Psmba Laporan Kasus 09 Agustus 2017 PDF Free
Psmba Laporan Kasus 09 Agustus 2017 PDF Free
Pembimbing :
dr. Meivina Ramadhani Pane, Sp.PD
Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
CHIEF OF WARDS
PIMPINAN SIDANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Perdarahan
Saluran Makan Bagian Atas”.
Penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada dr. Meivina Ramadhani Pane, Sp.PD sebagai dosen pembimbing serta
Chief of Ward RA 1 dr.Ihda Hayati Lubis yang telah bersedia membimbing dan
memberikan masukan dan kritikan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua
pihak di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi semuanya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 2
1.3. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) adalah kehilangan darah
dalam lumen saluran cerna yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum treitz,
mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum.
Sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia
yang signifikan, perdarahan dari saluran makan bagian atas kira-kira 4 kali lebih
umum daripada pendarahan dari saluran makan bagian bawah. Tingkat kematian
dari PSMBA adalah 6-10% secara keseluruhan.2
Kejadian PSMBA, 2 kali lipat lebih besar pada pria daripada pada wanita,
di semua kelompok usia; Populasi dengan PSMBA telah menjadi semakin tua,
Kematian meningkat dengan bertambahnya usia (> 60 tahun), baik pada pria dan
wanita, bersamaan dengan peningkatan komorbiditas signifikan yang
meningkatkan angka kematian.3
Satu atau lebih penyakit komorbid dijumpai pada 98,3% mortalitas pasien
PSMBA; Pada 72,3% pasien, penyakit komorbid meupakan penyebab primer
kematian dibandingkan kejadian perdarahannya. Perdarahan ulangan atau
perdarahan berlanjut dikaitkan dengan peningkatan mortalitas; Oleh karena itu,
penting membedakan pasien beresiko rendah terjadi perdarahan ulang dan
komorbiditas kecil dengan pasien beresiko tinggi untuk terjadinya perdarahan ulang
dan komorbiditas serius.3
Penyakit ulkus peptik merupakan penyebab paling umum dari PSMBA.
Dalam sebuah tinjauan literatur yang melibatkan lebih dari 10.000 pasien dengan
PSMBA, ulkus peptik bertanggung jawab atas 27-40% dari semua episode
perdarahan. Populasi pasien berisiko tinggi berisiko terkena ulkus peptikum
termasuk orang yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol, gagal ginjal
kronis, atau penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah:
1. Dapat mengerti dan memahami tentang Perdarahan Saluran Makanan Bagian
Atas (PSMBA).
2. Dapat menerapkan teori terhadap pasien dengan Perdarahan Saluran Makanan
Bagian Atas (PSMBA).
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas (PSMBA).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seluruh sel di dalam tubuh memerlukan nutrisi, namun kebanyakan dari sel-
sel ini tidak dapat berpindah dari posisinya di dalam tubuh dan mencari sumber
nutrisi tersebut, karenanya makanan harus dikonversi menjadi bentuk yang dapat
digunakan dan diantar ke masing- masing sel tersebut. Sistem digestivus, dengan
bantuan sistem sirkulatorius, berperan sebagai pensuplai nutrisi yang besar,
menyediakan nutrisi untuk lebih dari ratusan sel yang bekerja di dalam tubuh.
Sistem ini juga memiliki quality control dan saluran pembuangan sendiri.
Sistem digestivus terdiri dari saluran cerna, sebuah saluran yang memanjang
dari mulut hingga ke anus, dan organ- organ aksesori, terutama glandula, yang
mensekresi cairan ke dalam saluran cerna. Saluran cerna juga disebut sebagai
alimentary tract¸ atau alimentary canal. Bagian dari saluran cerna antara lain:
4
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk
untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Mulut memiliki beberapa fungsi:
- Communication, bibir, pipi, gigi, dan lidah merupakan salah satu organ
yang membantu daam berkomunikasi atau berbicara.
- Protection, mucin dan air yang berada di dalam ludah memberikan
lubrikasi, dan ensim lysozyme dalam membunuh mikroorganisme yang
tidak baik bagi tubuh
Lidah terletak ditengah mulut yang dipenuhi dengan otot skeletal yang
ditutupi dengan mukosa membran. Lidah berfungsi menggerakkan makanan di
dalam mulut, membantu dalam mendorong makanan ke dalam esofagus (menelan),
sebagai peran utama artikulasi dalam berbicara dan berkomunikasi, sebagai perasa.
Dalam proses menggerakkan makanan di dalam mulut, lidah bekerja bersama
dengan bibir dan gusi, sehingga mampu menahan makanan di dalam mulut selama
pengunyahan atau mastikasi.
Secara normal, orang dewasa memiliki jumlah total gigi sebanyak 32 gigi
secara kelesuruhan. Tiap gigi memiliki crown (di atas gusi), neck dan root (di
bawah gusi). Dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagaian rahang atas (maxillary) dan
bagian rahang bawah (mandibular). Selain pembagian gigi yaitu terdiri dari bagian
atas sebelah kanan dan kiri dan bagian bawah sebelah atas dan bawah. Tiap empat
kuadran memiliki gigi seri, gigi taring, premolars, molars, dan wisdom teeth.
Fungsinya hampir sama dengan lidah, berperan dalam proses mastikasi dan
berbicara.
Kelenjar saliva ini diproduksi secara terus menerus oleh tubuh. Aliran saliva
(ludah) ini berasal dari kelenjar saliva dan tersebar di mulut melalui pembuluh
(duct). Sebagian besar saliva diproduksi oleh kelnjar saliva yaitu, [1] Kelenjar
parotid (bagian terbesar, saliva banyak terdiri atas amilase, berada di dekat telinga),
[2] Kelenjar submandibular (memprodukasi saliva yang kental (sulit untuk
mengalir) dan berada di dekat mulut (floor)), [3] Kelenjar sublingual (berukuran
paling kecil, mensekresi mukus dan berada di bawah mulut).
itu, kelenjar saliva juga membantu dalam melubrikasi faring untuk membantu
dalam menelan makanan.
2.1.1. Faring
Faring terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Secara normal, makanan dapat masuk melalui orofaring dan laringofaring.
Nasofaring berfungsi sebagai saluran dalam masuknya udara selama bernafas dan
berhubungan dengan fungsi pendengaran. Orofaring berada dibagain posterior
mulut, sebagai saluran masuknya mulut dan menuju ke lambung dan juga berfungsi
sebagai saluran udara untuk pernafasan. Laringofaring berada di bawah orofaring,
memanjang dari epiglotis ke bagian bawah kartilago kortikoid dari laring dan
memiliki fungsi yang sama dengan orofaring.
2.2.3. Esofagus
Mekanisme dari menelan antara lain : [1] makanan tercampur dengan saliva
dan didorong masuk ke dalam faring, [2] refleks involunter menggerakkan makanan
masuk ke dalam esofagus, dan [3] gerakan peristaltik mentransport makanan ke
dalam lambung.
2.2.4. Abdomen
Jejunum
Merupakan bagian usus kecil yang berada diantara bagian akhir
distal dari duodenum dan bagian proksimal dari ileum. Jejunum
memiliki bagian dalam yang bernama membran mukosa yang telah
ditutupi oleh vili. Dimana vili tersebut dapat meningkatkan area
permukaan dari jaringan yang dapat mengabsorbsi nutrisi dari usus.
Berfungsi sebagai absorbsi dari makanan yang sudah dicerna.
Ileum
Memiliki fungsi dalam penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.
Memiliki dinding yang terdiri dari vili di seluruh permukaannya. Sel
yang berada di ileum mengandung enzim protease dan karbohidrat yang
berguna dan tahap akhir dari pencernaan protein dan karbohidrat.
Bagian ileum secara terus menerus mengabsorbsi garam empedu, dan
juga menyerap vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E,
dan K. Jika terjadi absorbsi pada vitamin yang larut dalam air, maka
dibutuhkan asam empedu untuk melakukan proses absorbsi. Berfungsi
sebagai absorbsi dari makanan yang sudah dicerna.
