Anda di halaman 1dari 35

Optimalisasi Peran Jabatan Fungsional Analis Kebijakan

Penulis :


Indonesia masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah besar untuk memperbaiki


kualitas kebijakannya di tengah derasnya arus disruptive economy. Salah satu
tantangan terbesar bagi pemerintah adalah bagaimana memproduksi kebijakan-
kebijakan yang unggul atau kebijakan berbasis bukti (evidence based policy).
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) di lingkungan pemerintahan di
Indonesia dibentuk sebagai respons terhadap berbagai tantangan dalam
meningkatkan kualitas kebijakan publik di Indonesia. JFAK bukan saja diberi
tugas untuk menghasilkan publikasi kajian, namun juga didorong untuk melakukan
advokasi rekomendasi kebijakan yang selaras dengan upaya perbaikan kebijakan
publik. Kebijakan yang tidak hanya didasari oleh intuisi, opini, dan kepentingan
sektoral para pengambil keputusan, tetapi didukung oleh bukti-bukti yang
memadai.
Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo, telah menunjukkan komitmennya terhadap penguatan
eksistensi jabatan fungsional dalam birokrasi. Pada tahun 2017, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS). Peraturan Pemerintah tersebut
mempertegas Jabatan Fungsional (JF) sebagai kelompok jabatan yang
mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan
sertifikasi tertentu. Lebih lanjut, JF menjadi pilihan karier utama bagi Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang dapat diisi baik oleh PNS maupun Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan dapat memegang peranan di setiap lini
organisasi pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 saat ini juga
telah disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Semangat dari PP ini adalah untuk meningkatkan kualitas
jabatan fungsional di dalam birokrasi dan mendorong ASN untuk masuk ke dalam
jabatan fungsional dengan mekanisme yang lebih sederhana.
Presiden Joko Widodo pada pidato pelantikan periode kedua semakin memberi
perhatian terhadap penguatan JF di dalam birokrasi. Salah satu filosofi dari 5
(lima) agenda kerja kabinet yaitu penyederhanaan birokrasi yang dilakukan besar-
besaran untuk memangkas prosedur birokrasi yang panjang dan menyederhanakan
sistem eselon birokrasi. Presiden Joko Widodo meminta penyederhanaan eselon
menjadi 2 (dua) level dan menggantinya dengan jabatan fungsional yang
menghargai keahlian dan kompetensi.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia (MenPAN-RB) telah merespons arahan Presiden tersebut dengan
menerbitkan PermenPAN-RB Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan
Administrasi Ke Dalam Jabatan Fungsional. Dengan kebijakan ini, ASN yang saat
ini duduk dalam jabatan administrasi (administrator/eselon III, pengawas/eselon
IV, dan pelaksana/eselon V) yang masuk dalam kriteria penyederhanaan dapat
dialihkan ke dalam jabatan fungsional yang relevan.
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) merupakan salah satu jabatan
fungsional yang strategis dan sangat menarik minat ASN saat ini pasca terbitnya
kebijakan penyederhanaan birokrasi.

Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah jabatan fungsional tertentu yang


mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kajian dan
analisis kebijakan pada lingkungan instansi pusat dan daerah. Analis Kebijakan
adalah PNS yang diberikan tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk
melaksanakan kajian dan analisis kebijakan di lingkungan instansi pusat dan
daerah. Sedangkan kajian dan analisis kebijakan adalah kegiatan mengkaji dan
menganalisis kebijakan dengan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme,
akuntabilitas, integritas, efisiensi dan efektifitas untuk mencapai tujuan
tertentu dan/atau menyelesaikan masalah-masalah publik.
Analisis kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap formulasi kebijakan. Peran
analisis kebijakan muncul di setiap tahap siklus kebijakan:
1. Identifikasi masalah penyediaan informasi valid tentang masalah
2. Formulasi kebijakan penyusunan alternatif- alternatif untuk penyelesaian
masalah
3. Implementasi kebijakan penyediaan informasi status pelaksanaan kebijakan
dan permasalahannya
4. Evaluasi kebijakan capaian kebijakan terkait aspek- aspek valuative
Sumber: UI CSGAR, 2019
Jabatan fungsional analis kebijakan masih relatif baru. Akibatnya, peran jabatan itu
belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk
pimpinan atau atasan langsung dari pemangku jabatan analis kebijakan tersebut.
Adanya peran analis di dalam institusi pemerintahan termasuk salah satu diskursus
dalam tataran praktis tentang strategi peningkatan kualitas kebijakan publik.
Penguatan profesi analis kebijakan di lingkungan organisasi pemerintahan di
Indonesia diharapkan dapat mendorong terciptanya proses deliberatif dalam proses
kebijakan. Lahirnya jabatan fungsional analis kebijakan juga merupakan bagian
dari strategi pengembangan perspektif rasional dalam proses analisis kebijakan
dengan memperkuat bukti-bukti sebagai basis penyusunan kebijakan. Kehadiran
analis kebijakan diharapkan dapat mengikis preseden buruk yang ada selama ini
bahwa proses perumusan kebijakan publik hanya menjadi proses eksklusif di level
elit.
Pengembangan profesi analis kebijakan harus dilakukan bersama-sama dan
berkesinambungan seiring dengan semakin dinamisnya perubahan-perubahan
dalam lingkungan kebijakan yang didorong oleh pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Upaya pengembangan profesi tidak hanya secara
formal tetapi melalui mekanisme-mekanisme informal. Diharapkan agar eksistensi
analis kebijakan semakin terlihat dari waktu ke waktu, baik dari segi kualitas
produk kerja maupun jejaring kerjanya.
Dengan semakin berkembangnya jumlah analis kebijakan, Lembaga Administrasi
Negara perlu bersinergi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan pembinaan
profesi analis kebijakan. Kolaborasi dengan instansi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, perguruan tinggi, dan think tank kebijakan perlu terus dibangun.
Untuk itu, Lembaga Administrasi Negara (LAN), selaku Pembina Profesi JFAK,
telah menerbitkan buku panduan yang menjadi acuan bagi para pimpinan dan
atasan langsung dari para analis kebijakan, sehingga peran analis kebijakan bisa
dioptimalkan dalam perumusan kebijakan. Buku berjudul “Panduan Optimalisasi
Peran Jabatan Fungsional Analis Kebijakan” diterbitkan LAN bekerja sama dengan
tim dari Universitas Gadjah Mada dengan dukungan dari Knowledge Sector
Initiative (KSI). KSI secara aktif telah mendukung LAN dalam membangun JFAK
dan memfasilitasi berbagai kegiatan dalam meningkatkan kualitas JFAK serta
mendukung proses proses penyusunan Panduan Optimalisasi Peran JFAK ini.
Panduan ini diharapkan dapat membangun pemahaman yang baik dan
komprehensif tentang JFAK dan peran-peran yang seharusnya dilakukan, baik oleh
pemangku JFAK, pimpinan instansi, maupun para pengelola kepegawaian di
seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. Panduan ini juga merupakan living
document yang dapat berkembang sesuai dengan dinamika kebijakan pembinaan
JFAK. JFAK yang notabene diberikan kewenangan untuk melakukan kajian dan
analisis kebijakan di lingkungan pemerintah akan memiliki peran penting dalam
mewujudkan kebijakan publik yang baik di setiap instansi pemerintah.
Di dalam panduan ini, juga menguraikan peran JFAK dalam siklus kebijakan yang
dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Melalui fungsi pembinaan yang dilakukan LAN, ke depan Panduan Optimalisasi


Peran JFAK ini dapat menjadi salah satu media pembinaan untuk mendorong peran
aktif Analis Kebijakan sebagai think tank kebijakan publik di Indonesia dengan
kontribusi dalam meningkatkan kualitas kebijakan sesuai bidang keahliannya.
Harapannya, ketika pemahaman akan JFAK meningkat maka meningkat pula
upaya untuk mengoptimalkan peran JFAK di organisasi pemerintah sehingga dapat
terwujud pembuatan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy making).
Tulisan ini diolah dari berbagai sumber
Semarang, 29 April 2023.
Penulis; Retno Sunu Astuti

Dinamika yang terjadi di lingkungan


kebijakan seringkali menimbulkan berbagai benturan nilai seperti efisiensi,
pemerataan, partisipasi, demokrasi dan keadilan sosial. Konteks nilai yang tumbuh
dan berkembang di dalam masyarakat memberi petunjuk bagaimana respon
masyarakat terhadap suatu kebijakan yang diimplementasikan. Oleh karenanya
keberhasilan implementasi sebuah kebijakan di suatu wilayah tidak selalu berhasil
dijalankan di lokasi lain ketika konteks budaya di dalamnya berbeda, karena
budaya lokal memberi pengaruh terhadap karakter lembaga lokal, pola kekuasan,
dan dinamika antar aktor lokal. Dalam konteks nilai tersebut peran seorang analis
kebijakan sangat dibutuhkan sehingga menghasilkan kebijakan yang mampu
memenuhi kebutuhan warganya secara demokratis.
Fungsi analis kebijakan tidak sekedar mengusulkan solusi terhadap krisis yang
muncul dari waktu ke waktu tetapi harus mampu mengantisipasi dan tidak pernah
gagal menjadi sumberdaya intelektual dalam melihat masa depan. Analis kebijakan
merupakan radar yang memberi petunjuk terhadap perjalanan publik, sehingga
harus bekerja proaktif, sehingga dalam menjalankan tugasnya harus rational, client
advice, argumentative, interactive, participative dan mampu
mengendalikan process menuju arah dan hasil yang berorinetasi kepada
kepentingan publik.
Keahlian yang dibutuhkan dalam mendukung kompetensi analis kebijakan meliputi
:
1) Metodologi analis kebijakan, maknanya seorang analis kebijakan harus
mampu menempatkan secara benar bahwa proses kebijakan di satu negara bisa
berbeda dengan negara lain artinya sistem politik dan pemerintahan yang berbeda
akan menghasilkan pola-pola pembuatan kebijakan publik yang berbeda;
2) Kemampuan analisis dan menyajikan data, maknanya seorang analis
kebijakan harus memahami bagaimana mencari data, menganalisis data, dan
menyajikan secara sistematik dan menggunakannya sebagai bahan untuk
merumuskan kebijakan publik ;
3) Teknik Penulisan,maknanya seorang analis kebijakan harus mampu menulis
secara sistematis, argumentative dan berbasis data. Terdapat dua produk utama
yang dihasilkan oleh seorang analis kebijakan yaitu policy paper dan policy brief;
4) Teknik Presentasi, maknanya seorang analis kebijakan harus mampu
menyampaikan gagasan secara komprehensif kepada audiens yang berbeda ;
5) Teknik Advokasi Kebijakan, maknanya seorang analis kebijakan harus
mampu melakukan : a. legislasi dalam bentuk counter draft, judicial
review dan legislation, b. lobi, negosiasi, mediasi dan kolaborasi,c. kampanye,
unjuk rasa, protes, demonstrasi, boikot dan pendidikan politik;
6) Teknik Jejaring, maknanya efektivitas advokasi kebijakan memerlukan
mobilisasi kekuatan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menekan
para pengambil kebijakan. Seorang analisis tidak bisa bekerja sendirian, sehingga
harus mampu membangun jaringan dengan para ahli yang sesuai dengan isu yang
akan direkomendasikan;
7) Memahami substansi kebijakan, maknanya seorang analis kebijakan harus
memahami substansi masalah dan rekomendasi kebijakan yang diusulkan; dan
8) Teknik Menyusun strategi kebijakan, maknanya seorang analis kebijakan
harus memahami bagaimana sebuah kebijakan harus dijalankan secara efektif
bukan hanya berhenti pada diterimanya sebuah usulan kebijakan oleh pengambil
kebijakan dalam bentuk pengesahan kebijakan.
Sejumlah kompetensi analis kebijakan di atas sejalan dengan salah satu tujuan
penyelenggaraan program pendidikan Administrasi Publik yaitu menghasilkan
lulusan yang memiliki kemampuan untuk menemukan, memahami, menjelaskan
dan merumuskan cara memecahkan permasalahan publik melalui pendekatan
inter, multi atau transdisiplin. Tujuan ini bermakna lulusan administrasi publik
harus mampu menghasilkan rekomendasi kebijakan yang berorientasi pada
kepentingan publik melalui berbagai pendekatan yang sesuai dengan konteks
masyarakatnya sebab kebijakan publik tidak berjalan di ruang hampa. Dengan kata
lain kompetensi analis kebijakan sangat dibutuhkan oleh lulusan administrasi
publik dalam menjalankan tugasnya baik di sektor privat maupun publik. (Retno S
Astuti_Kaprodi Doktor Administrasi Fisip Undip)
Referensi :
~ Bardach,Eugene and Patashnik,Eric M, 2016, A Practical Guide For Policy
Analysis The Eightfold Path To More Effective Problem Solving, SAGE
Publication,Washington DC
~ Lembaga Administrasi Negara, 2017, Modul Pelatihan Khusus Analis
Kebijakan, Pusat Pembinaan Analis Kebijakan-LAN, Jakarta
~ Purwanto, Erwan Agus dkk,2015, Mengembangkan Profesi Analis Kebijakan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
~ Radin,Beryl A, 2020, Defining Policy Analysis : A Journey That Never Ends,
Cambridge University Press, United Kingdom
~ Rahardian, Ramaditya, 2020, Memahami Advokasi Kebijakan : Konsep,Teori,
dan Praktik Dalam Mewujudkan Kebijakan Yang Berpihak Pada
Publik,DEEPUBLISH,Yogyakarta

Keberadaan analis kebijakan sangat penting untuk mendorong perumusan


kebijakan berbasis bukti. Para pimpinan instansi pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah perlu mengoptimalkan peran analis kebijakan agar bisa
menghasilkan kebijakan berkualitas khususnya dalam merespons pandemi.

Demikian salah satu pokok bahasan dalam diskusi kebijakan bertema “Peran
Penting Wadah Pemikir Pemerintah untuk Bangkit dari Pandemi” yang diadakan
Knowledge Sector Initiative (KSI) bersama Katadata secara daring pada Jumat
(16/4). Narasumber diskusi ini antara lain Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata
Laksana Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan RB) Rini Widyantini, Sekretaris Kementerian Riset dan
Teknologi/Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional
(Kemenristek/BRIN) Mego Pinandito, Direktur Aparatur Negara Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(KemenPPN/Bappenas) Prahesti Pandanwani, Kepala Pusat Pembinaan Analis
Kebijakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Elly Fatimah. Diskusi yang
disiarkan di kanal Youtube Katadata ini dipandu Mulya Amri dan dibuka oleh Staf
Ahli Bidang Politik dan Hukum Kemenpan RB Muhammad Imanudin mewakili
Menpan RB Tjahjo Kumolo.

Webinar ini juga melibatkan lembaga riset kebijakan, Peneliti Komite Pemantauan
Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Sarah Nita Hasibuan, untuk
mengidentifikasi strategi yang memungkinkan kolaborasi dan berbagi pengetahuan
antar pejabat fungsional. Knowledge-to-policy tidak hanya penting untuk
pemulihan pandemi COVID-19, tetapi juga sejalan dengan “Visi Indonesia Maju”
yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses bisnis
birokrasi.

Pada 2019, Presiden RI Joko Widodo memberikan mandat untuk penyederhanaan


birokrasi, di mana jabatan struktural akan disederhanakan menjadi dua level dan
dialihkan ke jabatan fungsional yang menghargai keahlian dan kompetensi.
Penyederhanaan birokrasi ini dimaksudkan untuk mewujudkan birokrasi yang
dinamis, lincah (agile), dan profesional guna mendukung kinerja pemerintah.

Elly Fatimah dari LAN mengatakan, selama ini kebijakan yang dibuat pemerintah
belum sepenuhnya berbasis bukti. Hasil-hasil penelitian yang ada belum banyak
dimanfaatkan pembuat kebijakan dalam membuat kebijakan. Di sinilah analis
kebijakan berperan. Analis kebijakan bisa menjadi intermediator informasi,
penerjemah pengetahuan dan hasil penelitian untuk pembuatan kebijakan, dan
sebagainya. “Fungsi analis kebijakan sangat banyak. Ini bisa digunakan di setiap
tahapan dalam siklus pembuatan kebiajkan,” jelasnya.

Menurut dia, jabatan fungsional analis kebijakan masih relatif baru. Akibatnya,
peran jabatan itu belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan,
terutama pimpinan atau atasan langsung dari pemangku jabatan analis kebijakan
tersebut. Untuk itu, LAN telah menerbitkan buku panduan yang bisa menjadi
acuan bagi para pimpinan dan atasan langsung dari para analis kebijakan, sehingga
peran analis kebijakan bisa dioptimalkan dalam perumusan kebijakan khususnya di
masa pandemi. Buku berjudul itu “Panduan Optimalisasi Peran Jabatan Fungsional
Analis Kebijakan” diterbitkan LAN bekerja sama dengan tim dari Universitas
Gadjah Mada dengan dukungan dari KSI.

