Penulis :
Demikian salah satu pokok bahasan dalam diskusi kebijakan bertema “Peran
Penting Wadah Pemikir Pemerintah untuk Bangkit dari Pandemi” yang diadakan
Knowledge Sector Initiative (KSI) bersama Katadata secara daring pada Jumat
(16/4). Narasumber diskusi ini antara lain Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata
Laksana Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan RB) Rini Widyantini, Sekretaris Kementerian Riset dan
Teknologi/Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional
(Kemenristek/BRIN) Mego Pinandito, Direktur Aparatur Negara Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(KemenPPN/Bappenas) Prahesti Pandanwani, Kepala Pusat Pembinaan Analis
Kebijakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Elly Fatimah. Diskusi yang
disiarkan di kanal Youtube Katadata ini dipandu Mulya Amri dan dibuka oleh Staf
Ahli Bidang Politik dan Hukum Kemenpan RB Muhammad Imanudin mewakili
Menpan RB Tjahjo Kumolo.
Webinar ini juga melibatkan lembaga riset kebijakan, Peneliti Komite Pemantauan
Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Sarah Nita Hasibuan, untuk
mengidentifikasi strategi yang memungkinkan kolaborasi dan berbagi pengetahuan
antar pejabat fungsional. Knowledge-to-policy tidak hanya penting untuk
pemulihan pandemi COVID-19, tetapi juga sejalan dengan “Visi Indonesia Maju”
yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses bisnis
birokrasi.
Elly Fatimah dari LAN mengatakan, selama ini kebijakan yang dibuat pemerintah
belum sepenuhnya berbasis bukti. Hasil-hasil penelitian yang ada belum banyak
dimanfaatkan pembuat kebijakan dalam membuat kebijakan. Di sinilah analis
kebijakan berperan. Analis kebijakan bisa menjadi intermediator informasi,
penerjemah pengetahuan dan hasil penelitian untuk pembuatan kebijakan, dan
sebagainya. “Fungsi analis kebijakan sangat banyak. Ini bisa digunakan di setiap
tahapan dalam siklus pembuatan kebiajkan,” jelasnya.
Menurut dia, jabatan fungsional analis kebijakan masih relatif baru. Akibatnya,
peran jabatan itu belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan,
terutama pimpinan atau atasan langsung dari pemangku jabatan analis kebijakan
tersebut. Untuk itu, LAN telah menerbitkan buku panduan yang bisa menjadi
acuan bagi para pimpinan dan atasan langsung dari para analis kebijakan, sehingga
peran analis kebijakan bisa dioptimalkan dalam perumusan kebijakan khususnya di
masa pandemi. Buku berjudul itu “Panduan Optimalisasi Peran Jabatan Fungsional
Analis Kebijakan” diterbitkan LAN bekerja sama dengan tim dari Universitas
Gadjah Mada dengan dukungan dari KSI.
Rini Widyantini dari Kemenpan RB menuturkan, dari sisi tata kelola, birokrasi saat
ini dituntut untuk berubah dari pola tradisional menjadi responsif. Mau tidak mau,
penelitian harus menjadi dasar dalam proses pengambilan kebijakan. Selama ini,
instansi pemerintah yang terkait penelitian tersebar di banyak lembaga dan masing-
masing menghasilkan kajian. Namun, pola semacam itu membuat lembaga
penelitian itu tidak saling terhubung. BRIN menjadi jawaban untuk
mengkonsolidasikan semua itu. “Dengan adanya satu badan terintegrasi,
diharapkan agar kebijakan itu bisa dilakukan secara lebih terintegrasi. Hanya saja
perlu inovasi, perlu mekanisme hubungan kerja yang lebih baik,” katanya.