Liver
Merupakan organ yang paling besar diantara semua organ, berkisar
sekitar 1,36 kg atau 3 ponds yang berada di bawah sebelah kanan bagian
abdomen di bawah diafragma. Memiliki dua bagian utama yaitu lobus
sebelah kanan dan kiri serta lobus minor yaitu caudate dan quadrate.
Pankreas
Merupakan organ yang kompleks baik dari jaringan endokrin
(hormon sekresi) ataupun eksokrin (fungsi pencernaan) yang memiliki
beberapa fungsi. Sebagian besar pencernaan di dalam tubuh
dilaksanakan oleh enzim pankreatik.
10
2.2.1. Definisi
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (PSMBA) adalah kehilangan darah
dalam lumen saluran cerna yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum treitz,
mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum.2
2.2.2. Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu kasus kegawatan di bidang
gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan di bidang kesehatan
dunia. Selama empat dekade terakhir ini tidak terdapat
perubahan angka kejadian meskipun telah dicapai kemajuan dalam pengelolaan
atau terapi.3 Peningkatan insidensi di sebagian negara berhubungan dengan
penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi non steroid (OAINS). Selain itu,
prevalensi perdarahan PSMBA sangat bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin
dan beberapa faktor lainnya. Hasil akhir berupa perdarahan ulang dan kematian
merupakan akibat dari penatalaksanaan yang kurang adekuat.4
Di Amerika Serikat angka kejadiannya berkisar antara 50-150 per 100.000
penduduk per tahun. Angka kematiannya bervariasi antara 4-14% tergantung pada
kondisi pasien dan penanganan yang tepat.5,6 Pasien dengan komplikasi atau tanpa
komplikasi di Amerika serikat rata-rata lama rawat inap adalah 4,4 dan 2,7 hari.7
Umumnya 80% dari kasus dapat berhenti dengan sendirinya. 10% kasus
12
2.2.3. Etiologi
Kurang sering
Sering (common) Jarang
(less common)
Erosi/ gastropati gaster
Esofagitis
Ulkus esophagus
Lesi Dielafoy
Duodenitis erosive
Ulkus gaster Telangiektasis
Fistula
Ulkus duodenum Gastropati hipertensi portal
Aortoenterik
Varises esophagus GAVE (Gastric Antral
Hemobilia
Mallory Weiss tear Vascular Ectasia) =
Penyakit Pankreas
watermelon stomach
Penyakit Crhon’s
Varises gaster
Neoplasma
Tabel 2. Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas10
13
2.2.5. Patofisiologi
Lumen gaster memiliki pH yang asam. Kondisi ini berkontribusi dalam proses
pencernaan tetapi juga berpotensi merusak mukosa gaster. Beberapa mekanisme
telah terlibat untuk melindungi mukosa gaster. Musin yang disekresi sel-sel
foveola gastrica membentuk suatu lapisan tipis yang mencegah partikel makanan
besar menempel secara langsung pada lapisan epitel. Lapisan mukosa juga
mendasari pembentukan lapisan musin stabil pada permukaan epitel yang
melindungi mukosa dari paparan langsung asam lambung, selain itu memiliki pH
netral sebagai hasil sekresi ion bikarbonat sel-sel epitel permukaan. Suplai
vaskular ke mukosa gaster selain mengantarkan oksigen, bikarbonat, dan nutrisi
juga berfungsi untuk melunturkan asam yang berdifusi ke lamina propia. Gastritis
akut atau kronik dapat terjadi dengan adanya dekstruksi mekanisme-mekanisme
protektif tersebut, salah satunya pada kondisi stress, terjadi penurunan aliran darah
ke mukosa sehingga dapat terjadi iskemia dengan kerusakan lapisan mukosa
dengan kemungkinan berlanjut menjadi suatu ulkus peptikum. 11
Pada orang yang sudah lanjut usia, aterosklerosis merupakan salah satu
peran dalam penurunan aliran darah ke mukosa gaster. Hal ini menjadi suatu
stressor sehingga pembentukan musin berkurang sehingga rentan terkena gastritis
dan perdarahan saluran cerna (erosi hingga ulkus). OAINS dan obat antiplatelet
dapat mempengaruhi proteksi sel (sitoproteksi) yang umumnya
