Anda di halaman 1dari 4

Nama: Raya Magfira

NPM: 6071901005

Risalah Kebijakan (Policy Brief) berdasarkan Peraturan Lembaga


Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Analis Kebijakan

Tujuan umum dari policy brief adalah untuk mendukung pembuatan kebijakan
(pembuatan keputusan) berdasar informasi yang relevan (informed evidence-
based) pada organisasi-organisasi yang relevan (memiliki wewenang untuk
membuat kebijakan/ membuat keputusan). Muatan dalam policy brief
menjelaskan isu/masalah, konteks, stakeholders, cakupan dan dampak. Policy
brief mengeksplorasi berbagai penyebab masalah, hubungan antar berbagai isu
terkait, serta mengidentifikasi implikasi temuantemuan dalam analisis terhadap
aktor-aktor kunci. Penyusunan policy brief dapat memiliki 2 (dua) tujuan utama
yaitu sebagai media untuk eksplorasi dan advokasi. Policy brief sebagai media
eksplorasi tidak hanya memberikan sebuah rekomendasi terpilih namun policy
brief juga sebagai media advokasi memberikan pilihan terhadap sebuah solusi
tertentu. Analisis penulis akan sangat menentukan saran penulis kepada decision
maker untuk memilih alternatif kebijakan yang paling ‘tepat’ untuk dipilih.

Beberapa catatan yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah policy brief
yaitu:
 fokuskan pada satu masalah kebijakan;
 jelaskan tujuan;
 identifikasi fakta formal yang mendukung tujuan;
 argumentasikan dalam narasi yang mudah dipahami;
 susun rekomendasi yang dapat digunakan (accessible) oleh target pembaca
atau audiens; dan
 batasi tulisan kurang lebih 1500 (seribu lima ratus) kata, dengan jumlah
halaman 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) halaman (maksimal 8 (delapan)
halaman).

Analisis salah satu contoh Policy Brief apakah sesuai berdasarkan Peraturan
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Analis Kebijakan

Contoh Policy Brief: Rekomendasi Kebijakan Perhitungan Insentif Upaya


Kesehatan Masyarakat (UKM) Bagi Petugas Tenaga Kesehatan di Puskesmas
(Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Desentralisasi Kesehatan BKPK KEMENKES
RI)

Analisis: terkait fokus masalah kebijakan yang dibahas ialah, data kinerja
UKM seperti terungkap dalam Riskesdas 2013 dan 2018 masih jauh dibawah
target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dan rencana
strategi (Renstra) kesehatan misalnya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL),
case detection rate tuberculosis (CDR TB), pelayanan antenatal, dan lain-lainnya.
Salah satu penyebab adalah anggaran untuk UKM melalui DAK non-fisik, BOK
atau bantuan operasional kesehatan puskesmas, jauh tidak mencukupi.

Terkait tujuan, dijelaskan dalam sub bab Ringkasan Eksekutif, dijelaskan


dengan pemberian insentif diharapkan menjadi penambah motivasi dan semangat
bagi tenaga di puskesmas dan manejasi salah satu faktor yang dapat memperbaiki
indikator kesehatan yang kurang memuaskan selama satu decade terakhir. Lalu
terdapat fakta formal yang mendukung tujuan. Pertama, Menteri Kesehatan
dan Sekretaris Jendral Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa selain
memberikan apresiasi kepada staf Puskesmas, pemberian insentif diharapkan akan
meningkatkan kinerja program UKM, khususnya program yang menjadi prioritas
(KIA, gizi, pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan).
Perhitungan insentif UKM pertama menghitung insentif yang diperoleh untuk
puskesmas dengan mempertimbangkan kinerja dari realisasi anggaran, capaian
UKM pada 12 Layanan SPM,jumlah penduduk serta tingkat daerah keterpencilan
dari puskesmas, selanjutnya hasil tersebut dibagi kepada petugas puskesmas
dengan komposisi pembagian 15% untuk kegiatan manajemen dan 85% untuk
kegiatan di luar lapangan. Pembagian insentif per individu mempertimbangkan
berapa banyak kegiatan manajemen dan frekuensi kelapangan dilakukan, tingkat
pendidikan, jabatan utama serta jabatan tambahan Pemberian insentif bagi staf
Puskesmas lapangan diharapkan sebagai penyeimbang bertambahnya beban kerja
pelayanan UKM di lapangan.

Mengenai penulisan, argumentasi dalam narasi sudah cukup mudah dipahami

Lalu terdapat susunan rekomendasi, yaitu dijelaskan terdapat rekomendasi


kebijakan, dimana Kebijakan pemberian insentif UKM baru dilaksanakan pada
pertengahan tahun 2022 oleh karena itu diperlukan monitoring dan evaluasi secara
mendalam terkait dengan implementasi dan proses perhitungan insentif ini
Indikator kinerja capaian yang diukur dari 12 pelayanan dasar dalam SPM tetapi
memang belum mencakup semua program UKM. Misalnya daerah endemi
malaria seperti di NTT, Puskesmas banyak melakukan kegiatan di lapangan
seperti indoor residual spraying, membagi kelambu dan pengobatan dini di
lapangan. Kegiatan semacam itu tidak ada dalam SPM karena pelayanan dasar
malaria tidak masuk dalam daftar pelayanan SPM. Perlu dikembangkan kembali
indicator lain terkait dengan permasalahan kesehatan yang terjadi di daerah
tersebut Indikator Beban kerja Puskesmas yang diukur dari jumlah penduduk di
wilayah kerja perlu dicarikan sumber data yang valid dapat mempertimbangkan
berasal dari Dukcapil Pembagian hasil perhitungan insentif yaitu 15% untuk
manajemen dan 85% untuk turun lapangan dipertimbangkan kembali mengingat
pihak manajemen puskesmas (kepala puskesmas, bendahara, dll) cenderung tidak
akan turun lapangan, tetapi dari sisi pertanggungjawaban dan proses audit
merupakan beban yang besar dari pihak manajemen
Lalu dalam penulisan, tertera 7 halaman dimana batas penulisan sudah sesuai
dengan peraturan LAN yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai