Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH HAKIM DALAM PROSES PERADILAN MENURUT

PERSPEKTIF HADITS

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD RAHMAT
NIM. 2021540026
( Sebagai Tugas Mata Kuliah Hadits Tematik/ Unit I)

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDY HUKUM KELUARGA ISLAM
IAIN LHOKSEUMAWE – TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Langkah pertama adalah ucapan syukur kepada Allah SWT yang sampai saat
ini masih memberikan kita kekuatan untuk menimba ilmu pengetahuan dan
menerangi dunia ini dengan cahaya iman di dada kita. Shalawat dan salam kita
haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta seluruh sahabat dan
keluarga beliau.
Makalah singkat ini merupakan tugas mata kuliah Hadits Tematik. Kami
dibebankan oleh dosen pembimbing mata kuliah dengan sebuah tulisan yang
bertemakan “Pengaruh Hakim Dalam Proses Peradilan Dari Perspektif Hadits”.
Tugas ini adalah bentuk proses belajara bagi kami untuk lebih mendalami hal
ikhwal tentang tafsir tematik. Dikarenakan hal tersebut, maka kami memohon maaf
bila masih banyak kekurangan dalam makalah ini yang perlu dikritik agar dapat
diperbaiki kedepannya.

Penulis

Muhammad Rahmat
Nim. 2021540026

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan ............................................................... 2

BAB II : KONSEP LEMBAGA PERADILAN MENURUT HADITS NABI ....... 3


A. Keberadaan Lembaga Peradilan ..................................................... 3
B. Syarat dan Etika Hakim ................................................................ 4
a. Syarat Hakim ........................................................................... 6
b. Etika Hakim .......................................................................... 7

BAB III : PERAN DAN FUNGSI HAKIM DALAM PERADILAN TINJAUAN


HADITS NABI ......................................................................................... 13
A. Melakukan Ijtihad Hukum ................................................................... 13
B. Memeriksa Para Pihak .......................................................................... 16

BAB IV : KESIMPULAN .......................................................................................... 18

Daftar Pustaka ........................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ajaran Islam telah memperlihatkan kebijakannya dengan membuka pintu


ijtihad untuk orang yang memang berkompeten dalam bidang ijtihad. Dalam
menyelesaikan perkara yang ada (terutama perkara-perkara besar), biasanya
masyarakat menyelesaikannya melalui proses persidangan yang dipimpin oleh
seorang hakim, karena hasil keputusan yang bersumber dari hakim memiliki kekuatan
hukum sehingga tidak mudah diganggu-gugat.

Perkara yang diajukan kepada hakim bermacam-macam, ada yang sama


dengan perkara-perkara yang telah ada sebelumnya dan penyelesaiannya tertuang
dalam peraturan (undang-undang) tertulis. Perkara yang seperti ini dapat diselesaikan
dengan mudah. Akan tetapi bila perkara tersebut merupakan perkara baru dan tidak
ada aturan penyelesaiannya dalam peraturan (undang-undang) tertulis, maka ini butuh
ijtihad untuk menanganinya. Oleh karena itu, hendaklah orang yang dipilih sebagai
hakim adalah orang yang mampu untuk ijtihad.

Dalam makalah ini, kami akan membahas beberapa hal yang berkaitan
dengan ijtihad seorang hakim, seperti kedudukan tinggi yang disandang oleh hakim,
bolehnya hakim berijtihad dalam menentukan keputusan, kondisi yang tidak baik
bagi hakim untuk memberi keputusan, kabar gembira untuk para hakim dan lain-lain.

Hakim adalah jabatan yang mulia sekaligus penuh resiko dan tantangan.
Mulia karena ia bertujuan menciptakan ketentraman dan perdamaian di dalam
masyarakat. Penuh resiko karena di dunia ia akan berhadapan dengan mereka yang
tidak puas dengan keputusannya, sedangkan di akhirat diancam dengan neraka jika
tidak menetapkan keputusan sesuai dengan yang seharusnya. Jabatan tersebut

1
membutuhkan moralitas yang tinggi dan tanggung jawab intelektual dalam
mengemban tugas mulianya yang sarat resiko dan tantangan.

Dengan mempertimbangkan bahwa makalah ini disusun sebagai tugas mata


kuliah hadits tematik, maka kami mencoba menganalisa permasalahan yang ada
melalui analisis hadits, baik secara dirayah maupun riwayah. Dengan melakukan
takhrij hadits diharapkan dapat semakin mendekatkan kita kepada konsep
kewenangan hakim dalam proses peradilan.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan


beberapa permasalahan :

1. Bagaimana pandangan hadits terhadap lembaga peradilan dan hakim?


2. Bagaimana analisa hadits-hadits tentang peradilan dan hakim?
3. Apa saja syarat dan etika seorang hakim?
4. Bagaimana pengaruh hakim terhadap proses peradilan?
5. Bagaimana status keputusan hakim dalam sebuah peradilan?

2
BAB II

KONSEP LEMBAGA PERADILAN MENURUT HADITS NABI

A. Keberadaan Lembaga Peradilan

Lembaga peradilan pada hakikatnya telah dikenal dikalangan umat Islam


sejak masa Rasulullah SAW. Selanjutnya pelembagaan lembaga peradilan terus
berkembang dari masa khulafaurrasyidin, para shahabat, masa kehalifahan sampai
tidak pada masa kita sekarang ini. Semakin kompleksnya permasalahan yang
dihadapi membuat keberadaan lembaga peradilan harus semakin kuat dan mampu
menjawab kebutuhan masyarakat atas keadilan.

Tidak ada khilaf diantara umat Islam bahwa hukum tertinggi adalah milik
Allah SWT dan selanjutnya hadits Rasulullah SAW. Dalam menjalankannya perlu
ada lembaga kehakiman. Hakim adalah jabatan yang mulia sekaligus penuh resiko
dan tantangan. Mulia karena ia bertujuan menciptakan ketentraman dan perdamaian
di dalam masyarakat. Penuh resiko karena di dunia ia akan berhadapan dengan
mereka yang tidak puas dengan keputusannya, sedangkan di akhirat diancam dengan
neraka jika tidak menetapkan keputusan sesuai dengan yang seharusnya. Jabatan
tersebut membutuhkan moralitas yang tinggi dan tanggung jawab intelektual dalam
mengemban tugas mulianya yang sarat resiko dan tantangan.1 Allah SWT dalam surat
al-Nisa ayat 105 berfirman :

ً ْ َ َْ َ ّْ ْ ُ َ ََ ُ 0 َ َٰ َ ‫ﱠ َْ َ ْ َ َْ َ ْ ٰ َ َْ ّ َ ْ ُ َ َ ْ َ ﱠ‬
ۙ‫" ﺧ ِﺼﻴﻤﺎ‬#‫ﻨ‬%ِ ‫ ﺗﻜﻦ ِ ﻠﺨﺎۤﯨ‬,-‫ﺎس ِﺑﻤﺎٓ ارﯨﻚ اﷲۗو‬
ِ ‫" ا‬#‫ِاﻧﺎٓ اﻧﺰ ﺎٓ ِا ﻚ ا ِﻜ ﺐ ِﺑﺎ ِﻖ ِ ﺤﻜﻢ ﺑ‬

Artinya :Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi


Muhammad) dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di antara

1
Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, ( Jakarta, Kencana, 2007)
Hal. 7