Rini Widyantini dari Kemenpan RB menuturkan, dari sisi tata kelola, birokrasi saat
ini dituntut untuk berubah dari pola tradisional menjadi responsif. Mau tidak mau,
penelitian harus menjadi dasar dalam proses pengambilan kebijakan. Selama ini,
instansi pemerintah yang terkait penelitian tersebar di banyak lembaga dan masing-
masing menghasilkan kajian. Namun, pola semacam itu membuat lembaga
penelitian itu tidak saling terhubung. BRIN menjadi jawaban untuk
mengkonsolidasikan semua itu. “Dengan adanya satu badan terintegrasi,
diharapkan agar kebijakan itu bisa dilakukan secara lebih terintegrasi. Hanya saja
perlu inovasi, perlu mekanisme hubungan kerja yang lebih baik,” katanya.

Ia menambahkan, kehadiran BRIN membuat upaya mendorong kebijakan berbasis


bukti semakin terbuka. Dalam konteks itu, analis kebijakan menjadi organ yang
penting dalam proses pengambilan kebijakan yang berbasis bukti.

Prahesti Pandanwani dari KemenPPN/Bappenas menjelaskan, dalam proses


pengambilan kebijakan, Kementerian PPN/Bappenas berperan sebagai clearing
house. Bappenas mengunakan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) sebagai acuan untuk melihat konsistensi rencana strategi dari
masing-masing kementerian dengan visi misi presiden. Sebagai clearing
house, Kemen PPN/Bappenas juga berperan untuk menyinergikan berbagai pihak.
Sinergi sangat diperlukan untuk menjamin efisiensi dan efektivitas dalam
perumusan hingga pelaksanaan kebijakan. “Kami banyak menyusun kajian
kebijakan, kami pasti bergandengan tangan dengan berbagai pihak,” tambahnya.

Sinergi

Mego Pinandito dari Kemenristek/BRIN mengatakan, dalam konteks ekosistem


inovasi, untuk bersinergi masing-masing pihak harus saling mengenal. Selama ini,
informasi riset kurang diketahui sehingga memperluas publikasi hasil riset menjadi
salah satu kebutuhan penting. Selain itu, perlu ada pengaturan dan program yang
jelas. Untuk riset, misalnya, arahnya bisa mengacu pada rencana induk riset
nasional (RIRN). Selanjutnya, aktivitas riset perlu dipatau sedemikian rupa agar
berjalan dengan baik sehingga bisa menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat.
Ventilator dan GeNose menjadi contoh dari hasil riset bermanfaat di waktu yang
tepat.

Terkait sinergi, Elly Fatimah dari LAN menjelaskan bahwa riset dan inovasi tidak
bisa lagi dilaksanakan oleh satu jenis jabatan fungsional. Seorang analis kebijakan
juga tidak bisa bekerja sendiri. Semua perlu berkolaborasi sesuai kompetensi
masing-masing. “Dari awal harus sudah disatukan sehingga bisa mengeroyok satu
problem dari berbagai sudut pandang,” tambahnya.

Sarah Nita Hasibuan dari KPPOD menilai, konsolidasi lintas kementerian, lembaga
dan disiplin ilmu perlu diwujudkan agar bisa memitigasi berbagai risiko di
berbagai bidang pembangunan. Kajian KPPOD menemukan bahwa proses
perumusan kebijakan publik selama ini masih kurang mengakomodasi dampak
multidimensioanal yang ditimbulkan. Kelembagaan litbang selama ini seolah
terpisah dari pengambil kebijakan dan jabatan fungsional biasanya hanya
dilibatkan di awal proses pembuatan kebijakan. Selain itu, tidak ada dasar hukum
yang jelas mengatur bahwa suatu kebijakan harus dirumuskan melalui persetujuan
dari analis kebijakan. Akibatnya, penggunaan hasil penelitian sebagai basis
pengambilan kebijakan sangat tergantung pada siapa pengambil kebijakannya.
Padahal kebijakan berkualitas mestinya lahir melalui proses kajian analis
kebijakan. Untuk itu, perlu penguatan kelembagaan penelitian dalam perumusan
kebijakan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta dukungan anggaran
untuk memastikan keberlanjutan riset yang berkualitas sebagai dasar perumusan
kebijakan.

Dalam 5 tahun terakhir, KSI telah bekerja sama dengan KemenPANRB dan LAN
baik secara teknis maupun strategis untuk mengoptimalkan fungsi peran analis
kebijakan dan mengadvokasi rekomendasi kebijakan yang sejalan dengan upaya
peningkatan kualitas kebijakan publik.

Dalam jangka panjang, penguatan peran ASN akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan negara serta menjadikan ekosistem ilmu pengetahuan
dan inovasi bekerja lebih baik. Kebutuhan untuk menjawab tantangan era digital
dan pemulihan dari pandemi berpotensi dijawab dengan penyederhanaan birokrasi,
melakukan konsolidasi internal pemerintahan, dan kolaborasi eksternal dengan
lembaga nonpemerintah.

Kebijakan pemerintah daerah adalah kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, seperti provinsi, kabupaten/kota, atau desa. Kebijakan ini
dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut dan bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Substansi kebijakan pemerintah daerah dapat bervariasi tergantung pada masalah
atau isu yang dihadapi di wilayah tersebut. Namun, umumnya kebijakan
pemerintah daerah mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembangunan infrastruktur: Kebijakan ini mencakup pembangunan jalan,
jembatan, irigasi, dan fasilitas umum lainnya yang bertujuan untuk
meningkatkan aksesibilitas dan kualitas hidup masyarakat.
2. Pendidikan: Kebijakan ini mencakup peningkatan kualitas pendidikan di
wilayah tersebut, baik melalui pembangunan sekolah baru, peningkatan
kualitas guru, maupun program bantuan biaya pendidikan bagi siswa.
3. Kesehatan: Kebijakan ini mencakup peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, pembangunan puskesmas atau rumah sakit, serta
program-program pencegahan dan penanganan penyakit tertentu.
4. Lingkungan hidup: Kebijakan ini mencakup upaya pelestarian lingkungan
hidup, penanganan limbah, pengelolaan air dan lahan, serta penanganan
bencana alam.
5. Pemberdayaan masyarakat: Kebijakan ini mencakup program-program
pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan, bantuan modal
usaha, serta program-program pengentasan kemiskinan.
6. Pemerataan pembangunan: Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan antara wilayah yang maju dan wilayah yang tertinggal dalam
hal pembangunan. Kebijakan ini mencakup program-program pemberdayaan
wilayah tertinggal, seperti bantuan pembangunan infrastruktur dan program-
program pemberdayaan ekonomi.
7. Keamanan dan ketertiban: Kebijakan ini mencakup upaya menjaga
keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut, baik melalui peningkatan
keamanan publik maupun penanganan kejahatan dan tindak kriminal.
8. Perencanaan dan pengendalian pembangunan: Kebijakan ini mencakup
pengendalian pembangunan agar sesuai dengan rencana pembangunan yang
telah ditetapkan, serta upaya peningkatan kualitas perencanaan
pembangunan di wilayah tersebut.
Substansi kebijakan pemerintah daerah juga dapat mencakup masalah-masalah
khusus yang spesifik untuk wilayah tersebut, seperti pengembangan pariwisata,
pengembangan potensi pertanian atau perikanan, serta program-program
kebudayaan dan kesenian.
Ada beberapa metode riset yang dapat dilakukan untuk mempelajari dan
menganalisis kebijakan pemerintah daerah. Berikut adalah beberapa metode riset
kebijakan pemerintah daerah yang umum digunakan:
1. Studi Dokumen: Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan, membaca,
dan menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah daerah, seperti dokumen kebijakan, laporan, data statistik, dan
dokumen-dokumen lainnya. Metode ini berguna untuk memperoleh
informasi mengenai isu dan masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah
serta analisis dan evaluasi kebijakan yang telah dilaksanakan.
2. Wawancara: Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung
dengan para pemangku kepentingan terkait kebijakan pemerintah daerah,
seperti pejabat pemerintah, pengusaha, masyarakat, dan kelompok-kelompok
masyarakat. Metode ini berguna untuk memperoleh sudut pandang berbagai
pihak mengenai kebijakan dan masalah yang dihadapi, serta mendapatkan
informasi yang lebih detail mengenai implementasi dan dampak kebijakan.
3. Observasi: Metode ini dilakukan dengan mengamati langsung keadaan dan
situasi di lapangan, misalnya dengan melakukan kunjungan ke daerah terkait
kebijakan pemerintah atau mengikuti kegiatan terkait kebijakan tersebut.
Metode ini berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
mengenai kondisi di lapangan serta mendapatkan informasi yang tidak
terdokumentasi dalam bentuk dokumen atau wawancara.
4. Studi Banding: Metode ini dilakukan dengan membandingkan kebijakan
pemerintah daerah yang telah dilaksanakan dengan kebijakan pemerintah
daerah lain yang memiliki masalah atau isu yang serupa. Metode ini berguna
untuk memperoleh informasi mengenai strategi dan solusi yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah lain untuk mengatasi masalah yang
serupa, serta memperoleh pelajaran dan ide yang dapat diadopsi dalam
konteks kebijakan pemerintah daerah yang sedang diteliti.
5. Analisis Kebijakan: Metode ini dilakukan dengan melakukan analisis
mendalam mengenai kebijakan pemerintah daerah, mulai dari tahap
perumusan, implementasi, hingga evaluasi. Metode ini berguna untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan pemerintah daerah,
serta memberikan rekomendasi terhadap kebijakan yang telah dilaksanakan.
Metode analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan, seperti pendekatan ekonomi, sosial, politik, dan pendekatan
interdisipliner.

Dalam menganalisa kebijakan pemerintah daerah, ada beberapa teknik dan


analisa yang dapat digunakan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Analisis SWOT: Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
and Threats) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi kebijakan pemerintah daerah. Analisis SWOT
dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kebijakan
pemerintah daerah, serta peluang dan tantangan yang harus dihadapi dalam
implementasi kebijakan tersebut.
2. Analisis Cost-Benefit: Analisis Cost-Benefit digunakan untuk mengevaluasi
apakah manfaat dari kebijakan pemerintah daerah melebihi biaya yang
dikeluarkan untuk mengimplementasikannya. Analisis ini membandingkan
manfaat yang dihasilkan oleh kebijakan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk mengimplementasikannya.
3. Analisis Kelayakan: Analisis Kelayakan digunakan untuk mengevaluasi
kelayakan dan kemungkinan keberhasilan dari kebijakan pemerintah daerah.
Analisis ini meliputi berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sosial, politik,
dan teknis.
4. Analisis Regresi: Analisis Regresi digunakan untuk mengevaluasi hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Analisis ini dapat
membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan kebijakan pemerintah daerah.
5. Analisis Kebijakan Publik: Analisis Kebijakan Publik digunakan untuk
menganalisis proses perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan
pemerintah daerah. Analisis ini melibatkan berbagai aspek, seperti
partisipasi publik, pengambilan keputusan, dan implementasi kebijakan.
6. Analisis Stakeholder: Analisis Stakeholder digunakan untuk
mengidentifikasi dan memahami kepentingan dan pandangan para
pemangku kepentingan terkait kebijakan pemerintah daerah. Analisis ini
dapat membantu mengidentifikasi dan memahami kelompok-kelompok yang
akan terpengaruh oleh kebijakan dan membantu memperoleh dukungan dari
para pemangku kepentingan.
7. Analisis Komparatif: Analisis Komparatif digunakan untuk membandingkan
kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan pemerintah daerah lain atau
dengan standar internasional. Analisis ini dapat membantu mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan kebijakan pemerintah daerah dan memberikan
rekomendasi untuk perbaikan kebijakan tersebut.
Penyusunan saran kebijakan pemerintah daerah melibatkan beberapa langkah,
berikut adalah panduan umumnya:

Identifikasi Masalah: Identifikasi permasalahan yang perlu diselesaikan oleh


pemerintah daerah. Tinjau data dan informasi yang tersedia mengenai masalah
tersebut. Dalam hal ini, melibatkan para ahli, pemangku kepentingan, serta
masyarakat umum yang terkait.
Kaji Peraturan yang Berlaku: Teliti peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan masalah yang akan diselesaikan. Peraturan-peraturan ini bisa ditemukan
pada tingkat pemerintah daerah, provinsi, nasional atau internasional. Tinjau juga
program dan kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah lainnya
untuk mengatasi masalah serupa.

Analisis Situasi: Lakukan analisis terhadap situasi dan kondisi terkini, termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut. Dalam tahap ini, penting juga
untuk memperhitungkan kemampuan keuangan, sumber daya manusia,
infrastruktur dan peralatan yang tersedia dalam penyelesaian masalah.
Tentukan Tujuan dan Sasaran: Tentukan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
dalam penyelesaian masalah tersebut. Tujuan dan sasaran ini harus realistis,
terukur, dapat dicapai dan sesuai dengan kondisi yang ada.
Identifikasi Alternatif Solusi: Identifikasi alternatif solusi yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tinjau setiap alternatif
solusi secara seksama dan tentukan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
tersebut.

