Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MERLIN SUBEKTI

NIM : 2015017166
KELAS : AKUNTANSI PARALEL (EKSTENSI)
MATA KULIAH : HUKUM BISNIS
DOSEN : IBU SITI SUMARTIAH, SH, M.HUM

CONTOH KASUS HAK CIPTA

Hak atas suatu karya yang telah dilundungi oleh hukum mestinya telah mempunyai hak ekslusif
atau hak istimewa dimana ketika hak tersebut disalah gunakan maka menjadi satu perbuatan
kriminal. Disini saya akan membahas tentang hak cipta pembuatan buku. Dalam lingkungan
mahasiswa terutama, banyak kita temukan buku - buku yang hanya dari hasil fotocopy, buku
tersebut diperbanyak oleh suatu percetakan, ketika ditanya “mengapa harus memfotocopy?”
salah satu alasannya karena terjangkau harganya, pas dikantong mahasiswa. Akhirnya banyak
buku yang beredar bukan merupakan hasil cetak sang pencipta buku namun hasil cetak dari
percetakan yang banyak buka di lingkunangan mahasiswa.

Resume :
1. Apakah ketika kita akan memperbanyak buku tersebut sudah atas izin si Pemilik hak cipta
atau yang mempunyai kewenangan atasnya ?
2. Apakah kita sadar, sedikit atau banyak, disengaja atau tidak kita sudah memperbanyak buku
tersebut, bukan membeli yang aslinya ?
3. Apakah yang punya wewenang tahu akan hal tersebut ?
4. Bagaimana jika ada tindakan lanjutan dari Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) ?
5. Bagaimana tindakan penegak hukum di Indonesia ?

Yang pertama, tentu kita hanya mempernyak buku tersebut tanpa meminta izin terlebih dahulu,
itu hal pada umumnya. Kedua, karena kondisi kantong yang lebih mendukung untuk
memfotocopy maka kita lebih memilih memfotocopy dari pada harus membeli dengan harga
yang sudah pasti lebih mahal. Ketiga, kemungkinan terbesar si Pemilik tidak tahu, karena kita
tidak izin terlebih dahulu. Yang keempat, ketika ada tindakan lanjutan dari YKCI maka kita
termasuk yang melalukan pelanggaran hukum. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan2.

Tindakan fotocopy sebuah buku adalah kegiatan melanggar hukum, berdasarkan Undang Undang
nomor 19 tahun 2002 mengenai Hak Cipta, tindakan fotocopy telah melanggar Hak Cipta, yaitu
memperbanyak suatu ciptaan atau karya tanpa izin dari pemegang Hak Cipta atau yang diberi
wewenang atasnya. Pemerintah sebagai institusi mempunyai peran central dalam permasalahan
fotocopy ini. Pemerintah mempunyai kewenangan dalam mencegah serta memberantas
pelanggaran Hak Cipta melalui fotocopy buku. Untuk itu pemerintah harus bekerja lebih keras
untuk menindaklanjuti kasus pelanggaran ini. Salah satunya dengan cara menyediakan buku –
buku ilmiah yang terjangkau dan mengadakan sosialisasi akan pentingnya hal tersebut. Selain
itu masyarakat pun harus sadar tentang arti hukum Hak Cipta itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai