Anda di halaman 1dari 3

Materi : Standar Instrumen Akreditasi Puskesmas (SIAP) Versi 2 tahun 2019 khusus BAB I

Yang harus dicermati dalam persiapan akreditasi bukan hanya bertumpu pada elemen penilaian tp
juga memahami pokok-pokok pikiran yang tertuang.

Pada standar 1.1. berbicara tentang perencanaan puskesmas (P1) dimana pada kriteria 1.1.1.
terdapat bbrapa pokok pikiran antara lain

1. Puskesmas harus memiliki visi, misi, tujuan dan tata nilai. Visi, misi, tujuan dan tata nilai
puskesmas ditetapkan oleh kepala puskesmas mengacu pada visi dan misi kepala daerah dan
dinas kesehatan. Visi merupakan tujuan sedangkan misi merupakan turunan dari visi dan
harus terimplementasi dalam bentuk kegiatan apa. Sehingga misi dan kegiatan harus sesuai
jgn sampai ada misi tp tdk diturunkan menjadi kegiatan. Sedangkan tujuan puskesmas
mengacu pada permenkes 43/2019 tentang puskesmas. Selain visi, misi, tujuan dan tata
nilai, puskesmas juga harus memiliki peraturan internal dan kebijakan mutu. Setiap akhir
tahun dilakukan reviu apakah terdapat perubahan visi, misi dan tujuan. Apabila berubah
maka harus dibuatkan SK yg baru.
2. Dilakukan analisi kebutuhan masyarakat, analisis data kinerja dan status kesehatan
masyarakat dengan data PISPK
3. Adanya indicator keberhasilan yang dituangkan ke dalam indicator kinerja
4. Adanya analisis peluang pengembangan upaya dan kegiatan pusesmas, serta perbaikan
mutu dan kinerja dlm bentuk inovasi

Penilaian kinerja puskesmas dilakukan berdasarkan perumusan masalah terhadap indiktaor yg tidak
tercapai dan sebagai dasar penentuan indicator mutu

Adanya analisis risiko yang pernah terjadi maupun berpotensi terjadi baik UKM, UKP dan penunjang.
Analisis resiko dapat menggunakan ICRA untuk PPI dan HRA untuk K3. Pendamping akreditasi harus
memastikan apakah analisis risiko berjalan atau tidak. Jika analisis risiko berjalan maka dapat
memastikan apakah laporan ICRA/HRA ada atau tidak. Setelah dilakukan analisis risiko dan
ditentukan prirotasnya maka disusun pencegahan/mitigasi dan masuk dalam perencanaan
puskesmas. Sehingga RUK yg disusun harus ada tindak lanjut hasil analisis risiko.

Tambahan untuk analisis risiko. Hazard harus dikelola melalui manajemen risiko sehingga tidak
menjadi insiden. Salah satu bentuk manajemen risiko adl FMEA yang bersifat adhoc, menganalisis
hazard agar tidak menjadi insiden, cukup dilakukan 1x 1 tahun, memiliki bukti dokumen adanya
kegiatan pembahasan FMEA sampai tersusunnya laporan risiko.

Manajemen risiko menggunakan tools HIRARC,

HI hazard identification yang merupakan tahapan identifikasi risiko


RA risk assessment untuk penilaian risiko sesuai prioritas masalah dengan melakukan scoring dan
memperhatikan tingkat probality serta tingkat dampak

RC risik control dalam bentuk mitigasi.

Adanya RENLITA puskesmas yang selaras dengan Renstra Dinkes. Jika puskesmas yg berstatus BLUD
telah memiliki renstra puskesmas maka dapat digunakan. RUK puskesmas harus selaras dengan
RENLITA dan juga selaras dengan RPK. Adanya tim manajemen puskesmas sebagai leading
perencanaan dan prosesnya yakni tim PTP. Tim PTP tahun berjalan memiliki tugas untuk menyusun
perencanaan tahun berikutnya atau n+1. Sehingga jika Tim PTP tahun 2022 maka tugasnya adalah
untuk menyusun RUK tahun 2023. Tim PTP harus dibuatkan SK terbaru yang disusun pada semester I
tahun sebelumnya atau n-1. Tim PTP harus memastika apakah dokumen eksternal update atau tidak.
Karena jika dokumen eksternal berubah maka dokumen internal juga harus berubah.

Tim PTP selain memiliki SK juga harus memiliki pedoman PTP puskesmas, panduan kegiatan PTP dan
SOP kegiatan PTP. Tugas tim PTP adalah mempersiapkan form identifikasi SMD. Setelah kegiatan
SMD/MMD dilakukan analisis hasil dengan output dokumen analisis SMD MMD. Dokumen analisis
ini harus memuat uraian yang spesifik seperti kegiatan apa, dimana lokusnya dan akan diampu oleh
program apa. Dokumen analisis PTP selanjutnya harus disosialisasikan.

Pada tahap perencanaan, seluruh unit/program harus membuat RUK termasuk mutu. PPI membuat
proker, K3 membuat proker yang ujungnya adalah poa mutu. RUK yg disusun kemudian diserahkan
ke tim PTP untuk dilakukan kompilasi dan analisis sehingga terbit rancangan RUK puskesmas.
Selanjutnya RUK ini disosialisasikan kepada program agar terbuka ruang diskusi dan apabila telah
final maka inilah yang menjadi RUK puskesmas. Diharapkan RUK dapat selesai pada bulan
februari/maret walaupun dalam permenkes disebutkan bahwa RUK puskesmas disusun paling lama
bulan juni.

Adanya identifikasi peluang pengembangan atau inovasi. Inovasi dapat berasal dari regulasi, capaian
kinerja ataupun harkep. Dalam pengembangan inovasi harus menetapkan area prioritas melikputi
KMP, UKM dan UKPP dalam bentuk SK. Area prirotasi ini yg akan menjadi indicator mutu priorotas
puskesmas (IMPP). Identifikasi akreditasi terdiri dari 2 yakni identikasi kebutuhan harapan
masyarakat yang merupakan ranah system manajemen puskesmas dan identifikasi keluhan dan
kepuasan masyarakat yg merupakan ranah dari system majamenen mutu.

Pada kriteria 1.1.5 pokok pikiran menitikberatkan pada keterlibatan dinas kesehatan sehingga
dokumen pendukung dapat diminta ke dinas kesehatan.

Pada kriteria 1.2.1 pokok pikirannya adl kemudahan pengguna atas kemudahan informasi dan
memberikan keluhan. Sehingga puskesmas harus memastikan bahwa ketersediaan informasi harus
lengkap dan sampai kepada masyarakat.

Pada standar 1.3 mengenai persyaratan sumber daya, pokok pikirannya adalah pelaksanaan analisis
beba kerja (ABK). ABK disusun setiap akhir tahun. ABK memuat standar kompetensi sesuai dengan
analisis beban kerja yang diharapkan dan selanjutnya dibuatkan SK mengenai standar kompetensi.
Setelah menyusun standar kompetensi kemudian dilakukan evaluasi dengan
membandingkan/analisis GAP antara kebutuhan dan target yg telah disusun dalam standar
kompetensi tadi dengan kenyataan di lapangan seperti apa. Sehingga dari hasil analisis ini disusunlah
dokumen rancangan pengembangan SDM yang masuk dalam RUK. Setelah masuk RUK maka nnati
diveluasi kembali apakah sudah berjalan atau belum dan apakah dibutuhkan kegiatan baru.