dibentuk oleh prostaglandin atau mengurangi sekresi bikarbonat yang
menyebabkan meningkatnya perlukaan mukosa gaster. Infeksi Helicobacter
pylori yang predominan di antrum akan meningkatkan sekresi asam lambung
dengan konsekuensi terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan
15
Hal ini banyak dipengaruhi oleh jumlah darah yang keluar persatuan
waktu dan fungsi pilorus. Terkumpulnya darah dalam volume banyak dalam
waktu singkat akan menimbulkan refleks muntah sebelum komponen darah
tersebut bercampur dengan asam lambung (sehingga muntah darah segar). Hal ini
berbeda dengan perdarahan yang memberi kesempatan darah yang keluar terpapar
lengklap dengan asam lambung sehingga membentuk hematin hitam. Perdarahan
yang masif, terutama yang berasal dari duodenum, kadang tidak terpapar asam
16
lambung dan keluar peranum dalam bentuk darah segar (hematochezia) atau
merah hati (maroon stool).8
2.2.7. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
turun >10 mmHg menandakan telah banyak kehilangan darah. Pada pemeriksaan
fisik, akan ditemukan juga nyeri tekan pada daerah epigastrium.8
Pemasangan NGT dan inspeksi aspirat dapat digunakan pada penilaian awal
kasus. Hal ini dianjurkan pada semua kasus perdarahan saluran makan kecuali pada
perdarahan kronik dengan hemodinamik stabil atau sudah jelas perdarahan SCBB.
Pada PSMBA dijumpai cairan berwarna kopi atau cairan darah segar sebagai tanda
bahwa perdarahan masih aktif. Bila sejak awal tidak dijumpai darah pada cairan
aspirasi, dianjurkan NGT tetap terpasang 12-24 jam untuk evaluasi. Aspirat warna
merah terang berarti pasien memerlukan pemeriksaan endoskopi segera baik untuk
evaluasi maupun perawatan intensif. Jika cairan aspirat berwarna seperti kopi, maka
diperlukan rawat inap dan pemeriksaan endoskopi dalam 24 jam pertama.14,15
Meskipun demikian aspirat normal tidak dapat menyingkirkan perdarahan PSMBA.
Studi melaporkan 15% kasus perdarahan PSMBA pemeriksaan NGT normal tetapi
terdapat lesi dengan risiko tinggi perdarahan (terlihat/ tidak terlihat pembuluh darah
dengan perdarahan) pada endoskopi.16
4. Pemeriksaan Laboratorium
Perbandingan BUN dan kreatinin serum dapat dipakai untuk memperkirakan asal
perdarahan, nilai puncak biasanya dicapai dalam 24-48 jam sejak terjadinya
perdarahan, normal perbandingan 20, di atas 35 kemungkinan berasal dari PSMBA,
di bawah 35 kemungkinan PSMBB.
18
5. Endoskopi Diagnostik
6. Radionuclide Scanning
Labeling sel darah merah pasien dengan menggunakan zat radioaktif yang
kemudian dimasukkan lagi dalam sistem sirkulasi pasien dapat menentukan lokasi
sumber perdarahan walaupun laju perdarahan relative sedikit (0,1 mililiter/menit),
tapi kurang spesifik untuk menentukan tempat perdarahan dibandingkan teknik
arteriografi.8
19
7. Arteriografi Selektif
2.2.9. Tatalaksana
a. Stabilisasi hemodinamik
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil atau dalam keadaan renjatan, maka
proses resusitasi cairan (cairan kristaloid atau koloid) harus segera dimulai tanpa
menunggu data pendukung lainnya. Pilihan akses, jenis cairan resusitasi, kebutuhan
transfuse darah, tergantung derajat perdarahan dan kondisi klinis pasien. Cairan
kristaloid dengan akses perifer dapat diberikan pada perdarahan ringan sampai
sedang tanpa gangguan hemodinamik.8
Untuk memprediksi risiko perdarahan ulang dan kematian dapat digunakan sistem
skoring Rockall. Semakin tinggi skor, semakin tinggi resiko terjadinya perdarahan
ulang dan kematian.20 Sistem skoring lain yang hanya menggunakan variable dari
klinik dan laboratorium tanpa pemeriksaan endoskopi, yaitu blatchord scoring
system.16 Skor klinis Rockall dan Blatchford berguna sebagai alat prognostik pada
pasien dengan kasus perdarahan akut gastrointestinal bagian atas.
