Kelompok I - MR - Fisika Kuantum
Kelompok I - MR - Fisika Kuantum
Skor Nilai =
BAB II
PEMBAHASAN
(5.2)
Persamaan diferensial, yang pemecahannya adalah , dapat mengandung
turunan terhadap x atau t , tetapi ia haruslah hanya bergantung pada pangakat satu
dari atau ( tidak boleh muncul. Didepan telah didapati bahwa
, sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh suku yang mengandung
adalah dengan mengambil turunan kedua dari terhadap x.
(5.3)
Perlu ditekankan bahwa yang kita lakukan disini bukanlah suatu penurunan;
kita hanya sekedar membentuk suatu persamaan diferensial dengan ketiga sifat
berikut : (1) ia taat asas dengan kekekalan energi; (2) ia linear dan bernilai tunggal;
(3) ia memberikan pemecahan partikel bebas yang sesuai dengan sebuah gelombang
deBrouglie tunggal. Persamaan (5.3) adalah persamaan SchrŐdinger waktu-bebas
satu dimensi. Meskipun gelombang nyata selain bergantung pada koordinat ruang dan
juga waktu , dan bahwa alam kita bukan berdimensi satu melainkan tiga, kita dapat
belajar mengenai matematika dan fisika dari mekanika kuantum dengan mempelajari
berbagai pemecahan.
2.2 Resep Schrodinger
Mengingat teknik untuk memecahkan Persamaan (5.3) bagi berbagai bentuk
potensial V (yang pada umumnya bergantung pada x),adalah hamper sama, maka kita
dapat menyusun saja suatu daftar urutan langkah, seperti dibawah ini, yang perlu
diterapkan untuk memperoleh pemecahannya. Anggaplah kita diberi suatu V (x)tertentu
yang diketahui, dan kita ingin memperoleh fungsi gelombang ψ(x) dan enegi E. Ini
adalah contoh persoalan umum yang dikenal sebagai persamaan nilai eigen (pribadi ,
baca:aigen). Akan kita temukan bahwa persamaan ini hanya memperkenankan
pemecahan dengan nilai energy tertentu E saja, yang dikenal sebagai nilai eigen energy.
Contoh
Sebuah benda bermassa m dijatuhkan dari ketinggian H di atas tangki air. Ketika
memasuki air, ia mengalami gaya apung B yang lebih besar daripada beratnya. (Kita
abaikan gaya gesek (viskos) oleh air pada benda Carilah perpindahan dan kecepatan
benda, dihitung dari saat dilepaskan hingga ia muncul kembali kepermukaan air.
Pemecahan
Kita pilih sebuah system koordinat dengan y positif keatas, dan mengambil y=0
pada permukaan air. Selama benda jatuh bebas, ia hanya dipengaruhi gaya gravitasi.
Maka, dalam daerah 1(diatas air, hukum kedua Newton memberikan
-mg = m
v₂ (t) = y₀₂+v₀₂t + –g ) t²
Keempat pemecahan ini memiliki empat koefisien tidak tertentukan y₀₁, v₀₁, y₀₂,
v₀₂ (Perhatikan bahwa y₀₂ dan v₀₂ bukanlah nilai pada saat t=0, tetapitetapan yang akan
ditentukan kemudian). Kedua tetapan pertama diperoleh dengan menerapkan syarat awal
– pada saat t=0 (ketika benda dilepaskan) y₀₁=H dan v₀₁ = 0, karena benda dilepaskan
dari keadan diam. Oleh karena itu, pemecahan dalam daerah 1 adalah
v₁ (t) = - gt
y₁(t) = H -1/2gt²
Langkah berikut dalam penerapan syarat batas pada permukaan air . Misalkan t₁ adalah saat
ketika benda memasuki air. Syarat batasnya menghendaki bahwa v dan y kontinu pada
daerah batas antara air dan udara, yakni:
y₁(t₁) = y₂(t₂)
dan
v₁(t₁) = v₂(t₂)
Persyaratan pertama mengatakan bahwa benda nya tidak lenyap pada suatu saat
tertentu dan kemudian muncul kembali di suatu titik lain pada saat berikutnya.