Dalam menyusun notulen harus seragam. Keseragaman ini diatur dalam pedoman tata naskah.
Notulen memuat hari dan tanggal kegiatan dilaksanakan, kegiatannya apa dan pemimpin rapatnya
siapa. Setelah itu pada poin 1 yakni pembukaan dalam bentuk narasi. Poin 2 mengenai
arahan/sambutan. Poin 3 terkait masalaha, pembahasan dan RTL dan poin 4 adalah penutup.
Dibagian bawah diisi tempat dan tanggal, notulis, jika SMP ttd KaTU jika SMM maka ttd PJ mutu dan
mengetahui ttd kepala puskesmas.
Terkait MFK, sebainya PJBPP dirangkap ketum tim K3 yang juga pengurus barang/ASPAK. PJ NPP
merupakan ketua MFK dimana tugasnya adalah menyusun SK daftar peralatan medis yang
membutuhkan pemeliharaan, SK daftar peralatan non medis yang membutuhkan pemeliharaan dan
SK daftar peralatan medis yang butuh kalibrasi. Untuk alur konsep K3 dapat teman” lihat pada slide
pembahas.

Pada standar 1.5 membahas tentang manajemen SDM. Uraian tugas karyawan ditetapkan dalam SK.
Saat ini tidak ada lagi tugas integrasi, yanga ada hanya tugas pokok dan tugas tambahan. Tugas
pokok yakni tugas yg melekat pada kompetensi dan Pendidikan terakhir. SK uraian tugas harus
menyebutkan 3 hal yakni uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang. Untuk pengelolaan dokumen
kepegawaian dapat menunjukan ijazah dan sertifikat, bukti kredensialing dan dan bukti orientasi
pegawai. Kredensialing dilakukan oleh tim dari dinas kesehatan bukan tim yang dibentuk oleh
puskesmas. Kredensialing menentukan pendelegasian/mandate sehingga kredensialing mengatur
tanggung jawab hokum dan merinci kewenangan klinis apa saja. Pendelegasian wewenang dibagi
menjadi 2 yakni fungsional/teknis yg diatur dalam kredensialing dan pendelegasian
struktur/managerial yang harus diatur oleh internal puskesmas.

3 poin pada orientasi pegawai adalah orientasi bersidat umum dan khusus, kemudian orientasi focus
pada tempat pegawai tersebut dan tersedianya dokumen regulasi. Untuk orientasi pegawai
sebaiknua dilakukan pada bulan januari. Pendamping akreditasi harus memastikan apakah orientasi
pegawai masih berjalan atau tidak. Jika berjalan pastikan juga ketersediaan dokumen pedoman,
panduan dan SOP orientasi pegawai.

Pada standar 1.6 mengenai penggerakan dan pelaksanaan P2 puskesmas antara lain pengelolaan
jaringan dan jejaring puskesmas, manajemen keuangan, manajemen system informasi dan
pelaporan dapat teman” baca pada slide pemateri

Pada standar 1.7 mengenai kerjasama/kontrak pihak ketiga. Ada 3 poin yang harus diperhatikan
terkait dokumen kerjasama/kontrak dengan pihak ketiga yakni adanya regulasi, kemudian adanya
tim penyusun kontrak dan kontrak selalu dilakukan evaluasi.

Pada standar 1.8 mengenai P3 (pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja). P3 bertujuan
untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan, kesesuaian dengan rencana dan
pemenuhan terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat. P3 menggunakan indicator kinerja yang
jelas. Indicator kinerja adalah indicator untuk menilai cakupan kegiatan dan manajemen puskesmas.
Indicator kinerja meliputi indicator kinerja manajemen puskesmas, indicator kinerja cakupan
pelayanan UKP dan indicator kinerja cakupan pelayanan UKM. Dalam penyusunan indicator kinerja
kita harus menyusun kamus indicator kinerja yang terdiri dari 21 item mulai dari judul indicator,
dasar pemikiran, dimensi mutu, tujuan hingga penanggung jawab indicator. Setelah itu dilanjutkan
pada tahapan pra lokmin, lokmin kemudian analisis yang menghasilkan RTL. Pastikan siklus PDCA
terjadi pada proses P3 ini.

Anda mungkin juga menyukai