Anda di halaman 1dari 15

KHAZANAH TERAPI DI DUNIA ISLAM

Jendela Historiografi Terapi Islam

Abstrak

Mukadimah
Memperhatikan sejujurnya, di dunia Islam sejak awal telah mempersiapkan semua
kebutuhan umatnya dalam rangka nyaman menikmati kehidupan mereka. Model-model
suguhan Islam terhadap disiplin terapi ini memang pada dasarnya belum tersusun rapi pada
zamannya sebagaimana kita pahami dewasa ini, tetapi fakta bahwa keberadaan disiplin terapi
ini telah ada dan diperaktekkan, bersamaan dengan kehadiran Islam itu sendiri. Haya nama
dan istilah serta hakekat tujuan dari praktek yang ditunjukkan oleh wahyu dan praktek
Rasulullah telah terlihat sejak awal1. Tidak ayal, jika melihat praktek kehidupan Rasulullah
bersama para sahabat, sekalipun nama dan bentuk valid dari disiplin ini belum diviralkan
sebagaimana hari ini diketahui. Nash wahyu menjadi bukti dari sekian fakta hidup sehat dan
teratur yang disyariatkan di dalamnya sebagai bentuk kepedulian Tuhan terhadap umat
manusia yang dititahkan menjalankan hidup dengan dan melalui syariat yang telah diturunkan
yang tersampaikan melalui para utusan-Nya.

Islam hadir di tengah kehidupan manusia sebagai solusi cara hidup dan berkehidupan
yang baik dan ramah. Hampir tidak ada ajaran dan keyakinan dalam islam yang tidak
menawarkan solusi terhadap kebutuhan hidup manusia. Terlebih lagi solusi bagaimana hidup
sehat. Islam bahkan sejak awal menekankan pola kehidupan yang holistik, tidak hanya cara
ritual murni kepada sang kholiq Allah SWT semata. Islam menjadikan kehidupan ummat
manusia terbimbing menurut fitrah kemanusiaannya. Tidak memaksa, menekan atau apalagi
membebani diri manusia untuk menjalankan hidup dan kehidupannya. Islam sangat

1
Lihat praktek berbekam pada zaman Nabi SAW. Sangat banyak riwayat hadis yang berkaitan dengan
konteks terapi . Peraktek ini ditunjukkan oleh riwayat hadis Ibnu Abbas tentang peraktek berbekam dalam
tulisan Ibnul Qayyim al-Jauziyah, hal.29. dalam ath-Thibbun Nabawy.
memahami naluri penciptaannya. Semua karakter yang dimilikinya diekpresikan seluas
luasnya dalam fitrah masing masing.

Ajaran islam dan seluruh ketentuan ibadah yang tertera di dalamnya mengandung
nilai-nilai terapis dalam kehidupan yang tidak hanya fisik belaka tetapi juga mencakup ruhani
manusia secara ajek. Tidak ada nilai-nilai kosong tanpa menghadirkan hidangan-hidangan
nikmat menjalani aktivitas keseharian manusia. Coba dilihat dengan seksama, betapa indah
hidangan hidangan kitab suci dalam segala kebutuhan manusia, tinggal bagaimana manusia
menggali dan mau menjalani apa yang menjadi petunjuk-petunjuk suci yang terdapat dalam
firman Allah SWT tersebut.

Betapa manusia dianjurkan menikmati hidup dan kehidupan ini dengan ceria, bahagia
dan bersendawa. Jalan hidup bahagia dan hidup baik telah tertera jelas dalam kitab suci untuk
dijadikan jalan keselamatan bagi mereka. Demikian pula jalan kehidupan yang tidak baik,
merusak dan bukan jalan keselamatan telah dengan jelas dipaparkan di dalamnya tinggal
bagimana manusia berusaha sekuat tenaga menjauhi semua papa saja yng menjadi larangan
dan segenap yang akan mencelakai kehidupan manusia sendiri.

Manusia diberikan pilihan untuk menjalani kehidupannya apabila menyayangi


hidupnya niscaya dia akan memilih jalan keselamatan, sebaliknya ketika manusia lupa tujuan
dan focus hidupnya maka manusia tersebut akan lebih memilih jalan kesesatan dan
kehancuran. Tidak sedikitpun ranah kekuatan dan kekuasaan manusia untuk menghendaki
kebaikan pada diri mereka sendiri jika tidak benar-benar memilih dengan jernih hati dan
memaksimalkan potensi ruhaninya untuk dapat menjalankan kehidupan mereka secara
normal.

Jika menelaah secara mendalam, apa saja yang telah diundang-undangkan di dalam
ajaran Islam semuanya dapat menjadi terapi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seluruh pelaksanaan ibadah dapat dijadikan objek telaah dan praktek terapi yang dapat
disimpulkan menjadi ungkapan sederhana yakni jika seseorang menjalankan ajaran agama
dengan baik berarti telah menjalani hidup secara baik pula. Mengapa kita memulai dari basic
Islam sebab kata baik dalam Islam sudah jelas menjadi berkonotasi baik dan maslahat berbeda
jika memulai mempola dari cara hidup secara umum tidak semua yang dikonotasikan baik
dalam hidup ini belum tentu berkorelasi baik terhadap ajaran Islam. Contohnya dalam hidup
misalkan sesuatu dikatakan baik “tidur setelah subuh” hal ini dianggap kurang baik dalam
ajaran Islam dan masih banyak lagi contoh contoh lain yang memang dianggap baik dalam
hidup secara umum, tetapi tidak dianggap baik oleh agama.

Semua kategorisasi baik dan tidak baik tersebut seyogyanya memulainya dari ajaran
Islam sehingga tidak ada keraguan untuk mengatakan kebaikan secara umum, terlebih bahwa
kita adalah pengamal dan penganut keyakinan Islam itu sendiri. Mengapa begitu penting
menentukan kekhasan cara pandang ini supaya dalam menentukan semua objek kajian terkait
dengan terapi dalam Islam tidak terhalang mempola nilai-nilai khazanah yang berserakan yang
sangat butuh pengakuan legalitas formal dalam rangka fleksibilitas dan kelenturan ajaran yang
tujuannya adalah menghadirkan kenyamanan dan keterbukaan dalam menerima segala saran
dan kritikan untuk kontribusi sepenuhnya pengembangan ilmu pengetahuan dan saintifik
Islam.

Fakta historiografi terapi Islam


Ada banyak karya-karya ulama Islam yang tercecer dibelahan dunia Islam yang
merupakan warisan Islam yang telah dilestarikan dalam berbagai karya yang panjang-panjang.
Mayoritas mereka para ulama memberikan fokus studi mereka disamping wacana ke-Islam-an
yang lain lebih banyak dan lebih besar forsinya tentang terapi Islam-yang dibahas di
dalamnya. Terbukti sebahagian besar mereka memiliki karya-karya khusus yang terkait
dengan bidang terapi Islam dengan bahasa yang seragam dengan sebutan ath-Thibbun
Nabawy.

