambang di Swedia menjadi incaran para kaum kapitalis. Tahun
1616, Raja Gustav II Adolf mengeluarkan undang-undang yang membatasi jumlah saham
yang beredar menjadi 1200 lembar dan jumlah kepemilikan saham menjadi 75 orang.
Pada tahun 1619, perusahaan tambang pertama didirikan oleh pihak swasta, namun pihak
kerajaan tetap memainkan peranan penting walaupun kepemilikannya dalam perusahaan
tambang telah berkurang. Pada abad ke-18, pamor tembaga mulai meredup. Perusahaan-
perusahaan tambang tembaga mulai beralih pada pengeksplorasian bijih besi dan
mengakuisisi perusahaan-perusahaan tambang dan pengolahan besi.
Tahun 1862, seluruh perusahaan tambang dan tambang-tambang kecil yang dikelola
oleh individu bergabung membentuk sebuah perusahaan swasta, Stora Kopparbergs
Bergslag. Hal tersebut juga menandai akhir pengaruh pihak kerajaan dalam perusahaan
tambang dan pembubaran Kementrian Pertambangan. Pada tahun 1888, Stora
Kopparberg menjadi Aktiebolag (Perusahaan Terbatas milik publik), tiap lembaran
saham yang seluruh berjumlah 1200 lembar dikonversikan menjadi masing masing
menjadi 8 lembar saham senilai 1000 crown Swedia. Hal tersebut membuat nilai
perusahaan menjadi 9,6 juta crown Swedia.
Sejarah mengenai Stora Kopparberg adalah sejarah mengenai akuisisi dan alih
teknologi. Dalam pengelolaan tambang, perusahaan menyisakan tumpukan kayu hasil
pembukaan lahan untuk pertambangan. Untuk mengoptimalkan kayu tersebut, Stora
Kopparberg mengakuisisi sebuah usaha penggergajian kayu di SkutskÃr pada tahun
1885. Pada tahun 1888, perusahaan membangun pembangkit listrik di Kvarnsveden falls
untuk menyuplai kebutuhan listrik pengolahan baja di Domnarvet, dan pengolahan kertas
7
yang dibangun belakangan pada tahun 1900. Untuk menambah produksi bijih besinya,
Stora Kopparberg mengakuisisi Gysinge Bruks Aktiebolag (1905), SÃderfors Bruk
Aktiebolag (1907), Gammelstilla, StrÃmsbergs, Västlands, Hillebola, dan Ullfors
(1910-1920).
Sejak Vasco Da Gama mempelopori rute perdagangan dari Eropa ke India pada akhir
abad ke-15, hubungan perdagangan antar bangsa-bangsa di Eropa dengan bangsa-bangsa
di Asia semakin erat. Spanyol dan Portugis yang pertama kali melakukan perdagangan
8
antar bangsa tersebut tampil sebagai penguasa rute perdagangan, sekaligus sebagai
penguasa tanah jajahan di Asia dengan semboyan Gold, Glory, dan Gospel. Rempah-
rempah yang berasal dari Asia, terutama lada, menjadi komoditi utama perdagangan pada
saat itu. Para pedagang melakukan perdagangan kontrak berjangka kepada para retailer
yang kemudian mendistribusikannya ke negara-negara Eropa lainnya.
Dengan sistem kontrak berjangka tersebut membuat para retailer harus menanggung
resiko atas pengiriman dari Asia ke Eropa, seringkali kualitas dan kuantitas yang diterima
oleh para retailer tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal. Pada akhir
abad ke-16, para pedagang dari Belanda, sebagai retailer terbesar rempah-rempah pada
saat itu, memutuskan untuk mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang dikuasai
oleh Portugis dan Spanyol. Mereka kemudian bergabung membentuk Brabantse
Compagnie, Rotterdamse Compagnie, dan Compagnie van Verre. Akibat dari
keputusan tersebut, persaingan antara para pedagang-pedagang di Eropa menjadi semakin
ketat. Ketika persaingan antar pedagang memanas, pihak pemerintah turut campur
dengan mempersenjatai armada-armada yang dikirimkan dalam misi dagang, akibatnya
perang antar negara-negara di Eropa tidak terelakkan lagi. Hasilnya harga rempah-
rempah menjadi jatuh.
Modal awal yang disertakan dalam pembentukan perusahaan tersebut adalah sebesar
6.424.588 Guilders, jumlah yang besar pada saat itu. Kunci sukses VOC dalam
penggalangan modal adalah keputusan yang diambil oleh para pemilik untuk membuka
akses kepemilikan saham kepada publik. Lembaran-lembaran saham tesebut terjual
9
dengan cepat dengan harga nominal 3000 Guilders, dan dapat diperjualbelikan. Harga
nominal tersebut tidak ditentukan oleh pemerintah, namun oleh perusahaan independen
yang berperan sebagai reseller dalam memperjualbelikan saham tersebut. Penjualan dan
pembelian sertifikat saham VOC dikelola oleh dua direktur, yang berpusat di Amsterdam.
Oleh karena itu Amsterdam Kontor yang merupakan kantor pusat VOC dikenal sebagai
Pasar Modal pertama di Dunia. Selain itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi
dengan jangka waktu 3 sampai dengan 12 bulan untuk menutupi kebutuhan operasinya.
Kerugian paling besar disebabkan oleh inefisiensi dan korupsi yang menjalari tubuh
perusahaan. Karena mis-manajemen, VOC terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut
pada tanggal 31 Desember 1799. Pada saat itu nilai sahamnya hanya sebesar 25% dari
nilai nominalnya. Pada akhir hayatnya, VOC meninggalkan hutang hingga 110 juta
10
Guilders yang dibebankan kepada pemerintah Belanda. Oleh karena itu, saat ini istilah
VOC lebih dikenal sebagai kepanjangan dari Vergann Onder Corruptie yang artinya
"hancur karena korupsi".
Pasar Modal London memulai debutnya dari pasar terbuka (outdoor market) di jalan
Exchange Alley. Di jalan tersebut para broker melakukan transaksi jual beli saham-saham
perusahaan-perusahaan perkapalan dan perdagangan Inggris. Pada tahun 1725, transaksi
mulai beralih dari jalanan ke kedai kopi Jonathon's Coffee House, perdagangan saham
pada saat itu masih bersifat non-formal, baru setelah sistem perdagangan dibakukan pada
tahun 1773, administrasi perdagangan saham menjadi lebih tertata dan namanya berubah
menjadi The Stock Exchange.
11
Selama periode jabatannya, 1789 sampai dengan 1795, ia dedikasikan untuk
mempromosikan pembangunan Pasar Modal di Amerika
Atas prakarsa Alexander Hamilton, saham-saham tiga bank besar di Amerika mulai
diperjualbelikan, walaupun pada saat itu pasar modal belum lagi terbentuk. Saham-saham
tersebut adalah saham the Bank of North America (1781), Bank of New York (1784), dan
the First Bank of the United States (1791). Saham-saham ini diterbitkan untuk membayar
hutang perang revolusi yang ditanggung oleh the Continental Congress.
12
bertambah menjadi 145 perusahaan, jenis industrinya pun bermacam-macam, mulai dari
perusahaan asuransi, baja, perlengkapan pertanian, perkebunan tembakau, dan
perusahaan manufaktur lainnya.
NYSE mengadopsi skala Dow Jones Industrial Average (DJIA), atau lebih dikenal
dengan Indeks Dow Jones. Nama tersebut diambil dari gabungan Charles Dow dan
Edward Jones, dua reporter yang kemudian mendirikan perusahaan penerbitan Dow
Jones & Company pada tahun 1882. Perusahaan tersebut menerbitkan surat kabar The
Wallstreet Journal yang berfokus kepada isu-isu finansial dan mengamati dengan
seksama pergerakan harga saham yang diperdagangkan di NYSE. Wallstreet Journal
kemudian membentuk sebuah indeks yang terdiri atas 11 perusahaan kereta api, dan pada
tahun 1896 diperluas menjadi rata-rata industri yang kemudian diadopsi oleh NYSE
sebagai indeks rata-rata saham-saham papan atas.
NYSE bukanlah satu-satunya pasar modal di kota New York. Pada awal
pengembangannya, aturan mengenai pendaftaran perusahaan pada NYSE sangat ketat,
setiap perusahaan dikenai ongkos sebesar $25 agar bisa terdaftar di NYSE. Banyak
pemilik perusahaan menengah yang hendak mengembangkan usahanya dengan menjual
sebagian kepemilikan sahamnya kepada publik terbentur dengan aturan yang berlaku.
Pada tahun 1842, sebagian broker mencoba memfasilitasi pasar perusahaan menengah
tersebut dengan membentuk the New York Curb Exchange, yang kemudian berubah
menjadi American Exchange (AMEX), namun hingga kini julukan Curb Market tetap
melekat kepada AMEX. Perdagangan saham di Curb Market pada mulanya dilakukan
di halaman gedung tempat NYSE berada. Hal tersebut tetap berlangsung hingga akhirnya
AMEX menempati gedung baru di Trinity Place, New York pada tahun 1921.
Tahun 1920-an merupakan tahun tahun keemasan teknologi bagi sejarah Amerika,
yang kemudian dikenal sebagai Roaring Twenties. Berbagai inovasi seperti radio,
otomotif, penerbangan, telefon, dan pembangkit listrik mulai dikembangkan dan
diterapkan secara luas di Amerika. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti Radio
Corporation of America (RCA) dan General Motors menjadi pionir dalam pasar finansial
Amerika, tidak ketinggalan perusahaan finansial yang menangani transaksi perdagangan
13
dan investasi seperti the Goldman Sachs Trading Corporation turut menjadi motor
penggerak perekonomian di Amerika.
Hari Selasa, tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam sejarah
finansial bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday. Krisis dimulai
pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking besar-besaran yang
menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%. Transaksi yang terlalu besar
menyebabkan sistem pita penghitung (the ticker tape system) menjadi kelebihan beban
dan rusak, padahal peranan pita penghitung tersebut amat vital sebab menjadi satu-
satunya sumber informasi investor tentang harga saham terkini. Investor pun mencoba
mencari informasi melalui telefon dan telegraf yang menyebabkan kelebihan kapasitas
dari kedua jaringan tersebut. Praktis pada hari itu terjadi kebuntuan informasi yang
membawa investor dalam kondisi kegamangan.
Keesokan harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor yang tidak mengetahui
perkembangan informasi tentang pasar finansial, dan terdorong oleh resiko yang semakin
besar akibat berlakunya sistem margin trading, berbondong-bondong menjual saham-
saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai saham-saham papan atas turun hingga
lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu Indeks Dow Jones turun hingga 40%.
Amerika Serikat baru bisa keluar sepenuhnya dari krisis pada tahun 1932 setelah
kehilangan sekitar 89% nilai saham-saham perusahaan publik dari puncak keemasannya.
14
Dalam rangka mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal, Kongres
Senat Amerika Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang mengatur
perihal operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan pada tahun 1934,
dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang berfungsi untuk mengawasi
pelaksanaan undang-undang tersebut. SEC terdiri dari lima orang komisioner yang
ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dan disahkan oleh senat, Joseph P. Kennedy
ditunjuk menjadi ketua komisi pertama SEC masa bakti 1934-1935. Guna melindungi
investor dari aksi kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar
dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan perusahaan yang telah diaudit, serta
mengawasi setiap peralihan kepemilikan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Tahun 1971 menandai babakan baru dalam sejarah pasar modal. National Association
of Securities Dealers (NASD) memperkenalkan National Association of Securities
Dealers Automated Quotation (NASDAQ) yang sepenuhnya menerapkan prinsip pasar
modal elektronis untuk pertama kalinya. Semua data kepemilikan saham dan transaksi
keuangan dikonversikan menjadi data-data elektronik yang disimpan dalam satu
mainframe computer. Perdagangan saham tidak lagi dipusatkan dalam satu tempat,
namun dapat dilakukan dari mana saja asalkan terhubung dengan sistem NASDAQ, suatu
konsep yang istimewa mengingat pada saat itu koneksi internet belum lagi ada dan
teknologi tidak secanggih sekarang. Sistem yang demikian dikenal dengan istilah over-
the-counter (OTC). Saham-saham yang diperdagangkan oleh NASDAQ kebanyakan
berupa saham-saham perusahaan teknologi seperti IBM, Microsoft, Intel, Cisco, dan lain
sebagainya, oleh karena itu Indeks yang dipakai oleh NASDAQ sebagai patokan
pergerakan saham-saham yang tergabung di dalamnya dikenal sebagai Indeks Teknologi
NASDAQ. Saat ini NASDAQ bahkan telah mensponsori global stock market dengan
membuka cabang di berbagai daerah di luar negeri, diantaranya Kanada dan Jepang, serta
berasosiasi dengan pasar modal Hongkong dan Eropa.
