Anda di halaman 1dari 12

ALCHEMY, Vol. 1 No.

2 Maret 2010, hal 53-103

PENURUNAN ANGKA PEROKSIDA DAN ASAM LEMAK BEBAS (FFA)


PADA PROSES Bleaching MINYAK GORENG BEKAS OLEH KARBON
AKTIF POLONG BUAH KELOR (Moringa Oliefera. Lamk) DENGAN
AKTIVASI NaCl

Siti Aisyah1, Eny Yulianti1, A. Ghanaim Fasya1


1
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang

ABSTRAK

Pemurnian minyak goreng bekas dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu despicing, netralisasi,
dan bleaching menggunakan karbon aktif polong buah kelor. Pembuatan karbon aktif yang digunakan
meliputi tiga tahap yaitu dehidrasi, aktivasi kimia dengan perendaman dalam larutan NaCl 15 % dan 30
%, dan karbonisasi dalam reaktor fluida pada suhu 650 ºC, 700 ºC dan 750 °C selama 120 menit dalam
medium gas N2. Minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil tiap tahap proses pemurnian dianalisa
angka peroksida dengan metode iodometri dan FFA dengan metode titrasi asam basa. Hasilnya
menunjukkan bahwa penurunan angka peroksida terbesar terjadi pada proses bleaching KA.30 %
dengan suhu 650 ºC yaitu dari 6,80 meq/kg menjadi 0,25 meq/kg, sedangkan FFA mengalami penurunan
terbesar pada proses netralisasi yaitu dari 0,35 % menjadi 0,16 %. Hal ini menunjukkan bahwa karbon
aktif polong buah kelor sangat efektif dalam menurunkan angka peroksida dan FFA pada minyak goreng
bekas.

Kata Kunci : Aktivasi Kimia, FFA, Karbon Aktif, Minyak Goreng Bekas, Peroksida, Polong Buah Kelor

1. PENDAHULUAN flavor yang tidak diikehendaki dalam bahan


Minyak merupakan medium penggoreng pangan, jika jumlah peroksida dalam bahan
bahan pangan yang banyak dikonsumsi pangan lebih besar dari 2 meq/kg akan bersifat
masyarakat luas. Kurang lebih 290 juta ton sangat beracun dan tidak dapat dimakan.
minyak dikonsumsi tiap tahun. Banyaknya Minyak goreng yang demikian sudah tidak
permintaan akan bahan pangan digoreng layak untuk dikonsumsi karena dapat
merupakan suatu bukti yang nyata mengenai menyebabkan penyakit seperti kanker,
betapa besarnya jumlah bahan pangan digoreng menyempitnya pembuluh darah dan gatal pada
yang dikonsumsi manusia oleh lapisan tenggorokan (Ketaren, 2005).
masyarakat dari segala tingkat usia. Tujuan Penelitian pengolahan minyak goreng
penggorengan dalam bahan pangan sebagai bekas telah banyak dilakukan dan banyak juga
medium penghantar panas, memperbaiki rupa yang menghasilkan temuan dalam bentuk paten.
dan tekstur fisik bahan pangan, memberikan Proses pengolahan minyak goreng bekas telah
cita rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dilakukan oleh Wulyoadi, dkk., (2004) dengan
dalam bahan pangan (Ketaren, 2005). menggunakan membran. Hasil yang diperoleh
Pemakaian minyak goreng secara menunjukkan bahwa minyak goreng hasil
berulang dengan suhu panas yang tinggi akan pemurnian mengalami penurunan bilangan
mengalami perubahan sifat fisikokimia asam dan peroksida, namun belum memenuhi
(kerusakan minyak) seperti warna, bau, persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).
meningkatnya bilangan peroksida dan asam Penelitian yang sama dilakukan oleh Sumarni,
lemak bebas (FFA), serta banyaknya kandungan dkk., (2004), dengan menggunakan bentonit
logam. Kerusakan minyak yang utama adalah dan arang aktif untuk penjernihan minyak
karena peristiwa oksidasi, hasil yang goreng bekas. Hasilnya menunjukkan bahwa
diakibatkan salah satunya adalah terbentuknya bilangan asam dan peroksida juga mengalami
peroksida dan aldehid. Peroksida dapat penurunan, namun minyak yang dihasilkan
mempercepat proses timbulnya bau tengik dan

