Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI NON-VERBAL

OLEH :

1. PUTU ADRIAN JUNAEDI 1409005014


2. ABDUL NAFIS 1409005015
3. MIA KARLINA HARIATI 1409005016
4. NI LUH MADE SISKA YANTI 1409005017
5. I MADE WIMA CAHYADI 1409005018
6. NI MADE RIA ANDINI 1409005019
7. VERONICA VRISCILLA YOSEPH 1409005020
8. THALIA CAROLINA 1409005021
9. I GEDE ERIK JULIARTA 1409005022
10. GABRIELLA JENNI ALFADES LOA 1409005023
11. SAIDATUL SHOLEHA 1409005024
12. DEVINDA YUNISTIKA 1409005025
13. A.A GEDE OKA WIJAYA 1409005026
14. I WAYAN YUDIANA 1409005027
15. NI KADEK MULIANI 1409005029

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkankan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat diselesaikan.
Paper ini kami susun untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Dasar – dasar Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat Veteriner, yang berjudul “Komunikasi Non-Verbal”. Meskipun
banyak hambatan yang kami lalui dalam pembuatan paper ini, tapi kami dapat menyelesaikannya
tepat waktu. Terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr.Nyoman Sadra Dharmawan, MS.
dan Drh. Kadek Karang Agustina, MP. selaku dosen mata kuliah Dasar – dasar Komunikasi dan
PengembanganvMasyarakat Veteriner yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya penyelesaian tugas paper ini.
Demikianlah paper ini kami susun, dan kami menyadari masih ada kekurangna di
dalamnya oleh karena itu kritik dan saran pembaca sangat kami butuhkan. Besar harapan kami
paper ini dapat menambah wawasan pembaca tentang Komunikasi Non-Verbal.

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….……………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…….… ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….... iii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….………….. 1
1.1 Latar Belakang..………………………………………………………....... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 2

1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………… 2


1.4 Manfaat Makalah…………………………………………………..……… 2
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN……………………………………………… 3
2.1 Pengertian Komunikasi Non-Verbal………………………..…………… 3
2.2 Fungsi Komunikasi Non-Verbal…………….……..……………………. 3
2.3 Sifat-sifat Kominikasi Non-Verbal………..………………..…………… 5
2.4 Komponen Komunikasi Non-Verbal…………….………………………. 6
BAB III. PENUTUP ………………………………………………………………. 17
3.1 Simpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PURTAKA…………………………………………………………………... 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ekspresi Wajah……….…..………………………………………………. 7


Gambar 2. Kontak Mata.....……...…………………………………………………… 8
Gambar 3. Gerak Kepala……………………………………………………………… 9
Gambar 4. Gerak Tubuh dan Postur…..…………….………………………………… 10
Gambar 5. Sentuhan Interpersonal……...….…………………………………………. 12
Gambar 6. Paralinguartik Fitur………….……………………………………………. 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Komunikasi itu tidak semudah yang kita duga. Memang banyak orang yang
menganggap bahwa komunikasi itu mudah dilakukan, semudah bernafas karena kita
biasa melakukannya sejak lahir. Karena ada kesan “enteng” tidak mengherankan bila
sebagian orang enggan mempelajari bidang ini, terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum
berarti memahami komunikasi manusia, belum berarti memahami apa yang tejadi selama
komunikasi berlangsung, mangapa itu terjadi? Akibat-akibat apa yang terjadi? Dan
akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-
hasil dari kejadian tersebut?
Sebagai makhluk sosial, dimanapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, kita
selalu membutuhkam komunikasi dengan orang lain, jadi bukan hanya dosen, polisi,
pengacara ataupun penjual yang harus terampil berkomunikasi, namun semua jabatan,
banyak orang gagal karena mereka tidak terampil berkomunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari pun banyak kegagalan. Misalnya saja hubungan
sebuah pertemanan akan hancur jika terjadi miskomunikasi didalamnnya. Dalam kontak-
kontak inilah kita harus menegaskan kembali persepsi kita bahwa komunikasi itu bukan
sesuatu yang mudah, karena itu berbagai upaya terus menerus harus kita lakukan untuk
meningkatkan pengetahuan, komunikasi dan keterampilan kita berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi kita bisa melakukan komunikasi verbal dan komunikasi
non-verbal. Komunikasi non-verbal merupakan proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Mungkin Anda mengira pada saat
berkomunikasi dengan orang lain, yang paling penting diperhatikan adalah isi dari
perkataan yang disampaikan lawan bicara. Namun itu tidak cukup. Banyak gejolak emosi
yang dirasakan manusia, terlebih ketika berkomunikasi dengan orang lain. Emosi tersebut
bisa tidak ditunjukkan lewat kata-kata, namun bahasa non-verbal tidak akan bisa
berbohong. Dengan melihat gestur, postur, ekspresi wajah, dan petunjuk lainnya, kita bisa
membaca perubahan emosi yang dialami oleh seseorang. Bahkan, komunikasi non-verbal
terjadi sekitar 2/3 kalinya dalam sebuah percakapan. Manfaat lainnya, kita bisa tahu

1
dengan mudah ketika orang lain berbicara tidak jujur jika kita sudah ahli dalam
memahami gerakan tubuh seseorang. Maka dari itu, memahami petunjuk-petunjuk ini
bukanlah hal yang remeh. Contoh komunikasi non-verbal adalah menggunakan gerak
syarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, simbol-simbol serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas
suara, gaya emosi, dan gaya mencoba memberikan informasi mengenai komunikasi non-
verbal.
Untuk mengetahui hal itu secara lebih mendalam perlu pembelajaran yang lebih
lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan paper ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi non-verbal?
2. Apa saja fungsi dari komunikasi non-verbal ?
3. Apa saja sifat-sifat dari komunikasi non-verbal?
4. Apa saja komponen dari komunikasi non-verbal?

1.3 Tujuan Makalah


1. Agar mengetahui pengertian dari komunikasi non-verbal.
2. Agar mengetahui fungsi dari komunikasi non-verbal.
3. Agar mengetahui sifat-sifat dari komunikasi non-verbal.
4. Agar mengetahui komponen dari komunikasi non-verbal.

1.4 Manfaat Makalah


1. Memenuhi tugas presentasi mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Veteriner.
2. Sebagai reverensi untuk mempelajari tentang komunikasi non-verbal.

2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Komunikasi Non-verbal


Komunikas itu tidak hanya mengacu pada konten tetapi juga terhadap perasaan
dan emosi yang disampaikan dalam sebuah interaksi. Banyak artian yang berasal dari
komunikasi datang dari isyarat non verbal. Komunikasi non verbal di definisikan sebagai
sebuah komunikasi yang melibatkan semua bentuk dari komunikasi selain dari pada kata
yang diucapkan’ (Ellis et al. 2006; Mirardi& Riley 1997; Roberts &Bucksey 2007).
Komunikasi non verbal menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal
tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal
dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non-verbal, orang bisa
mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam
persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan
lainnya. Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat,
ekspresiwajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.
Pepatah lama yang menyatakan “tindakan lebih menekankan dari pada kata-kata”
ini sangat relevan dengan aspek non-verbal dari interaksi antara dokter hewan dengan
kliennya (Kurzt et al. 2003). Banyak masalah yang diidentifikasikan dengan studi
komunikasi non verbal seperti pemakaian isyarat yang mana dapat berarti ambigu,
berkelanjutan, melibatkan berbagai saluran dan budaya. Aspek komunikas non-verbal
yang dibahas di sini tidak dapat dipertimbangkan terpisah dari aspek lain seperti
mempertanyakan keahlian, mendengar dan dampak dari budaya pada proses komunikasi.

2.2 Fungsi Kuminikasi Non-verbal


Perilaku non verbal memiliki sejumlah fungsi , mereka menyampaikan sikap antar
pribadi dan keadaan emosional dari pengirim atau penerima. Mereka dapat mendukung
atau bertentangan dengan komunikasi verbal, memberikan isyarat penerima tentang apa
yang sedang dikomunikasikan dan menambah arti untuk komunikasi verbal. Mereka juga
menggantikan bahasa ketika berbicara  yang tidak mungkin(Argyle 1998;arnold and
underman-boggs 2007;carris-verhallen et al.1999;kagan & Evans 2001). Karena itu

3
perilaku non verbal memiliki fungsi regulasi dengan memungkinkan orang untuk
bergiliran, memberi dan menerima umpan balik dan menunjukkan perhatian kepada
orang lain ( Kagan dan Evans 2011). Komunikasi non verbal dapat memiliki lima efek
dari komunikasi verbal pada orang yang memahami pesan.

Fungsi pertama : Repetisi


Perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda
menganggukkan kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika
mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus
pergi untuk menemukan WC.

Fungsi ke dua : Substitusi


Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara
Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen mendatangi
mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan
tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak").
Isyarat non verbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem

Fungsi Ketiga : Kontradiksi


Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal
dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, anda memuji prestasi
teman sambil mencibirkan bibir.

Fungsi Keempat : Aksentuasi


Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya,
menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat
nonverball tersebut disebut affect display.

Fungsi Kelima : Komplemen

4
Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya, saat kuliah akan
berakhir, anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup
kuliahnya.

2.3 Sifat-sifat Komunikasi Non-verbal


Tidak Universal dan kontekstual

Artinya pesan yang terkandung dalam isyarat non-verbal tergantung pada


konteksnya (tempat, waktu dan situasi). Mengedipkan mata pada seorang wanita di bis
kota dan dimeja poker beda maknanya. Kedipan di meja poker akan mendapat uang
banyak, kedipan di bis kota, sifatnya menggoda.

Terikat Budaya
Komunikasi non-verbal yang disepakati oleh kelompok dengan budaya tertentu
disatu negara, akan berbeda dengan yang ada ditempat lain. Kita orang Indonesia sepakat
ketika mengatakan setuju diikuti gerakan menganggukkan kepala. Sementara di India,
ketika setuju, mereka malah menggelengkan kepala. Tentu hal ini dipengaruhi oleh
budaya yang berbeda, yang mengikat masyarakat pada masing-masing tempat.

Spontan
Saat kita ada pengemis menghampiri lalu anda mengangkat telapak tangan,
seketika pengemis tersebut memahami bahwa anda tidak akan memberinya receh.

Ambigu
Pesan yang disampaikan komunikator secara non-verbal belum tentu bisa
dipersepsikan sama-makna oleh para komunikan. Misalnya saat ada wanita cantik
mengedipkan matanya kearah dua pemuda didepannya.

Dapat dipercaya
Hasil peneletian menunjukkan hampir selalu terdapat kekonsistenan antara bahasa
verbal dan nonverbal pun berdusta. Hasil penelitian para akhli juga menemukan, biasanya
orang berbohong saat berbicara, menggunakan kata-kata lebih sedikit. Orang yang

5
berbohong cenderung menggunakan jeda (pause) yang lebih lama, sebelum menjawab
pertanyaan. Ciri lain orang berbohong, mereka yang menggunakan kata-kata yang
konkret. Mereka biasanya menggunakan istilah-istilah yang umum seperti, “Yah, seperti
itulah”. Mereka juga jarang menyebutkan nama tempat atau nama orang secara spesifik.
Ciri lainnya adalah saat bicara sering menutup mulutnya dengan tangan yang posisi ibu
jarinya di pipi.

Dikendalikan oleh aturan


Ada beberap aturan-aturan yang berlaku dalam proses non verbal. Hanya
memiliki kedudukan lebih tinggi yang boleh menyentuh pundak. Misal seorang direktur
menyentuh pundak bawahannya, bukan bawahannya yang menyentuh pundak
direkturnya, risikonya akan dipecat. Selain itu, bila atasannya ingin berdiri di dekat
bawahannya, maka posisinya cenderung lebih dekat dibanding bila sang bawahan yang
memiliki keinginan untuk mendekat, pasti jarak bawahan lebih jauh.

Berlangsung Cepat
Waktu yang diperlukan komunikator menyampaikan pesan non-verbal sangat
cepat. Saat terjadi pertengkaran yang hebat, kita memukul meja karena jengkel. Kejadian
itu akan terasa aneh kalau anda memukul meja berkali-kali. Persepsi akan menjadi lain
apabila berlangsung lama.

Menurut Edward T. Hall, bahasa non-verbal disebut juga bahasa diam (silent language)
dan dimensi tersembunyi (hidden dimension). Komunikan tidak bisa memahami secara
utuh atas pesan atau prilaku non-verbal yang disampaikan komunikator.