3
manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah engkau
menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) para
pengkhianat.(QS. An-Nisa : 105)
Muhammad Asad sebagaimana yang dikutip oleh Wahbah Zuhaily
menyebutkan “pembatasan kewenangan untuk mencegah konflik dalam melakukan
proses hukum atau peradilan adalah melakukannya dalam peradilan negara, karena
peradilan negara merupakan sebuah bentuk perwakilan dari ummat melalui ulama
tertentu untuk membatasi konflik, dimana ulama tersebut terkenal dengan ilmu dan
pengetahuannya tentang hukum, memiliki karakter yang kuat, bertakwa dan
berakhlak mulia”2

Keberadaan peradilan negara sebagai wakil dari ummat mendapat


legitimasi dari Rasulullah SAW melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Tarmidzi beliau bersabda3:

‫ي َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ اﻟْ ُﻤ ْﻌﺘَ ِﻤ ُﺮ ﺑْ ُﻦ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ َن َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ ُن اﻟْ َﻤ َﺪِﱐﱡ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ‬‫ﺼ ِﺮ ﱡ‬ ِ
ْ َ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْ ُﻦ َ"ﻓ ٍﻊ اﻟْﺒ‬
‫ا'َ َﻻ َْﳚ َﻤ ُﻊ أُﱠﻣ ِﱵ أ َْو‬‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َﺎل إِ ﱠن ﱠ‬‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ا'ِ ﺑْ ِﻦ ِدﻳﻨَﺎ ٍر َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤَﺮ أَ ﱠن َر ُﺳ‬
َ '‫ا‬ ‫ﱠ‬
‫ﺎﻋ ِﺔ َوَﻣ ْﻦ َﺷ ﱠﺬ َﺷ ﱠﺬ إِ َﱃ اﻟﻨﱠﺎ ِر‬ ْ ‫ا'ِ َﻣ َﻊ‬ ‫ﺿ َﻼﻟٍَﺔ َوﻳَ ُﺪ ﱠ‬ ِ ‫ﻗَ َﺎل أُﱠﻣﺔَ ُﳏ ﱠﻤ ٍﺪ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ‫اﳉَ َﻤ‬ َ ‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَﻰ‬ َ َ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Nafi' Al Bashri, telah
menceritakan kepadaku Al Mu'tamir bin Sulaiman, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman Al Madani dari 'Abdullah bin Dinar dari Ibnu
'Umar bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan ummatku, atau beliau
bersabda ummat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berada di atas
kesesatan, dan tangan Allah bersama Al Jama'ah, dan barangsiapa yang
hidup menyendiri maka dia akan menyendiri pula masuk neraka."
(HR.Tarmidzi)

Abu Isa berkata; Ini adalah hadis gharib ditinjau dari jalur ini. Adapun
Sulaiman Al Madani menurutku dia adalah Sulaiman bin Sufyan yang Abu Daud Ath

2
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islamy Wa Adillatuhu, (Damsyiq, Darul Fikri, 1985)Jilid VI, Hal.653
3
Carihadis.com, sunan turmudzi,Nomor 2092

4
Thayalisi, Abu 'Amir Al 'Aqadi dan yang lainnya dari ahli ilmu telah meriwayatkan
hadis darinya. Abu Isa berkata; Adapun penafsiran makna Al Jama'ah menurut para
ulama adalah mereka para ahli fiqih, ahli ilmu dan ahli hadis. Dan aku mendengar Al
Jarud bin Mu'adz berkata; Aku telah mendengar Ali bin Al Hasan berkata; Aku
bertanya kepada Abdullah bin Al Mubarak, "Siapakah Al Jama'ah itu?" kemudian dia
pun menjawab, "Abu Bakar dan Umar." lalu dikatakan kepadanya "Abu Bakar dan
Umar telah meninggal." Dia menjawab, "Fulan dan Fulan." Dikatakan lagi
kepadanya, "Fulan dan Fulan sudah meninggal." Kemudian dia berkata, "Abdullah
bin Al Mubarak dan Abu Hamzah As Sukkari adalah Jama'ah." Abu Isa berkata; Abu
Hamzah dia adalah Muhammad bin Maymun. Yakni, seorang syeikh yang shalih, dan
ia mengatakan hal ini ketika syaikh itu masih hidup.
Kendati hadits dianggap gharib, namun terdapat hadits lain dalam musnad
Ahmad yang menguatkan hadits diatas yang berbunyi4 :

ْ َ‫اﳋَْﻮَﻻِِﱐّ َﻋ ْﻦ َر ُﺟ ٍﻞ ﻗَ ْﺪ َﲰﱠﺎﻩُ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑ‬ ٍ ‫ﺚ َﻋ ْﻦ أَِﰊ وْﻫ‬ ٌ ‫ﺲ ﻗَ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻟَْﻴ‬


َ‫ﺼَﺮة‬ ْ ‫ﺐ‬ َ ُ ُ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳُﻮﻧ‬
‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َﺎل‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَ ﱠن َر ُﺳ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ِ ‫ﺐ رﺳ‬ ِ ‫اﻟْﻐِ َﻔﺎ ِر ِي‬
‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ '‫ا‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ '‫ا‬ ُ َ ِ ‫ﺻﺎﺣ‬ َ ّ
ِ
‫ا'َ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ أَ ْن َﻻ َْﳚ َﻤ َﻊ أُﱠﻣ ِﱵ‬ ‫ﺖ ﱠ‬ ُ ْ‫ َوَﻣﻨَـ َﻌ ِﲏ َواﺣ َﺪةً َﺳﺄَﻟ‬Sً ‫ﺖ َرِّﰊ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ أ َْرﺑَـ ًﻌﺎ ﻓَﺄ َْﻋﻄَ ِﺎﱐ ﺛََﻼ‬ ُ ْ‫َﺳﺄَﻟ‬
ِ ِ [ِ ‫ا' ﻋﱠﺰ وﺟ ﱠﻞ أَ ْن َﻻ ﻳـﻬﻠِ َﻜﻬﻢ‬ ِ ٍ
‫ﻚ ْاﻷ َُﻣ َﻢ ﻗَـْﺒـﻠَ ُﻬ ْﻢ‬ َ َ‫ﲔ َﻛ َﻤﺎ أ َْﻫﻠ‬َ ‫ﻟﺴﻨ‬ّ ْ ُ ُْ َ َ َ َ‫ﺖ ﱠ‬ ُ ْ‫ﺿ َﻼﻟَﺔ ﻓَﺄ َْﻋﻄَﺎﻧ َﻴﻬﺎ َو َﺳﺄَﻟ‬ َ ‫َﻋﻠَﻰ‬
‫ﺾ ﻓَ َﻤﻨَـ َﻌﻨِﻴ َﻬﺎ‬ ِ ِ ِ
ٍ ‫س ﺑَـ ْﻌ‬ َ ْ^َ ‫ﻀ ُﻬ ْﻢ‬ َ ‫ا'َ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ أَ ْن َﻻ ﻳَـ ْﻠﺒِ َﺴ ُﻬ ْﻢ ﺷﻴَـ ًﻌﺎ َوﻳُﺬ‬
َ ‫ﻳﻖ ﺑَـ ْﻌ‬ ‫ﺖ ﱠ‬ ُ ْ‫ﻓَﺄ َْﻋﻄَﺎﻧ َﻴﻬﺎ َو َﺳﺄَﻟ‬

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Yunus dia berkata, telah menceritakan
kepada kami Laits dari Abu Wahb Al Khaulani dari seorang laki-laki
yang ia sebutkan namanya, dari Abu Bashrah Al Ghifari seorang sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku meminta kepada Rabbku Azza wa Jalla
empat perkara, lalu Dia memberiku tiga perkara dan menolak satu
perkara; aku meminta kepada Rabbku agar umatku tidak bersepakat atas
kesesatan lalu Dia mengabulkannya, lalu aku meminta Allah Azza wa
Jalla agar tidak membinasakan kalian dengan paceklik sebagaimana
dibinasakannya umat sebelum kalian lalu Dia mengabulkannya, dan aku
4
Ibid, Musnad Ahmad, Nomor 25966

5
meminta Allah Azza wa Jalla agar tidak menjadikan mereka bergolong-
golongan dan sebagian mereka memerangi sebagian yang lain, namuan
Dia menolaknya."(HR. Ahmad)

Dengan berpijak pada dua hadits diatas, kami rasa sudah cukup bagi kita
untuk membangun pemahaman bahwa yang memiliki kewenangan dalam melakukan
proses peradilan adalah lembaga peradilan yang dibentuk oleh pemerintah sebagai
represtatif dari ummat.