93
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal 53-103

belum memenuhi spesifikasi SNI (Widayat, Bahan utama yang digunakan dalam
dkk., 2006). penelitian ini adalah polong buah kelor yang
Hasil penelitian di atas, di dukung oleh sudah tua dan kering dan minyak goreng bekas
penelitian Taufiq (2007), tentang pemurnian dari minyak goreng curah. Bahan-bahan kimia
minyak goreng bekas menggunakan arang biji yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah
kelor yang dapat digunakan untuk menurunkan aquades, NaOH 16 %, etanol teknis 96 %,
nilai FFA dan angka peroksida pada minyak Kloroform, larutan pati 1 %, asam asetat,
goreng bekas. Penelitian Muallifah (2009) natrium thiosulfat (Na2SO3) 0,1 N, NaCl 15 %
tentang penentuan angka asam thiobarbiturat dan 30 %, HCl 0.1M, indikator pp 1%, dan
dan angka peroksida pada minyak goreng bekas larutan jenuh KI. Sedangkan alat-alat yang
dengan karbon aktif biji kelor yang telah digunakan untuk proses pembuatan karbon aktif
diaktivasi kimia dengan larutan NaCl pada suhu adalah reaktor fluida yang dialiri gas N2 dan
500 °C selama 2 jam dapat menurunkan angka ayakan 120-250 Mesh. Alat yang digunakan
asam thiobarbiturat dan angka peroksida pada pada proses pemurnian minyak goreng bekas
minyak goreng bekas. Angka peroksida dan adalah hot plate, beaker glass 1000 ml,
FFA pada penelitian Taufiq dan Muallifah magnetik stirer, corong pisah, kertas saring dan
belum memenuhi SNI, maka penelitian tentang kain saring. Alat yang digunakan untuk analisa
pembuatan karbon aktif dari polong buah kelor peroksida dan FFA adalah seperangkat alat
dengan aktivasi kimia NaCl dan variasi aktivasi gelas, buret, erlenmeyer, statif, neraca analitik.
fisika (variasi temperatur) pada medium
nitrogen menarik dilakukan sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah karbon aktif dari 3. CARA KERJA
polong buah kelor dan potensi pemanfaatan 3.1 Persiapan Sampel
karbon aktif polong buah kelor lebih luas. Polong buah kelor yang tua dan kering
MCconnacchie (1996) menyebutkan bahwa (berwarna coklat) sebanyak 50 gram dicuci
polong buah kelor dapat digunakan sebagai dengan aquades selanjutnya dikeringkan pada
karbon aktif. suhu 105 °C sampai berat konstan kemudian
Salah satu alternatif pemecahan ditimbang sebanyak 6,25 gram.
masalah tersebut adalah mengolah minyak
goreng bekas menggunakan polong buah kelor 3.2 Pembuatan Karbon aktif
(Moringa oleifera Lamk) sebagai adsorben a. Aktivasi Kimia (Yulianto, 2005)
yang tersedia secara lokal. Proses adsorbsi Enam koma dua puluh lima (6,25) gram
merupakan salah satu untuk memperbaiki polong buah kelor yang sudah kering direndam
kualitas minyak goreng bekas, yaitu dengan dalam larutan NaCl 30% dan 15 % dengan ratio
penambahan adsorben yang dapat dicampur 1:4 (b/v) selama 5 jam, kemudian disaring dan
langsung dengan minyak, dilanjutkan dengan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C
pengadukan dan penyaringan (Ketaren, 2005) sampai kering.

b. Karbonisasi (Yulianto, 2005)


2. METODE PENELITIAN Hasil proses perendaman dikarbonisasi
2.1 Pelaksanaan Penelitian dalam fluidazed bed reactor pada suhu 650 °C,
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 700 °C dan 750 °C selama 120 menit dalam
Januari-Maret 2010 di laboratorium Jurusan medium gas N2, agar polong buah kelor
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi menjadi arang/karbon. Arang yang terbentuk
Universitas Islam Negeri Maulana Malik ditumbuk dengan mortar sampai halus,
Ibrahim Malang dan dilaboratorium Jurusan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan
Kimia Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya. berukuran 120-250 mesh. Arang yang
2.2 Bahan dan Alat Penelitian digunakan dalam pembuatan karbon aktif ini

93
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal. 53-103

adalah arang yang lolos dari 120 mesh dan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
tertahan pada ayakan 250 mesh. kemudian ditambahkan 30 mL larutan asam
asetat-kloroform (3:2), dikocok sampai bahan
c. Pencucian (Yulianto, 2005) terlarut semua, selanjutnya ditambahkan 0,5 mL
Karbon aktif yang dihasilkan dicuci larutan jenuh KI dengan erlenmeyer dibuat
dengan 100 mL HCl 0,1 M, dilanjutkan dengan tertutup. Didiamkan selama 1 menit sambil
pencucian menggunakan air panas sampai pH digoyang, setelah itu ditambahkan 30 mL
netral, setelah dicuci karbon aktif dikeringkan aquades. Campuran dititrasi dengan 0,01 N
pada suhu 110 °C sampai kering. Na2SO3 sampai warna kuning hampir hilang,
ditambahkan 0,5 mL larutan pati 1 % dan
3.3 Pemurnian Minyak Goreng Bekas dititrasi kembali sampai warna biru mulai
a. Despicing (Ketaren, 2005) hilang. Dihitung angka peroksida yang
Ditimbang sebanyak 500 gram minyak dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida
goreng bekas kemudian ditambahkan air dalam setiap 1000 g sampel.
dengan komposisi minyak:air (1:1) ke dalam
gelas beaker 1000 mL, selanjutnya dipanaskan ml .Na 2 S 2 O3  N .thio  1000
AngkaPeroksida 
sampai air dalam gelas beaker tinggal bobotsampel ( gram)
setengahnya, lapisan minyak diambil, bisa Keterangan:
dibantu dengan corong pisah. Diendapkan meq/kg : kadar angka peroksida
dalam corong pemisah selama 1 jam, kemudian ml.Na2S2O3 : volume titran Na2S2O3
fraksi air pada bagian bawah dipisahkan N. Na2S2O3 : Normalitas larutan Na2S2O3
sehingga diperoleh fraksi minyak, setelah itu
dilakukan penyaringan dengan kain bersih 3.5 Penentuan FFA (AOAC, 1990)
untuk memisahkan kotoran yang tersisa. Ditimbang sebesar 14 gram minyak
goreng pada tiap tahap pemurnian dan
b. Netralisasi (Ketaren, 2005) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,
Minyak goreng hasil proses despicing selanjutnya ditambahkan 25 ml etanol 95 % dan
sebanyak 450 gram dimasukan ke dalam beaker dipanaskan pada suhu 40 oC, setelah itu
glass kemudian dipanaskan pada suhu 35 0C ditambahkan 2 ml indikator pp, dilakukan titrasi
kemudian ditambahkan 18 ml larutan NaOH 16 dengan larutan 0,05 M NaOH sampai muncul
% dengan suhu ditingkatkan 40 0C sambil warna merah jambu dan tidak hilang selama 30
diaduk dengan magnetik stirer selama 10 menit, detik.
kemudian didiamkan 10 menit sampai dingin
dan dipisahkan minyak dari sabun dengan cara ml NaOH x M NaOH x BM
disaring menggunakan kain. % FFA  x 100
berat sampel x 1000
c. Bleaching (Yulianti, 2009) Keterangan:
Minyak goreng hasil netralisasi % FFA : Kadar asam lemak bebas
sebanyak 200 gram dipanaskan sampai suhu 70 ml NaOH : Volume titran NaOH
0
C, dimasukkan serbuk karbon aktif biji kelor MnaOH : Molaritas larutan NaOH
75 mg dengan suhu ditingkatkan 100 0C sambil mol/L)
dilakukan pengadukan dengan magnetik stirer BM : Berat molekul asam lemak
selama 60 menit. Selanjutnya disaring dengan (asam lemak palmitat) 256
kertas saring. g/mol