15
Sistem bagi hasil sebagai bentuk kompensasi kepada karyawan telah berlangsung
sejak lama. Pada zaman feudalisme, para tuan tanah menyadari bahwa memperkerjakan
budak untuk mengurus ladang dan perkebunan tidak ekonomis. Mereka tetap
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk memelihara dan memberi makan budak-
budak tersebut, namun disisi lain para budak tidak pernah menunjukkan antusiasme
mereka dalam melakukan pekerjaan, sehingga produktivitas mereka rendah. Sistem
perbudakan lalu dihapuskan, para tuan tanah lalu memperkerjakan buruh tani dan buruh
ladang yang diupah dengan menggunakan sistem bagi hasil. Namun sistem ini dirasakan
tetap tidak manusiawi karena proporsi yang didapatkan oleh para buruh tani tidak
sebanding dengan proporsi yang diterima para tuan tanah tersebut, selain itu jumlah
penghasilan yang diterima oleh para buruh tani tidak menentu sehingga menimbulkan
ketidakpastian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada zaman merkantilisme,
sistem bagi hasil diganti menjadi sistem upah tetap (fix income) yang regulasinya diatur
oleh pemerintah.
Walaupun sistem bagi hasil dianggap usang dan tidak manusiawi, tidak berarti sistem
tersebut hilang begitu saja. Hingga zaman Revolusi Industri sistem ini masih diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan-perusahaan keluarga, tentu saja dengan
proporsi yang lebih adil. Â A. R. J. Turgot, seorang ahli ekonomi berkebangsaan
Perancis, adalah salah seorang yang melihat keuntungan dari sistem bagi hasil ini. Pada
tahun 1775 beliau menerapkan sistem bagi hasil dengan struktur proporsi yang lebih baik
di perusahaan pengecatan rumah Maison Leclaire. Sistem bagi hasil yang diterapkan
pada perusahaan tersebut berbentuk tunai yang langsung dibayarkan kepada para
pekerjanya. Perusahaan yang pertama kali memberlakukan sistem bagi hasil di Amerika
Serikat adalah New Geneva, PA - sebuah perusahaan yang memproduksi barang pecah
belah - yang dipimpin oleh Albert Gallatin pada tahun 1794. Sistem ini bejalan efektif
dan terbukti mampu meningkatkan kinerja para pekerja perusahaan tersebut, namun
belum banyak perusahaan yang terorganisir menerapkan sistem bagi hasil tersebut.
Ide tentang penerapan sistem bagi hasil kemudian digagas lagi oleh Chaler Babbage
(1792-1871) melalui bukunya On the Economy of Machinery and Manufactures yang
diterbitkan pada tahun 1832. Dalam buku tersebut Babbage menyatakan bahwa pekerja
16
dan pemilik perusahaan harus memperoleh keuntungan mutual, oleh karena itu para
pekerja harus menikmati sebagian keuntungan dari perusahaan melalui pemberian bonus
kerja selain gaji yang telah mereka terima. Babbage mengklaim bahwa dengan
menerapkan sistem tersebut baik pekerja maupun pemilik perusahaan akan memperoleh
keuntungan karena setiap pekerja akan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan,
dan oleh karena itu mereka akan bekerja lebih baik dan mencegah setiap tindakan yang
akan merugikan perusahaan agar bonus yang mereka terima meningkat. Selain itu tidak
akan ada lagi konflik kepentingan antara pihak manajemen dan pekerja karena semuanya
memiliki kepentingan yang sama.
Gagasan Babbage diterima oleh banyak pihak dan bahkan dikembangkan sehingga
memiliki banyak variasi sistem insentif. Henry R. Towne menyarankan untuk
memberikan insentif dengan sistem bagi hasil yang dibagikan secara proporsional per
departemen, sementara Frederick A. Hasley lebih memilih untuk dibagikan secara
proporsional menurut kinerja seseorang. Banyak perusahaan besar mulai menerapkan
sistem bagi hasil melalui pemberian bonus kepada karyawannya, setidaknya terdapat 30
perusahaan besar yang menerapkan sistem ini termasuk  John Wannamaker Dry
Goods, Pillsbury Flour, Yale and Towne, Proctor and Gamble (1887), Sears (1916),
Kodak, dan Johnson's Wax (1917).