Al-Maqdisy misalkan. Nama beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahid Dhiya’ al-
Din al-Maqdisy dipanggil Abu Abdillah yang diberi gelar kehormatan as-Syaikh al-Imam al-
Hafizh al-Qudwah al-Baqiyyah As-Salaf. Dilahirkan di Damaskus pada tahun 1173 M sekitar
569 H pada masa keemasan Islam. Orang tuanya telah bermigrasi dari Nablus di kerajaan
tentara Salib tak lama sebelum kelahirannya, bersama dengan 155 penduduk Hanbali lainnya
di daerah itu, sebagai tanggapan atas ancaman yang dirasakan terhadap para syekh mereka.
Al-Dzahaby menggambarkannya sebagai para syekh ulama hadist. Dia mencatat kematian
Maqdisi pada tahun 1245M/643 H. Sekitar abad sebelasan masehi. Beliau Maqdisi merupakan
refresentasi ulama yang konsen terhadap disiplin terapi atau dikenal di dunia Islam dengan
sebutan al-Thibbun Nabawy. Beliau menulis satu karya monumental dengan nama Kitab al-
Amrodh wa al-kaffaraat wa al-Thibb wa al-Ruqiyyat. Karya beliau ini mensistematisasikan
hadis-hadis nabi dalam sebuah karya dengan klasifikasi khusus hadis-hadis tentang tema-tema
pengobatan dan yang sejenisnya. Beliau dalam hal ini memang secara jelas memberikan
catatan penting perbedaan antara pengobatan luar dengan pengobatan yang bersumber dari
Islam atau dari Nabi SAW. Komentar-komentar beliau sebagai berikut:

“pengobatan atau terapi Nabi SAW tidak seperti terapi atau


pengobatan-pengobatan para dokter pada umumnya. Terapi atau
pengobatan dari Nabi SAW bersifat esoterik (yakin), pasti (qath’i) dan
bersifat ke-Tuhan-an (spiritual) yang bersumber dari wahyu, cahaya
kenabian serta bersumber dari kesempurnaan akal. Sedangkan terapi
selainnya lebih banyak bersifat ramalan, prasangka-prasangka dan
eksperimentatif.”2

Pandangan-pandangan serupa terdapat juga dalam karya besar seorang genius Abul
faraj Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang melihat terapi Islam sebagai sesuatu yang tidak kalah
penting dengan disiplin keilmuan lain dalam Islam. Terbukti beliau juga secara khusus
membuat satu karya monumental dengan sebutan shohih al-Thib an-Nabawy yang mana rung
lingkup bahasan dan hakekat penyusunannya tidak jauh beda dengan para ulama muslim yang
lain3.

Tidak ketinggalan dalam hal ini, seorang ulama hadis ternama al-Imam Muslim
kelahiran Naisabur sekitar 204 hijriyah. Karya beliau dalam bidang hadis merupakan kitab
hadis paling shohih kedua urutannya setelah karangan al-Imam Bukhori yang menjadi rujukan
umat Islam sedunia. Di dalam kitab kumpulan hadis shohih beliau tidak luput untuk
mengapresiasi persoalan terapi ini dengan membuatkan satu bab khusus tentang pengobatan
atau terapi dalam Islam. Menyusun beberapa hadis-hadis nabi yang berkaitan dengan terapi
atau pengobatan menjadi tema dan bab khusus yakni “Bab Setiap Penyakit Mesti ada
Obatnya”4
2
Al-Maqdisy: Kitab al-Amrodh wa al-Kaffarat wa al-Thibb wa al-Ruqiyyat. Cet:tt: Dar Ibnu Affan, hal.
97.
Lihat dalam kitab Shohih al-Thib an-Nabawi, hal.10-11. Cet: Maktabah al-Furqan. Kairo: 2008.
3

Baca dalam buku ar-Ruqiyyah an-Nafi’ah Lil Amrodh as-Syaai’ah yang ditulis oleh Sa’id Abdul
4

Azhiim, hal.8.
Tokoh ternama abad ke-6 hijriyah, beliau adalah Abu Nu’aim al-Ishfahani seorang
sarjana Muslim Persia abad pertengahan. Dilahirkan di era Buwayhid Isfahan Iran sekitar 947
masehi dan wafat sekitar 1038, Ia bepergian secara luas mengunjungi Nishapur, Basra, Kufa,
Bagdad, Mekah dan Andalusia. Menyusun karya spesifik terkait dengan disiplin serupa berupa
ensiklopedi terapi Islam (Mausuu’atul al-Thib- al-Nabawi) yang lengkap mengulas tentang
sejarah pengobatan tidak hanya pada era Islam tetapi juga mengulas bagaimana hubungan
terapi yang ada di dunia Islam dengan khazanah yang ada sebelumnya dan menyertakan
tokoh-tokoh muslim awal untuk memperlihatkian betapa terapi di dunia Islam telah maju dan
memiliki spesifikasi khusus tentang pengobatan atau terapi itu sendiri5.