B. Syarat dan Etika Hakim


a. Syarat hakim

Seorang hakim adalah orang yang menjalankan kekuasaan peradilan dalam


memutuskan perkara. Syarat-syarat seorang hakim dalam kitab al-Fiqh al-Manhaj
‘ala Madzhab Syafi’ie adalah5 :

1. Islam
2. Baligh dan Berakal (Taklif)
3. Bukan Budak
4. Laki-laki
5. Adil
6. Dapat mendengar
7. Dapat melihat
8. Dapat berbicara
9. Mampu menganalisa permasalahan
10. Mampu berijtihad
Meskipun demikian, Wahbah Zuhaili lebih cenderung kepada pendapat
Imam Mawardi bahwa syarat seorang hakim yang paling penting adalah adil, berilmu

5
Musthafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, al-Fiqh al-Manhaj ‘ala Madzhab Syafi’ie (
Damsyiq, Darul Qalam, 1996), Jilid VIII, Hal.178

6
dan bijaksanan.6 Syarat seorang hakim akan berkembang sesuai dengan kebutuhan
zaman, dimana yang paling mendasar untuk dimiliki oleh seorang hakim selain dari
sisi keimanannya adalah pengetahuan atau ilmu dan kemampuannya memutuskan
perkara sesuai dengan ilmu tersebut. Termasuk didalamnya kemampuan untuk
berijtihad untuk masalah-masalah yang tidak memiliki dalil secara qath’ie dan tidak
ada penjelasan dari ulama-ulama terdahulu.

b. Etika Hakim

Seorang hakim dalam menyelesaikan suatu perkara harus memiliki etika


yang harus diikuti. Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah
suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk berdasarkan moral dan akhlak.7
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka diantara etika seorang hakim menurut hadits
nabi adalah :

1. Mendengar keterangan kedua belah pihak.

ٍ َ‫ َﻋ ْﻦ َﺣﻨ‬،‫ب‬ ٍ ‫ﺎك ﺑْ ِﻦ ﺣﺮ‬ِ ‫ ﻋﻦ ِﲰ‬،َ‫ ﻋﻦ َزاﺋِ َﺪة‬،‫ﲔ اﳉﻌ ِﻔﻲ‬


‫ َﻋ ْﻦ‬،‫ﺶ‬ َْ َ َْ ْ َ ‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺣ َﺴ ٌْ ُْ ﱡ‬:‫ ﻗَ َﺎل‬،‫ﱠﺎد‬ ٌ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻫﻨ‬
‫ﺾ‬ِ ‫ ﻓَ َﻼ ﺗَـ ْﻘ‬،‫ﻚ َر ُﺟ َﻼ ِن‬ َ ‫ﺎﺿﻰ إِﻟَْﻴ‬ ِ ‫ﻮل ﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ‫ إِ َذا ﺗَـ َﻘ‬:‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ َ ُ ‫ ﻗَ َﺎل ِﱄ َر ُﺳ‬:‫َﻋﻠِ ٍّﻲ ﻗَ َﺎل‬
ِ َ‫ ﻓَﻤﺎ ِزﻟْﺖ ﻗ‬:‫ﻗَ َﺎل ﻋﻠِﻲ‬.‫ﻀﻲ‬
.‫ﺎﺿﻴًﺎ ﺑَـ ْﻌ ُﺪ‬ ِ ‫ف ﺗَ ْﺪ ِري َﻛﻴﻒ ﺗَـ ْﻘ‬ َ ‫ ﻓَ َﺴ ْﻮ‬،‫اﻵﺧ ِﺮ‬ ِ ِ
ُ َ ‫َ ﱞ‬ َ ْ َ ‫ﻟﻸ ﱠَول َﺣ ﱠﱴ ﺗَ ْﺴ َﻤ َﻊ َﻛ َﻼ َم‬
ٌ ‫َﻫ َﺬا َﺣ ِﺪ‬
‫ﻳﺚ َﺣ َﺴ ٌﻦ‬
Artinya : Hannad telah bercerita kepada kami, Husain al-Ju‘fi telah bercerita
kepada kami, dari Za’idah, dari Simak ibn Harb, dari Hanasy, dari Ali, ia
berkata, Rasulullah saw. telah bersabda kepadaku “Apabila ada dua
orang yang meminta keputusan kepadamu, maka janganlah memberi
keputusan atas dasar pengaduan yang pertama tanpa mendengar
keterangan pihak yang kedua. Nanti engkau akan mengerti bagaimana

6
Zuhaili, Jilid VI, Hal. 685
7
www.kbbi.kemedikbut.go.id

7
engkau akan menetapkan keputusan‛. Ali berkata, ‚Setelah itu, aku menjadi
seorang hakim‛ (HR al-Tirmizi)8
Al-Tirmidzi menilai hadis yang ia takhrij berkualitas hasan. Al-Albani
mengomentari penilaian al-Tirmidzi, dengan mengatakan: ‚bahkan ligairihi tetapi
pada sanadnya dha‘if‛. Syu‘aib al-Arna’ut menyatakan‚ hasan li ghairih‛, sementara
al-Hakim berkata,‚ hadis ini shahih menurut sanadnya, al-Bukhari dan Muslim tidak
mentakhrij hadis tersebut. Ibnu Hibban mengkategorikan sebagai hadits shahih di
dalam kitabnya. Menurut penulis, sanad hadis tentang mendengar kedua belah pihak
berkualitas hasan li gairih9

Berdasarkan analisa diatas, maka menurut pandangan penulis, bahwa


kekuatan hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi diatas dapat digunakan sebagai
sebuah dalil untuk mengatur etika seorang hakim dalam menyelesaikan sebuah
perkara.

2. Derajat Yang Sama Di Depan Pengadilan.

ِ ‫ﺑﺖ ﻋﻦ‬S ‫ ﺣﺪﱠﺛﻨﺎ ﻣﺼﻌﺐ اﺑﻦ‬،‫ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ اﳌﺒﺎرك‬


‫ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ‬ ُ ‫ ﺣﺪﱠﺛﻨﺎ‬،‫ﺑﻦ َﻣﻨﻴﻊ‬
ُ ُ ُ ُ ‫أﲪﺪ‬
ُ ‫ﺣﺪﱠﺛﻨﺎ‬
‫ﻳﺪي‬ َ َ‫ أن اﳋ‬- ‫ ﺻﻠﱠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫رﺳﻮل ﷲ‬
َ ‫ﺼﻤﲔ ﻳﻘﻌُﺪان ﺑﲔ‬ ُ ‫ ﻗﻀﻰ‬:‫ ﻗﺎل‬،‫اﻟﱡﺰﺑﲑ‬
‫اﳊَ َﻜ ِﻢ‬
Artinya : Ahmad ibn Mani‘ telah bercerita kepada kami, Abdullah ibn Mubarak
telah bercerita kepada kami, Mus‘ab ibn Sabit telah bercerita kepada
kami, dari Abdullah ibn al-Zubair, ia berkata, ‚Rasulullah saw.
menetapkan bahwa dua orang yang bersengketa harus duduk (untuk
memutuskan perkara mereka) dihadapan hakim‛ (HR Abu Dawud)10

8
Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Sunan Tirmidzi (Riyadh, Maktabah Al-Ma’arif, tt), Cet.I,
Hal.314
9
Abdul Rahman Zain, Hadits-hadits Tentang Etika Hakim, (Tesis pada Program Pasca
Sarjana UIN Alauddin Makasar, 2012), Hal. 96
10
Sulaiman ibn al-Asy‘as al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Juz IV (Cet. I; Bairut: Dar Ibnu
Hazm, 1998), h. 14.

8
Berdasarkan data dan uraian di atas, sanad tersebut berkualits dha‘if, sebab
salah satu perawinya bernama Mus‘ab ibn Sabit dinilai dha‘if. Hanya saja, dha‘if -nya

terletak pada sifat keintelektualan dan bukan pada keadilannya. Selebihnya perawi
dalam sanad itu, semuanya tsiqah. Oleh karena itu, sanad tersebut tidak parah (berat)
ke- dha‘if -annya.11
Matan hadis di atas secara substansi maknanya shahih. Sebab, adanya
hadits syahid dari hadits lain secara makna, yaitu dari Ummi Salamah. Selain itu,
terdapat riwayat Abu Hurairah yang mendukung makna hadis ‘Abdullah ibn al-
Zubair, yang artinya “Rasulullah saw. bersabda, ‚Orang yang telah ditunjuk menjadi
hakim diantara orang Islam harus memperlakukan mereka dengan adil dalam
perkataan dan tindakannya, sebagaimana posisi duduk mereka di persidangan” (HR
al-Baihaqi).

Pendapat ini juga didasari pada firman Allah dalam suta aN-Nahl ayat 90
yang berbunyi :

َ ْ ْ َ ْ َْ َ ٰ ََْ ٰ ْ ُْ ْ
ُ َ َْ َ َ ْ ْ َ ْ َْ ُ ُ َ َ0 ‫ﱠ‬
5
‫ ﻋ ِﻦ اﻟﻔﺤﺸﺎ ِۤء واﻟﻤﻨﻜ ِﺮ‬6‫ وﻳﻨ‬89‫ۤئ ِذى اﻟﻘﺮ‬
ِ ‫@ﺎ‬A ِ‫ﺎن وا‬
ِ ‫ﺣﺴ‬,ِ -‫۞ ِان اﷲ ﻳﺄﻣﺮ ِﺑﺎﻟﻌﺪ ِل وا‬
َ ْ ُ ‫َ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َﱠ ُ ْ َ َ ﱠ‬
‫ﻜﻢ ﺗﺬﻛﺮون‬Q‫ ﻳ ِﻌﻈﻜﻢ ﻟﻌ‬ST‫واﻟﺒ‬
ِ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan
memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan
keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu
agar kamu selalu ingat.” (QS. AN-Nahl : 90)
Seorang hakim harus memberi kesempatan yang sama kepada para pihak
yang bersengketa, atau kepada terdakwa dan jaksa penuntut untuk memberikan
keterangan dan bukti-bukti. Dalam masa peradilan berlangsung, terdakwa atau para
pihak yang bersengketa tetap dalam asas praduga tak bersalah.

11
Zein, Hadits-Hadits tentang Etika Hakim, Hal.99

9
3. Stabilitas emosional

َ‫ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ ﺑْ ِﻦ أَِﰊ ﺑَﻜَْﺮة‬،‫ﻚ ﺑْ ِﻦ ﻋُ َﻤ ٍْﲑ‬ ِ ِ‫ َﻋﻦ َﻋﺒ ِﺪ اﻟْﻤﻠ‬،َ‫ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑﻮ َﻋﻮاﻧَﺔ‬:‫ ﻗَ َﺎل‬،ُ‫َﺧﺒـﺮَ" ﻗُـﺘَـﻴـﺒﺔ‬
َ ْ ْ َ ُ َ َْ ََ ْ ‫أ‬
ِِ ِ ِ‫ وَﻛﺘـﺒﺖ ﻟَﻪ إِ َﱃ ﻋﺒـﻴ ِﺪ ﱠ‬،‫ َﻛﺘﺐ أَِﰊ‬:‫ﻗَ َﺎل‬
َ ْ ‫ا' ﺑْ ِﻦ أَِﰊ ﺑَﻜَْﺮةَ َوُﻫ َﻮ ﻗَﺎﺿﻲ ﺳﺠ ْﺴﺘَﺎ َن أَ ْن َﻻ َْﲢ ُﻜ َﻢ ﺑَـ‬
‫ﲔ‬ ْ َُ ُ ُ ْ َ َ ََ
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ُﻘ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ِ
‫ﲔ‬
َ ْ ‫َﺣ ٌﺪ ﺑَـ‬
َ ‫ »َﻻ َْﳛ ُﻜ ْﻢ أ‬:‫ﻮل‬ َ '‫ا‬ َ ‫ﺖ َر ُﺳ‬ ُ ‫ ﻓَِﺈِّﱐ َﲰ ْﻌ‬،‫ﻀﺒَﺎ ُن‬
ْ ‫ﺖ َﻏ‬ َ ْ‫ﲔ َوأَﻧ‬ِ ْ ‫اﺛْـﻨَـ‬
‫ﻀﺒَﺎ ُن‬
ْ ‫ﲔ َوُﻫ َﻮ َﻏ‬ِ ْ ‫اﺛْـﻨَـ‬
Artinya :“Qutaibah telah memberitakan kepada kami, ia berkata, Abu ‘Awanah telah
bercerita kepada kami, dari Abd. al-Malik ibn ‘Umair, dari Abd. al-Rahman
ibn Abi Bakrah, ia berkata, Ayahku telah menulis dan aku pula menuliskan
untuk ayahku kepada ‘Ubaidillah ibn Abi Bakrah, hakim di Sijistan, bahwa
jangan memutuskan hukum di antara dua orang, sedang engkau dalam
keadaan marah. Sesungguhnya aku (Abu Bakar) telah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, ‚Janganlah seseorang menghakimi dua orang
yang berperkara sedang ia dalam keadaan marah” (HR al-Nasa’i)12
Berdasarkan sanad dari hadits yang diriwayatkan oleh al-Nasa’i melalui
Qutaibah ini ternyata seluruh perawinya bersifat ‘adil dan dhabit (tsiqah), serta
sanadnya dalam keadaan bersambung. Itu berarti, hadits ini telah memenuhi unsur-
unsur kaidah kesahihan sanad, sehingga dapat dinyatakan bahwa sanad hadis yang
bersangkutan berkualitas sahih sebagaimana yang telah dingkapkan dalam syarah
Sunan al-Nasa’i dan Albani13

Marah adalah suatu respon terhadap perasaan/emosi yang menyebabkan


darah bergolak karena suatu hal. Perasaan marah dapat mengakibatkan daya nalar
seseorang berubah sehingga ia tidak dapat mendudukkan permasalahan menurut porsi
yang sebenarnya. Jika luapan emosi seorang hakim telah sampai pada batasan ini
maka putusan yang diambil akan menyimpang dari kebenaran dan keadilan. Dengan
demikian, marah merupakan jenis penguncian (pikiran dan hati) dan dapat
membutakan keadilan dan kebenaran.
12
Al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i bi Syarh al-Imamain al-Suyuti wa al-Sindi, (Juz IV , Cet. I; Kairo:
Dar al-Hadis, 1999), h. 622
13
Al-Syaukani, Nailul Athar, Jilid VIII, hal 313.