Evaluasi Solusi: Evaluasi setiap alternatif solusi yang telah diidentifikasi


berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Pilih solusi yang terbaik sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Penulisan dan Publikasi: Setelah kebijakan telah disusun, selanjutnya adalah
menuliskan kebijakan dalam format yang mudah dimengerti dan disosialisasikan
ke masyarakat melalui media publikasi yang sesuai, seperti media massa, sosial
media, atau brosur.
Implementasi Kebijakan: Setelah kebijakan telah ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah implementasi kebijakan. Pastikan seluruh staf pemerintah daerah terlibat
dalam implementasi kebijakan dan memahami tugas masing-masing. Lakukan
evaluasi dan pemantauan untuk memastikan kebijakan berjalan sesuai rencana.
Penerapan komunikasi dan konsultasi publik serta membangun jejaring kerjasama
sangat penting dalam proses analisis kebijakan pemerintah daerah. Berikut adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapannya:
1. Komunikasi Publik: Komunikasi publik perlu dilakukan secara aktif oleh
pemerintah daerah untuk menginformasikan kebijakan dan program yang
akan dilaksanakan kepada masyarakat. Dalam proses analisis kebijakan,
komunikasi publik dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan masukan dan
pendapat dari masyarakat tentang permasalahan yang akan diselesaikan,
alternatif solusi yang diusulkan, serta rencana implementasi kebijakan.
Komunikasi publik dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media
sosial, website resmi pemerintah daerah, surat kabar, dan radio.
2. Konsultasi Publik: Konsultasi publik merupakan proses dialog antara
pemerintah daerah dan masyarakat dalam rangka memperoleh masukan dan
pendapat tentang kebijakan yang akan diambil. Konsultasi publik dapat
dilakukan melalui pertemuan publik, lokakarya, atau forum diskusi.
Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa proses konsultasi publik
dilakukan secara terbuka dan transparan serta mengakomodasi beragam
pandangan dari masyarakat.
3. Jejaring Kerjasama: Pemerintah daerah perlu membangun jejaring kerjasama
dengan berbagai pihak terkait, seperti organisasi masyarakat, universitas,
LSM, dan sektor swasta. Jejaring kerjasama ini dapat dimanfaatkan untuk
mengumpulkan informasi dan data, memperoleh dukungan dan masukan
dari para ahli, serta membangun kesepahaman dengan para pemangku
kepentingan terkait kebijakan yang akan diambil. Melalui jejaring
kerjasama, pemerintah daerah juga dapat memperluas jangkauan informasi
dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
kebijakan.
Dengan menerapkan komunikasi dan konsultasi publik serta membangun jejaring
kerjasama, pemerintah daerah dapat memperoleh informasi dan masukan yang
diperlukan dalam proses analisis kebijakan, serta meningkatkan transparansi dan
partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebiRegulasi dan legislasi adalah dua
hal yang berbeda namun saling terkait dalam pembuatan kebijakan pemerintah
daerah. Regulasi merujuk pada aturan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah
daerah dalam rangka mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat dan
organisasi di wilayahnya. Sedangkan legislasi adalah proses pembuatan undang-
undang atau peraturan perundang-undangan oleh badan legislatif, seperti DPRD.
Dalam pembuatan kebijakan pemerintah daerah, regulasi dan legislasi memiliki
peran yang penting. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
regulasi dan legislasi kebijakan pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
1. Konsistensi dengan aturan yang lebih tinggi: Kebijakan yang diambil oleh
pemerintah daerah harus konsisten dengan aturan yang lebih tinggi, seperti
undang-undang nasional atau peraturan pemerintah pusat. Hal ini penting
untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku.
2. Melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan: Proses pembuatan
regulasi dan legislasi harus melibatkan masyarakat dan pemangku
kepentingan, seperti organisasi masyarakat, akademisi, LSM, dan sektor
swasta. Hal ini penting untuk memperoleh masukan dan pendapat dari
berbagai pihak terkait kebijakan yang akan diambil.
3. Menjaga keterbukaan dan transparansi: Proses pembuatan regulasi dan
legislasi harus dilakukan secara terbuka dan transparan, sehingga masyarakat
dapat memantau dan memberikan masukan terhadap kebijakan yang akan
diambil.
4. Mengukur dampak kebijakan: Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan
dampak kebijakan yang akan diambil terhadap masyarakat dan lingkungan.
Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil
tidak merugikan masyarakat dan lingkungan di wilayah yang sama.
5. Menerapkan evaluasi dan pengawasan: Setelah kebijakan
diimplementasikan, pemerintah daerah perlu menerapkan evaluasi dan
pengawasan terhadap kebijakan yang telah diambil. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat memberikan manfaat yang
optimal bagi masyarakat dan lingkungan.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas dalam pembuatan regulasi dan legislasi
kebijakan pemerintah daerah, diharapkan kebijakan yang dihasilkan dapat lebih
baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan di
wilayah tersebut.
CONTOH ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah salah
satu metode analisis yang sering digunakan dalam pembuatan kebijakan
pemerintah daerah. Berikut ini adalah contoh analisis kebijakan pemerintah daerah
dengan menggunakan metode analisis SWOT:
Kebijakan: Meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
1. Strengths (Kelebihan)
 Terdapat sumber daya manusia yang berkualitas di daerah yang dapat
dijadikan tenaga pendidik yang berkualitas
 Pemerintah daerah memiliki anggaran yang cukup untuk membiayai
program pendidikan
 Terdapat banyak sekolah yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan
kualitas pendidikan
2. Weaknesses (Kelemahan)
 Sarana dan prasarana pendidikan masih kurang memadai, seperti kurangnya
fasilitas laboratorium, perpustakaan, dan sarana transportasi untuk siswa
yang tinggal jauh dari sekolah
 Tingkat kualitas tenaga pendidik masih perlu ditingkatkan
 Terdapat banyak siswa yang putus sekolah atau tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3. Opportunities (Peluang)
 Adanya program beasiswa untuk siswa berprestasi dan kurang mampu yang
dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
 Dukungan dari pihak swasta dan masyarakat yang peduli terhadap
pendidikan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
 Adanya teknologi informasi dan komunikasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di daerah
4. Threats (Ancaman)
 Terdapat kecenderungan pengangguran yang tinggi di daerah, sehingga
banyak siswa tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan
lebih memilih bekerja
 Adanya masalah ekonomi dan politik yang dapat mengganggu program
pendidikan di daerah
 Persaingan antar daerah dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat
mempengaruhi program pendidikan di daerah
Berdasarkan analisis SWOT di atas, pemerintah daerah dapat menyusun program-
program pendidikan yang lebih efektif dan efisien, serta dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam program tersebut. Misalnya, untuk
mengatasi kekurangan sarana dan prasarana pendidikan, pemerintah daerah dapat
mengalokasikan anggaran untuk membangun dan memperbaiki fasilitas
pendidikan, atau dapat bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
memperoleh dukungan dalam hal ini. Selain itu, dengan memanfaatkan peluang
seperti adanya teknologi informasi dan komunikasi, pemerintah daerah dapat
mengimplementasikan program-program pendidikan yang lebih modern dan
efektif.
Analisis Cost-Benefit (Biaya-Manfaat) adalah salah satu metode analisis yang
sering digunakan dalam pembuatan kebijakan pemerintah daerah. Berikut ini
adalah contoh analisis kebijakan pemerintah daerah dengan menggunakan metode
analisis Cost-Benefit:
Kebijakan: Membangun jalan tol di daerah
1. Cost (Biaya)
 Biaya pembangunan jalan tol yang cukup besar
 Biaya pemeliharaan jalan tol yang juga cukup besar
 Biaya pengadaan lahan dan ganti rugi kepada masyarakat yang terkena
dampak pembangunan jalan tol
2. Benefit (Manfaat)
 Mempercepat waktu tempuh dari satu kota ke kota lainnya
 Meningkatkan aksesibilitas ke daerah yang tadinya sulit dijangkau
 Meningkatkan mobilitas dan pertumbuhan ekonomi di daerah
3. Cost-Benefit Analysis (Analisis Biaya-Manfaat)
 Biaya total pembangunan jalan tol adalah 10 triliun rupiah
 Biaya total pemeliharaan jalan tol dalam 10 tahun pertama adalah 2 triliun
rupiah
 Biaya pengadaan lahan dan ganti rugi adalah 1 triliun rupiah
 Manfaat dari pembangunan jalan tol adalah peningkatan mobilitas dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 20 triliun rupiah dalam 10 tahun pertama
Dari analisis Cost-Benefit di atas, dapat dilihat bahwa manfaat dari pembangunan
jalan tol lebih besar dari biayanya. Dengan demikian, pemerintah daerah dapat
melanjutkan program pembangunan jalan tol tersebut. Selain itu, pemerintah
daerah juga dapat melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan biaya, seperti
melakukan pengadaan lahan secara bijaksana, mengoptimalkan penggunaan
anggaran, dan meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan jalan tol. Dengan
demikian, pembangunan jalan tol dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Metode Analisis Kelayakan adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kebijakan pemerintah daerah. Metode ini melibatkan pengumpulan
dan analisis data untuk menentukan apakah kebijakan yang diusulkan layak untuk
dilaksanakan atau tidak. Berikut adalah contoh analisis kebijakan pemerintah
daerah dengan menggunakan metode Analisis Kelayakan:
Kebijakan: Pemerintah daerah akan mengeluarkan dana untuk membangun
infrastruktur jalan raya di daerah pedesaan.
1. Analisis Kebutuhan: Pertama-tama, perlu dilakukan analisis kebutuhan
untuk menentukan apakah kebijakan ini diperlukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi infrastruktur
jalan raya yang ada saat ini, potensi ekonomi daerah pedesaan, dan
kebutuhan transportasi masyarakat. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan
bahwa infrastruktur jalan raya di daerah pedesaan masih kurang memadai
dan perlu ditingkatkan agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan
mobilitas masyarakat.
2. Analisis Alternatif: Selanjutnya, perlu dilakukan analisis alternatif untuk
mempertimbangkan pilihan kebijakan lain yang mungkin lebih efektif dalam
mencapai tujuan yang sama. Dalam hal ini, alternatif kebijakan yang dapat
dipertimbangkan adalah membangun transportasi umum seperti kereta api
atau bus. Namun, setelah dilakukan analisis, kebijakan membangun
infrastruktur jalan raya dianggap lebih layak karena biaya pembangunan
yang lebih rendah dan fleksibilitas yang lebih besar dalam mengakomodasi
kebutuhan masyarakat.
3. Analisis Biaya: Setelah itu, perlu dilakukan analisis biaya untuk menentukan
apakah kebijakan ini dapat dilaksanakan dengan biaya yang dapat diterima
oleh pemerintah daerah. Analisis biaya harus mencakup biaya pembangunan
jalan raya, biaya pemeliharaan jalan raya, dan manfaat ekonomi yang
diharapkan dari pembangunan jalan raya. Setelah dilakukan analisis biaya,
kebijakan membangun infrastruktur jalan raya dianggap layak karena
manfaat ekonomi yang diharapkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
4. Analisis Risiko: Terakhir, perlu dilakukan analisis risiko untuk menentukan
potensi risiko dan dampaknya terhadap kebijakan yang diusulkan. Risiko
yang dapat terjadi seperti adanya kemacetan lalu lintas selama
pembangunan, atau kegagalan proyek pembangunan jalan raya karena faktor
eksternal seperti cuaca buruk atau bencana alam. Setelah dilakukan analisis
risiko, risiko yang teridentifikasi dapat diminimalkan dengan melakukan
pemantauan dan mitigasi risiko yang tepat.
Dari hasil analisis kelayakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur jalan raya di daerah pedesaan
layak untuk dilaksanakan. Analisis kelayakan dapat membantu pemerintah daerah
dalam mengevaluasi kebijakan yang diusulkan dan mendapat persetujuaan

Apa yang Dilakukan Analis Kebijakan?


