Anda di halaman 1dari 7

POLICY BRIEF

PENGUATAN SOSIALISASI HASIL PENELITIAN


DAN PENGEMBANGAN KEPADA PEMANGKU KEBIJAKAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA
Siti Muawanah dan Umi Muzayanah

Rangkuman

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama memiiki fungsi sebagai penyedia data
dan informasi untuk bahan pembuatan kebijakan Kementerian Agama. Pada tataran
praktis, tidak jarang terdengar rumor bahwa hasil-hasil penelitian dan pengembangan
Badan Litbang dan Diklat kurang memberikan kontribusi positif dalam bentuk data
yang relevan dengan kebutuhan para pengambil kebjikan. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembangan dalam mendukung penyusunan kebijakan. Dengan menyebar kuesioner
kepada 68 pejabat eselon II dan III di lingkungan Kementerian Agama dan wawancara
dengan beberapa perwakilan dari mereka, penelitian ini berhasil memberikan gambaran
terkait efektivitas hasil kelitbangan dalam mendukung penyusunan kebijakan.

Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan Badan Litbang dan Diklat dalam
penyusunan kebijakan di lingkungan Kementerian Agama belum sepenuhnya efektif.
Hal ini ditunjukkan dengan capaian rata-rata skor efektivitas hanya mencapai 2,65 atau
masuk pada kategori “cukup efektif”. Hasil pengukuran terhadap enam indikator
efektivitas menunjukkan bahwa hasil kelitbangan yang dilakukan oleh Badan Litbang
dan Diklat kurang efektif dalam memenuhi kebutuhan stakeholder, yang ditunjukkan
dengan rata-rata skor hanya mencapai 2,44. Sebagian besar responden (67,64%)
menyatakan bahwa belum banyak produk kebijakan yang mengacu pada hasil penelitian
dan pengembangan. Mayoritas responden (64,7%) juga berpendapat bahwa hasil
penelitian dan pengembangan Badan Litbang dan Diklat masih sedikit yang mengacu
pada kebutuhan stakeholder.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penjelas mengapa efektivitas hasil-hasil
kelitbangan hanya berada pada kategori “cukup efektif”. Pertama, sosilaisai yang
dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama masih dinilai kurang.
Kedua, tema penelitian yang kurang relevan dengan kebutuhan untuk pengambilan
kebijakan. Ketiga, hasil penelitian yang kurang praktis karena cenderung akademis,
teoretis, dan normatif. Keempat, interaksi yang kurang antara Badan Litbang dan Diklat
dengan para pengambil kebijakan, karena kurangnya koordinasi dan komunikasi
antarkeduanya di awal pemilihan tema hingga pelaporan.

Pendahuluan
Di Indonesia, hampir seluruh kementerian memiliki badan penelitian dan
pengembangan (litbang), tidak terkecuali Kementerian Agama. Sedikit berbeda dengan
kementerian lain yang pada umumnya menggunakan nomenklatur Balitbang,

1
Kementerian Agama memiliki balitbang yang sekaligus menyelenggarakan fungsi
pendidikan dan pelatihan sehingga nomenklatur yang digunakan adalah Balitbang dan
Diklat. PMA No. 42 Tahun 2016 pada Pasal 724 menyebutkan bahwa Badan Litbang
dan Diklat adalah unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Agama. Tugas utama lembaga ini adalah melaksanakan penelitian dan
pengembangan serta pendidikan dan pelatihan di bidang agama dan keagamaan.
Sebagai unsur pendukung Kementerian Agama, sudah selayaknya hasil-hasil
penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Badan Litbang dapat memberikan
konstribusi positif dalam penyusunan kebijakan. Namun pada kenyataannya,
keberadaan Badan Litbang acap kali mendapat tanggapan miring dari beberapa
kalangan, khususnya yang duduk di jajaran kementerian. Bahkan, tidak jarang kita
mendengar akronim litbang yang dipelesetkan menjadi “sulit berkembang”.
Kurang optimalnya Litbang memberikan dukungan terhadap kementerian diakui
oleh Lakitan (2011:1) yang menyatakan bahwa citra litbang belum positif karena
dianggap belum berhasil memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian mereka hanya menjadi laporan yang
tertumpuk di rak perpustakaan (Kasanah, 2018) dan belum menjadi rujukan pembuatan
kebijakan. Hal itu terjadi bukan hanya di litbang salah satu kementerian, tetapi juga di
beberapa kementerian dan lembaga lainnya, seperti Kementerian Agama (“Seslitbang:
Hasil Riset Kita”), Kementerian Kesehatan (Budiharsana, 2018; Budiharsana, 2017;
KSI Indonesia: 2016: “Mendayagunakan Penelitian”), dan Kementerian Dalam Negeri
(Roni, 2016: “Litbang dan Peranannya”). Tiga kementerian yang disebut hanyalah
contoh belaka, dan tidak menutup kemungkinan hal yang sama juga dialami oleh
litbang-litbang di kementerian dan lembaga yang lain.
Fenomena di atas mulai menjadi perhatian pemerintah. Presiden Joko Widodo
melakukan audiensi dengan pejabat-pejabat penting di lingkungan Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dalam acara yang diselenggarakan di Istana Negara
tersebut, presiden mempertanyakan hasil penelitian yang menghabiskan anggaran
sekitar 26 triliun rupiah. Dalam forum tersebut, Joko Widodo seolah menagih dan
meminta pertanggungjawaban setiap kementerian yang menghabiskan dana 600 hingga
800 milyar setiap tahun untuk penelitian (Litbang Kemendagri, 2018: “Jokowi
Persoalkan”). Pernyataan dan pertanyaan yang diajukan presiden dalam forum tersebut
mengindikasikan bahwa litbang dianggap sebagai lembaga yang tidak efektif dan
efisien. Lembaga ini dinilai sebagai lembaga yang menyerap banyak APBN tetapi
minim produktivitas. Belakangan, muncullah ide untuk menggabungkan seluruh
lembaga kelitbangan ke dalam sebuah badan yang bernama Badan Riset Nasional
(Media BPP, 2018: 26-28).
Beberapa opini “miring” yang berkembang tentang keberadaan Lembaga
Litbang dan wacana penggabungan Litbang menjadi Badan Riset Nasional tentu
“memaksa” seluruh lembaga Litbang kementerian untuk introspkesi diri terhadap
kualitas dan capaian kinerja yang telah dihasilkan selama ini. Sebagai unsur pendukung
kementerian, Badan Litbang idealnya menyusun program kelitbangan yang sejalan
dengan kebutuhan stakeholder di kementerian sehingga hasil penelitian dan
pengembangan dapat secara efektif dimanfaatkan oleh stakeholder dalam penyusunan
kebijakan. Lantas, seberapa efektifkan hasil-hasil kelitbangan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama dimanfaatkan oleh para stakholder dalam menyusun kebijakan?.

2
Hasil penelitian ini menggambarkan efektivitas pemanfaatan hasil kelitbangan yang
dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat dalam mendukung penyusunan kebijakan di
lingkungan Kementerian Agama.