Persyaratan kedua setara dengan mensyaratkan lajunya berubah secara mulus pada
permukaan air. [Jika syarat tidak dipenuhi , maka v₁ (t₁-Δt) v₂ (t₁-Δt) meskipun Δt 0,
shingga percepatan akan menjadi takhingga]. Untuk menerapkan syarat batas ini, kita
harus terlebih dahulu mencari t₁ ketika y₁ menjadi nol.
y₁(t₁) = H – ½ gt² = 0
sehingga
t=
dan
v₂(t₁) = v₀₂ + ( – g) ( ) = -
Kedua persamaan ini dapat dipecahkan secara serempak untuk memperoleh y₀₂ dan v₀₂,
yang menghasilkan v₀₂ = - (B/m) dan y₀₂ = H (1 + B/mg). Jadi, pemecahan
v₂(t₁) = H + - t+ ½ ( – g) t²
Persamaana bagi v₁, y₁, dan v₂ dan y₂ memberikan perilaku gerak benda dari
saata t = 0 hingga ia muncul kembali ke permukaan air.
Hasil – hasil ini dapat kita terapkan untuk menghitung sifat gerak lainnyaa; sebagai contoh,
kita dapat mencari kedalama maksimum yang dicapai benda, yang terjadi ketika v₂=0 .
Jika kita ambil t₂ sebagai waktu pada saat hal ini terjadi, maka
v₂(t₂) = - + ( – g) t₂ = 0
(t₂) =
D=-
Rangkuman kegiatan dalam kegiatan kita dalam contoh ini adalah : kita
menggunakan persamaan gerak untuk mencari pemecahan persoalannya, kemudian
menghitung semua tetapan tidak tentu dalam pemecahan yang kita peroleh dengan
menerapkan syarat awal dan syarat batas, dan kita peroleh dengan menerapkan hasil
pemecahan kita untuk menghitung salah satu perilaku kemudian dari benda (dalam hal
ini, kedalam maksimum D). Prosedur yang sama akan kita terapkan pula pada persoalan
fisika kuantum.
Perilaku gerak bendanya diperlihatkan dalam Gambar 5.1 , yang memperlihatkan
percepatan, kecepatan, dan kedudukannya sebagai fungsi dari waktu. Perhatikan bahwa
v(t) dan y(t) kedua-duanya kontinu, sebagaimana kita syaratkan pada penerapan syarat
batas.
Andaikanlah airnya kita ganti dengan sebuah permukaan lantai tegar yang
memantulkan benda itu (yang juga tegar) secara elastic. Maka untuk keadaan yang ideal,
ketergantungan percepatan, kecepatan, dan kedudukan benda sebagai fungsi dari waktu
adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.2. Perhatikan bahwa pada kasus ini,
benda menderita gaya tidak hingga ketika ia menyentuh permukaan lantai tegar, sehingga
kecepatannya berubah secara takkontinu, tetapi kedudukannya berubah secara kontinu (ia
tetap tidak menghilang seketika dan muncul ditempat lain).
2.3 Beberapa Penerapan Schrodinger
Persamaan Schrodinger dapat diterapkan dalam berbagai persoalan fisika. Dimana
pemecahan persamaan Schrodinger yang disebut fungsi gelombang, memberikan
informasi tentang perilaku gelombang dari partikel.
1. Pada Partikel Bebas
Yang dimaksud dengan “partikel bebas” adalah sebuah partikel yang bergerak
𝑑𝑉 (𝑥)
tanpa dipengaruhi gaya apapun dalam suatu bagian ruang, yaitu, F = − =0
𝑑𝑥
(5.7)
Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaanya menjadi
ħ² 𝜕²𝛹(𝑥)
− = EΨ(x) (5.8)
2𝑚 𝜕𝑥 ²
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝜕²𝛹(𝑥) 2𝑚
= EΨ(x) (5.9)
𝜕𝑥 ² ħ²
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝜕²𝛹(𝑥) 2𝑚𝐸
+ Ψ(x) = 0 (5.10)
𝜕𝑥 ² ħ²
𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 ∶
2𝑚𝐸 ħ²𝑘²
𝑘² = + 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸 = (5.11)
ħ² 2𝑚
Maka didapatkan
Ψ(x) = A sinkx + B cos kx (5.15)
Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel yang
diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum, bahwa energinya tidak
terkuantitas). Sedangkan penentuan nilai A dan B mengalami beberapa kesulitan,
karena integral normalisasi tidak dapat dihitung dari -∞ hingga +∞, bagi fungsi
gelombang itu.