Sinergi
Terkait sinergi, Elly Fatimah dari LAN menjelaskan bahwa riset dan inovasi tidak
bisa lagi dilaksanakan oleh satu jenis jabatan fungsional. Seorang analis kebijakan
juga tidak bisa bekerja sendiri. Semua perlu berkolaborasi sesuai kompetensi
masing-masing. “Dari awal harus sudah disatukan sehingga bisa mengeroyok satu
problem dari berbagai sudut pandang,” tambahnya.
Sarah Nita Hasibuan dari KPPOD menilai, konsolidasi lintas kementerian, lembaga
dan disiplin ilmu perlu diwujudkan agar bisa memitigasi berbagai risiko di
berbagai bidang pembangunan. Kajian KPPOD menemukan bahwa proses
perumusan kebijakan publik selama ini masih kurang mengakomodasi dampak
multidimensioanal yang ditimbulkan. Kelembagaan litbang selama ini seolah
terpisah dari pengambil kebijakan dan jabatan fungsional biasanya hanya
dilibatkan di awal proses pembuatan kebijakan. Selain itu, tidak ada dasar hukum
yang jelas mengatur bahwa suatu kebijakan harus dirumuskan melalui persetujuan
dari analis kebijakan. Akibatnya, penggunaan hasil penelitian sebagai basis
pengambilan kebijakan sangat tergantung pada siapa pengambil kebijakannya.
Padahal kebijakan berkualitas mestinya lahir melalui proses kajian analis
kebijakan. Untuk itu, perlu penguatan kelembagaan penelitian dalam perumusan
kebijakan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta dukungan anggaran
untuk memastikan keberlanjutan riset yang berkualitas sebagai dasar perumusan
kebijakan.
Dalam 5 tahun terakhir, KSI telah bekerja sama dengan KemenPANRB dan LAN
baik secara teknis maupun strategis untuk mengoptimalkan fungsi peran analis
kebijakan dan mengadvokasi rekomendasi kebijakan yang sejalan dengan upaya
peningkatan kualitas kebijakan publik.
Dalam jangka panjang, penguatan peran ASN akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan negara serta menjadikan ekosistem ilmu pengetahuan
dan inovasi bekerja lebih baik. Kebutuhan untuk menjawab tantangan era digital
dan pemulihan dari pandemi berpotensi dijawab dengan penyederhanaan birokrasi,
melakukan konsolidasi internal pemerintahan, dan kolaborasi eksternal dengan
lembaga nonpemerintah.
Kebijakan pemerintah daerah adalah kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, seperti provinsi, kabupaten/kota, atau desa. Kebijakan ini
dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut dan bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Substansi kebijakan pemerintah daerah dapat bervariasi tergantung pada masalah
atau isu yang dihadapi di wilayah tersebut. Namun, umumnya kebijakan
pemerintah daerah mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembangunan infrastruktur: Kebijakan ini mencakup pembangunan jalan,
jembatan, irigasi, dan fasilitas umum lainnya yang bertujuan untuk
meningkatkan aksesibilitas dan kualitas hidup masyarakat.
2. Pendidikan: Kebijakan ini mencakup peningkatan kualitas pendidikan di
wilayah tersebut, baik melalui pembangunan sekolah baru, peningkatan
kualitas guru, maupun program bantuan biaya pendidikan bagi siswa.
3. Kesehatan: Kebijakan ini mencakup peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, pembangunan puskesmas atau rumah sakit, serta
program-program pencegahan dan penanganan penyakit tertentu.
4. Lingkungan hidup: Kebijakan ini mencakup upaya pelestarian lingkungan
hidup, penanganan limbah, pengelolaan air dan lahan, serta penanganan
bencana alam.
5. Pemberdayaan masyarakat: Kebijakan ini mencakup program-program
pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan, bantuan modal
usaha, serta program-program pengentasan kemiskinan.
6. Pemerataan pembangunan: Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan antara wilayah yang maju dan wilayah yang tertinggal dalam
hal pembangunan. Kebijakan ini mencakup program-program pemberdayaan
wilayah tertinggal, seperti bantuan pembangunan infrastruktur dan program-
program pemberdayaan ekonomi.