10
4. Larangan menerima suap

‫ ﻗَ َﺎل‬:‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة ﻗَ َﺎل‬،‫ َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ‬،َ‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋُ َﻤ ُﺮ ﺑْ ُﻦ أَِﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔ‬،َ‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ َﻋ َﻮاﻧَﺔ‬،‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋﻔﱠﺎ ُن‬
ْ ‫ " ﻟَ َﻌ َﻦ ﷲُ اﻟﱠﺮ ِاﺷ َﻲ َواﻟْ ُﻤ ْﺮﺗَ ِﺸ َﻲ ِﰲ‬:‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
‫اﳊُ ْﻜ ِﻢ‬ ِ ُ ‫رﺳ‬
َ ‫ﻮل ﷲ‬ َُ
Artinya: "Affan telah menceritakan kepada kami, Abu ‘Awanah telah menceritakan
kepada kami, ‘Umar ibn Abi Salamah menceritakan kepada kami, dari
ayahnya, dari Abi Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Allah
SWT melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap dalam
masalah hukum” (HR Ahmad ibn Hanbal)14
Menurut Penjelasan Abdullan bin Abdul Muhsin al-Turk, hadits ini
memiliki sanad yang hasan, namun derajatnya menjadi shahih li ghairih karena
matan dari hadits ini sesuai dengan ayat al-Qur’an dan Hadits-hadits lain yang
menekankan pentingnya kejujuran dan haramnya perbuatan curang.

Berdasarkan riwayat yang telah dikemukakan sebelumnya, ada dua


golongan yang mendapat kecaman sehubungan dengan perbuatan risywah. Pertama,
orang yang menyogok disebut al-rasyi; kedua, orang yang menerima sogok disebut
dengan murtasyi. Selain kedua orang tersebut, ada orang ketiga yang juga masuk
dalam kategori mendapat azab, yaitu menjadi mediator dalam sogok menyogok.
Laknat datang dari Rasulullah saw dan azab datang dari Allah swt.

5. Larangan menerima hadiah

ٍ ِ‫ ﻋﻦ َﳛﲕ ﺑ ِﻦ ﺳﻌ‬،‫ﺎش‬ ِ ِ ِ ُ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إِ ْﺳ َﺤ‬


‫ َﻋ ْﻦ ﻋُْﺮَوةَ ﺑْ ِﻦ‬،‫ﻴﺪ‬ َ ْ َ ْ ْ َ ٍ ‫ﻴﻞ ﺑْ ُﻦ َﻋﻴﱠ‬ ُ ‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إ ْﲰَﺎﻋ‬،‫ﻴﺴﻰ‬
َ ‫ﺎق ﺑْ ُﻦ ﻋ‬
‫ اﻟْﻌُ ﱠﻤ ِﺎل‬‰‫ " َﻫ َﺪ َا‬:‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َﺎل‬ ِ َ ‫ أَ ﱠن رﺳ‬،‫ﺎﻋ ِﺪ ِي‬ ِ ٍ
َ ‫ﻮل ﷲ‬ َُ ّ ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﲪَْﻴﺪ اﻟ ﱠﺴ‬،‫اﻟﱡﺰﺑَـ ِْﲑ‬
‫ﻮل‬
ٌ ُ‫ﻏُﻠ‬
Artinya: “Ishaq ibn ‘Isa telah menceritakan kepada kami, Isma‘il ibn ‘Ayyassy telah
menceritakan kepada kami, dari Yahya ibn Sa‘id, dari ‘Urwah ibn al-

14
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad Bin Hambal, (Muassasah Ar-Risalah, 2001) Jilid XV,
hal.8

11
Zubair, dari Abi Humaid al-Sa‘idi, bahwa sesungguhya Rasulullah saw.
bersabda, ‚Hadiah-hadiah terhadap pemerintah (termasuk kepada hakim)
merupakan bentuk pengkhianatan‛ (HR Ahmad ibn Hanbal).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sanad hadis riwayat Ah}mad ibn
Hanbal yang diteliti berkualitas dha‘if dan Isma ‘il ibn ‘Ayyasy ini meriwayatkan
secara makna dari kisah Ibnu al-Lutbiah. Menurut al-Bazzar, Isma ‘il ibn ‘Ayyasy
meringkas riwayatnya dari hadis Nabi saw. tentang kasus hadiah untuk petugas
pemungut zakat. Ringkasan tersebut salah dan yang benar adalah hadis riwayat dari
al-Zuhri dari ‘Urwah dari Abi Humaid bahwa Nabi saw. mengutus seseorang sebagai
petugas pemungut zakat.15

Al-Albani menilai hadis yang diteliti berkualitas sahih. Menurutnya, sanad


hadis tersebut memiliki syawahid dari Jabir, Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbas.
Meskipun sejumlah thuruq dan syawahid kualitas sanadnya lemah namun secara
keseluhan memberi petunjuk bahwa hadis tersebut bernilai shahih. Demikian pula,
hadis Ibnu al-Lutbiah menjadi syahid terhadap makna hadis yang diteliti.16

Bila suap dikaitkan dengan upaya untuk mempengaruhi keutusan secara


langsung, maka hadiah adalah upaya untuk mempengaruhi hakim secara tidak
langsung. Seorang pemberi hadiah, baik sedang berkasus maupun tidak, menjalin
hubungan dengan hakim dengan harapan apabila dikemudian hari ia terkena kasus
maka ia berada dalam posisi dekat dengan pengambil keputusan yang dalam hal ini
adalah hakim.

15
Zein, Hadits-hadits tentang Etika Hakim, Hal. 140
16
Nashiruddin Albani, Ilwa’ al-Ghalil fi takhrijil hawaditsu manarul sabil, ( Beirut,
Maktabah Islamy, 1985 ) Jilid VIII, Hal.246

12
BAB III

PERAN DAN FUNGSI HAKIM DALAM PERADILAN TINJAUAN


HADITS NABI

A. Melakukan Ijtihad Hukum.


Seorang hakim, selain memiliki ilmu pengetahuan dan bijaksana, ia juga
dituntut untuk mampu berijtihad dalam memutuskan hukum dari perkara yang
dihadapi. Kemampuan ini mutlak diperlukan karena kasus dan perkara hukum terus
berkembang sesuai dengan kompleksitas kondisi masyarakat. Dalam permasalahan
ini kita dapat merujuk kepada hadits Rasulullah SAW disaat mengutus Mu’az bin
Jabal ke Yaman. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah
SAW bersabda :