2. Partikel dalam Sumur Potensial
Sumur potensial adalah yang tidak mendapat pengaruh potensial. Hal ini berarti
bahwa partikel selama berada dalam sumur potensial, merupakan electron bebas. Kita
katakana bahwa electron terjebak di sumur potensial, dan kita anggap bahwa dinding
potensial sangat tinggi menuju ∞, atau kita katakana sumur potensial sangat dalam.
Dalam gambar (5.1) berikut kita akan menggambarkan sumur potensial. Daerah I dan
daerah II adalah daerah-daerah dengan V = ∞, sedangkan di daerah II, yaitu antara 0
dan L, V =. Kita katakana bahwa lebar sumur potensial ini adalah L.
V(x) = 0, 0≤ 𝑥 ≤ 𝐿
V(x) = ∞ x< 0, 𝑥 > 𝐿,
Dengan
𝑑²𝜑
= −𝑘²𝜑 (5.17)
𝑑𝑥 ²
Dimana
2𝑚𝐸𝑛
k= (5.18)
ℎ
dari persamaan (5.23) dan persamaan (5.24) diperoleh bahwa energy partikel mempunyai
harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini membentuk tingkat energisitas yaitu:
𝑛²𝜋²ħ²
En = (5.25)
2𝑚𝐿 ²
Dimana enrgi yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born dimana pada
energy Born menyatakan enrgi tingkat atomic sedangkan tingkat energy pada
persamaan Schrodinger menyatakan tingkat energy untuk electron.
Fungsi gelombang sebuah partikel di dalam sumur yang berenrgi En ialah:
2𝑚𝐸𝑛
Ψn = A sin x (5.26)
ħ
Untuk memudahkan E1 = ħ²𝜋²/2𝑚𝐿², yang mana tampak bahwa unit energy ini
ditentukan oleh massa partikel dan lebar sumur. Maka E = n²E1 dan seterusnya.
Karena dalam kasus ini energy yang diperoleh hanya laju tertentu yang
diperkenenkan dimiliki partikel. Ini sangat berbeda dengan kaasus klasik, misalnya
manic-manik (yang meluncur tanpa gesekan sepanjang kawat dan menumbuk kedua
dinding secara elastic) dapat diberi sembarang kecepatan awal dan akan bergerak
selamanya, bolak-balik, dengan laju tersebut.
Dalam kasus kuantum, hal ini tidaklah mungkin, karena hanya laju awal tertentu
yang dapat memberikan keadaan gerak tetap, keadaan gerak khusus ini disebut
keadaan stasioner (disebut keadaan “stasioner” karena ketergantungan pada waktu
yang dilibatkan untuk membuat Ψ(x,t), 𝛹(𝑥, 𝑡) ² tidak bergantung waktu). Hasil
pengukuran energy sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial harus berada pada
salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah mungkin. Pemecahan bagi Ψ(x)
belum lengkap, karena belum ditentukan tetapan A. untuk menentukannya, ditinjau
+∞
kembali persyaratan normalisasi, yaitu −∞
𝛹(𝑥) ² 𝑑𝑥 = 1. karena Ψ(x) = 0
Kecuali untuk 0≤ 𝑥 ≤ 𝐿 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 :
𝐿
0
𝐴2 𝑠𝑖𝑛2 𝑘𝐿 𝑑𝑥 = 1 (5.26)
Dalam gambar 5.2 dan 5.3 akan dilukiskan berbagai tingkat energy, fungsi
gelombang dan rapat probalitas 𝛹 ² yang mungkin untuk beberapa keadaan
terendah. Keadaan energy terendah, yaitu pada n=1, dikenal sebagai keadaan dasar
dan keadaan dengan energy yang lebih tinggi (n> 1) dikenal sebagai keadaan
aksitasi.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4.1 belum jelas apakah energi E dalam
hubungan deBroglie diatas harus energi total klasik energi total relativistik karena kita