Analis kebijakan mencoba mempengaruhi kebijakan publik. Mereka melakukan ini
terutama melalui penelitian ekstensif dan pengumpulan data yang
mendalam. Analis kebijakan mencoba melihat data untuk menentukan apa yang
berhasil dan apa yang tidak, serta memperkirakan apa yang paling efektif.

Analis kebijakan biasanya menggunakan sub-konsentrasi. Juga bukan hal yang


lazim bagi para analis untuk melengkapi pelatihan mereka dengan gelar di bidang
spesialisasi mereka. Misalnya, seorang analis kebijakan yang bekerja secara
ekstensif di bidang kesehatan mungkin memperoleh gelar di bidang kesehatan.

Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja , sebagian besar analis kebijakan memiliki
gelar yang lebih tinggi, biasanya gelar sarjana hukum atau Ph.D. Kebanyakan
analis kebijakan bekerja di lembaga think tank atau lembaga pemerintah.

Bidang keahlian seorang analis kebijakan bergantung pada mereka dan akan sangat
bergantung pada latar belakang dan pelatihan mereka. Semua analis kebijakan
harus memiliki keterampilan penelitian dan analisis yang unggul serta mampu
bekerja baik secara mandiri maupun dalam kelompok. Mereka juga perlu
menyajikan dan menjelaskan data yang sedang mereka kerjakan.

Tanggung Jawab Utama Analis Politik

Apa yang dilakukan analis kebijakan dalam perannya? Tanggung jawab utamanya
adalah penelitian dan pengumpulan data, tetapi menjadi seorang analis lebih dari
itu. Analis kebijakan sering kali bekerja di berbagai bidang untuk mempengaruhi
kebijakan dan keputusan politik dan sosial.

Riset

Penelitian mungkin merupakan keterampilan paling penting dari seorang analis


kebijakan. Analis kebijakan biasanya memilih topik penelitiannya berdasarkan
peristiwa terkini yang relevan, namun tidak selalu.
Jika seorang analis bekerja untuk sebuah lembaga think tank, penelitiannya
mungkin mencakup bidang-bidang yang dipromosikan atau diminati oleh
organisasi tersebut. Jika seorang analis bekerja untuk pemerintah, sebagian besar
penelitian mereka mungkin berfokus pada misi lembaga tersebut, seperti kebijakan
kesehatan atau lingkungan hidup.

Analis sektor publik juga meneliti kebijakan saat ini dan yang diusulkan dan juga
mengambil proyek dari kelompok kepentingan khusus.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data erat kaitannya dengan penelitian. Seorang analis kebijakan


dapat menghasilkan data asli atau mengumpulkan data yang sudah ada. Mereka
mungkin menggunakan survei untuk mengumpulkan data baru atau menggunakan
data dan statistik yang ada untuk memberikan gambaran baru mengenai suatu
permasalahan.

Apapun metode yang mereka pilih, seorang analis kebijakan menggunakan data
statistik untuk menemukan pola tersembunyi dalam isu-isu sosial dan politik yang
ada.

Mempengaruhi kebijakan publik

Analis kebijakan dapat menggunakan data statistik yang mereka kumpulkan untuk
mempengaruhi kebijakan publik. Setelah mereka mengidentifikasi tren dan
memiliki data untuk mendukung klaim mereka, mereka dapat membantu
menentukan sumber masalahnya dan mencari solusi untuk mengatasinya.

Karena kompleksnya permasalahan sosial dan politik, mempengaruhi kebijakan


publik bukanlah tugas yang mudah. Analis kebijakan terkadang mengambil
inisiatif untuk meneliti dan menyelesaikan permasalahan tertentu, namun di lain
waktu, badan atau badan pemerintah mungkin akan menugaskan proyek tersebut.

Minta informasi tentang program BAU HARI INI!


NAMA DEPAN
NAMA KELUARGA
SUREL
TELEPON
BIDANG STUDI BA dalam Administrasi Bisnis BA di bidang Ekonomi &
Keuangan BA dalam Ilmu Politik & Hubungan Internasional BS dalam Teknologi
Informasi MBA MSc dalam Analisis Data Besar MSc Keamanan Cyber Program
Magister Ganda dalam MBA & Analisis Big Data
Memantau peristiwa politik

Analis kebijakan juga perlu memahami lanskap sosial dan politik saat
ini. Peristiwa terkini dan liputan media sering kali dapat mengungkap bidang-
bidang yang dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut oleh para analis
kebijakan. Mengikuti perkembangan peristiwa politik juga membantu analis
kebijakan mengidentifikasi dan memantau bidang-bidang utama yang mungkin
tersedia untuk proyek yang didanai.
Meningkatkan kesadaran masyarakat

Seorang analis kebijakan yang baik biasanya merupakan yang terdepan dalam
bidangnya. Mereka sering kali “membunyikan alarm” dan menggunakan data yang
mereka kumpulkan untuk menginformasikan kepada publik fakta-fakta seputar isu
yang sedang terjadi atau yang akan datang.

Kelompok atau organisasi yang berkepentingan mungkin juga berkonsultasi


dengan analis kebijakan selama kampanye tertentu dan mencari bantuan mereka
ketika menemukan solusi.

Meramalkan tren politik & sosial

Analis kebijakan juga dapat mencoba memperkirakan tren politik dan


sosial. Mereka dapat membandingkan data terkini dan data longitudinal untuk
mengevaluasi efektivitas kebijakan tertentu. Analis kebijakan juga dapat
mengevaluasi efektivitas kebijakan yang diusulkan berdasarkan tren dalam analisis
data. Mereka dapat menggunakan kelompok fokus untuk mencoba dan
memprediksi hasil dari kebijakan yang diusulkan.

Prospek Pekerjaan & Gaji Analis Kebijakan


Biro Tenaga Kerja tidak memiliki kategori pekerjaan terpisah untuk analis
kebijakan. Hal ini dapat mempersulit penentuan informasi gaji untuk pekerjaan
analis kebijakan. Orang yang bekerja sebagai analis kebijakan dapat memiliki
jabatan sebenarnya sebagai pengacara, ekonom, ilmuwan politik, dan lain-lain.

Menurut BLS, analis kebijakan yang bekerja untuk pemerintah federal biasanya
bekerja di tingkat GS-15. Level-level ini umumnya merupakan posisi
berpengalaman. Seorang analis pemerintah tingkat rendah mungkin bekerja di
tingkat GS-7.

Analis kebijakan yang bekerja di sektor swasta mungkin mendapatkan pekerjaan


yang lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan pekerjaan di sektor publik .

Menurut Glassdoor , analis kebijakan berpenghasilan kurang dari $78.000 per


tahun.
Sebagian besar gaji analis kebijakan sepadan dengan pengalamannya. Untuk
informasi lebih lanjut mengenai pekerjaan analis kebijakan dan tips untuk
mendapatkan pengalaman yang relevan, lihat Asosiasi Analisis & Manajemen
Kebijakan Publik yang berlokasi di Washington, DC.

Pikiran Terakhir

Apa yang dilakukan seorang analis kebijakan? Analis kebijakan memainkan peran
penting dalam masyarakat kita. Mereka meneliti dan mengumpulkan data penting
yang dapat digunakan untuk memperkirakan tren dalam politik dan
masyarakat. Analis kebijakan juga berupaya mempengaruhi tanggapan pemerintah
terhadap isu-isu sosial secara aktif.

Bagi pelajar dan karir muda yang ingin membuat perbedaan secara global, menjadi
analis kebijakan adalah pilihan yang baik

Bagaimana Menjadi Analis Kebijakan

31 Agustus 2022

Lihat semua posting blog di bawah Artikel |Lihat semua posting blog di
bawahMBA Perawatan Kesehatan Online
Sering kali, masyarakat Amerika mengabaikan kebijakan kesehatan
masyarakat. Pandemi COVID-19 mengubah hal tersebut, dengan tiba-tiba
mengangkat permasalahan ini ke dalam kehidupan sehari-hari dan mengingatkan
masyarakat akan peran penting yang dimiliki para pemimpin politik dan pembuat
kebijakan dalam mempengaruhi promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pengendalian infeksi.

Bahkan setelah pandemi ini, kebutuhan akan kebijakan kesehatan masyarakat yang
kuat sudah jelas. Misalnya, kebijakan kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi
gizi di kantin sekolah negeri; tanggapan terhadap penyakit yang meningkat; dan
praktik sehari-hari mengenai hidrasi, mencuci tangan, dan memakai masker. Untuk
memastikan kebijakan yang jelas dan efektif, analis kebijakan dapat memainkan
peran penting.

Bagi mereka yang tertarik pada kesehatan masyarakat dan bersemangat


mengembangkan komunitas yang lebih kuat dan sehat, analisis kebijakan dapat
menjadi karier yang bermanfaat. Saat mempertimbangkan cara menjadi analis
kebijakan, salah satu langkah penting adalah gelar lanjutan di bidang perawatan
kesehatan yang dapat memberikan keterampilan yang dibutuhkan untuk
kesuksesan jangka panjang sebagai analis kebijakan.

Apa yang Dilakukan Analis Kebijakan?


Cara yang baik untuk memulai adalah dengan mendefinisikan peran: Apa yang
dimaksud dengan analis kebijakan, dan apa yang dilakukan oleh analis kebijakan?

DESKRIPSI PEKERJAAN ANALIS KEBIJAKAN

Peran analis kesehatan masyarakat adalah untuk mengevaluasi kebijakan kesehatan


masyarakat, mengidentifikasi kerentanan dalam kebijakan saat ini dan bidang-
bidang yang perlu diperbaiki secara praktis. Analis kebijakan dapat bekerja untuk
lembaga pemerintah, organisasi layanan kesehatan, atau organisasi
nirlaba. Umumnya, analis kebijakan ditugaskan untuk mendeteksi potensi masalah
dan mengembangkan solusi yang memperhatikan anggaran. Selain itu, analis
kebijakan menentukan bagaimana kebijakan kesehatan masyarakat saat ini
berdampak pada anggota masyarakat dan memperkirakan bagaimana kebijakan
baru akan berdampak pada mereka di masa depan.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ANALIS KEBIJAKAN

Tugas dan tanggung jawab sehari-hari seorang analis kebijakan dapat bervariasi
berdasarkan posisi, namun tanggung jawab umum mencakup hal-hal berikut:

 Melakukan analisis data. Salah satu aspek terpenting dalam analisis


kebijakan adalah pengumpulan dan interpretasi data. Analis kebijakan dapat
mengumpulkan data dengan mengirimkan survei kepada anggota
masyarakat yang mereka layani atau dengan melakukan penelitian
independen. Seringkali, hal ini melibatkan penilaian data yang disediakan
oleh rumah sakit dan klinik setempat. Dalam kasus lain, badan penelitian
pemerintah atau akademis dapat memberikan metrik utama. Analis
kebijakan menggunakan spreadsheet dan alat lain untuk mengumpulkan dan
menganalisis data, mengevaluasi tren terkait penyakit, infeksi, harapan
hidup, angka kelahiran, dan banyak lagi.
 Menganalisis anggaran. Analis kebijakan juga melakukan analisis
anggaran. Penerapan kebijakan kesehatan masyarakat selalu menghadapi
beberapa kendala, dan terkadang hambatan terbesar adalah penentuan
pendanaan suatu kebijakan. Tugas analis kebijakan mencakup menentukan
apakah hasil suatu kebijakan akan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan
menyarankan cara-cara yang dapat digunakan untuk membiayai kebijakan
atau program tersebut.
 Mengembangkan kebijakan. Berdasarkan data yang mereka kumpulkan
dan pemahaman mereka mengenai masalah anggaran dan penggalangan
dana, analis kebijakan juga dapat menyusun kebijakan kesehatan
masyarakat. Hal ini dapat berhubungan dengan apa saja mulai dari
pembuangan jarum suntik hingga pendanaan untuk klinik komunitas, dari
kebijakan penggunaan masker selama pandemi hingga pendidikan
masyarakat tentang penyakit menular. Analis kebijakan harus benar-benar
komprehensif dalam pengembangan kebijakannya, mencakup berbagai hal
termasuk keuangan, ruang lingkup kebijakan, kemungkinan hambatan, hasil
di masa depan, implikasi terhadap kebijakan yang sudah ada, dan banyak
lagi.
 Membuat program. Kebijakan dan program berjalan beriringan. Pada
dasarnya, penerapan suatu kebijakan mungkin memerlukan pengembangan
program kesehatan masyarakat; misalnya, seorang analis kebijakan yang
menentukan bahwa harus ada kebijakan publik yang mendorong
penggunaan masker juga dapat membuat program untuk mendistribusikan
masker gratis kepada mereka yang membutuhkan. Sekali lagi, program
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan permasalahan anggaran,
pengakuan terhadap potensi hambatan dan penilaian terhadap hasil yang
mungkin dicapai.
 Berkomunikasi dengan masyarakat. Pada akhirnya, analis kebijakan
bekerja untuk membangun komunitas yang lebih baik dan kuat, sehingga
kebijakan dan program mereka harus tersampaikan dengan jelas kepada
masyarakat umum. Keterampilan komunikasi merupakan bagian penting
dari pekerjaannya, karena analis kebijakan harus melakukan presentasi
kepada para pemimpin masyarakat, mengembangkan jaminan tertulis,
membuat ringkasan kebijakan dan laporan, serta memberikan wawancara
kepada media.

LINGKUNGAN KERJA ANALIS KEBIJAKAN

Analis kebijakan dapat ditemukan di sejumlah lingkungan kerja yang umum,


termasuk yang berikut:

 Agensi pemerintahan. Analis kebijakan dibutuhkan di departemen


kesehatan di setiap tingkat pemerintahan: federal, negara bagian, dan
lokal. Seringkali, analis yang bekerja untuk badan pemerintah harus
mengarahkan kebijakan dan program untuk mengatasi permasalahan
kesehatan yang mendesak di masyarakat dan mengalokasikan dana
pemerintah dengan tepat. Posisi ini umumnya melibatkan komunikasi
langsung dengan pejabat terpilih, yang melaksanakan kebijakan kesehatan
masyarakat dan membuat undang-undang .
 Organisasi layanan kesehatan. Organisasi layanan kesehatan swasta juga
dapat menunjukkan minat nyata terhadap kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Analis kebijakan yang bekerja untuk
organisasi layanan kesehatan lokal dapat memainkan peran penting dalam
perencanaan pendirian klinik baru atau dalam mengembangkan program
pendidikan kesehatan untuk sekolah-sekolah lokal.
 Organisasi nirlaba. Analis kebijakan juga dapat mencari pekerjaan di
organisasi nirlaba, yang upayanya mungkin berfokus pada masalah
kesehatan dan kesejahteraan tertentu. Misalnya, seorang analis kebijakan
untuk organisasi nirlaba kesadaran kanker paru-paru mungkin fokus pada
kampanye antirokok atau mengembangkan kelompok dukungan bagi mereka
yang telah menerima diagnosis buruk.
 Komite aksi politik. Bagi mereka yang tertarik dengan politik elektoral,
dimungkinkan untuk mendapatkan posisi melakukan pekerjaan kebijakan
layanan kesehatan untuk kampanye politik. Dalam kapasitas ini, analis
kebijakan membuat kebijakan dan proposal kesehatan untuk dikampanyekan
atau diterapkan oleh pejabat saat menjabat. Dalam peran ini, penekanan
khusus harus diberikan pada pembentukan opini publik dan memenangkan
dukungan terhadap kebijakan-kebijakan tersebut.

Analis kebijakan dapat melayani masyarakat luas dan memainkan peran langsung
dalam membentuk respon masyarakat terhadap isu-isu terkait kesehatan dan
penyakit melalui beberapa cara.

Persyaratan Pendidikan Analis Kebijakan

Bagi mereka yang memiliki minat terhadap isu-isu layanan kesehatan dan tertarik
pada seluk beluk penilaian kebijakan, bertanya-tanya bagaimana menjadi seorang
analis kebijakan adalah hal yang wajar. Salah satu langkah terpenting dalam jalur
karir ini adalah menguasai persyaratan pendidikan analis kebijakan.

APA PERSYARATAN PENDIDIKAN ANALIS KEBIJAKAN?

Untuk menjadi analis kebijakan, diperlukan gelar sarjana di bidang kesehatan atau
bidang terkait, lebih disukai dengan konsentrasi di bidang analisis data. Mendaftar
pada program gelar dapat memberikan pemahaman tentang dasar-dasar pembuatan
kebijakan, sekaligus menawarkan kesempatan untuk mengasah keterampilan
analisis data.