2.4 Komponen Komunikasi Non-Verbal


Komunikasi manusia, terutama komunikasi tatap muka, sebagian besar non-
verbal. Komunikasi non-verbal sangat penting untuk menyampaikan penerimaan,
kehangatan, bunga, cinta, hormat dan dukungan dan sangat penting untuk membangun
hubungan dengan orang lain. Ada beberapa variasi dalam literatur komunikasi mengenai
jumlah komponen yang akan disertakan saat menjelaskan komunikasi non-verbal. Variasi
dari daftar yang umum meliputi:

6
1. Gerakan wajah dan ekspresi
Ekspresi wajah menyediakan sumber yang kaya informasi non verbal, terutama
dalam menyampaikan emosi. Menurut penelitian, wajah mengungkapkan enam emosi
utama: surprise, takut, marah, jijik, kebahagiaan dan kesedihan. Ekspresi wajah adalah
isyarat yang mengevaluasi emosi (Grover 2005).
Berbagai daerah wajah dapat menambahkan informasi non verbal lebih lanjut.
Termasuk alis, hidung, pipi, dahi, mulut, daerah gerakan mata, daerah mulut dan lidah.
Informasi tentang emosi disampaikan dalam ekspresi, misalnya "mengangkat alis",
"cemberut bibir" atau bahkan yang senyum yang sederhana. Oleh karena itu, melalui
perubahan yang sangat halus dalam otot-otot wajah, adalah mungkin untuk
menyampaikan berbagai emosi (Redmond 2000)
Informasi yang diperoleh dari ekspresi wajah akan memberitahu anda jika
pendengar senang, bingung atau bahkan terganggu dengan mengamati terutama daerah
mata dan mulut. Oleh karena itu sangat penting bahwa pesan verbal adalah sama dan
sebangun dengan ekspresi wajah non verbal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
menunjukkan bahwa kekuatan axpressions wajah jauh melebihi kekuatan kata-kata yang
sebenarnya digunakan (Amold & Underman-Boggs 2007).

Gambar 1. Ekspresi Wajah

7
2. Pandangan dan kontak mata
Melakukan kontak mata adalah salah satu dari sejumlah keterampilan atau
kemampuan . Perilaku hadir membiarkan orang lain tahu bahwa kamu berfokus pada
pemahaman dan siap untuk mendengarkannya (Amold & Underman-Boggs 2007).
Penggunaan yang tepat dari kontak mata adalah salah satu isyarat yang paling
kuat yang kita miliki untuk membuka dan memelihara komunikasi (Sheldrick Ross &
Dewdney 1998). Melihat orang dengan siapa kamu berkomunikasi merupakan indikasi
keinginan kamu untuk menyampaikan minat , empati dan kehangatan. Oleh karena itu ,
kontak mata baik mengatur dan sinkronisasi percakapan .
Kontak mata juga memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan social dan
perasaan, orang-orang tanpa sengaja sering memperhatikan mata orang lain untuk
menduga perasaan orang tersebut. Melalui kontak mata, seseorang juga dapat memeriksa
apakah lawan bicara memperhatikannya, dan apakah lawan bicara setuju dengan
pembicaraannya. Dalam beberapa konteks, pertemuan mata sering membangkitkan
perasaan yang kuat. Kontak mata juga penting dalam mendekati lawan jenis, karena dapat
mengukur ketertarikan satu sama lain.
Membuat kontak mata tidak harus bingung dengan menatap atau dengan
pandangan mata tetap, yang mungkin menakutkan atau mungkin membuat pendengar
tidak nyaman. Tatapan mata bukan hanya cara untuk mengirim sinyal , tetapi juga
menerima sinyal. Oleh karena itu, kontak mata harus pada tingkat yang nyaman bagi
pengirim dan penerima. Tatapan mata yang tepat terikat dengan budaya dan bervariasi
dari budaya ke budaya (Sheldrick Ross & Dewdney 1998).