Belajar dari Kelemahan


Sebagian besar responden penelitian menyatakan bahwa kelemahan utama
Badan Litbang dan Diklat terletak pada aspek sosialisasi. Hasil penelitian dan
pengembangan yang selama ini dilakukan Badan Litbang dan Diklat diakui “kurang”
disosialsiasikan, bahkan tidak sedikit responden yang menyatakan “tidak”
disosialisasikan kepada stakeholder, baik pada unit eselon I maupun unit eselon II. Hal
inilah yang menyebabkan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan dalam
penyusunan kebijakan belum mencapai kategori “efektif”.
Rangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan Badan Litbang dan Diklat
secara umum diawali dengan penyusunan perencanaan program. Dalam kegiatan ini,
Badan Litbang cukup sering mengundang para pemangku kebijakan pada eselon I dan
II untuk memberikan informasi kebutuhan riset dalam mendukung penyusunan
kebijakan. Informasi yang diperoleh dari para pemangku kebijakan selanjutnya
dikerucutkan menjadi tema besar penelitian yang menjadi prioritas program penelitian
pada tahun berikutnya.
Program penelitian dan pengembangan biasanya berujung pada kegiatan
sosialisasi dan pelaporan. Sosialisasi yang selama ini dilakukan masih terbatas pada
kegiatan seminar hasil penelitian yang mengundang peserta dengan jumlah yang
terbatas. Selain itu, diakui pula oleh beberapa responden bahwa kegiatan seminar hasil
penelitian sangat jarang melibatkan unsur stakeholder sehingga hasil riset tidak
terpublikasi kepada mereka. Inilah mengapa sebagian besar responden menilai hasil
kelitbangan kurang, bahkan tidak tersosialisasi dengan baik kepada para pemangku
kebijakan di lingkungan Kementerian Agama. Hal ini tentu akan berimplikasi kepada
kurang terpakainya hasil penelitian dan pengembangan sebagai bahan penyusunan
kebijakan.
Kurangnya sosialisasi hasil-hasil kelitbangan memang bukan satu-satunya
kelemahan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Kelemahan lain yang perlu
menjadi perhatian Badan Litbang dan Diklat adalah pemilihan tema-tema penelitian
yang kurang relevan dengan kebutuhan data dalam menyusun kebijakan. Selain itu,
responden juga menganggap hasil penelitian Litbang yang terlalu teoretis dan kurang
praktis serta kurangnya koordinasi dengan para pemangku kebijakan sebagai kelemahan
Badan Litbang dan Diklat yang sudah seharusnya dibenahi.

Penguatan Sosialisasi Hasil Kelitbangan


Belajar dari kelemahan yang dimiliki, Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama sudah selayaknya mulai memikirkan bagaimana strategi dalam rangka
meningkatkan efektivitas pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh
stakeholder. Dalam aspek sosialisasi misalnya, Badan Litbang dan Diklat perlu
melakukan diversifikasi metode sosialisasi hasil kelitbangan, tidak terbatas pada
kegiatan seminar hasil penelitian saja. Sosialisasi hasil kelitbangan dapat dilakukan
dengan menggunakan media yang lebih bervariasi.

3
Untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses informasi
hasil kelitbangan, sosialisasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial
seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan media sosial lainnya. Dengan
memanfaatkan media sosial tersebut, hasil kelitbangan dapat tersosialisasikan dengan
lebih cepat, biaya yang lebih efisien, dan dengan jangkauan yang lebih luas. Selain itu,
sosialisasi hasil kelitbangan dapat dikemas dalam bentuk video berdurasi pendek yang
berisi deskripsi hasil penelitian dan pengembangan, yang selanjutnya diunggah melalui
website resmi, media sosial, dan youtube.
Merujuk dari hasil penelitian, responden yang terdiri dari pejabat eselon I dan II
di lingkungan Kementerian Agama memiliki pengetahuan yang sangat terbatas terhadap
hasil kelitbangan Badan Litbang dan Diklat. Sebagian besar dari mereka hanya
mengenal laporan hasil penelitian sebagai produk kelitbangan. Sedangkan policy brief
dan policy paper masih jarang dikenal oleh para pemangku kebijakan sebagai bagian
dari produk kelitbangan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kelitbangan, khususnya
dalam bentuk policy brief dan policy paper masih belum tersosialisasi dengan baik.
Padahal kedua produk kelitbangan ini justru lebih tepat dibaca oleh para stakeholder
dibanding laporan hasil penelitian, mengingat bentuknya lebih ringkas dengan substansi
yang lebih menekankan pada rekomendasi kebijakan berbasis hasil riset.