7. Keamanan dan ketertiban: Kebijakan ini mencakup upaya menjaga
keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut, baik melalui peningkatan
keamanan publik maupun penanganan kejahatan dan tindak kriminal.
8. Perencanaan dan pengendalian pembangunan: Kebijakan ini mencakup
pengendalian pembangunan agar sesuai dengan rencana pembangunan yang
telah ditetapkan, serta upaya peningkatan kualitas perencanaan
pembangunan di wilayah tersebut.
Substansi kebijakan pemerintah daerah juga dapat mencakup masalah-masalah
khusus yang spesifik untuk wilayah tersebut, seperti pengembangan pariwisata,
pengembangan potensi pertanian atau perikanan, serta program-program
kebudayaan dan kesenian.
Ada beberapa metode riset yang dapat dilakukan untuk mempelajari dan
menganalisis kebijakan pemerintah daerah. Berikut adalah beberapa metode riset
kebijakan pemerintah daerah yang umum digunakan:
1. Studi Dokumen: Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan, membaca,
dan menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah daerah, seperti dokumen kebijakan, laporan, data statistik, dan
dokumen-dokumen lainnya. Metode ini berguna untuk memperoleh
informasi mengenai isu dan masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah
serta analisis dan evaluasi kebijakan yang telah dilaksanakan.
2. Wawancara: Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung
dengan para pemangku kepentingan terkait kebijakan pemerintah daerah,
seperti pejabat pemerintah, pengusaha, masyarakat, dan kelompok-kelompok
masyarakat. Metode ini berguna untuk memperoleh sudut pandang berbagai
pihak mengenai kebijakan dan masalah yang dihadapi, serta mendapatkan
informasi yang lebih detail mengenai implementasi dan dampak kebijakan.
3. Observasi: Metode ini dilakukan dengan mengamati langsung keadaan dan
situasi di lapangan, misalnya dengan melakukan kunjungan ke daerah terkait
kebijakan pemerintah atau mengikuti kegiatan terkait kebijakan tersebut.
Metode ini berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
mengenai kondisi di lapangan serta mendapatkan informasi yang tidak
terdokumentasi dalam bentuk dokumen atau wawancara.
4. Studi Banding: Metode ini dilakukan dengan membandingkan kebijakan
pemerintah daerah yang telah dilaksanakan dengan kebijakan pemerintah
daerah lain yang memiliki masalah atau isu yang serupa. Metode ini berguna
untuk memperoleh informasi mengenai strategi dan solusi yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah lain untuk mengatasi masalah yang
serupa, serta memperoleh pelajaran dan ide yang dapat diadopsi dalam
konteks kebijakan pemerintah daerah yang sedang diteliti.
5. Analisis Kebijakan: Metode ini dilakukan dengan melakukan analisis
mendalam mengenai kebijakan pemerintah daerah, mulai dari tahap
perumusan, implementasi, hingga evaluasi. Metode ini berguna untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan pemerintah daerah,
serta memberikan rekomendasi terhadap kebijakan yang telah dilaksanakan.
Metode analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan, seperti pendekatan ekonomi, sosial, politik, dan pendekatan
interdisipliner.
Analisis Situasi: Lakukan analisis terhadap situasi dan kondisi terkini, termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut. Dalam tahap ini, penting juga
untuk memperhitungkan kemampuan keuangan, sumber daya manusia,
infrastruktur dan peralatan yang tersedia dalam penyelesaian masalah.
Tentukan Tujuan dan Sasaran: Tentukan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
dalam penyelesaian masalah tersebut. Tujuan dan sasaran ini harus realistis,
terukur, dapat dicapai dan sesuai dengan kondisi yang ada.