0 1 2 3
Usia (tahun) <60 60-79 >80 -
SBP < 100
HR > 100 bpm
Syok Tidak ada mmhg -
(takikardi)
(hipotensi)
Gagal ginjal
Penyakit Hepar
Komorbid Tidak ada Tidak ada Gagal jantung
Metastasis
Kanker
Robekan Mallory
Weiss Keganasan
Diagnosis Diagnosis lain -
Tidak ada lesi PSMBA
Tidak ada SRH
Darah PSMBA,
bekuan
Tidak ada/titik
SRH mayor - melekat, visible -
hitam
vessel or
spurting vessel
Tabel 4. Skor Rockall, Skor ≤ 2 menandakan risiko rendah, pasien dapat segera
dipulangkan20
22
Variable Skor
Kadar Urea Darah(mmol/L)
2
≥ 6,5 – 7,9
3
8-9,9
4
10-24.9
6
≥25
Hemoglobin Laki-laki (g/dl)
1
≥12-13
3
10-11,9
6
<10
Haemoglobin Perempuan
(g/dl) 1
≥10-12 6
<10
Tekanan Darah
Sistolik(mmHg) 1
100-109 2
90-99 3
<90
Tanda-tanda lain
1
Denyut ≥100/ menit
1
Melena
2
Sinkop
2
Penyakit Hepar*)
2
Gagal jantung**)
Tabel 5. Skor Blatchford20 *)Riwayat atau klinis/temuan laboratorium yang
menandakan penyakit hepar; **)Riwayat atau klinis/ temuan ekokardiografi yang
menandakan gagal jantung. Skor 0 dikategorikan risiko rendah, pasien dapat
dipulangkan.
1. Level hemoglobin >12,9 g/dL (laki- laki) atau >11,9 g/dL (perempuan)
2. Tekanan darah sistolik >109 mmHg
3. Pulsasi <100 /menit
23
c. Terapi Obat
reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang PSMBA karena ulkus peptic kurang
bermanfaat. Penggunaan antifibrinolitik sebagai penghambat aktivasi plasminogen
ke plasmin, mencegah pecahnya fibrin dan menjaga stabilitas gumpalan, digunakan
untuk mencegah pendarahan yang berlebihan. Asam traneksamat adalah
antifibrinolitik yang sering digunakan untuk risiko perdarahan meningkat.
d. Terapi endoskopi
Ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau pembuluh darah yang
tampak. Hemostasisendoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena
varises esophagus. Ligasi varises merupakan pilihan pertama untuk mengatasi
perdarahan varises esophagus.
e. Indikasi Operasi21
Intervensi surgikal primer harus dipertimbangkan pada pasien dengan viskus yang
terperforasi (misalnya pada ulser duodenal yang terperforasi, ulser gastrik yang
terperforasi, atau sindroma Boerhaave). Pada pasien yang tidak dapat dioperasi,
pengobatan konservatif dengan nasogastric suction dan antibiotik spektrum luas
dapat dipertimbangkan. Endoscopic clipping juga dapat digunakan pada pasien-
pasien tersebut.
Perdarahan yang berat dan mengancam nyawa yang tidak responsif terhadap
tindakan resusitatif.
Kegagalan terapi medikal dan hemostasos endoskopik dengan perdarahan
berulang dan persisten.
Adanya alasan lain untuk operasi (seperti perforasi, obstruksi, atau malignansi).
Perdarahan yang berkepanjangan, dengan kehilangan ≥50% volume darah
pasien.
Pasien dirawat di rumah sakit kedua kalinya untuk perdarahan peptic ulcer.
25
2.2.10. Prognosis21
Usia lebih dari 60 tahun merupakan sebuah marker independen untuk outcome yang
buruk dalam PSMBA, dengan angka mortalitas sekitar 12 – 25% pada pasien
golongan ini.