Agenda Kebijakan
Dalam rangka mendorong keterpakaian hasil-hasil penelitian dan
pengembangan dalam penyusunan kebijakan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI perlu melakukan berbagai hal berikut:
1. Badan Litbang dan Diklat perlu meningkatkan sosialisasi hasil kelitbangan, di
antaranya dengan penyampaian laporan penelitian dan policy brief kepada
stakeholder. Selain itu, sosialisasi hasil kelitbangan dapat dilakukan melalui
penggunaan media online dan juga media sosial sebagai sarana sosialisasi. Bentuk-
bentuk sosialisasi juga dibuat lebih variatif, misalkan penulisan hasil penelitian ke
dalam bentuk artikel dan berita, pembuatan video hasil kelitbangan yang kemudian
diunggah ke interet, dan pembuatan kesepakatan dengan media tertentu untuk
memuat hasil-hasil kelitbangan.
2. Badan Litbang dan Diklat perlu meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan
para stakeholder. Perlu agenda rutin dan resmi untuk mempertemukan kedua pihak
ini guna membahas tema-tema yang diperlukan.
3. Badan Litbang dan Diklat perlu meningkatkan mutu hasil penelitian. Hal ini dapat
dilakukan melalui peningkatan peneliti. Pertukaran peneliti antarunit kelibangan
menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil penelitian

Daftar Pustaka
Aiwan, Tania Yosephine. 2013. “Efektivitas Pesan Iklan Televisi Tresemme
menggunakan Customer Response Index (CRI) pada Perempuan di Surabaya”.
Jurnal E-Komunikasi Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013. Halaman 288-307.

4
Alam, Rudy Hariasyah. 2014. Penggunaan Hasil Riset dalam Pembuatan
Kebijakan/Program Pembangunan Agama. Laporan Hasil Penelitian. Balai
Litbang Agama Jakarta.
Armia, Chairuman, 2002. “Pengaruh Budaya terhadap Efektivitas Organisasi: Dimensi
Budaya Hofstede”. JAAI Volume 6 Nomor 1 Tahun 2002. Halaman -117)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri. “Litbang Pegang
Peranan dalam Pembangunan Nasional” Media BPP Kemnedagri Volume 12
Nomor 2. Halaman 3-6.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. 2016.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/efektif, diakses 26 Nopember 2018
Budiharsana, Meiwita. 2017. “Increasing Use of Research Findings in Improving
Evidance-Based Health Policy at the National Level”. Kesmas: National Public
Health Journal Volume 12 Nomor 2 Tahun 2017. Halaman 49-52
-----. 2018. “Mengapa Riset Kesehatan Jarang Mempengaruhi Kebijakan di indonesia”.
https://theconversation.com/mengapa-riset-kesehatan-jarang-mempengaruhi-
kebijakan-di-indonesia-90767, diakses 25 Nopember 2018
Budiman, dkk. 2014. “Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking Skill
(HOTS) pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1”. Jurnal
Riset Pendidikan Matermatika. Volume 1 No. 2. Halaman 139-151.
Cameron, Kim. 1980. “Critical Questions in Assessing Organizational Effectiveness”.
Organizational Dynamics. Autumn. Halaman 66-80
Denaya, Astri, dan Titik Djumiarti. 2018. “Efektivitas Pelakanaan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (Simpeg) di BKD Jawa Tengah”. Journal of Public
Policy and Management Review Volume 7 Nomor 4 Tahun 2018. Halaman 1-13
Edi S, Rudiono. “Pembangunan Organisasi Litbang dan Sinergitas antar Lembaga
Litbang Dalam Rangka Mendukung Transformasi TNI AD”.
http://www.dislitbangad.mil.id/public/doc/artikel/38/af518489f186ac57da00360c
e01b5f8f.pdf, diakses 29 Nopember 2018.
Handayaningsih. 2004. “Efektivitas Peran Badan Litbang Depdagri dalam Perumusan
Kebijakan di Bidang Pemerintahan di Lingkungan Depdagri”. Tesis Magister
Administrasi Publik UGM.
Harisyah Alam, Rudi. dan Anik Farida. 2014. “Penggunaan Hasil riset dalam
Pembuatan Kebijakan/Program Pembangunan Agama. Laporan Hasil Penelitian
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/page/1019-Visi-dan-Misi, diakses 29 November
2018
http://litbang.kemendagri.go.id/website/jokowi-persoalkan-riset-setahun-habiskan-rp26-
triliun-hasilnya-mana/, diakses 23 November 2018
http://litbang.kemendagri.go.id/website/jokowi-persoalkan-riset-setahun-habiskan-rp26-
triliun-hasilnya-mana/, diakses 23 November 2018