Identifikasi Alternatif Solusi: Identifikasi alternatif solusi yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tinjau setiap alternatif
solusi secara seksama dan tentukan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
tersebut.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja , sebagian besar analis kebijakan memiliki
gelar yang lebih tinggi, biasanya gelar sarjana hukum atau Ph.D. Kebanyakan
analis kebijakan bekerja di lembaga think tank atau lembaga pemerintah.
Bidang keahlian seorang analis kebijakan bergantung pada mereka dan akan sangat
bergantung pada latar belakang dan pelatihan mereka. Semua analis kebijakan
harus memiliki keterampilan penelitian dan analisis yang unggul serta mampu
bekerja baik secara mandiri maupun dalam kelompok. Mereka juga perlu
menyajikan dan menjelaskan data yang sedang mereka kerjakan.
Apa yang dilakukan analis kebijakan dalam perannya? Tanggung jawab utamanya
adalah penelitian dan pengumpulan data, tetapi menjadi seorang analis lebih dari
itu. Analis kebijakan sering kali bekerja di berbagai bidang untuk mempengaruhi
kebijakan dan keputusan politik dan sosial.
Riset
Analis sektor publik juga meneliti kebijakan saat ini dan yang diusulkan dan juga
mengambil proyek dari kelompok kepentingan khusus.
Pengumpulan Data
Apapun metode yang mereka pilih, seorang analis kebijakan menggunakan data
statistik untuk menemukan pola tersembunyi dalam isu-isu sosial dan politik yang
ada.
Analis kebijakan dapat menggunakan data statistik yang mereka kumpulkan untuk
mempengaruhi kebijakan publik. Setelah mereka mengidentifikasi tren dan
memiliki data untuk mendukung klaim mereka, mereka dapat membantu
menentukan sumber masalahnya dan mencari solusi untuk mengatasinya.
Analis kebijakan juga perlu memahami lanskap sosial dan politik saat
ini. Peristiwa terkini dan liputan media sering kali dapat mengungkap bidang-
bidang yang dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut oleh para analis
kebijakan. Mengikuti perkembangan peristiwa politik juga membantu analis
kebijakan mengidentifikasi dan memantau bidang-bidang utama yang mungkin
tersedia untuk proyek yang didanai.
Meningkatkan kesadaran masyarakat
Seorang analis kebijakan yang baik biasanya merupakan yang terdepan dalam
bidangnya. Mereka sering kali “membunyikan alarm” dan menggunakan data yang
mereka kumpulkan untuk menginformasikan kepada publik fakta-fakta seputar isu
yang sedang terjadi atau yang akan datang.
Menurut BLS, analis kebijakan yang bekerja untuk pemerintah federal biasanya
bekerja di tingkat GS-15. Level-level ini umumnya merupakan posisi
berpengalaman. Seorang analis pemerintah tingkat rendah mungkin bekerja di
tingkat GS-7.
Pikiran Terakhir
Apa yang dilakukan seorang analis kebijakan? Analis kebijakan memainkan peran
penting dalam masyarakat kita. Mereka meneliti dan mengumpulkan data penting
yang dapat digunakan untuk memperkirakan tren dalam politik dan
masyarakat. Analis kebijakan juga berupaya mempengaruhi tanggapan pemerintah
terhadap isu-isu sosial secara aktif.
Bagi pelajar dan karir muda yang ingin membuat perbedaan secara global, menjadi
analis kebijakan adalah pilihan yang baik
31 Agustus 2022
Lihat semua posting blog di bawah Artikel |Lihat semua posting blog di
bawahMBA Perawatan Kesehatan Online
Sering kali, masyarakat Amerika mengabaikan kebijakan kesehatan
masyarakat. Pandemi COVID-19 mengubah hal tersebut, dengan tiba-tiba
mengangkat permasalahan ini ke dalam kehidupan sehari-hari dan mengingatkan
masyarakat akan peran penting yang dimiliki para pemimpin politik dan pembuat
kebijakan dalam mempengaruhi promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pengendalian infeksi.