Pada pasien dengan syok hemoragik angka mortalitas meningkat hingga 30%.
26
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ngumput Br Bukit
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Batak Karo
Agama : Kristen
Alamat : Desa Namorih, Pancurbatu, Deli Serdang, Sumatera Utara
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Buang air besar hitam
Telaah : Hal ini dialami oleh os 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. BAB hitam dengan frekuensi +4 kali dengan konsistensi cair disertai ampas.
Mual dijumpai namun tidak diikuti muntah. Riwayat perdarahan spontan (mimisan,
gusi berdarah) tidak dijumpai. Os juga merasa lemas dan pucat sejak 2 hari yang
lalu. Os mengonsumsi obat yang dibeli di kedai (obat anti nyeri) sejak 5 tahun
terakhir setiap kali os merasakan nyeri pada sendinya. Os menyangkal riwayat
konsumsi alkohol dan minum jamu-jamuan. Penurunan nafsu makan dijumpai
27
pada os namun penurunan berat badan tidak dijumpai. Demam dan sesak nafas
tidak dijumpai. BAK (+) dalam batas normal dengan volume +1500ml/hari.
Riwayat BAK berdarah, berpasir tidak dijumpai. Riwayat sakit darah tinggi dan
sakit gula disangkal. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak dijumpai.
RPT: Tidak jelas.
RPO: Obat antinyeri.
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak nafas :(-) Edema : ( - )
Angina pectoris :(-) Palpitasi : ( - )
Lain-lain : ( - )
ANAMNESA FAMILI
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
BB BB
BW = x 100% BMI =
TB − 100 (TB)2
45 45
BW = x 100% BMI =
155 − 100 (1.55)2
BW = 81,8% BMI = 18,7 kg/m2
Kesan : Normoweight
29
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+/+), ikterus (-/-), pupil isokor,
ukuran Ø 3mm/3mm, refleks cahaya direk (+/+)/indirek (+/+),
kesan:( - )
Lain-lain : ( - )
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat :(-)
Pembesaran kelenjar limfe :(-)
Posisi trakea : Medial, TVJ : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : ( - ), lain-lain : ( - )
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan pernafasan ( - )
Lain-lain :(-)
Palpasi
Nyeri tekan : ( -)
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri
Iktus : Teraba
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : ICS V / ICS VI
Peranjakan : ± 1 cm
30
Jantung
Batas atas jantung : ICS II LMCS
Batas kiri jantung : 1 cm medial LMCS ICS IV
Batas kanan jantung : LPSD ICS IV
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan : -/-
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2, A2>A1, desah sistolis ( - ), tingkatan: ( - )
Desahan diastolis ( - ), lain-lain : ( - )
HR: 80x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-/-)
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
Palpasi
Dinding abdomen : soepel pada seluruh permukaan abdomen, H/L/R
tidak teraba, (+)nyeri tekan epigastrium
Hati
Pembesaran :(-)
31
Permukaan :(-)
Pinggir :(-)
Nyeri tekan :(-)
Limpa
Pembesaran : ( - ), schuffner : ( - ), Heacket : ( - )
Ginjal
Ballotement : ( - ), Kiri / kanan, lain-lain : ( - )
Uterus / Ovarium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tumor : (-)
Perkusi : Timpani
Pekak hati :(-)
Pekak beralih :(-)
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain :(-)
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra : ( - )
RESUME
Keluhan utama : Melena
Telaah: Hal ini dialamin +/- 5 hari smrs. Frekuensi
BAB hitam +4 kali dengan konsistensi cair
ANAMNESA
disertai ampas. Mual (+), Muntah (-), Lemas
(+) dan pucat (+). Nyeri ulu hati (+). RPT:
Tidak jelas. RPO: analgetik.