3.4 Penentuan Peroksida (AOAC, 1990) 3.6 Analisis Data


Minyak goreng pada tiap tahap Analisis data pada penelitian ini
pemurnian masing-masing ditimbang 5 gram dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-

94
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal 53-103

data yang diperoleh dalam bentuk tabel untuk digunakan yaitu 30 % dan 15 % selama 5 jam,
mengetahui penurunan angka peroksida dan kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven
FFA tiap tahap proses pemurnian kemudian pada suhu 105 °C sampai benar-benar kering.
dibandingkan dengan minyak goreng baru, Larutan NaCl adalah aktivator kimia pada
minyak goreng bekas, minyak hasil despicing, pembuatan karbon aktif yang merupakan
minyak hasil netralisasi dan minyak hasil senyawa activating agent. Sebagian besar bahan
bleaching dan ditampilkan dalam bentuk grafik. yang digunakan untuk pembuatan karbon aktif
mengandung selulosa, karena aksi dari zat
pengaktif, selulosa mengalami perenggangan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ikatan antara tiap-tiap atom C nya yang
4.1 Pembuatan Karbon Aktif selanjutnya membantu dekomposisi senyawa
Penelitian ini diawali dengan pembuatan organik oleh panas dan mengurangi
karbon aktif dari polong buah kelor. Pembuatan pembentukan tar pada proses karbonisasi. Tar
karbon aktif polong buah kelor dilakukan merupakan senyawa hidrokarbon pengotor sisa
melalui beberapa tahapan yaitu : dehidrasi, dari hasil proses pembakaran suatu bahan
aktivasi dan karbonisasi. Dehidrasi merupakan mentah.
proses menghilangkan kandungan air polong Perendaman NaCl sebelum karbonisasi
buah kelor dengan dipanaskan pada suhu 105 membantu menghilangkan tar yang jumlahnya
ºC sampai benar-benar kering. Sebelum besar dan menghasilkan pori-pori dengan
dipaskan polong buah kelor dipotong kecil- ukuran yang sama pada proses karbonisasi. Hal
kecil kira-kira ukuran 3 cm, dicuci dengan ini dikarenakan pada proses karbonisasi
aquades untuk menghilangkan pengotor- biasanya terjadi pembentukan tar yang besar
pengotornya. Proses dehidrasi ini dilakukan dan akan menutupi pori-pori arang yang mulai
untuk menguapkan seluruh kandungan air yang terbentuk sehingga menyebabkan luas
ada pada polong buah kelor. Polong buah kelor permukaan spesifiknya menjadi kecil, dengan
yang digunakan untuk pembuatan karbon aktif demikian semakin sedikit tar yang terbentuk,
harus bersih dan berasal dari polong yang sudah maka semakin besar luas permukaan
tua karena kadar airnya lebih sedikit sehingga spesifiknya.
dalam proses karbonisasi, pembentukan arang Tahap ketiga adalah karbonisasi
yang optimal akan berlangsung baik dan merata (pengarangan). Karbonisasi pada penelitian ini
dan tidak menghasilkan banyak asap. dilakukan pada suhu 650 °C, 700 °C dan 750
Tahap kedua adalah aktivasi kimia, pada °C karena karbonisasi adalah suatu proses
penelitian ini menggunakan larutan NaCl pirolisis (pembakaran) tak sempurna dengan
sebelum proses karbonisasi. Perendaman udara terbatas dari bahan yang mengandung
menggunakan NaCl sebelum proses karbonisasi karbon, biasanya pada suhu 500-800 ºC
bertujuan untuk mengurangi tar yang dihasilkan pembentukan struktur pori dimulai. Tujuan dari
pada proses selanjutnya yaitu proses proses karbonisasi ini adalah untuk
karbonisasi dan untuk menghasilkan pori-pori menghasilkan arang yang mempunyai daya
dengan ukuran yang sama, karena selama serap dan srtuktur yang rapi.
proses perendaman selulosa yang terkandung Proses karbonisasi pada penelitian ini
pada polong buah kelor mengalami dilakukan pada suhu 650 °C, 700 °C dan 750
perenggangan ikatan antara tiap-tiap atom C °C selama 120 menit dalam medium gas N2.
nya, hal ini mengakibatkan polong buah kelor Karbonisasi dilakukan dengan menggunakan
lebih mengembang karena NaCl masuk ke pori- alat karbonisasi reaktor fluida berbentuk
pori selulosa sehingga mempermudah degradasi pemanas silinder yang dipanaskan pada seluruh
molekul organik pada saat proses karbonisasi bagiannya secara merata, dan dilengkapi
dan pori-pori karbon yang dihasilkan sama dengan tabung gas N2 sehingga arang yang
besar dengan molekul NaCl. Larutan NaCl yang dihasilkan dari proses karbonisasi ini homogen,