‫َﺧﻲ اﻟْ ُﻤﻐِ َﲑةِ ﺑْ ِﻦ‬ ِ ‫ث ﺑ ِﻦ ﻋﻤ ِﺮو اﺑ ِﻦ أ‬


ْ ْ َ ْ ‫اﳊَﺎ ِر‬
ِ ْ ‫ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺣ ْﻔ ﺺ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ ُﺷﻌﺒﺔَ ﻋﻦ أَِﰊ ﻋﻮ ٍن ﻋﻦ‬
ْ َ َْ ْ َ َْ ْ َ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ
‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ﺎب ُﻣ َﻌ ِﺎذ ﺑْ ِﻦ َﺟﺒَ ٍﻞ أَ ﱠن َر ُﺳ‬
ِ ‫َﺻﺤ‬ ِ ِ ِ
َ '‫ا‬ َ ْ ‫ُﺷ ْﻌﺒَﺔَ َﻋ ْﻦ أ َُ" ٍس ﻣ ْﻦ أ َْﻫ ِﻞ ﲪْ َﺺ ﻣ ْﻦ أ‬
ِ ْ‫ﻀﺎء ﻗَ َﺎل أَﻗ‬ ِ
‫ﻀﻲ‬ ٌ َ َ‫ﻚ ﻗ‬ َ َ‫ض ﻟ‬َ ‫ﻒ ﺗَـ ْﻘﻀﻲ إِ َذا َﻋَﺮ‬ َ ‫ﺚ ُﻣ َﻌﺎ ًذا إِ َﱃ اﻟْﻴَ َﻤ ِﻦ ﻗَ َﺎل َﻛْﻴ‬َ ‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ﱠﻤﺎ أ ََر َاد أَ ْن ﻳَـْﺒـ َﻌ‬
‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َﺎل ﻓَِﺈ ْن‬
‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ِ ‫ا'ِ ﻗَ َﺎل ﻓَﺒِﺴﻨ ِﱠﺔ رﺳ‬ ِ َ‫ا'ِ ﻗَ َﺎل ﻓَِﺈ ْن َﱂ َِﲡ ْﺪ ِﰲ ﻛِﺘ‬ ِ َ‫ﺑِ ِﻜﺘ‬
َ '‫ا‬ َُ ُ ‫ﺎب ﱠ‬ ْ ‫ﺎب ﱠ‬
‫َﺟﺘَ ِﻬ ُﺪ َرأْﻳِﻲ َوَﻻ آﻟُﻮ‬ ِ‫ﺎب ﱠ‬ ِ َ‫ا' َﻋﻠَْﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ وَﻻ ِﰲ ﻛِﺘ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ ِ ‫َﱂ َِﲡ ْﺪ ِﰲ ﺳﻨ ِﱠﺔ رﺳ‬
ْ ‫ا' ﻗَ َﺎل أ‬ َ َ ََ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ '‫ا‬ َُ ُ ْ
‫ا'ِ ﻟِ َﻤﺎ‬ ‫ﻮل ﱠ‬ ِ ‫ﻮل رﺳ‬ ِ ِ ِ ْ ‫ا' ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﺻ ْﺪرﻩ وﻗَ َﺎل‬
ُ َ َ ‫اﳊَ ْﻤ ُﺪ ﱠ' اﻟﱠﺬي َوﻓﱠ َﻖ َر ُﺳ‬ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ '‫ا‬
ِ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ب َر ُﺳ‬ َ ‫ﻀَﺮ‬ َ َ‫ﻓ‬
‫ث ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو‬ ِ ‫اﳊﺎ ِر‬ ٍ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ﻳـُْﺮ ِﺿﻲ َر ُﺳ‬
َْ ‫ﱠد َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َْﳛ َﲕ َﻋ ْﻦ ُﺷ ْﻌﺒَﺔَ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ أَﺑُﻮ َﻋ ْﻮن َﻋ ْﻦ‬ ٌ ‫ا' َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺴﺪ‬
ِ ‫ا'ِ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﺎب ُﻣ َﻌ ٍﺎذ َﻋ ْﻦ ُﻣ َﻌ ِﺎذ ﺑْ ِﻦ َﺟﺒَ ٍﻞ أَ ﱠن َر ُﺳ‬ِ ‫َﺻﺤ‬ ِ
ُ‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ﱠﻤﺎ ﺑَـ َﻌﺜَﻪ‬ َ ‫ﻮل ﱠ‬ َ ْ ‫َﻋ ْﻦ َ" ٍس ﻣ ْﻦ أ‬
ُ‫إِ َﱃ اﻟْﻴَ َﻤ ِﻦ ﻓَ َﺬ َﻛَﺮ َﻣ ْﻌﻨَﺎﻩ‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami [Hafsh bin Umar] dari [Syu'bah] dari
[Abu 'Aun] dari [Al Harits bin 'Amru] anak saudara Al Mughirah bin
Syu'bah, dari [beberapa orang penduduk Himsh] yang merupakan
sebagian dari sahabat Mu'adz bin Jabal. Bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ketika akan mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman beliau
bersabda: "Bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada
sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu?" Mu'adz menjawab,
"Saya akan memutuskan menggunakan Kitab Allah." Beliau bersabda:

13
"Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Kitab Allah?" Mu'adz
menjawab, "Saya akan kembali kepada sunnah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam." Beliau bersabda lagi: "Seandainya engkau tidak
mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
serta dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan berijtihad
menggunakan pendapat saya, dan saya tidak akan mengurangi."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menepuk dadanya dan
berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada
utusan Rasulullah untuk melakukan apa yang membuat senang
Rasulullah." Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah
menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] telah menceritakan
kepadaku [Abu 'Aun] dari [Al Harits bin 'Amru] dari [beberapa orang
sahabat Mu'adz] dari [Mu'adz bin Jabal] bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tatkala mengutusnya ke Yaman… kemudian ia
menyebutkan maknanya." (HR. Abu Daud)17

Sanad hadits ini dhaif karena terdapat beberapa shahabat Mu’az bina Jabal
yang meragukan dan Harits Bin Amr yang terkenal jahil. Kendatipun demikian,
banyak pen-tahqiq yang men-shahih-kan hadits ini dari golongan ahli ilmu seperti al-
Fakhru al-Bazdawiy dalam kitab Ushuluh, al-Juwaini dalam kitab al-Burhan, Abu
Bakar al-‘Arabi dalam kitab ‘Aridhatul Ahwadzi, Khatib al-Baghdady dalam kitab
Faqih wa Mutafaqqih, Ibnu Taymiyah dalam dalam kitab Majmu’ Fatawa, Ibnu
Katsir dalam kitab Tafsiruh, dan Ibnu Qayyim dalam kitab i’lamu mauqi’ien. Asy-
Syaukany bahkan membuat bab khusus yang membahas hadits ini dalam kitab fathul
qadir. Ibnu Abbas bin Al-Qash meriwayatkan bahwa Imam Syafi’ie menshahihkan
hadits ini.
Mu’az bin Jabal, diutus Rasulullah SAW ke Yaman dalam usia yang sangat
muda. Kenyataan ini memberi indikasi bahwa dalam penunjukan seorang hakim,
yang paling diperhatikan adalah kapasitas keilmuan dan kredibilitas moralnya.
Sedangkan batas usia hanya pada batasan seorang pria sudah baligh.