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan Penyakit : Sedang
STATUS PRESENS
Keadaan Gizi : Normal
IMT : 18,7 (Normoweight)
TANDA VITAL
Sens : Compos Mentis
TD : 120/70 mmHg
HR : 80x/i reg t/v cukup
RR : 24 x/i
Suhu : 36,5°C
STATUS LOKALISATA
PEMERIKSAAN FISIK Mata : Anemis (+/+)
T/H/M : Dalam batas normal
Leher : TVJ R-2 cm H2O
Thoraks : Suara pernafasan = vesikuler
Suara tambahan ( - )
Abdomen : soepel, peristaltik ( + ) Normal,
timpani. Nyeri ulu hati (+), H/L/R tidak teraba.
Ekstremitas : dalam batas normal
Darah : kesan anemia normokrom normositer (Hb:
8,4 g/dL)
LABORATORIUM
Urin : dalam batas normal
RUTIN
Tinja : warna hitam, konsistensi cair berampas,
eritrosit (+)
34
BAB IV
FOLLOW UP
S O A P
Tanggal
23- 24
Juli 2017 Pasien dirawat di IGD
Ekstremitas
Oedem (-/-)
Eritrosit: 3,86
juta/µL
MCV: 72 fL
MCH: 21,8 pg
Ferritin: 20,11
ng/mL
Besi: 9 µg/dL
Glukosa Darah
(sewaktu): 131
mg/dL
Ureum: 56 mg/dL
Kreatinin:0,65
mg/dL
Na:141 mEq/L
K: 3,4 mEq/L
Cl:116 mEq/L
Endoskopi(26/07)
37
Esofagus: mukosa
1/3 bawah
hiperemis
Gaster: Fundus
dan Antrum
terdapat ulkus
Duodenum:
normal
Kesimpulan:
Esofagitis+Ulkus
Fundus+Ulkus
Antrum
Tinja
Warna: Hitam
Konsistensi: Cair
berampas
Eritrosit : 7-
9/lpb
Leukosit :-
Amoeba/Kista: -/-
Volume: 150
gram
27 juli BAB hitam Sens:CM PSMBA ec Tirah baring
2017 (+) ulcer bleeding Diet sonde
TD:120/80 mmHg via NGT
Badan Anemia ec IVFD NaCl
lemas (+) HR:82x/i perdarahan dd 0,9% 20
sudah penyakit gtt/i makro
RR:21x/i
berkurang kronik Inj
dari T:36,6ºC omeprazole
40mg/12
sebelumnya
Kepala jam
Inj
Anemis (+/+), traneksamat
ikterik (-/-) 500 mg/8
jam IV
38
Abdomen
Soepel, timpani,
peristaltik (+)
normal
Ekstremitas
Oedem (-/-)
Tinja
Warna: Coklat
kehitam
Konsistensi:
Lunak
Volume: 130
gram
Thorax Sucralfat
syr 3xCI
Suara pernapasan
vesikuler, suara
tambahan (-)
Abdomen
Soepel, timpani,
peristaltik (+)
normal
Ekstremitas
Oedem (-/-)
Tinja
Warna: Coklat
Konsistensi:
Lunak
Volume: 120
gram
Anemis (-/-),
ikterik (-/-)
Leher
Thorax
40
Suara pernapasan
vesikuler, suara
tambahan (-)
Abdomen
Soepel, timpani,
peristaltik (+)
normal
Ekstremitas
Oedem (-/-)
Tinja
Warna: Coklat
Konsistensi:
Lunak
Volume: 120
gram
Leher
Thorax
Suara pernapasan
vesikuler, suara
tambahan (-)
41
Abdomen
Soepel, timpani,
peristaltik (+)
normal
Ekstremitas
Oedem (-/-)
Hb: 10 g/dL
Eritrosit: 4,5
juta/µL
Plt:199.000 /µL
MCV: 72 fL
MCH: 21,8 pg
Ureum: 17 mg/dL
Kreatinin:0,56
mg/dL
Na:138 mEq/L
K: 3,6 mEq/L
Cl:105 mEq/L
Tinja
Warna: Coklat
Konsistensi:
Lunak
Volume: 120
gram
42
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
Definisi
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Pasien N, perempuan, usia 69 tahun, datang
Atas (SCBA) adalah kehilangan dengan keluhan BAB hitam. Hal ini dialami
darah dalam lumen saluran cerna oleh os 5 hari SMRS. BAB hitam dengan
frekuensi 4 kali dengan konsistensi cair
yang terjadi di sebelah proksimal
berampas. Hal ini tidak pernah terjadi
ligamentum treitz, mulai dari
sebelumnya. Os mengonsumsi obat yang
esofagus, gaster, duodenum sampai
dibeli di kedai (obat anti nyeri) sejak 5 tahun
pada bagian atas dari jejunum.