95
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal. 53-103

dan pada proses karbonisasi ini aliran oksigen karbon. Serbuk karbon aktif kemudian
dalam tabung dibatasi untuk menghindari dikeringkan pada suhu 110 °C sampai kering.
oksidasi karbon oleh oksigen dengan cara
mengalirkan gas N2. Aliran gas N2 merupakan 4.2 Pemurnian Minyak Goreng Bekas
salah satu aktivasi fisika dalam pembuatan Minyak goreng bekas merupakan minyak
karbon aktif selain dipanaskan pada suhu yang yang sudah tidak layak dikonsumsi, selain
tinggi. Gas N2 akan mendorong udara yang ada berwarna gelap, menimbulkan rasa gatal pada
dalam tabung aktivasi dan mengusir tar yang tenggorokan, mutu minyak goreng bekas sudah
dihasilkan pada proses karbonisasi sehingga sangat rendah karena adanya kandungan
dapat mengembangkan struktur rongga pada senyawa peroksida dan asam lemak bebas yang
karbon. tinggi. Hasil analisa angka peroksida dan asam
Penelitian ini menggunakan gas nitrogen lemak bebas (FFA) pada minyak goreng bekas
selama proses karbonisasi pada suhu 650 °C, dapat dilihat pada Tabel 1.
700 °C dan 750 °C dan dilakukan selama 2 jam
agar proses karbonisasi dapat berlangsung Tabel 1. Hasil Angka Peroksida dan FFA
sempurna yaitu berupa pemindahan bahan- padaMinyak Goreng Bekas
bahan volatil dan tar keluar dari dalam pori. Analisis Peroksida FFA
Nitrogen merupakan gas yang inert sehingga Hasil
6,80 meq/kg 0,35%
pembakaran karbon menjadi abu dan oksidasi Penelitian
oleh pemanasan lebih lanjut dapat dikurangi. Spesifikasi
Maks.2 meq/kg Maks 0,3%
Selain itu dengan aktivasi gas akan SNI
mengembangkan struktur rongga yang ada pada
arang sehingga memperluas permukaannya, Data pada Tabel 1 telah membuktikan
menghilangkan konstituen yang mudah bahwa mutu minyak goreng bekas sudah berada
menguap dan membuang tar atau hidrokarbon di bawah standar. Hal ini menunjukkan bahwa
pengotor pada arang. Adanya gas nitrogen ini minyak goreng bekas sudah tidak layak
dapat mengurangi oksigen dalam ruangan mengkonsumsinya. Apabila masih tetap
aktivasi, sehingga tekanan dalam ruangan akan mengkonsumsinya maka akan menyebabkan
kecil dan pada suhu yang rendah proses penyakit dan membahayakan bagi kesehatan
karbonisasi tidak membutuhkan suhu yang tubuh. Mengandung angka peroksida 6,80
tinggi. meq/kg dan FFA 0,35 %, nilai ini sangat
Karbon aktif yang dihasilkan kemudian berbahaya bagi kesehatan karena spesifikasi
ditumbuk sampai halus, hal ini bertujuan untuk SNI yang aman dikonsumsi untuk peroksida
memperbesar luas permukaan karbon, sehingga maksimum 2 meq/kg dan FFA 0,3 %.
mampu menyerap lebih banyak. Karbon aktif Mutu minyak goreng dapat ditingkatkan
selanjutnya diayak dengan ukuran 120-250 lagi dengan menginteraksikannya dengan
mesh, yaitu lolos pada ukuran 120 mesh dan adsorben. Adsorben yang digunakan pada
tertahan pada ukuran 250 mesh. Hal ini penelitian ini adalah arang aktif polong buah
dilakukan untuk menyeragamkan ukuran pori kelor dan minyak goreng yang digunakan
pada karbon aktif sehingga pada proses adsorpsi adalah minyak goreng curah. Minyak goreng
efisien dan teratur. Serbuk karbon aktif curah merupakan minyak yang berasal dari
kemudian di cuci dengan HCl untuk melarutkan kelapa sawit yang proses pemurniannya
mineral-mineral yang masih belum hilang pada dilakukan satu kali fraksinasi. Penggunaan
proses karbonisasi dan dilanjutkan dengan minyak goreng curah pada penelitian ini karena
pencucian menggunakan air panas sampai pH fenomena kehidupan sehari-hari masyarakat
netral, hal ini bertujuan untuk menghilangkan menggunakan minyak goreng curah. Proses
kandungan NaCl yang terjebak dalam pori-pori pemurnian minyak goreng bekas pada
penelitian ini dilakukan 3 tahapan yaitu: proses
96
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal 53-103

pemisahan bumbu (despicing), netralisasi dan yang paling menonjol dari asam karboksilat ini
pemucatan (bleaching). adalah keasamannya karena stabilisasi-
Proses despicing adalah proses yang resonansi anion karboksilatnya, RCO2-. Asam
bertujuan untuk memisahkan partikel halus lemak pada penelitian ini direaksikan dengan
tersuspensi seperti protein, karbohidrat, garam, larutan NaOH 16 % sebagai pereaksi basa.
gula dan bumbu rempah-rempah, tanpa Reaksi asam karboksilat dengan NaOH
mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam berlangsung melalui serangkaian tahap
minyak. Minyak goreng bekas dicampurkan protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil
dengan air dengan komposisi yang sama yaitu diprotonasi, NaOH nukleofilik menyerang
(1:1), kemudian dipanaskan hingga air tinggal karbon positif dan menghasilkan garam

O O: O

OH Na + H2O + Na
C17H33 C O H C17H33 C O C17H33 C O

Asam Oleat
Stabilisasi Resonansi
O

C17H33 C ONa + H2O

garam karboksilat
Gambar 1. Mekanisme reaksi netralisasi
setengahnya. Kotoran-kotoran tersebut (partikel karboksilat dengan mekanisme reaksi pada
halus tersuspensi) akan larut dalam air dan ikut gambar 1.
mengendap di di bawah air, sehingga pada Proses bleaching merupakan proses
proses ini diperoleh minyak yang bebas bumbu, pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna
dengan warna minyak yang semula yang tidak disukai dengan menggunakan
gelap/kehitaman menjadi coklat. Komposisi adsorben. Adsorben yang digunakan pada
minyak dan air kemudian dipisahkan dengan penelitian ini adalah karbon aktif polong buah
corong pisah, terdapat dua lapisan pada proses kelor. Zat warna dalam minyak, suspensi koloid
despicing, lapisan paling atas adalah minyak (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak,
dan lapisan bawah adalah air, karena berat jenis misalnya peroksida dan asam lemak bebas akan
air lebih besar dari berat jenis minyak. Tahapan diserap oleh permukaan karbon aktif pada
selanjutnya adalah proses netralisasi. proses bleaching.
Proses netralisasi adalah suatu proses Proses bleaching pada penelitian ini
untuk memisahkan asam lemak bebas dari dilakukan dengan mereaksikan minyak goreng
minyak dengan cara mereaksikan asam lemak hasil netralisasi dengan karbon aktif polong
bebas dengan basa sehingga membentuk sabun. buah kelor, yaitu sejumlah minyak dipanaskan
Asam lemak yang terkandung pada minyak pada suhu 70 0C, kemudian dimasukkan serbuk
kelapa sawit terdiri dari asam lemak jenuh yaitu karbon aktif polong buah kelor dengan suhu
asam lemak palmitat, miristat dan stearat dan ditingkatkan 100 0C sambil dilakukan
asam lemak tidak jenuh yaitu oleat dan linoleat. pengadukan dengan magnetik stirer selama 60
Kandungan asam lemak jenuh yang paling menit. Peningkatan suhu ini bertujuan untuk
besar adalah asam lemak palmitat yaitu 40-46 mempercepat reaksi antara karbon aktif dengan
% sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah peroksida dan asam lemak bebas, sedangkan
oleat yaitu 39-45 %. Asam lemak dalam minyak waktu dan pengadukan bertujuan untuk
goreng memiliki gugus asam karboksilat, sifat mencapai kesetimbangan adsorpsi, jika fase

97
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal. 53-103

cairan yang berisi adsorben diam, maka difusi peroksida dengan rantai karbon pendek akan
adsorbat melalui permukaan adsorben akan lebih mudah larut dalam air panas dibanding
lambat, oleh karena itu diperlukan pengadukan dalam minyak. Air bersifat polar, sementara
untuk mempercepat proses adsorpsi. minyak bersifat non polar, karena beda
Pengadukan juga dimaksudkan untuk memberi kepolaran minyak dan air tidak bisa larut
kesempatan pada partikel arang aktif untuk sehingga komponen polar yang ada dalam
bersinggungan dengan senyawa serapan. minyak bekas seperti protein, karbohidrat,
Selanjutnya disaring dengan kertas saring garam, gula, serta bumbu rempah-rempah yang
tertinggal selama menggoreng larut dalam air,
4.3 Hasil Analisa Peroksida sehingga setelah melalui tahapan despicing
Peroksida merupakan produk awal angka peroksida minyak goreng turun.
terjadinya kerusakan pada minyak goreng Penurunan angka peroksida pada proses
akibat terjadinya reaksi autoksidasi pada netralisasi juga disebabkan karena senyawa
minyak. Analisa angka peroksida pada peroksida yang memiliki rantai karbon pendek
penelitian ini yaitu minyak goreng baru larut dalam air dan disebabkan dalam asam
(minyak curah), bekas, despicing, netralisasi lemak bebas terdapat sebagian kecil peroksida
dan bleaching dilakukan dengan metode yang terikat, sehingga ketika asam lemak bebas
iodometri, dengan cara sejumlah minyak terendapkan melalui proses penyabunan, ada
dilarutkan dalam campuran asetat:kloroform sebagian peroksida yang ikut mengendap.
yang mengandung KI, maka akan terjadi Penurunan peroksida terbesar pada proses
pelepasan iodin (I2). Iodin yang bebas dititrasi bleaching disebabkan oleh adsorpsi
dengan natrium tiosulfat, selanjutnya (penyerapan) karbon aktif polong buah kelor,
ditambahkan indikator amilum sampai karena karbon aktif polong buah kelor memiliki
terbentuk warna biru, kemudian dititrasi lagi luas permukaan dan pori-pori yang besar,
dengan natrium thiosulfat sampai warna biru sehingga dapat mengikat dan menyerap
hilang. Terbentuknya warna biru setelah senyawa peroksida. Data hasil penurunan angka
penambahan amilum, dikarenakan struktur peroksida minyak goreng baru (curah), bekas,
molekul amilum yang berbentuk spiral, dan hasil reprosessing disajikan Gambar 2.
sehingga akan mengikat molekul iodin maka
terbentuklah warna biru. Warna biru gelap yang Tabel 2. Angka Peroksida setiap Tahap
timbul karena terbentuknya kompleks iodin- Proses Pemurnian Minyak
amilum. Pengukuran angka peroksida ini dapat Peroksida
digunakan untuk mengetahui kadar ketengikan Minyak (meq/kg)
minyak. Hasil analisa peroksida setiap tahap
Minyak Baru 0,15
pemurnian dapat dilihat pada Tabel 2.
Minyak Bekas 6,80
Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap tahap
Minyak Despicing 6,45
pemurnian minyak goreng bekas, angka
peroksida mengalami penurunan dan menurun Minyak Netralisasi 4,81
secara signifikan pada proses bleaching. Minyak Bleaching 650 ºC 30 %
Penurunan angka peroksida pada proses NaCl 0,25
despicing disebabkan karena senyawa peroksida
R.COO° dengan gugus karbonil RC=O dan
radikal O° dengan rantai karbon pendek bersifat
polar dan pada rantai karbon panjang bersifat
lebih kepada nonpolar, hal ini disebabkan
karena pada proses penggorengan dengan suhu
tinggi ada sebagian ikatan yang putus sehingga
memiliki rantai karbon pendek, senyawa