17
Sulaiman bin al-Asy’atsi Abu Daud, Musnad Abu Daud, (Maktabah Syamilah) Jilid V,
Hal.444

14
‫ﻳﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋْﺒ ِﺪ ﱠ‬
‫ا'ِ ﺑْ ِﻦ‬ ُ ‫ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ ﻳَِﺰ‬،‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﺣْﻴـ َﻮةُ ﺑْ ُﻦ ُﺷَﺮﻳْ ٍﺢ‬،‫ئ اﳌ ِّﻜ ﱡﻲ‬ ُ ‫ﻳﺪ اﳌ ْﻘ ِﺮ‬ َ ‫ا'ِ ﺑْ ُﻦ ﻳَِﺰ‬‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ ﱠ‬
‫ َﻣ ْﻮَﱃ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ‬،‫ﺲ‬ ٍ ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﻗَـْﻴ‬،‫ﻴﺪ‬ ٍ ِ‫ ﻋﻦ ﺑﺴ ِﺮ ﺑ ِﻦ ﺳﻌ‬،‫ث‬ ِ ‫ ﻋﻦ ُﳏ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ ِﻦ إِﺑـﺮ ِاﻫ ُﻴﻢ ﺑ ِﻦ َاﳊﺎ ِر‬،‫اﳍ ِﺎد‬
َ ْ ُْ َْ َ ْ َ َْ ْ َ ْ َ َ
‫ »إِذَا َﺣ َﻜ َﻢ‬:‫ﻮل‬ ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ُﻘ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ أَﻧﱠﻪُ َِﲰ َﻊ َر ُﺳ‬،‫ص‬
َ '‫ا‬ ِ ‫اﻟﻌﺎ‬ َ ‫ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ‬،‫ﺎص‬ ِ ‫اﻟﻌ‬ َ
ِ ‫اﳊﺎﻛِﻢ ﻓَﺎﺟﺘَـﻬ َﺪ ﰒُﱠ أَﺻﺎب ﻓَـﻠَﻪ أ‬
‫ﺖ‬ ُ ْ‫ ﻓَ َﺤ ﱠﺪﺛ‬:‫ ﻗَ َﺎل‬،«‫َﺟٌﺮ‬ ْ ‫َﺧﻄَﺄَ ﻓَـﻠَﻪُ أ‬ ْ َ‫ َوإِذَا َﺣ َﻜ َﻢ ﻓ‬،‫َﺟَﺮان‬
ْ ‫ﺎﺟﺘَـ َﻬ َﺪ ﰒُﱠ أ‬ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ
‫ َﻋ ْﻦ‬،‫ َﻫ َﻜ َﺬا َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ أَﺑُﻮ َﺳﻠَ َﻤﺔَ ﺑْ ُﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ‬:‫ ﻓَـ َﻘ َﺎل‬،‫ﻳﺚ أ ََ[ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْ َﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑْ ِﻦ َﺣ ْﺰٍم‬ ِ ‫ِ˜ َﺬا اﳊ ِﺪ‬
َ َ
‫ﱠﱯ‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ‫ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ ﱠ‬،‫ﺐ‬ ِ ِ‫اﻟﻌ ِﺰﻳ ِﺰ ﺑْﻦ اﳌﻄﱠﻠ‬ ‫ وﻗَ َﺎل ﻋﺒ ُﺪ‬،‫أَِﰊ ﻫﺮﻳـﺮَة‬
ِّ ‫ َﻋﻦ اﻟﻨ‬،َ‫ َﻋ ْﻦ أَﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔ‬،‫ا' ﺑْﻦ أَﰊ ﺑَ ْﻜﺮ‬ ُ ُ َ ِ َْ ِ َ َ َْ ُ
ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻣﺜْـﻠَﻪ‬ َ
Artinya :Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid almuqri' almakki telah
menceritakan kepada kami Haiwa bin Syuraikh telah menceritakan
kepadaku Yazid bin Abdullah bin Al Had dari Muhammad bin Ibrahim bin
Alharits dari Busr bin Sa'id dari Abu Qais mantan budak Amru bin 'Ash,
dari 'Amru bin 'ash ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Jika seorang hakim mengadili dan berijtihad, kemudian
ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua pahala, dan jika seorang hakim
berijtihad, lantas ijtihadnya salah (meleset), baginya dua pahala." Kata
'Amru, 'Maka aku ceritakan hadis ini kepada Abu Bakar bin Amru bin
Hazm, dan ia berkata, 'Beginilah Abu Salamah bin Abdurrahman
mengabarkan kepadaku dari Abu Hurairah. Dan Abdul 'Aziz bin Al
Muththalib dari Abdullah bin Abu Bakar dari Abu Salamah dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwa sallam semisalnya."(HR.
Bukhari)18

Imam muslim juga meriwayatkan hadits ini dari ‘Amru bin ‘Ash dan Abu
Hurairah. Adapun al-Hakim dan Daruqthny meriwayatkannya dari ‘Uqbah bin ‘Amir,

Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar dengan lafadz ‫إذاإﺟﺘﻬﺪ اﳊﺎﻛﻢ ﻓﺄﺧﻄﺄ ﻓﻠﻪ أﺟﺮ‬
namun dalam sanad haditsnya terdapat Fardh bin Fadhilah sehingga digolongkan
sebagai dhaif.19

18
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari,Shahih Bukhari ( Maktabah
Syamilah) Jilid IX, Hadits No.7352, Hal.108
19
Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukany, Nailul Authar, (Baitul Afkari
Dauliyah) Hal.1702

15
Hakim memiliki kewenangan untuk berijtihad dalam memutuskan perkara.
Dalam ijtihad tersebut, seorang hakim diwajibkan berijtihad berdasarkan ilmu yang
dimilikinya. Hakim yang seperti inilah yang walaupun ijtihadnya salah, ia tetap dapat
pahala. Rasulullah SAW dalam hadits menggolongkan hakim kedalam tiga golongan,
yaitu :
ِ ‫ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﳏ ﱠﻤ ُﺪ ﺑﻦ ﺣ ﱠﺴﺎ َن اﻟ ﱠﺴﻤ ِﱵ ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺧﻠَﻒ ﺑﻦ ﺧﻠِﻴ َﻔﺔَ ﻋﻦ أَِﰊ ﻫ‬
‫ﺎﺷ ٍﻢ َﻋ ْﻦ اﺑْ ِﻦ ﺑـَُﺮﻳْ َﺪ َة َﻋ ْﻦ‬ َ َْ َ ُْ ُ َ َ ‫ْﱡ‬ َ ُْ َ َ
‫ﺎن ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓَﺄَﱠﻣﺎ اﻟﱠ ِﺬي‬ ِ َ‫اﳉﻨ ِﱠﺔ واﺛْـﻨ‬ ِ ِ
َ َْ ‫ﻀﺎةُ ﺛََﻼﺛَﺔٌ َواﺣ ٌﺪ ﰲ‬
ِ ‫ﱠﱯ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَﺎ َل اﻟْ ُﻘ‬
ِ
َ ِّ ِ‫أَﺑِﻴﻪ َﻋ ْﻦ اﻟﻨ‬
‫اﳊُ ْﻜ ِﻢ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر َوَر ُﺟ ٌﻞ‬
ْ ‫اﳊَ ﱠﻖ ﻓَ َﺠ َﺎر ِﰲ‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ﻀﻰ ﺑِِﻪ َوَر ُﺟ ٌﻞ َﻋَﺮ‬ َ ‫اﳊَ ﱠﻖ ﻓَـ َﻘ‬
ْ ‫ف‬َ ‫اﳉَﻨ ِﱠﺔ ﻓَـَﺮ ُﺟ ٌﻞ َﻋَﺮ‬
ْ ‫ِﰲ‬
ِ ٍِ ِ ‫ﻀﻰ ﻟِﻠﻨ‬
‫ﻳﺚ اﺑْ ِﻦ‬َ ‫َﺻ ﱡﺢ َﺷ ْﻲء ﻓ ِﻴﻪ ﻳَـ ْﻌ ِﲏ َﺣﺪ‬ َ ‫ﱠﺎس َﻋﻠَﻰ َﺟ ْﻬ ٍﻞ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻗَ َﺎل أَﺑُﻮ َد ُاود َوَﻫ َﺬا أ‬ َ َ‫ﻗ‬
ٌ‫ﻀﺎةُ ﺛََﻼﺛَﺔ‬
َ ‫ﺑـَُﺮﻳْ َﺪ َة اﻟْ ُﻘ‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hassan As Samti telah
menceritakan kepada kami Khalaf bin Khalifah dari Abu Hasyim dari Ibnu
Buraidah dari Ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Hakim itu ada tiga; satu orang di Surga dan dua orang berada
di Neraka. Yang berada di surga adalah seorang laki-laki yang
mengetahui kebenaran lalu menghukumi dengannya, seorang laki-laki
yang mengetahui kebenaran lalu berlaku lalim dalam berhukum maka ia
berada di Neraka, dan orang yang memberikan keputusan untuk manusia
di atas kebodohan maka ia berada di Neraka." (HR. Abu Daud)20

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud ini, memberikan keterangan


kepada kita bahwa betapa besar ancaman dan hukuman bagi seorang hakim yang
bodoh atau yang berbuat curang dengan menyelewengkan kewenangannya demi
keuntungan pihak tertentu.