8
Gambar 2. Kontak Mata

3. Gerakan Kepala
Gerakan kepala termasuk gerakan seperti mengangguk, gemetar atau
melemparkan kepala (Kagan & Evans 2001). Gerakan-gerakan ini dapat digunakan
dengan cara yang positif atau negative. Dalam kultur Barat membangun struktur,
mengangguk menunjukkan kesepakatan sementara menggelengkan kepala berarti baik
perselisihan atau bahkan percaya. Kepala tepat mengangguk dalam proses mendengarkan
akan meningkatkan pidato du-ransum klien, sinyal bahwa anda tertarik dan dapat
mendorong pengungkapan yang lebih lengkap (Wolvin & Coakley 1996). Gestures dapat
menggantikan pidato dan kepala mengangguk dianggap sebagai menghadiri perilaku
dalam mendengarkan dan merupakan indikasi positif untuk pembicara bahwa cerita
mereka sedang mendengarkan. Seperti kepala mengangguk dianggap menjadi tanda
keinginan untuk membantu dalam interaksi (Wolvin & Coakley 1996). Selain itu, orang-
orang yang menggunakan kepala mengangguk sesuai dianggap lebih empatik, terbuka
dan hangat.

Gambar 3. Gerakan Kepala

4. Gerakan tubuh dan postur

9
Cara anda duduk atau berdiri merupakan sinyal perasaan dari sikap orang lain
(Sheldrick Ross & Dewdney 1998). Sebuah postur merosot dapat menunjukkan
kebosanan, postur santai mungkin menyarankan seseorang tenang dan terkesima. Sebuah
postur pergeseran mungkin menunjukkan kegelisahan atau ketidaknyamanan. Sangat
penting untuk menyadari bahwa postur tubuh anda dapat memberikan klien itu pesan
(Arnold & Underman-Boggs 2007). Apakah anda duduk atau berdiri, tubuh anda harus
santai dan bagian atas tubuh anda cenderung sedikit ke arah klien
(Arnold & Underman-Boggs 2007) .Matching atau mirroring postur dapat digunakan
untuk menunjukkan keselarasan dan menjalin hubungan empatik. Keterampilan non
verbal tertentu dapat digunakan untuk terlihat tune in ke klien. Keterampilan ini
memberikan cara untuk mengidentifikasi dan mengingat jenis perilaku yang mendorong
mendengarkan secara efektif (Metcalf 1998). Singkatan Soler berguna
ketika menerapkan perilaku dalam praktek (Egan 2002):
S (sit) : Duduk tepat dalam kaitannya dengan klien / pemilik
O (open) : Mempertahankan posisi terbuka
L (lean) : Bersandar sedikit ke depan
E (eye) : Pertahankan kontak mata yang tepat
R (relax) : Tenang
Perilaku tersebut mungkin memerlukan cara adaptasi yang berbeda ketika
berkomunikasi dengan budaya lain. (Egan 2002).

10
Gambar 4. Gerakan Tubuh dan Postur

5. Proximity (antar pribadi ) dan orientasi

Zona tubuh diidentifikasikan dari tahun 1950-an ketika Hall mengidentifikasikan


empat zona yang menandai bidang interaksi sosial, yaitu intim, pribadi, sosial dan
masyarakat (wolvin & coaklay 1996). Kita semua memiliki daerah yang kita anggap
ruang pribadi, dan merasa tidak nyaman jika ruang ini dilanggar. istilah "proxemics"
mengacu pada penggunaan ruang dalam hubungan interpersonal.
Ruang intim umumnya mencapai 45 cm (18 in.) dan disediakan untuk pikiran dan
perasaan intim. Kedua ruang intim dan ruang pribadi dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, budaya (ellis et al. 2006; wolvin & Coakley 1996). Dalam profesi seperti dokter
dan perawat, dalam lingkup profesional, mereka memiliki izin, untuk memeriksa ruang
ini. Yang juga berlaku untuk dokter hewan, misalnya, mereka perlu mendapatkan bantuan
dari pemilik selama pemeriksaan fisik hewan. kebanyakan interaksi selama konsultasi
terjadi di ruang ini.

