Anda di halaman 1dari 6

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG

MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN

LEGAL MEMORANDUM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta

Oleh:
ARDRAWULAN RATNAEDI

No. Mahasiswa : 05 410 080


Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG

MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN

A. Latar Belakang Masalah

Hak Atas Kekayaan Intelektual selanjutnya disebut dengan HKI,

adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari kerja

otak, hasil kerja itu berupa benda immateriil, benda yang tidak berwujud.1

Merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang menembus

segala batas. Merek telah lama digunakan sebagai alat untuk membedakan

barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan dari barang dan/atau

jasa produksi perusahaan lain yang sejenis, atau digunakan untuk

memberikan tanda dari produk yang dihasilkan. Dalam kedudukannya untuk

memperkenalkan produksi suatu perusahaan, merek mempunyai peranan

yang sangat penting bagi pemilik suatu produk. Hal ini disebabkan oleh

fungsi merek itu sendiri untuk membedakan dalam memperkenalkan suatu

barang dan/atau jasa dengan barang dan/atau jasa lainnya yang mempunyai

kriteria dalam kelas barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi oleh

perusahaan yang berbeda2.

Di sini merek tidak hanya mencakup nama, ataupun kata-kata tapi

juga berupa logo, simbol, dan tanda. Untuk membedakan antara merek satu

1 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hlm 9
2
M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 1992, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996, hlm
129
dengan merek yang lain, pemegang merek tersebut seringkali menggunakan

logo sebagai ciri khas dari merek tersebut. Fungsi dari logo ini adalah sebagai

tanda, nama, istilah, simbol, lambang, rancangan atau desain, untuk

menandakan atau mengidentifikasi suatu kelompok, organisasi, ataupun suatu

produk untuk membedakan mereknya dengan merek milik orang lain.3

Secara hukum suatu logo berkaitan dengan 2 (dua) aspek yaitu :

1. Hak cipta (copy right)

2. Merek dagang (trademark)4

Maka dari itu seni logo yang digunakan dalam merek ini merupakan bagian

dari hak cipta. Hak cipta itu sendiri adalah hak eksklusif bagi pencipta atau

penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya

atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-

pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.5

Di zaman sekarang ini banyak orang melakukan persaingan usaha

secara tidak sehat walaupun usaha tersebut merupakan tindakan yang

melanggar hukum. Banyak sudah tindakan pelanggaran hukum dibidang hak

cipta seperti mengumumkan, memperbanyak, membajak, meniru, dan

mendompleng kepopuleran hak cipta milik orang lain dengan tanpa hak.6

Maka dari itu sudah banyak usaha yang dilakukan untuk memberikan

perlindungan secara lebih besar terhadap hak cipta karena semakin terkenalnya

ciptaan orang semakin besar pula peluangnya untuk ditiru.

3 Agus Rizal, Logo sebagai hak cipta. at http://www.google.co.id.juni 2008


4 Ibid
5
Republik indonesia, Undang-undang Hak Cipta No 19 tahun 2002
6
M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, teori, dan
prakteknya di Indonesia, PT. Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm 40

2
Usaha untuk menanggulangi terjadinya pelanggaran atas hak cipta

adalah memberikan perlindungan hukum terhadap hak cipta dengan dibuatnya

Undang-undang hak cipta. Undang-undang hak cipta yang berlaku sekarang

adalah Undang-undang Hak Cipta No 19 tahun 2002 yang merupakan

penyempurnaan dari Undang-undang hak cipta terdahulu yaitu Undang-

undang Hak Cipta No 12 tahun 1997.7

Suatu hak cipta dapat memperoleh perlindungan hukum tanpa melalui

pendaftaran terlebih dahulu. Tetapi apabila hak cipta tersebut merupakan logo

dari suatu merek maka logo tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu ke

Direktorat Jenderal HKI untuk mendapatkan perlindungan hukum agar tidak

ditiru oleh merek lain dengan menggunakan logo yang sama.

Dalam kenyataan yang dapat kita jumpai sekarang walaupun sebuah

merek dan logo sudah didaftarkan dan memiliki hak cipta tetapi masih saja

logo dari merek tersebut ada yang meniru. Adakalanya sebuah merek ditiru

oleh merek lain dengan menggunakan logo yang sama persis dikarenakan

merek tersebut sudah terlebih dahulu dikenal dimasyarakat dengan tujuan

mendompleng kepopuleran merek yang sudah terkenal tersebut. Tetapi

anehnya dalam hal peniruan logo merek ini, merek yang meniru tersebut juga

sama-sama mempunyai hak cipta atas logonya.

Ada bentuk kasus peniruan logo terhadap merek yang sama-sama

mempunyai hak cipta yang menarik untuk dikaji seperti terjadi dalam kasus

salon kecantikan Natasha di Yogyakarta. Dalam kasus ini salon kecantikan

7 OK. Saidin, op cit, hlm 57

3
Natasha di Yogyakarta ini telah mendaftarkan merek dan logonya, yang dalam

hal ini yang didaftarkan mereknya adalah merek jasa dengan berlogo Natasha

dan produk kecantikan berlogo FS (Fredi Setyawan).

Di Semarang ternyata ada orang yang mendaftarkan mereknya dalam

hal ini merek yang didaftarkan adalah merek dagang berupa produk kecantikan

berlogo Natasha. Kedua merek tersebut mempunyai logo yang sama persis

walaupun yang dijual kedua merek ini berbeda yaitu merek dagang dan merek

jasa.

Perlu diketahui salon kecantikan Natasha di Yogyakarta telah

mendaftarkan hak cipta atas logo mereknya lebih dulu dibandingkan dengan

merek dagang Natasha Semarang. Salon kecantikan Natasha Yogyakarta telah

lebih dulu dikenal di masyarakat luas dan telah mempunyai reputasi yang baik

dimasyarakat dan pelanggannya, sehingga sewaktu Natasha Semarang

memasarkan produknya muncul indikasi dari pemegang merek jasa salon

kecantikan Natasha Yogyakarta bahwa merek dagang berupa produk

kecantikan dari Natasha Semarang ini mendompleng kepopuleran dari salon

kecantikan Natasha Yogyakarta karena memiliki kesamaan logo.

Di sini jelas bahwa pemegang merek dagang Natasha Semarang ini

memiliki itikad tidak baik dalam mendaftarkan logonya karena mempunyai

logo yang sama persis dengan salon kecantikan Natasha Yogyakarta. Namun

demikian mengapa ijin penerbitan hak cipta dari logo atas produk Natasha

Semarang ini dapat dikeluarkan, padahal jelas-jelas ada merek lain dan

mempunyai logo yang sama yang sudah lebih dulu mendaftarkan mereknya

4
yaitu salon kecantikan Natasha Yogyakarta walaupun yang dijual oleh merek

ini berbeda yaitu merek dagang dan merek jasa tetapi apabila logonya sama

persis tetap saja mengecoh masyarakat awam yang tidak tahu. Pemegang hak

cipta atas logo merek Natasha Semarang ini telah melanggar hak cipta atas

logo dari salon kecantikan Natasha Yogyakarta.

B. Posisi Kasus

Seiring dengan dimulainya pembangunan ekonomi di Indonesia kasus-

kasus pelanggaran terhadap hak cipta mulai terjadi peningkatan. Seiring

berkembangnya juga teknologi dan kreativitas kejahatan terhadap hak cipta

juga semakin merajalela dengan berbagai macam bentuk jenis kejahatan, mulai

dari menjiplak, meniru, membajak, ataupun mendompleng kepopuleran hak

cipta milik orang lain. Salah satu contoh kasus terhadap pelanggaran hak cipta

yang dikaji disini adalah hak cipta atas logo suatu merek yang menyerupai

merek orang lain yang telah didaftarkan terlebih dahulu.

Awal mula munculnya kasus ini ketika seseorang bernama Then Gek

Tjoe yang berdomisili di Semarang mendaftarkan merek dagang yang berlogo

Natasha di Direktorat Jenderal HKI. Pada waktu itu pemegang merek dagang

Natasha ini dalam memasarkan produk kecantikannya kurang sukses

dipasaran. Sedangkan di Yogyakarta ada salon kecantikan yang cukup terkenal

dan mempunyai pelanggan/ konsumen yang cukup banyak bernama Natasha.

Salon kecantikan Natasha Yogyakarta ini telah mendaftarkan merek jasa

berlogo Natasha dan merek dagang untuk produk kecantikan berlogo FS (Fredi

Anda mungkin juga menyukai