98
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal 53-103

Gambar 2. Grafik jumlah peroksida tiap proses pengolahan

Tingginya angka peroksida minyak reversible, yaitu dapat balik atau dilepaskan
goreng bekas ini karena diakibatkan proses kembali dengan adanya penurunan konsentrasi
oksidasi pada saat proses pemasakan atau larutan. Proses adsorpsi kimia adalah interaksi
penyimpanan, sehingga terbentuklah peroksida. antara adsorbat dengan adsorben melibatkan
Reaksi pembentukan peroksida pada minyak pembentukan ikatan kimia (biasanya ikatan
diakibatkan oleh reaksi oksidasi oleh oksigen kovalen).
dengan sejumlah asam lemak tidak jenuh, Interaksi antara peroksida dengan karbon
dalam hal ini adalah asam lemak oleat yang aktif polong buah kelor dalam penelitian ini
terkadung sebanyak 39-45 % pada minyak dimungkinkan terjadi adsorpsi secara fisika
kelapa sawit, reaksi ini dipercepat oleh karena setiap pertikel-pertikel adsorbat yang
pemanasan. mendekati ke permukaan adsorben melalui gaya
Proses adsorpsi antara peroksida dengan van der walls atau ikatan hidrogen, hal ini
karbon aktif polong buah kelor dikarenakan dikarenakan adanya perbedaan energi potensial
adanya perbedaan energi potensial antara antara permukaan adsorben dan adsorbat.
permukaan adsorben dan zat yang diserap, baik Proses bleaching pada penelitian ini
itu melibatkan gaya fisika atau kimia. Adsorpsi menggunakan karbon aktif polong buah kelor
fisika melibatkan gaya antarmolekuler (gaya dengan variasi suhu karbonisasi dan variasi
Van der waals atau melalui ikatan hidrogen). konsentrasi aktivasi NaCl. Pengaruh variasi
Molekul yang terbentuk dari adsorpsi fisika suhu karbonisasi dan konsentrasi aktivasi
terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan NaCl terhadap penurunan angka peroksida
pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 terlihat pada tabel 3.
Kj/Mol, karena itu sifat adsorpsinya adalah

Tabel 3. Angka Peroksida Minyak Goreng Bekas setelah Proses Bleaching Menggunakan Karbon
Aktif Polong Buah Kelor

Minyak Peroksida (meq/kg) % Teradsorp


Minyak Goreng Baru 0.15 meq/kg -
Minyak Goreng Bekas 6.80 meq/kg -
Bleaching 650 0C 15 % NaCl 0,30 meq/kg 66,32
Bleaching 650 0C 30 % NaCl 0,25 meq/kg 67,06
Bleaching 700 0C 15 % NaCl 0,50 meq/kg 63,38
Bleaching 700 0C 30 % NaCl 0,45 meq/kg 64,12
Bleaching 750 0C 15 % NaCl 0,55 meq/kg 62,65
Bleaching 750 0C 30 % NaCl 0,50 meq/kg 63,38