6. Sentuhan Interpersonal
Studi tentang sentuhan disebut haptika (haptics). Sentuhan merupakan suatu
perilaku non-verbal yg multi makna karena dapat menggantikan banyak kata.
Menurut Heslin, ada beberapa kategori sentuhan, yaitu:
a. Fungsional-fungsional, sentuhan bersifat dingin dan berorientasi bisnis. Misalnya
pramuniaga membantu pembeli memilihkan pakaian
b. Sosial-sopan, membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang
berlaku. Misalnya jabat tangan.
c. Persahabatan-kehangatan, meliputi setiap sentuhan yg menandakan afeksi atau hubungan
akrab. Misalnya saling merangkul.
d. Cinta-keakraban, menunjuk pd sentuhan yg menyatakan keterikatan emosional. Misalnya
mencium pipi orang tua.
Sentuhan adalah cara pertama untuk merawat komunikasi seperti sentuhan
seorang ibu kepada bayinya (Fredriksson 1999). Bagaimana kita menggunakan sentuhan
akan memberikan suatu informasi secara natural dalam suatu hubungan dan derajat
keramahan antara dua orang (Ellis et al. 2006). Penggunaan sentuhan yang tepat dianggap
11
salah satu sinyal non-verbal dari sikap ramah dan peduli (Argyle 1988; Fredriksson
1999). Pesan seperti kasih sayang, dukungan emosional, dorongan dan perhatian pribadi
disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan yang tepat akan membantu dalam menciptakan
dan memelihara hubungan dengan klien (Fredriksson 1999). Namun, penting untuk
diingat bahwa sentuhan diatur oleh norma-norma sosial dan juga dipengaruhi oleh
konteks budaya.

Gambar 5. Sentuhan Interpersonal

7. Suara atau Paralinguastik Fitur


Paralinguistik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nada,
volume, pitch, timbre, dan intonasi, penekanan dan kelancaran yang menyertai pidato
(Shelderick ross & Dewdney 1998; Sully & Dallas 2006). Fitur paralinguastik menemani
kata-kata untuk membuat makna. Fitur-fitur ini membantu dalam penafsiran pesan
dengan memberikan petunjuk pengirim pikiran (Ellies et al. 2006). Nada suara pembicara
dapat memiliki dampak yang dramatis pada makna pesan. Keadaan emosional seseorang
dapat langsung mempengaruhi nada suara. Kadang-kadang efek ini tidak sadar dan kata-
kata mengirim satu pesan, sementara nada mengirimkan pesan yang berlawanan. Oleh
karena itu, nada suara bisa menjadi isyarat untuk keadaan emosional seseorang. Takut,
marah dan kesedihan adalah emosi disampaikan melalui intonasi dan nada suara. Aspek
para linguastik dari interaksi ini sangat penting ketika orang lain tidak terlihat, seperti
dalam konsultasi telepon. Oleh karena itu, suara yang hangat dapat menyampaikan

12
empati dan nada keras mungkin kecemasan memprovokasi karena itu bertindak sebagai
penghalang untuk proses komunikasi (Sully & Dallas 2006).

Gambar 6. Paralinguastik Fitur

8. Penampilan Pribadi
Penampilan memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana pesan
dikirim atau diterima atau dipahami oleh penerima . Misalnya bagaimana gaun yang
dimiliki seseorang dapat terlihat bagus yang menjadi komponen non verbal komunikasi.
Kode gaun yang digunakan untuk penampilan yang dapat diterima dapat bervariasi
sesuai dengan tugas mendesak dan budaya.
Sehubungan dengan kontak mata yang terjadi dalam hubungan manusia romantis,
sama tepat untuk menggambarkan aspek komunikasi nonverbal. Penggunaan variasi
seperti kosmetik, rambut, aksesoris dan harta benda, seperti mobil yang dikendarai dapat
memberikan petunjuk untuk kesejahteraan fisik seseorang , kepribadian, status sosial,
agama, budaya dan konsep diri. Sehingga dapat disimpulkan penampilan pribadi sangat
penting dalam proses komunikasi

9. Isyarat Lingkungan
Bentuk fisik dari lingkungan terhadap pengaruh dari perundingan bisa
menambah/mempermudah penyampaian suatu maksud, oleh krna itu keberhasilan dari
komunikasi yang baik harus dapat mengarur lingkungan dengan baik(Amold &