B. Memeriksa para pihak.


Seorang hakim memiliki kewenangan untuk memeriksa para pihak yang
bersengketa atau terdakwa sebelum menetapkan sebuah keputusan. Rasulullah SAW
bersabda :
20
https://carihadis.com/Sunan_Abu_Daud/3102

16
‫ﺶ َﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ٍّﻲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ اﻟ ﱠﺴ َﻼم ﻗَ َﺎل‬ ٍ ‫ﻳﻚ ﻋﻦ ِﲰ‬ ٍ
ٍ َ‫ﺎك َﻋ ْﻦ َﺣﻨ‬ َ ْ َ ٌ ‫َﺧﺒَـَﺮَ" َﺷ ِﺮ‬ ْ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﻤ ُﺮو ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﻮن ﻗَ َﺎل أ‬
"ََ ‫ا'ِ ﺗُـ ْﺮِﺳﻠُِﲏ َوأ‬
‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ َر ُﺳ‬‰َ ‫ﺖ‬ ِ ِ ‫ا'ِ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
ُ ‫ا'ُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ إِ َﱃ اﻟْﻴَ َﻤ ِﻦ ﻗَﺎﺿﻴًﺎ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ‬ َ ‫ﻮل ﱠ‬ ُ ‫ﺑَـ َﻌﺜَِﲏ َر ُﺳ‬
‫ﺲ‬ ‫ﻠ‬
َ ‫ﺟ‬ ‫ا‬‫ذ‬
َ َِ‫ﻚ ﻓ‬
‫ﺈ‬ َ ‫ﻧ‬
َ ‫ﺎ‬ ‫ﺴ‬ ِ‫ا' ﺳﻴـﻬ ِﺪي ﻗَـ ْﻠﺒﻚ وﻳـﺜـﺒِﺖ ﻟ‬
ُ ّ َ َ ْ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ن‬ ِ‫ﻀ ِﺎء ﻓَـ َﻘ َﺎل إ‬
َ ‫ﻘ‬َ ‫ﻟ‬
ْ ِ ‫اﻟﺴ ِﻦ وَﻻ ِﻋ ْﻠﻢ ِﱄ‬
[ ِ ‫ﻳﺚ‬ ُ ‫ﺪ‬ِ‫ﺣ‬
َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ّ ّ َ
ِ ِ ‫ﲔ ﺣ ﱠﱴ ﺗَﺴﻤﻊ ِﻣﻦ ْاﻵﺧ ِﺮ َﻛﻤﺎ َِﲰﻌ‬ ِ ِ َ‫اﳋ‬
‫َﺣَﺮى أَ ْن‬ْ ‫ﺖ ﻣ ْﻦ ْاﻷ ﱠَول ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ أ‬ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ‫ﺼ َﻤﺎن ﻓَ َﻼ ﺗَـ ْﻘﻀ َ ﱠ‬ ْ ْ ‫ﻚ‬ َ ْ‫ﲔ ﻳَ َﺪﻳ‬َ ْ ‫ﺑَـ‬
‫ﻀ ٍﺎء ﺑَـ ْﻌ ُﺪ‬َ َ‫ْﺖ ِﰲ ﻗ‬ ُ ‫ﺖ ﻗَﺎﺿﻴًﺎ أ َْو َﻣﺎ َﺷ َﻜﻜ‬
ِ
ُ ْ‫ﻀﺎءُ ﻗَ َﺎل ﻓَ َﻤﺎ ِزﻟ‬
َ ‫ﻚ اﻟْ َﻘ‬َ َ‫ﲔ ﻟ‬ َ ‫ﻳَـﺘَـﺒَـ ﱠ‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Aun ia berkata; telah
mengabarkan kepada kami Syarik dari Simak dari Hanasy dari Ali ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutusku ke Yaman
sebagai hakim, lalu kami katakan, "Wahai Rasulullah, apakah anda akan
mengutusku sementara saya masih muda dan tidak memiliki ilmu mengenai
peradilan?" Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah akan
memberi petunjuk kepada hatimu, dan meneguhkan lisanmu. Apabila ada
dua orang yang berseteru duduk di hadapanmu maka janganlah engkau
memberikan keputusan hingga engkau mendengar dari orang yang lain,
sebagaimana engkau mendengar dari orang yang pertama, karena
sesungguhnya keputusan akan lebih jelas bagimu." Ali berkata, "Setelah
itu aku tetap menjadi hakim atau aku tidak merasa ragu dalam
memberikan keputusan."(HR. Abu Daud)21

Hakim harus memeriksa para pihak dan bukti-bukti pendukung dalam


memutuskan sebuah perkara. Seandainya setelah kasus diputuskan, namun terdapat
bukti baru yang mengharuskan merubah keputusan terdahulu, maka seorang hakim
dapat merubah keputusan tersebut. Hakim sangat berpengaruh dalam menentukan
putusan, karena kesimpulan yang diambil oleh hakimlah yang akan menjadi amar
putusan sebuah perkara.

21
https://carihadis.com/Sunan_Abu_Daud/3111

17
BAB IV
KESIMPULAN

1. Hakim adalah pejabat yang diangkat oleh negara dan diberi kewenangan
untuk memutuskan perkara hukum sebagai representatif dari ummat.
2. Seseorang baru boleh menduduki jabatan seorang hakim apabila memenuhi
kriteria tertentu yang dibutuhkan dalam menjalan fungsinya.
3. Hakim boleh berijtihad apabila tidak ditemukan dalil dalam al-Qur,an dan
sunnah.
4. Hakim boleh merubah putusan bila ditemukan bukti baru dalam memutuskan
perkara.
5. Hakim adalah pengambil putusan perkara setelah mendengar keterangan para
pihak atau tersangka.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, ( Jakarta, Kencana,


2007)
Abdul Rahman Zain, Hadits-hadits Tentang Etika Hakim, (Tesis pada Program Pasca
Sarjana UIN Alauddin Makasar, 2012)
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin hambal, Sunan Ahmad bin
Hambal, (Kairo, Darul hadits, 1995)
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Turmudzi, Jami’ul Kabir Sunan Turmudzi, (Beirut,
Darul Gharbi, 1996)
Al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i bi Syarh al-Imamain al-Suyuti wa al-Sindi, (Cet. I;
Kairo: Dar al-Hadis, 1999)
Al-Syaukani, Nailul Authar, (Lebanon, Baitul Afkari Dauliyah, 2004)
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari, Shahih Bukhari (Mesir,
Darul Tauqi’ Sultaniyah, 1411 H)
Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukany, Nailul Authar, (Baitul Afkari
Dauliyah)
Musthafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, al-Fiqh al-Manhaj ‘ala Madzhab Syafi’ie (
Damsyiq, Darul Qalam, 1996)
Nashiruddin Albani, Ilwa’ al-Ghalil fi takhrijil hawaditsu manarul sabil, ( Beirut,
Maktabah Islamy, 1985)

Sulaiman ibn al-Asy‘as al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Juz IV (Cet. I; Bairut: Dar
Ibnu Hazm, 1998)
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islamy Wa Adillatuhu, (Damsyiq, Darul Fikri, 1985)
www.kbbi.kemedikbut.go.id

iii

Anda mungkin juga menyukai