99
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal. 53-103

Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin jambu yang tidak hilang selama 30 detik.
tinggi suhu karbonisasi maka penyerapan Terbentuknya warna merah jambu
peroksida oleh karbon aktif semakin kecil, hal setelah dititrasi dengan sejumlah NaOH
ini dimungkinkan dengan semakin tinggi suhu menunjukkan NaOH telah bereaksi sempurna
karbonisasi struktur pori karbon aktif yang dengan asam lemak bebas karena pada kenaikan
dihasilkan ada yang rusak. Konsentrasi NaCl 30 pH 8-9 indikator pp yang tidak berwarna akan
% menghasilkan karbon aktif yang memiliki berubah menjadi merah. Data hasil penurunan
luas permukan yang besar ditunjukkan dengan FFA pada minyak baru, bekas, despicing,
penyerapan peroksida besar pada konsentrasi netralisasi, dan bleaching disajikan pada Tabel
NaCl 30 % yaitu mengadsorp 67,1 % dengan 4.
angka peroksida 0,25 meq/Kg.
Tabel 4. Asam Lemak Bebas setiap Tahap
4.4 Analisa Asam Lemak Bebas (FFA) Proses Pemurnian Minyak
Asam lemak bebas merupakan dasar Minyak % FFA
untuk mengetahui umur minyak, kemurnian Minyak Baru 0,03
minyak, dan tingkat hidrolisa. Asam lemak Minyak Bekas 0,35
bebas dengan kadar lebih dari 0,2 % dari berat Minyak Despicing 0,28
minyak mengakibatkan flavor yang tidak Minyak Netralisasi 0,16
disukai dan meracuni tubuh. Minyak Bleaching 650 ºC 30 %
Analisa asam lemak bebas minyak NaCl 0,05
goreng baru, bekas, despicing, netralisasi dan
bleaching dilakukan dengan metode titrasi asam
Tabel 4 menunjukan bahwa setiap tahap
basa. Sejumlah minyak dilarutkan dalam etanol,
pemurnian minyak goreng bekas, asam lemak
penggunaan pelarut etanol yang polar ini
bebas mengalami penurunan dan menurun
dimaksudkan agar asam lemak bebas yang
secara signifikan pada proses bleaching.
bersifat non polar dan larut dalam minyak dapat
Penurunan asam lemak bebas pada proses
larut pada fase yang sama dengan NaOH.
despicing disebabkan karena reaksi hidrolisis
Larutan NaOH ini bersifat polar, sehingga pada
minyak dengan air, hal ini asam lemak bebas
saaat titrasi asam lemak bebas dengan NaOH
yang memiliki gugus karbonil dan gugus
dapat berinteraksi, karena etanol ini gugus OH
hidroksil yang bersifat polar dengan rantai
sifatnya hidrofil (suka air) dan rantai karbon
karbon pendek akan larut dalam air dan
CH3CH2 bersifat hidrofob, kemudian dilakukan
bersamaan dengan air menguap pada proses
pemanasan agar larut sempurna dan
pemanasan dan ikut terpisahkan pada proses
ditambahkan indikator pp, selanjutnya dititrasi
pemisahan minyak dengan air.
dengan NaOH sampai terbentuk warna merah
Tabel 5. FFA Minyak Goreng Hasil Bleaching dengan Variasi Suhu Pemanasan Karbonisasi &
Konsentrasi NaCl
Minyak %FFA % Teradsorp
Minyak Goreng Baru 0,03 -
Minyak Goreng Bekas 0,35 -
Bleaching T 650 ⁰ C NaCl 15 % 0,06 28,57
Bleaching T 650 ⁰ C NaCl 30 % 0,05 31,43
Bleaching T 700 ⁰ C NaCl 15 % 0,08 22,86
Bleaching T 700 ⁰ C NaCl 30 % 0,07 25,71
Bleaching T 750 ⁰ C NaCl 15 % 0,09 20
Bleaching T 750 ⁰ C NaCl 30 % 0,08 22,86

100
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal 53-103

Penurunan asam lemak bebas pada bleaching minyak mengindikasikan bahwa


proses netralisasi disebabkan karena reaksi karbon aktif polong buah kelor memiliki situs-
asam lemak bebas dengan larutan NaOH situs aktif dengan luas permukaan yang besar.
membentuk sabun. Proses netralisasi ini

Gambar 3. Grafik Penurunan FFA setiap Tahap Pemurnian

menyumbang besar terhadap penurunan asam 5. KESIMPULAN DAN SARAN


lemak bebas pada minyak. Penurunan asam 5.1 Kesimpulan
lemak bebas secara signifikan pada proses 1. Setiap tahap pemurnian minyak goreng
bleaching disebabkan oleh adsorpsi bekas mampu menurunkan angka peroksida
(penyerapan) karbon aktif polong buah kelor, dimana penurunan terbesar tercapai pada
karena karbon aktif polong buah kelor memiliki proses bleaching. Hasil penurunan ini
luas permukaan dan pori-pori yang besar, berturut-turut minyak goreng bekas,
sehingga dapat mengikat dan menyerap despicing, netralisasi dan bleaching 650 ºC
senyawa asam lemak bebas pada konsentrasi NaCl 30 % yaitu 6.80, 6.45,
permukaannya. Data hasil penurunan asam 4.81 dan 0.25 meq/Kg
lemak bebas minyak goreng baru (curah), 2. Setiap tahap pemurnian minyak goreng
bekas, dan hasil reprosessing disajikan Gambar bekas mampu menurunkan asam lemak
3. bebas dimana penurunan terbesar tercapai
Proses bleaching pada penelitian ini pada proses netralisasi disusul pada proses
menggunakan karbon aktif polong buah kelor bleaching 650 ºC konsentrasi NaCl 30 %.
dengan variasi suhu karbonisasi dan variasi Hasil penurunan ini berturut-turut minyak
konsentrasi aktivasi NaCl. Pengaruh variasi goreng bekas, despicing, netralisasi dan
suhu karbonisasi dan konsentrasi aktivasi NaCl bleaching 650 ºC konsentrasi NaCl 30 %
terhadap penurunan asam lemak bebas terlihat yaitu 0.35, 0.28, 0.16 dan 0.05 % FFA.
pada tabel 5.
Data diatas menunjukkan bahwa semakin
tinggi suhu karbonisasi, penyerapan FFA 5.2 Saran
semakin rendah, hal ini dimungkinkan dengan 1. Perlu dilakukan penelitiaan lebih lanjut
semakin tinggi suhu maka karbon aktif yang untuk mengetahui adsorpsi secara kimia
dihasilkan sebagian kecil struktur pori karbon dengan gugus fungsi karbon polong buah
mengalami kerusakan. Hasil terbaik penurunan kelor
asam lemak bebas dicapai pada karbon aktif 2. Perlu adanya penelitiaan lebih lanjut tentang
suhu 650 0C dengan 30 % NaCl yaitu 0,05 %. pengaruh ukuran partikel dari adsorben
Kemampuan karbon aktif polong buah kelor polong buah kelor, perbandingan aktivasi
menurunkan asam lemak bebas pada proses
101
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal. 53-103