13
Underman-Boggs 2007). Berbicara maasalah kesehatan lingkungan terdiri dari beberapa
faktor diluar keterlibatan manusia didalamnya. Termasuk bentuk fisik seperti lokasi,
perlengkapan, dan persiapan perencanaan. Lebih bagus lagi jika ada ruang treatment,
ruang tunggu jika memungnkan. Salah satunya juga adalah persiapan perlengkapan untuk
meningkatkan komunikasi dan juga persiapan sperti lampu/penerangan, pemanasan dan
ventilasi merupakan hal yang penting(Redmond 2000). Aspek lainnya saat ini sangat
membtuhkan suatu perundingan, perundingan mengenai lingkungan baik dengan cara
consultasi yg bersifat pribadi kerumah client ataupun client datang sendiri ke kantor.
Suatu instansi lingkungan hidup harus mempertinmbangkan atau berhati-hati dalam
melakukan consultasi dg client. Termasuk sanak saudara atau teman-teman yang
dipercaya oleh client akan memberi kenyamanan pada saat melakukan konsultasi jika
pada saat terjadi sesuatu konsultasi seperti timbul kegelisahan (Amold & Underman-
Boggs 2007).

10. Waktu
Waktu adalah hal penting bagi keberhasilan interaksi. Profesional juga mungkin
perlu untuk mengambil kesiapan emosional klien untuk menerima diagnosis tertentu atau
tindakan. Ingat bahwa klien mungkin cemas atau bahkan marah pada acara menjelang
konsultasi. Oleh karena itu, perencanaan komunikasi ketika klien lebih reseptif dan
mampu untuk berpartisipasi baik waktu yang efisien dan menghormati kebutuhan klien
(Arnold & Underman-Bogg 2007).
Singkatnya, komunikasi non-verbal adalah intrinsik untuk semua pesan yang
dikirim dan diterima selama proses komunikasi. Sejumlah fungsi diidentifikasi termasuk
menambahkan berarti komunikasi verbal, membantu umpan balik dan kadang-kadang
menggantikan lisan komunikasi. Berbagai taksonomi yang berkaitan dengan aspek
komunikasi non-verbal tersedia dalam literatur, dan masing-masing aspek dapat
mempengaruhi interaksi positif dan negatif masing-masing untuk kedua belah pihak
dalam interaksi.
Belakangan ini beberapa pakar komunikasi menyadari bahwa waktu adalah salah
satu unsure penting dalam komunikasi ,karena kita hidup dalam waktu ,komunikasi pasti
terjadi dalam waktu juga.pentingnya waktu bagi kmunikasi adalah bahwa seringkali

14
waktu dengan konteks tertentu (pagi, siang, sore, malam, cepat lambat, dan sebagainya)
memberikan makna tertentu kepada pesan komunikasi dan sebagai konsekwensinya juga
membawa efek tertentu. Time is money demikian peribahasa inggris yang menyatakan
bahwa waktu adalah uang.di balik pepatah barat tersebut mengandung makna bahwa
waktu menduduki posisi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
barat.ketepatan waktu dianggap suatu norma penting.

Hargie (2007) hanya menggunakan tujuh kategori:


1. Kinesics
Adalah interpretasi komunikasi gerak tubuh seperti ekspresi wajah dan gerak tubuh -
yaitu, perilaku nonverbal yang berhubungan dengan pergerakan bagian tubuh atau tubuh
secara keseluruhan. Istilah budaya populer setara adalah bahasa tubuh
2. Paralanguage (Vokalik)
Adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang
mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara,
keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara
juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus
dihindari
3. Kontak fisik (menyentuh)
4. Proxemics (bahasa ruang)
Yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk
juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh
atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa
besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain
itu juga menunjukkan simbol sosial.
Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :

 Jarak intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini
untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.

15
 Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan
juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu
setengah kaki sampai empat kaki.

 Jarak sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam
jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya
terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.