5
Jackson, Sherri L. 2008. Research Methods, A Modular Approach. Jacksonville
University.
Kasanah, Kusnul Nur. “Kebijakan Berbasis Penelitian”. http://setkab.go.id/kebijakan-
berbasis-penelitian/, diakses 26 Nopember 2018
Kementerian Agama RI. 2017a. Ikhtisar Eksekutif Laporan Tahunan Badan Litbangd
an Diklat Kementerian Agama Tahun 2016.
Kementerian Agama RI. 2017b. Kementerian Agama dalam Angka 2016 (Ministry of
Religious Affairs in Figures 2016). Jakarta: Biro Hubungan Masyarakat, Data dan
Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI.
KSI Indonesia, 2016. “Mendayagunakan Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas
Kebijakan Kesehatan”. http://www.ksi-
indonesia.org/in/news/detail/mendayagunakan-penelitian-untuk-meningkatkan-
kualitas-kebijakan-kesehatan, diakses 27 Nopember 2018, pukul 23.51 WIB
Lakitan, Benjamin. 2011. “Indikator Kinerja Lembaga Litbang di Era Informasi
Terbuka”. Makalah pengarahan dalam Temu Peneliti Badan Litbang dan Diklat
VIII Kementerian Agama RI di Makassar pada 15 April 2011.
Mughron, Maulana Mufis, Dyah Hariani, Titik Djumiarti. “Efektivitas Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Pelaksanaan Program Kelurahan
Siaga Bencana di Kota Semarang”. Journal of Public Policy and Management
Review. Volume 5 Nomor 1 Tahun 2016. Halaman 45-52
Mukhtar, Hapzi Ali, dan Mardalena. 2016. Efektivitas Pimpinan: Kepemimpinan
Transformatif dan Komitmen Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.
Mungkid, Gary Jonathan, dkk. 2017. “Efektivitas Penggunaan Dana Desa dalam
peningkatan Pembangunan (Suatu Studi di Desa Watutumao Dua Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara)”. Eksekutif Jurnal Jurusan Ilmu
Pemerintahan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017. Halaman 1-11
Roni, Heriyandi. 2016. “Litbang dan Peranannya terhadap Daerah”.
http://litbang.kemendagri.go.id/website/litbang-dan-peranannya-terhadap-daerah/,
diakses 29 Nopember 2018
“Seslitbang: Hasil Riset Kita Harus jadi Dasar Kebijakan”.
https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/posting/read/2631-Seslitbang-Hasil-Riset-
Kita-Harus-Jadi-Dasar-Kebijakan, diakses 28 Nopember 2018.
Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
“Usulan Lembaga Baru Bernama BRN”. Media BPP Jendela Informasi Kelitbangan
Volume 3 Nomor 3 Juni-Juli 2018

6
Wardani, Setia, Abidarib Rosidi, Hanif Al Fatta. 2011. “Analisis Efektivitas SIAP-PSB
Online dan Kinerja Panitia terhadap Kepuasan User di Wilayah Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta”. Jurnal Teknologi, Vol. 4 Nomor 1, Juni 2011. Halaman 6-13
Yudhaningsih, Resi. 2011. “Peningkatan Efektivitas Kerja Melalui Komitmen,
Perubahan, dan Budaya Organisasi”. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora
Volume 11 Nomor 1 Tahun 2011. Halaman 40-50.

Anda mungkin juga menyukai