13316-Research Instrument-41983-1-10-20190729
13316-Research Instrument-41983-1-10-20190729
ABSTRAK
Penelitian tentang prediksi nilai debit puncak aliran telah dilakukan di Sungai
Pasangkayu Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Pasangkayu. Penelitian ini dilakukan
untuk memprediksi nilai debit puncak yang terjadi di aliran sungai Pasangkayu. Data
debit aliran sungai yang diperoleh dari hasil pengukuran diolah dengan menggunakan
Metode Muskingum yaitu suatu cara perhitungan yang digunakan dalam penelusuran
banjir dengan pendekatan hukum kontinuitas, data kecepatan aliran, kedalaman, jarak
tiap pias diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa debit maksimum aliran masuk sungai Pasangkayu terjadi pada
tanggal 17 Maret 2018 pukul 12:00:00 WITA dengan besar debit 18,17 m3/dt
sedangkan debit maksimum aliran keluar terjadi pada hari yang sama pada pukul
10:00:00 WITA dengan besar debit 19,09 m3/dt. Hal ini disebabkan terjadinya hujan
di bagian hulu sungai tepatnya di desa Lalundu yang memiliki aliran ke sungai
Pasangkayu. Berdasarkan grafik Muskingum tanggal 18 Maret 2018 menunjukkan
bahwa debit puncak bagian hulu (aliran masuk) lebih besar dari pada debit puncak
bagian hilir (aliran keluar), perbedaan waktu terjadinya debit puncak antara bagian
hulu dan hilir memiliki selisih waktu 1 jam, sedangkan pada tanggal 17 Maret dan 19
Maret 2018 nampak debit puncak aliran masuk lebih kecil dari pada aliran keluar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aliran masuk yang lebih besar dari pada
aliran keluar yang menyebabkan terjadinya limpasan di permukaan sungai
Pasangkayu sehingga terjadi banjir.
Kata kunci: Aliran sungai, debit puncak, metode Muskingum, Microsoft Excel
88
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
ABSTRACT
Research has been conducted on the prediction of the peak discharge value of the
Pasangkayu river flow in Pasangkayu District, Pasangkayu Regency. This research
was conducted to predict the peak discharge values that occur in the Pasangkayu river
flow. river flow discharge obtained from the measurement results is processed using
the Muskingum Method, which is a method of calculation used in flood search with a
continuity legal approach, flow velocity data, depth, distance of each pias processed
using the Microsoft Excel program. From the results of the study it was found that the
maximum discharge of the Pasangkayu river flow occurred on March 17, 2018 at
12:00:00 WITA with a debit of 18.17 m3/sec while the maximum discharge of the
outflow occurred on the same day at 10:00:00 WITA with a debit amount of 19.09
m3/sec. This is due to the rain in the upper part of the river, precisely in the village of
Lalundu, which has a flow to the Pasangkayu river. Based on the Muskingum chart
on March 18, 2018 shows that the peak discharge of the upstream part (inflow) is
greater than the downstream peak discharge (outflow), the difference in the time of
peak discharge between the upstream and downstream parts has a difference of 1
hour, while on the March 17 and March 19 2018 there appears to be a peak flow of
inlet flow smaller than the outflow. The results of this study indicate that the inflow is
greater than the outflow which causes runoff on the surface of the Pasangkayu River
resulting in flooding.
89
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
90
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
dan evaporasi semuanya diabaikan. Hal Sungai merupakan saluran terbuka yang
ini sesuai dengan pendekatan Hukum terbentuk secara alamiah di atas
Kontinuitas, yang menyatakan bahwa permukaan bumi, tidak hanya
aliran masuk sama dengan aliran keluar menampung air tetapi juga
pada palung sungai yang ditinjau mengalirkannya dari bagian hulu ke
(Tikno, 2002). bagian hilir. Sungai Pasangkayu
mempunyai posisi strategis di Kabupaten
Penelitian tentang penelusuran banjir
Pasangkayu karena alirannya melewati
dengan menggunakan Metode Muskingum
Kota Pasangkayu yang adalah Ibukota
telah dilakukan oleh Siti Ima Fatima
Kabupaten Pasangkayu. Alirannya
(2012) di sub DAS Ta’Daeng Maros.
cukup deras dengan debit air yang
Perbedaan penelitian terdahulu dengan
cukup besar. Sungai ini telah beberapa
penelitian ini terletak pada pendekatan
kali meluap dan menimbulkan banjir di
metode yang digunakan, penelitian yang
wilayah sekitar alirannya, termasuk di
dilakukan oleh Siti Ima Fatima
Pasangkayu. (BPLH Kabupaten Mamuju
menggunakan 2 metode yaitu dengan
Utara (sejak Tahun 2018 telah menjadi
menggunakan metode Muskingum dan
Kabupaten Pasangkayu) 2016).
metode Muskingum-Cunge, penelitian ini
menggunakan penampang yang berbentuk Data debit atau aliran sungai merupakan
tampungan prisma dan baji. Siti Ima informasi yang paling penting bagi
Fatima melakukan pengukuran dibagian pengelola sumber daya air. Debit puncak
hulu dan hilir secara bersamaan dengan diperlukan untuk merancang bangunan
mencatat waktu pengukuran setiap 30 pengendali banjir. Sementara data debit
menit, sedangkan penelitian ini melakukan aliran kecil diperlukan untuk perencanaan
pengukuran hamya pada bagian hulu alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai
dengan selang waktu pengukuran 1 jam. macam keperluan, terutama pada musim
Kemudian diolah menggunakan metode kemarau panjang (Asdak, 2010).I
Muskingum untuk mendapatkan aliran
Luas tampang aliran diperoleh dengan
keluar dan grafik aliran sungai
mengukur elevasi permukaan air dari
Pasangkayu.
dasar sungai. Kecepatan aliran di ukur
dengan menggunakan alat ukur kecepatan
91
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
seperti current meter, pelampung atau dapat ditelusuri lewat palung sungai atau
peralatan lain. Kecepatan aliran juga waduk. Tujuan penelusuran banjir adalah
dihitung bersamaan dengan pengukuran untuk, prakiraan banjir jangka pendek,
elevasi muka air, dengan mengetahuai perhitungan hidrograf satuan untuk
panjang L dan waktu tempuh pelampung berbagai titik sepanjang sungai dari
dapat dihitung kecepatan aliran dengan hidrograf satuan di suatu titik di sungai
persamaan: tersebut. Penelusuran banjir dimaksudkan
untuk mengetahui karakteristik hidrograf
V = 𝐿𝑡 (1)
outflow/keluaran, yang sangat diperlukan
Dimana: V: Kecepatan aliran (m/s)
dalam pengendalian banjir. Perubahan
L: Jarak pelepasan pelampung (m) hidrograf banjir antara inflow (I) dan outflow
t : Waktu yang dibutuhkan (O) karena adanya faktor tampungan atau
pelampung melewati titik A adanya penampang sungai yang tidak
ke titik B (dt)
seragam atau akibat adanya meander
Penelusuran aliran merupakan aspek sungai.
penting dari hidrologi yang sangat
menentukan besarnya gelombang banjir di Penelusuran banjir dengan cara Muskingum,
sepanjang aliran sungai (Ansari dkk., hanya berlaku pada kondisi -kondisi
terdiri dari presipitasi atau turunnya 1. Tidak ada anak sungai yang masuk
hujan, evaporasi atau penguapan, kedalam bagian memanjang palung
infiltrasi atau meresapnya air ke dalam sungai yang ditinjau.
tanah, dan run off atau limpasan, baik
limpasan permukaan (surface run off) 2. Penambahan atau kehilangan air oleh
maupun limpasan air tanah (subsurface curah hujan, aliran masuk atau
suatu titik pada suatu aliran atau bagian persamaan kontinuitas, maka dimensi
sungai yang di dasarkan atas pengamatan waktu (t) harus dibagi menjadi periode-
hidrograf di titik lain. Hidrograf banjir periode ∆t yang lebih kecil, yang disebut
92
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
I-Q= 𝑑𝑠 (2)
𝑑𝑡 Gambar 1 Tampungan prisma dan tampungan
baji (Triatmodjo, 2013)
Dimana: I: Debit aliran masuk (m3/dt) Dengan anggapan bahwa luas tampang
3
Q: Debit aliran keluar (m /dt) lintang aliran banjir adalah sebanding
3
ds: Besar tampungan sungai (m ) dengan debit di tampang tersebut, maka
dt: Priode penelusuran (detik, jam, volume tampungan prisma adalah 𝐾𝑂, dan
atau hari)
volume baji adalah 𝐾𝑥 (1 − 𝑂) dimana 𝑥
Triatmodjo (2013) mengatakan bahwa
adalah factor pembobot yang mempunyai
metode penelusuran banjir melalui sungai
nilai antara 0 dan 0,5. Tampungan total
yang banyak digunakan adalah Metode
adalah jumlah dari tampungan prisma dan
Muskingum. Metode ini memodelkan
tampungan baji:
volume tampungan banjir di alur sungai,
yang merupakan gabungan antara 𝑆 = 𝐾 [𝑥𝐼 + (1 − 𝑥 )𝑂]
tampungan prisma dan tampungan baji Persamaan dapat ditulis menjadi:
seperti ditunjukkan dalam Gambar (1). S = K [ xI + ( 1 - x ) Qo] (3)
Tampungan air sungai tergantung pada Di lapangan biasanya nilai 𝑥 bervariasi
aliran masuk (inflow), aliran keluar antara 0,1 dan 0,3. Nilai 𝐾 dan 𝑥 dapat
(outflow), dan karakteristik hidraulik sungai. diperoleh dengan kalibrasi berdasar
Tampungan prisma yang terbentuk oleh hidrograf aliran masuk dan keluar.