terakhir, setiap kali os merasakan nyeri pada
sendinya. Riwayat konsumsi alkohol
Epidemiologi disangkal. Riwayat penyakit ginjal, hati, dan
Insidensi PSMBA lebih besar dua gula(-)
kali lipat pada laki- laki dibandingkan
perempuan, namun rasio
mortalitasnya sama pada kedua jenis
kelamin. Populasi dengan PSMBA
secara progresif memiliki usia yang
lebih tua, mortalitas meningkat
seiring dengan meningkatnya umur
(>60 tahun) pada laki- laki maupun
perempuan.
Faktor resiko
Penggunaan NSAID
Konsumsi alcohol
43
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering terjadi Pada pasien dijumpai BAB berwarna
adalah adanya hematemesis yang hitam dengan konsistensi cair berampas,
kemudian dilanjutkan dengan meskipun setelah pemasangan NGT tidak
timbulnya melena. ditemukan hematemesis. Pada konjungtiva
pasien terlihat anemis.
Thoraks:
Suara tambahan : -
Abdomen:
Penatalaksanaan
PPI (Proton Pump inhibitor) Pada pasien ini diberi tatalaksana berupa:
merupakan pilihan utama dalam Tirah baring
pengobatan perdarahan SCBA non NGT terpasang
variseal. PPI intravena mampu Diet M1 via NGT
mensupresi asam lebih kuat dan lama IVFD 0,9% 20 gtt/i (makro)
tanpa mempunyai efek samping Inj. Omeprazole 40 mg/ 12 jam/ iv
46
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
13. Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam
FK UI; 2010: 447-53.
14. Silverstein FE, GD, Tedesco FJ, Buenger NK, Persing J. The national
ASGE survey on upper gastrointestinal bleeding . II. Clinical prognostic
factors. Gastrointest endosc. 1981; 27:80-93.
15. Corley DA SA, Wolf M, Cook EF, Lee TH. Early indicators of prognosis
in upper gastrointestinal hemorrhage. Am J Gastroenterol.1998; 93:336-
40.
16. Aljebreen AM FC, Barkun AN. Nasogastric aspirate predicts high-risk
endoscopic lesions in patients with acute upper-GI bleeding. Gastrointest
Endosc. 2004; 59: 17.
17. Purnomo HD. Pengelolaan perdarahan akut saluran cerna bagian atas.
Dalam: Suharti C, Sugiri, Gasem MH, editor. Pertemuan ilmiah tahunan
XIV PAPDI; 2010 24-26 sept. Semarang (Indonesia): Badan Penerbit
Universitas Diponegoro; 2010:45-55.
18. Chak A CG, Llyod LE, Kolz CS, Barnhart BA, Wong RC. Effectiveness
of endoscopy in patients admitted to the intensive care unit with upper GI
hemorrhage. Gastrointest endosc. 2001; 53:6-13.
19. Grace HE. Approach to the patient with gross gastrointestinal bleeding. In:
Yamada T, ed. Atlas of Gastroenterology. 4th ed; 2009; 1-9.
20. Gralnek I.M, Barkun A.N, Bardou M. Management of acute bleeding from
a peptic ulcer. N Engl J Med. 2008; 359:928-37.
21. Cerulli, M. (2017). Upper Gastrointestinal Bleeding: Practice Essentials,
Background, Etiology. [online] Emedicine.medscape.com. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/187857-overview [Accessed 27 Jul.
2017].
22. Cheung FK, Lau JY. Management of massive peptic ulcer bleeding.
Gastroenterol Clin North Am. 2009 Jun. 38(2):231-43. [Medline].
23. Pangestu A. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi keenam. Jakarta: Interna
Publishing.2014:1873-1880.