NaCl sebelum karbonisasi dan sesudah kimia, Fakultas MIPA, Universitas


karbonisasi. Brawijaya.
Sabarudin, A. 1996. Aktivasi Arang Tempurung
Kelapa dengan NaCl dan Gas CO2
dalam Reaktor Fluidasi, Skripsi.
Malang : Jurusan kimia, Fakultas
6. DAFTAR PUSTAKA MIPA, Universitas Brawijaya.
Amsden, J.P. 1950. Physical Chemistry For Sawyer,CN, and Mc Carty,P.L. 1981.
Peremedical Students. 2th Ed. New Chemistry For Engineering, Third
York : McGraw Hill Book Company. Edition, McGraw Hill Book Company,
P.264. New York, P.89.
Connachie Mc.G.L, A.M. Warhurst, S.J. Sembiring, M. T, Sinaga, T. S. 2003. Arang
Pollard, UK and V. 1996. Activated Aktif (Pengenalan dan Proses
carbon from Moringa husks and pods. Pembuatannya), Jurusan Teknik
Malawi New Delhi : Chipofya. Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Fauzan Asep. 2009. Konsumsi Makanan Sumatera Utara.
mengandung zat Kimia dalam Smisek, M., and Cerny, S. 1970. Active
Perspektif Islam. Masail Fiqhiyah. Carbon. New York : Elsevier
Diakses tanggal 09 Nopember 2009. Publishing Company. pp.11-22.
Jan kowska,H.Swiatkowski,A,Chorna,J. 1991. Silalahi, S. 2005. Studi Awal Kualitas Minyak
Active Carbon. London : Horwood. Goreng Kelapa Sawit Pada
Juliandini, F dan Yulinah T. 2008. Uji Penggorengan Berulang Produk
Kemampuan Karbon Aktif dari Limbah Tertentu, http//www. iopri.org/index.
Kayu Dalam Sampah Kota untuk php? option=com2005
Penyisihan Fenol. Surabaya : Institut content&task=section&id=91&
Teknologi Sepuluh Nopember. Itemid=47. Diakses Tanggal 15
Ketaren, S,. 2005. Pengantar Teknologi Dan Februari 2007.
Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit UI- Taufiq Muhammad. 2007. Pemurnian Minyak
Press, 174, 69, 113. Goreng Bekas (Jelantah) Menggunakan
Maron,S.H, dan Lando, J.B. 1974. Fundamental Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk),
Of Physical Chemistry. New York : Skripsi. Malang : Jurusan Kimia
Mac Milla Publising Co. Inc PP 753, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN.
763. Wahjuni Sri dan Betty Kostradiyanti. 2008.
Muallifah Siti. 2009. Penentuan Angka Asam Penurunan Angka peroksida Minyak
Thiobarbiturat (Tba) Dan Angka Kelapa Tradisional dengan Adsorben
Peroksida Pada Minyak Goreng Bekas Arang Sekam padi IR 64 yang
Hasil Pemurnian Dengan Biji Kelor Diaktifkan dengan Kalium Hidroksida,
(Moringa Oleifera, Lamk). Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Malang : Jurusan kimia, Fakultas Sains Udayana, Bukit Jimbaran.
dan Teknologi, Universitas Islam Warhurst. A.M, McConnachie. G, dan Pollard.
Negeri Malang. J.T. Simon. 1997. Characterisation And
Mulek A.P. 2005. Studi Penambahan Larutan Applications Of Activated Carbon
NaCl Pada Pembuatan Kaarbon Aktif Produced From Moringa Oleifera Seed
Dari Tempurung Kelapa. Skripsi, Husks By Single-Step Steam Pyrolysis.
Jurusan kimia, Fakultas MIPA, Department of Civil and Environmental
Universitas Brawijaya, Malang. Engineering, University of Edinburgh,
Mustafa, A, 1992, Terjemah Tafsir Al-Maraghi King's Buildings, Pergamon, Britain.
7, CV. TOHA PUTRA, Semarang Widayat, Suherman dan K.Haryani. 2006.
Parker RS. 1996. Absorption, metabolism and Optimasi Proses Adsorbsi Minyak
transport of carotenoids. FASEB J Goreng Bekas Dengan Adsorbent Zeolit
1996; 10: 542– 551. Alam : Studi Pengurangan Bilangan
Rahardjo Sugeng. 1997. Pembuatan Karbon Asam, Jurnal Penelitian Teknik Kimia,
Aktif Dari serbuk Gergajian pohon Jati Volume 17 No.01 April 2006, Penerbit
Dengan NaCl Sebagai Bahan Universitas Diponegoro, Semarang.
Pengaktif, Skripsi. Malang : Jurusan

102
ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal 53-103

Wijana, S., Arif, H., dan Nur, H. 2005. Tekno


Pangan: Mengolah Minyak Goreng
Bekas. Penerbit Trubus Agrisarana.
Surabaya, 2, 4, dan 5.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi,
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 95, 107.
Yulianti Eny. 2009. Adsorpsi Peroksida dan
Asam Lemak Bebas (FFA) dalam
(Moringa oliefera.Lamk) yang telah
Diaktivasi dengan proses Pirolisis Satu
Tahap. Lamlitbang, Universitas Islam
Negeri Malang.
Yulianto Andri. 2005. Pembuatan Karbon Aktif
Dari Kulit Kacang Tanah Dengan KOH
Sebagai Bahan Pengaktif, Skripsi, Jurusan
kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya,
Malang.

103

Anda mungkin juga menyukai