 Jarak publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

5. Karakteristik fisik orang, seperti warna atau ras


6. Artefak dan perhiasan, seperti pakaian dan perhiasan
7. Lingkungan seperti pengaturan di mana komunikasi berlangsung
Ada sepuluh aspek komunikasi non-verbal yang tercantum dalam literatur
Calgary-Cambridge, sementara model konsultasi hewan telah memperpendek daftar,
contoh untuk empat aspek utama (Kurtz et al 2003 Silverman et al 1998..). Ekspresi
wajah, kontak mata, postur dan gerakan posisi, dan penggunaan nada. Dengan
menggabungkan perilaku non-verbal, mereka dapat berarti hal yang berbeda, dan setiap
gerakan dapat mengubah makna. Sebagai komponen non-verbal dapat menggantikan,
suplemen atau bahkan bertentangan pesan verbal, maka perlu untuk memeriksa
komponen utama dengan mengacu pada aplikasi mereka dalam praktek.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Komunikasi non verbal di definisikan sebagai sebuah komunikasi yang
melibatkan semua bentuk dari komunikasi selain dari pada kata yang diucapkan.
3.1.2 Perilaku non verbal memiliki fungsi regulasi dengan memungkinkan orang untuk
bergiliran, memberi dan menerima umpan balik dan menunjukkan perhatian
kepada orang lain.
3.1.3 Ada beberapa variasi dalam literatur komunikasi mengenai jumlah komponen
yang akan disertakan saat menjelaskan komunikasi non-verbal. Variasi dari daftar
yang umum di banyak teks dan meliputi, gerakan wajah dan ekspresi, gaze dan
kontak mata, gerakan kepala, gerakan tubuh dan postur, proximity (antar pribadi )
dan orientasi, sentuhan interpersonal, suara atau paralinguistik fitur, penampilan
pribadi, isyarat lingkungan, waktu
3.1.4 Wajah mengungkapkan enam emosi utama: surprise, takut, marah, jijik,
kebahagiaan dan kesedihan. Ekspresi wajah adalah isyarat yang mengevaluasi
emosi.
3.1.5 Penggunaan yang tepat dari kontak mata adalah salah satu isyarat yang paling
kuat yang kita miliki untuk membuka dan memelihara komunikasi. Melihat orang
dengan siapa kamu berkomunikasi merupakan indikasi keinginan kamu untuk
menyampaikan minat , empati dan kehangatan. Oleh karena itu , kontak mata baik
mengatur dan sinkronisasi percakapan .

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita
dan bermanfaat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Argyle M (1988) Bodily communication, 2nd edn. Routledge, London.

Arnold E, Underman-Boggs K (2007) Interpersonal Relationships: Professional Communication


Skills for Nurses, 5th edn. Saunders, St Louis, MO

Caris-Verhallen WMCM, Kerkstra A, Bensing JM (1999) Non-verbal behavior in nurse-elderly


patient communication. Journal of Advanced Nursing 29(4):808-818

Egan G (2002) The Skilled Helper, 7th edn. Brooks/Cole, Australia.

Ellis RB, Gates B, Kenworthy N (2006) Interpersonal Communication in Nursing, 2nd edn.
Churchill Livingstone, Edinburgh.

Fredriksson L (1999) Modes of relating in a caring conversation: a research synthesis on


presence, touch and listening. Journal of Advanced Nursing 30(5):1167–1176.

Grover SM (2005) Shaping effective communication skills and therapeutic relationships at work:
the foundation of collaboration. American Assocation of Occupational Health Journal
53(4):177-178

Hargie O (2007) The Handbook of Communication Skills, 3rd and. Routledge, London

Kagan C, Evans J (2001) Professional Interpersonal Skills for Nurses. Nelson Thornes,
Cheltenham, UK.

Kurtz SM, Silverman JD, Draper J (2003) Teaching and Learning Communication Skills in
Medicine, 2nd edn. Radcliffe Medical Press, Oxford.

Metcalf C (1998) Stoma care: exploring the vaule of listening British Journal of Nursing
7(6):311-318

Mirardi HA, Riley MJ (1997) Communication in Health Care: A Skills-Based Approach.


Butterwoth-Heinemann, Oxford.

Redmond MV (2000) Communication: Theories and Applications. Houghton Mifflin, Boston.

Silverman JD, Kurtz SM, Draper J (1998) Skills for Communicating with Patients. Radcliffe
Medical Press, Oxford.

Sheldrick Ross C, Dewdney P (1998) Communicating Professionally, 2nd edn. Library


Association, London.

18
Sully P, Dallas J (2006) Essential Communication Skills fur Nursing. Elsevier Mosby,
Edinburgh.

Wolvin A, Coakley CW (1996) Listening, 5th edn. McGraw-Hill, Boston, p. 69.

19

Anda mungkin juga menyukai