tidak memperoleh petunjuk dari hubungan 𝐸 = ℎ𝜈 bagi foton. Kita telah menggunakan
hubungan klasik E=V+K dan mengabaikan sumbangan energi diam pada E. Seharusnya
menulis E = V + K + m0 c 2 (tetapi karena kita hanya meninjau kasus dimana v<<c, maka
bentuk klasik ½ mv2 bagi K sudah memadai). Penambahan suku energi diam mengubah
2 𝑡/ℏ
persamaan (2.2.9) dengan memperkenalkan faktor 𝑒 −𝑖m 0 c . Tetapi karena sifat-sifat
terukur dari 𝜓 𝑥, 𝑡 bergantung pada 𝜓 ∗ 𝜓 yakni hasil kali 𝜓 dengan konyugat
kompleksnya (complex conjugate) yang diperoleh dengan menggantikan i dengan –i,
maka faktor tambahan ini tidak memberi akibat yang teramati, sehingga kita dapat saja
mengabaikannya. Untuk melihat bagaimana perkalian dengan 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 memberikan suatu
gelombang, kita tinjau bagaimana fungsi gelombang partikel bebas. Persamaan 𝜓 𝑥 =
𝐴 sin 𝑘𝑥 + 𝐵 cos 𝑘𝑥 memberikan fungsi gelombang 𝜓 𝑥, 𝑡 ini menjadi sederhana jika
menuliskan kembali 𝜓 𝑥 = 𝐴 sin 𝑘𝑥 + 𝐵 cos 𝑘𝑥 dalam bentuk eksponensial kompleks
𝑒 𝑖𝑘𝑥 dan 𝑒 −𝑖𝑘𝑥 bentuknya adalah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernyatan setara bagi mekanika kuantum adalah yang di dalam kurung kurawal.
Apabila sebuah benda bergerak melewati perbatasan dua daerah dimana berkerja {gaya
potensial}, maka perilaku gerak dasar dari benda dapat dicari dengan memecahkan {
hukum kedua Newton, persamaan Schodinger} { Kedudukan fungsi gelombang} selalu
kontinu pada daerah perbatasan, dan bahwa { kecepatan turunan dψ/dx} juga kontinu
apabila perubahan {gaya perubahan potensial} tetap berhingga.
Dalam kasus mekanika klasik, persoalan yang kita hadapi dicirikan oleh
hadirnyagaya tertentu F. dengan menuliskan hukum kedua newton bagi gaya tersebut,
kita pecahkan permasalahan matematikanya untuk memperoleh kedudukan dan kecepatan
partikelnya. Dalam kasus elektromagnetik, kita berhadapan dengan persoalan yang
dicirikan oleh sekumpulan muatan dan arus.
Seperti halnya dalam fisika klasik, setiap personal menghendaki teknik
pemecahan yang agak berbeda , sehingga sulit untuk merumuskan prosedur umum .
Langkah-langkah pemecahaan yang diutarakan dalam pasal ini, kiranya dapat member
gambaran kepada anda mengenai arah umum yang perlu diambil untuk mencari
pemecahannya. Cara terbaik untuk mempelajari teknik-tekni ini adalah dengan
mempelajari semua contoh soal yang disajikan dalam bab ini. Pada tahap ini resepnya
tidak lengkap, karena akita hanya membahas teknik matematika untuk mendapatkan
pemecahan ψ(x) ; tetapi kita tidak membahas tafsiran pemecahan tersebut atau
penerapannya pada berbagai situasi fisis. Semua ini akan kita bahas dalam beberapa pasal
berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Khusnul.“PersamaanSchrodinger.”
khusnull.weebly.com/uploads/1/1/4/4/11448634/cd_fismod_jadi.docx.
Krane, Kenneth.2011. Fisika Modern.Jakarta: UI-Press
Paradoks.Persamaan Schrodinger. http://paradoks77.blogspot.com/2011/06/persamaan-
schrodinger.html