Pada saat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menggeliat pada tahun 1920-an,
banyak pengusaha mengalihkan sistem insentif yang diberikan kepada karyawannya, dari
berbentuk bagi hasil tunai menjadi sistem kepemilikan saham perusahaan melalui
program employee stock ownership plans (ESOPs). Dengan memiliki sebagian saham
perusahaan, para pekerja memperoleh tambahan penghasilan melalui dividen yang
dibagikan setiap tahun, bahkan setelah mereka tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut.
Selain itu mereka juga dapat menjual saham yang mereka miliki di pasar modal. Sistem
ESOP ini juga disukai oleh para pemilik perusahaan karena, walaupun proporsi
kepemilikan mereka berkurang, dengan menerapkan sistem ESOP perusahaan
mendapatkan berbagai potongan dan keringanan pajak.
Namun peristiwa Black Tuesday yang diikuti depresi yang berkepanjangan membuat
sistem ESOP ini gagal. Memiliki saham pada saat itu bagaikan memakan buah
17
simalakama, banyak pemilik saham yang menyesal karena saham yang mereka miliki
tidak lagi berharga, sementara bagi pemilik saham yang telah menjual saham mereka
sebelum Black Tuesday juga tetap tidak merasakan manfaat dari hasil penjualan tersebut
karena tergerus inflasi yang sangat tinggi dan sebagian hilang bersama bank-bank yang
dilikuidasi. Akibatnya ESOP tidak lagi diminati, hasil survey pada tahun 1934 yang
diselenggarakan oleh the National Industrial Conference Board menyebutkan bahwa 42
% perusahaan telah berhenti menggunakan sistem ESOP, pada tahun 1937 meningkat
menjadi 69%, dan pada tahun 1939 hanya tersisa 37 perusahaan yang masih menerapkan
sistem ESOP. Sistem ESOP kembali digunakan oleh perusahaan setelah ekonomi
Amerika Serikat mulai pulih pada tahun 1940-an, dan menjadi trend pada tahun 1950-an.
Pada tahun 1974 Kongres Amerika Serikat meloloskan Employee Retirement Income
Security Act (ERISA) yang mengatur tentang standar minimum untuk program pensiun
bagi perusahaan swasta dan pengurangan pajak terkait dengan penerapan program
kesejahteraan karyawan. ERISA-lah yang kemudian mendasari dikeluarkannya Internal
Revenue Code (IRC) pada tahun 1978 yang merupakan prosedur standar sistem
penetapan pajak oleh Internal Revenue Service (IRS). Pasal 401(k) adalah salah satu
pasal dalam IRC yang terkenal, pasal tersebut mengatur tentang penyelenggaraan
program pensiun yang layak bagi karyawan melalui sistem bagi hasil dan bonus saham.
Dengan adanya insentif pajak tersebut, banyak perusahaan yang tertarik menerapkan
program 401(k) dengan mengikutsertakan karyawannya dalam reksadana. Huges Air
Craft Company adalah perusahaan pertama yang menerapkan program 401(k) pada tahun
1978, diikuti oleh Johnson & Johnson, FMC, PepsiCo, JC Penney, Honeywell, Savannah
Foods & Industries, dan Coates, Herfurth, & England.
Dengan mengaplikasikan sistem bagi hasil, baik secara tunai maupun berbentuk
bonus saham, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan kepeduliannya
terhadap kesejahteraan karyawannya. Hingga saat ini, program ESOP maupun 401(k)
masih tetap banyak digunakan perusahaan-perusahaan di Amerika. Tercatat lebih dari 12
juta karyawan ikut serta dalam program ESOP pada tahun 2005 dan sekitar 42,4 juta
karyawan disertakan dalam program 401(k) pada akhir tahun 2003, beberapa bahkan
18
mendiversifikasikan beberapa program melalui reksadana baik atas inisiatif pribadi
maupun secara kolektif oleh perusahaan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran umum atau
diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang, berbeda dengan
pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka pendek.
Reksa Dana
Saham
Saham Preferan
Obligasi
Waran
Right Issue
20
DAFTAR ISI
21