Meskipun gelar sarjana biasanya cukup untuk posisi awal, mereka yang ingin maju
di bidangnya biasanya perlu memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Gelar
master di bidang yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dapat membuka
jalan menuju posisi yang lebih maju. Beberapa pilihan yang paling umum adalah
untuk mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA), dengan
penekanan pada kesehatan; MBA Perawatan Kesehatan (HCMBA); gelar Magister
Kesehatan Masyarakat (MPH); atau Magister Administrasi Publik (MPA).

Dalam beberapa situasi, analis kebijakan mungkin mendapat manfaat dari


melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, termasuk gelar doktor di bidang yang
berhubungan dengan kesehatan. Gelar terminal biasanya diperlukan hanya untuk
posisi di dunia akademis.

APA MANFAAT MENDAPATKAN GELAR LEBIH LANJUT?

Meskipun menjadi analis kebijakan hanya dengan gelar sarjana adalah mungkin,
banyak analis kebijakan ingin mencari gelar MBA atau gelar lanjutan
serupa. Menghasilkan gelar tingkat yang lebih tinggi memiliki banyak manfaat:

 Menyelesaikan pelatihan pascasarjana dapat memberikan pengetahuan yang


lebih besar tentang keterampilan analisis kebijakan, sehingga memberikan
peluang yang lebih besar untuk membuat perbedaan atas nama masyarakat.
 Pelatihan tingkat lanjut dapat menciptakan paparan yang lebih besar tidak
hanya pada analisis kebijakan tetapi juga pada bidang-bidang penting yang
terkait, seperti ilmu politik.
 Analis kebijakan yang memiliki gelar lebih tinggi dapat memperoleh posisi
yang lebih bergengsi, termasuk peran yang memiliki pengaruh lebih besar
atau memiliki lebih banyak peluang untuk menjadi pemimpin.
 Gelar yang lebih tinggi seringkali dapat menghasilkan gaji yang lebih
kompetitif.

BERAPA GAJI ANALIS KEBIJAKAN?

Dalam mempertimbangkan untuk memasuki profesi ini, memiliki beberapa


pertanyaan tentang hal-hal praktis seperti kisaran gaji dapat dimengerti.
Gaji rata-rata tahunan untuk analis kebijakan kesehatan adalah sekitar $61,300
pada Juni 2022, menurut Payscale. Namun, ada beberapa faktor yang menentukan
gaji analis kebijakan dan berpotensi menyebabkan gaji yang lebih tinggi. Faktor-
faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

 Tingkat pendidikan
 Tahun-Tahun Pengalaman
 Jenis pemberi kerja (misalnya, organisasi layanan kesehatan swasta vs.
nirlaba)
 Lokasi geografis

Analis kebijakan dengan gaji di 10 persen teratas memperoleh penghasilan sekitar


$86.000, menurut Payscale.

Keterampilan Analis Kebijakan Penting

Keterampilan tertentu dapat dianggap penting untuk keberhasilan di bidang analis


kebijakan. Cara terbaik untuk mengembangkan keterampilan analis kebijakan yang
sangat berharga ini adalah dengan memastikan pendidikan formal yang kuat,
dengan kurikulum yang kaya dan beragam, dan untuk mendapatkan pengalaman di
lapangan.

Pertimbangkan beberapa keterampilan analis kebijakan yang paling menonjol,


yang semuanya dapat diasah dalam program MBA yang baik.

ANALISIS DATA

Pada intinya, peran analis kebijakan adalah mengumpulkan dan mengevaluasi data
untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kebijakan dan implikasinya. Oleh
karena itu, siapa pun yang memegang peran ini harus memiliki keterampilan dan
alat dasar yang terkait dengan analisis data. Contohnya adalah:

 Bekerja dengan peneliti independen atau pihak ketiga untuk mengumpulkan


data
 Mengumpulkan, menyimpan dan mengatur data menggunakan spreadsheet
dan alat lainnya
 Melakukan survei, jajak pendapat dan kelompok fokus
 Menilai data sensus saat ini
 Menerapkan alat analisis data untuk membuat model dan visual
BERPIKIR KRITIS

Meskipun tugas seorang analis kebijakan mencakup analisis data, ia juga harus
menerapkan analisis tersebut untuk membuat kesimpulan tentang dunia
nyata. Untuk itu, berpikir kritis adalah suatu keharusan. Contoh pemikiran kritis
dalam konteks posisi ini adalah:

 Menilai hubungan sebab akibat antara kebijakan dan hasil


 Melakukan brainstorming cara-cara yang hemat biaya untuk menerapkan
kebijakan atau program tertentu
 Menavigasi kebutuhan kesehatan masyarakat dalam konteks realitas politik

Cara terbaik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah melalui


program pelatihan formal, dikombinasikan dengan pengalaman melakukan
pekerjaan sehari-hari dalam analisis kebijakan.

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu keterampilan analis kebijakan


yang paling penting. Analis kebijakan harus menyampaikan temuan mereka
kepada pengambil keputusan lainnya, sehingga mendapatkan dukungan
mereka. Selain itu, mereka mempunyai peran penting untuk mengedukasi
masyarakat umum mengenai hal-hal terkini terkait kesehatan dan penyakit.

Contoh keterampilan komunikasi analis kebijakan yang penting adalah:

 Berkolaborasi dengan peneliti dan analis lain


 Mengusulkan program, kebijakan dan anggaran kepada pejabat politik atau
pengambil keputusan lainnya
 Mendidik masyarakat tentang isu-isu penting atau mempromosikan program
baru
 Memberikan wawancara atau opini profesional kepada media
 Menyusun ringkasan dan rekomendasi kebijakan; menunjukkan
keterampilan komunikasi tertulis yang jelas

SKILL KEPEMIMPINAN

Meskipun keterampilan kepemimpinan mungkin tidak diperlukan bagi analis


kebijakan tingkat pemula, mereka yang ingin menduduki posisi yang lebih tinggi
harus mengembangkan kemampuan untuk menginspirasi dan mengelola
orang. Secara khusus, analis kebijakan dengan gelar tinggi dapat dipertimbangkan
untuk posisi di mana mereka memimpin seluruh tim analis dan pembuat kebijakan.

Keterampilan kepemimpinan yang penting untuk dikembangkan meliputi hal-hal


berikut:

 Menyampaikan dengan jelas tujuan kebijakan atau program baru


 Memberikan kejelasan mengenai tujuan dan sasaran bersama
 Berkolaborasi untuk bertukar pikiran tentang solusi terhadap hambatan atau
hambatan
 Memberikan peluang pengembangan bagi analis berpangkat lebih rendah

KESADARAN POLITIK

Salah satu tantangan terbesar dalam analisis kebijakan publik adalah sulitnya
menyelaraskan tujuan kesehatan masyarakat dengan opini publik dan dengan hal-
hal yang dapat dicapai oleh para pemimpin politik. Analis kebijakan harus
memiliki pemahaman yang baik tentang ilmu politik dan memantau konsensus
publik. Selain itu, analis kebijakan harus siap menyesuaikan rencana dan harapan
mereka sesuai dengan modal politik pemimpin atau pemerintahan tertentu. Secara
lebih luas, analis kebijakan harus mempelajari tren, tantangan dan kebutuhan saat
ini di sektor layanan kesehatan.

Membantu Menciptakan Masa Depan Kesehatan Masyarakat

Kebijakan kesehatan masyarakat dapat membentuk cara berpikir masyarakat


tentang pencegahan penyakit. Mereka dapat mengarahkan para pemimpin ketika
mereka menilai krisis kesehatan masyarakat atau berupaya menyediakan layanan
berkualitas secara lebih luas. Mereka juga bisa memberikan kejelasan kepada
warga yang sekadar ingin menjalani gaya hidup sehat.

Mereka yang bersemangat dalam membentuk kebijakan kesehatan mungkin ingin


mengejar karir di bidang analisis kebijakan. Untuk mengembangkan beberapa
keterampilan yang diperlukan untuk peran ini dan untuk meletakkan dasar bagi
karier yang sukses, pertimbangkan untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi.

Program MBA Kesehatan Universitas George Washington memberikan


keterampilan analisis data yang penting, serta basis pengetahuan yang lebih
terfokus pada sektor perawatan kesehatan. Program ini mencakup kelas-kelas yang
mencakup aspek-aspek utama administrasi bisnis dan menawarkan tujuh sertifikat
di berbagai bidang seperti kualitas layanan kesehatan, urusan peraturan, dan
praktik penelitian klinis. Cari tahu bagaimana George Washington dapat
membantu Anda memulai upaya analisis kebijakan yang berdampak.

Anda mungkin juga menyukai