93
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
Apabila nilai 𝐾 dan 𝑥 telah diketahui, QI: Debit aliran masuk (m3/dt)
maka persamaan (3) dapat digunakan QO: Debit aliran keluar (m3/dt)
untuk menghitung 𝑆. Penelusuran aliran
X: Faktor pembobot, yang
sungai dilakukan dengan membagi berfariasi antara 0 sampai 0,5
waktu aliran menjadi sejumlah langkah
C0, C1, C2: Konstanta Muskingum
waktu (∆𝑡), sehingga persamaan (2)
menjadi:
Ansari dan Ukarande (2016) mengatakan
94
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
95
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
m3/dt dikarenakan terjadi hujan di desa Tinggi debit terukur pada aliran masuk
Lalundu sehingga debit yang diperoleh mencapai 13,15 m3/dt dikarenakan terjadi
cukup besar walaupun keadaan sedang cerah hujan sehingga debit yang diperoleh cukup
ditempat pengukuran. besar.
25 15
20
Debit (m3/dt)
10
Debit (m3/dt)
15
10 5
5 Qi Qo
Qi Qo
0
0
10:00:00
17:00:00
07:00:00
08:00:00
09:00:00
11:00:00
12:00:00
13:00:00
14:00:00
15:00:00
16:00:00
18:00:00
11:00:00
09:00:00
10:00:00
12:00:00
13:00:00
14:00:00
15:00:00
16:00:00
17:00:00
18:00:00
96
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
10
8 masuk lebih kecil dari pada aliran keluar
6
yang menunjukkan bahwa aliran sungai
4 Qi Qo
2 sangat baik. Dari aliran hidrogfar tersebut,
0
melihat waktu pencapaian puncak debit
08:00:00
09:00:00
10:00:00
11:00:00
12:00:00
13:00:00
14:00:00
15:00:00
16:00:00
17:00:00
18:00:00
bagian hulu ke bagian hilir, ini dapat
Pukul (WITA) memberikan informasi berapa lama waktu
Gambar 5 Grafik hubungan antara aliran masuk aliran banjir mencapai bagian hilir sungai.
(Qi) dan aliran keluar (Qo) terhadap waktu pada
19 Maret 2018 Berdasarkan grafik Muskingum yang telah
diperoleh bahwa sungai Pasangkayu
V. KESIMPULAN DAN SARAN memiliki debit puncak aliran masuk (Inflow)
KESIMPULAN yang lebih besar dari pada aliran keluar
Berdasarkan hasil perhitungan (Outflow) dimana debit puncak yang
menggunakan metode Muskingum debit dimaksud adalah debit tertinggi yang terjadi
puncak bagian hulu (aliran masuk) memiliki di aliran sungai Pasangkayu pada saat
perbedaan waktu kenaikan dengan debit dilakukan pengukuran dimana aliran sungai
puncak di bagian hilir sungai (aliran keluar), tertampung di sungai meluap dan
pada pengukuran tanggal 17 Maret 2018 menggenangi pemukiman warga yang
debit puncak bagian hulu terjadi pada pukul berada disekitar sungai Pasangkayu.
pukul 12:00:00 WITA dengan besar debit
SARAN
18,17 m3/dt sedangkan debit maksimum
1. Karena Sungai Pasangkayu telah
aliran keluar terjadi pada pukul 10:00:00
sering meluap dan menyebabkan banjir
WITA dengan debit sebesar 19,09 m3/dt,
disekitarnya disarankan kepada
pada pengukuran tanggal 18 Maret 2018
pemerintah daerah, agar melakukan
perbedaan terjadinya debit puncak antara
sosialisai tentang pencegahan banjir
bagian hulu dan bagian hilir memiliki selisih
kepada masyarakat sekitar dan
1 jam terjadi pada pukul 12:00:00 WITA
melakukan pembangunan tanggul
dengan besar debit 13,15 m3/dt sementara
untuk mencegah atau mengurangi
besar debit dibagian hilir sungai terjadi pada
terjadinya banjir di daerah tersebut.
pukul 13:00:00 WITA dengan besar debit
97
GRAVITASI p-ISSN: 1412-2375
Vol. 18 No. 1 Januari – Juni (2019) e-ISSN: 2654-4318
98