Bahkan setelah pandemi ini, kebutuhan akan kebijakan kesehatan masyarakat yang
kuat sudah jelas. Misalnya, kebijakan kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi
gizi di kantin sekolah negeri; tanggapan terhadap penyakit yang meningkat; dan
praktik sehari-hari mengenai hidrasi, mencuci tangan, dan memakai masker. Untuk
memastikan kebijakan yang jelas dan efektif, analis kebijakan dapat memainkan
peran penting.
Tugas dan tanggung jawab sehari-hari seorang analis kebijakan dapat bervariasi
berdasarkan posisi, namun tanggung jawab umum mencakup hal-hal berikut:
Analis kebijakan dapat melayani masyarakat luas dan memainkan peran langsung
dalam membentuk respon masyarakat terhadap isu-isu terkait kesehatan dan
penyakit melalui beberapa cara.
Bagi mereka yang memiliki minat terhadap isu-isu layanan kesehatan dan tertarik
pada seluk beluk penilaian kebijakan, bertanya-tanya bagaimana menjadi seorang
analis kebijakan adalah hal yang wajar. Salah satu langkah terpenting dalam jalur
karir ini adalah menguasai persyaratan pendidikan analis kebijakan.
Untuk menjadi analis kebijakan, diperlukan gelar sarjana di bidang kesehatan atau
bidang terkait, lebih disukai dengan konsentrasi di bidang analisis data. Mendaftar
pada program gelar dapat memberikan pemahaman tentang dasar-dasar pembuatan
kebijakan, sekaligus menawarkan kesempatan untuk mengasah keterampilan
analisis data.
Meskipun gelar sarjana biasanya cukup untuk posisi awal, mereka yang ingin maju
di bidangnya biasanya perlu memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Gelar
master di bidang yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dapat membuka
jalan menuju posisi yang lebih maju. Beberapa pilihan yang paling umum adalah
untuk mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA), dengan
penekanan pada kesehatan; MBA Perawatan Kesehatan (HCMBA); gelar Magister
Kesehatan Masyarakat (MPH); atau Magister Administrasi Publik (MPA).
Meskipun menjadi analis kebijakan hanya dengan gelar sarjana adalah mungkin,
banyak analis kebijakan ingin mencari gelar MBA atau gelar lanjutan
serupa. Menghasilkan gelar tingkat yang lebih tinggi memiliki banyak manfaat:
Tingkat pendidikan
Tahun-Tahun Pengalaman
Jenis pemberi kerja (misalnya, organisasi layanan kesehatan swasta vs.
nirlaba)
Lokasi geografis
ANALISIS DATA
Pada intinya, peran analis kebijakan adalah mengumpulkan dan mengevaluasi data
untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kebijakan dan implikasinya. Oleh
karena itu, siapa pun yang memegang peran ini harus memiliki keterampilan dan
alat dasar yang terkait dengan analisis data. Contohnya adalah:
Meskipun tugas seorang analis kebijakan mencakup analisis data, ia juga harus
menerapkan analisis tersebut untuk membuat kesimpulan tentang dunia
nyata. Untuk itu, berpikir kritis adalah suatu keharusan. Contoh pemikiran kritis
dalam konteks posisi ini adalah:
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
SKILL KEPEMIMPINAN
KESADARAN POLITIK
Salah satu tantangan terbesar dalam analisis kebijakan publik adalah sulitnya
menyelaraskan tujuan kesehatan masyarakat dengan opini publik dan dengan hal-
hal yang dapat dicapai oleh para pemimpin politik. Analis kebijakan harus
memiliki pemahaman yang baik tentang ilmu politik dan memantau konsensus
publik. Selain itu, analis kebijakan harus siap menyesuaikan rencana dan harapan
mereka sesuai dengan modal politik pemimpin atau pemerintahan tertentu. Secara
lebih luas, analis kebijakan harus mempelajari tren, tantangan dan kebutuhan saat
ini di sektor layanan kesehatan.