Dimensi terapi merupakan salah satu bagian penting dalam khazanah Islam terbukti
sejak Islam lahir disiplin ini sudah menjadi satu kesatuan pesan yang melekat dalam ajarannya
hingga estapet berantai yang terus ditemukan di setiap generasi tidak pernah hilang.
Menunjukkan satu hal yang maha penting untuk diperhatikan dan sangat pantas diapresiasi
oleh seluruh generasi muslim seluruhnya. Pesan memesan dikalangan mereka terlihat jelas
dalam interaksi mereka sehari-hari. Contoh ketika kholifah Umar R.A. memesankan kepada
sahabat yang lain dengan ucapan sebagai berikut: “Hendaklah kalian Jauhi perbuatan
mengenyangkan perut, sebab hal itu dapat mengakibatkan rusaknya system tubuh, melahirkan
penyakit, menyebabkan malas melaksanakan sholat. Hendaklah kalian melakukannya dengan
sederhana tidak berlebihan, sebab itu lebih baik untuk kesehatan badan dan terhindar dari
perbuatan mubazir”6.

Deretan nama-nama agung kaum intelektual muslim dalam fase dan periode kehidupan
yang berbeda telah banyak mengukir sejarah terhadap betapa pentingnya disiplin ini dalam
konteks kehidupan umat dan kemanusian. Semangat mereka terus menerus dari satu generasi
ke generasi yang lain secara berantai ditulis dan diapresiasi dalam berbagai karya yang sangat
monumental.

Kita menemukan dari beberapa tulisan para ulama tentang terapi atau dalam banyak
versi bahasa ditemukan dengan maksud dan tujuan yang sama yakni terapi dan kesehatan itu

5
Lihat dalam kitab Mausuu’ah al-Thib al-Nabawi oleh al-Hafizh Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Bin
Ahmad Bin Ishaq al-Ishfahani, cet: Dar Ibnu Hazm. Beirut: 2006. Hal.29-32.
6
Lihat Kitab as-Syifa’ fii al-Gidza’ syifa’ al-ajsam oleh Umar Abduh Kallas. Di dalamnya mencakup
model praktek thibbun nabawi. Hal. 10. Penerbit: Dar al-Istiqlal.
sendiri. Salah satunya ditemukan dalam mukadimah karangan yang ditulis oleh salah seorang
ulama besar kelahiran Damaskus Suriah abad 1274 Masehi, kira-kira bertepatan dengan tahun
673 hijriyah. Tulisan beliau ini diprediksi kisaran abad 600 sampai 700-an awal, yaitu al-
hafizh abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahaby dalam Ath-Thibbun Nabawy beliau
berkata:

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan setiap jiwa fisik
yang baik, memberikan petunjuk yakni jalan gelap (fujuur) dan jalan
terang (taqwa), memberikan pengetahuan tentang yang bermanfaat
dan yang mudharat, Dia memberikan ujian berupa penyakit dan
memberikan obat untuk menyembuhkannya. Dia yang
menghidupkan dan yang mematikan”7
Ulama Islam memberikan keyakinan kepada ummat tentang betapa Islam menjadi
agama yang dating semata-mata menyelamatkan manusia dari sifat ruhaniah semata, namun
lebih dari itu Islam dating menjadi penyelamat kehidupan secara keseluruhan. Islam
memperlihatkan betapa rahmat Allah bagi manusia sangat besar dan tak terhingga.
Demikianlah Islam sebagai agama yang keseluruhan aspek kehidupan manusia dijamin
sebagai kehidupan yang memberikan kemaslahatan bagi fithrah kehidupan yang mereka
jalani. Maka sangat naïf sekali, ketika banyak diantara manusia yang lupa dengan seluruh
khazanah yang dimiliki oleh Islam untuk dimaksimalkan sebagai satu-satunya cara
memujudkan syukur manusia kepada Ilahi Rabbi.

Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasulnya dalam rangka membimbing kehidupan
manusia menuju kehidupan yang dipenuhi kasih sayang dan menikmati kebehagian dunia dan
kehidupan paling akhir kelak di akherat. Sungguh beruntung mereka golongan ummat
manusia yang memanfaatkan seluruh potensi kehidupan ini dengan menjalankan hidup dan
kehidupan mereka sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan sungguh sangatlah merugi
segolongan mereka yang tidak mau bahkan enggan melihat dan menjalani kehidupan mereka
sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Dalam hal ini SWT berfirman:

"‫"قد افلح من زناها وقد خاب من دساها‬8

7
Lihat dalam mukadimah at-Thibbun nabawy karya Al-Hafizh Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Adz-
Dzahaby, hal.17.
8
Q.S. Asy-Syam ayat 9.
Artinya:”Sungguh benar benar beruntung orang membersihkan dirinya dan sungguh benar-
benar merugi meraka yang selalu mengotori dirinya”

Atensi beliau Adz-Dzahaby tentang kesehatan atau terapi ini dikaitkan langsung dengan
khazanah Islam yang benar-benar di dalamnya tersimpan segala rahasia kehidupan. Beliau as-
Syaikh al-Imam al-Alim al-Amil al-Muhaddist al-Hafizd Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Utsman Azd-Zdahaby:

”Sesungguhnya menjadi satu kaharusan bagi setiap muslim untuk


selalu mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan segenap
kekuatan yang dimilikinya, meluangkan waktunya untuk
menjalankan perintah dan ketaatan, memanfaatkan segala fasilitas
dan moment ibadah setelah benar benar berusaha menjalankan
taat dan meninggalkan segala larangan semisal sesuatu yang
tujuannya adalah sebebsar-besarnya kemanfaatan bagi manusia
dalam rangka menjaga kesehatan mereka dan menyembuhkan
penyakit mereka, sebab al-‘Afiyah9 (terapi/kesehatan) merupakan
urusan yang maha penting dan sangat dituntut untuk dilaksanakan
dalam urusan-urusan yang ada hubungannya dengan munajat
dalam doa yang disyariatkan dan disetiap urusan urasan yang
berhubungan dengan ibadah”10
Khazanah Islam ini tetap dipertahankan oleh para cendikia muslim sebagai khazanah
yang tersinpan rapi dalam ajaran agama sebagai pokok utama yang memang benar-benar
bersumber dari sumber al-Qur’an dan al-Hadist. Hal ini oleh para ulama abad pertengahan
sebagian besar mempertahankan ototritas tersebut sampai munculnya kedokteran sebagai
bagian dari ilmu alam. Semua referensi yang bersumber langsung dari kedua sumber utama
tersebut tetap eksis dan actual selama hamper enam ratus tahun setelah buku-buku pelajaran
mereka dibuka dan diteliti oleh banyak orang. Aspek telaah mereka tetap menjadi menarik
bagi para dokter abad berikutnya bahkan sampai hingga saat ini. Dunia Islam lebih dahulu
memperkenalkan penemuan-penemuan mereka tentang berbagai penyakit yang sekarang
popular semacam penyakit kanker, tumor, diabetes hingga bedah tumor. Contoh nyata adalah
apa yang ditemukan oleh Ibnu Sina11, dimana apa yang ia temukan sempat ditolak oleh dunia

9
Kata Afiyat memiliki makna yang sangat beragam salah satunya adalah semakna dengan makna
kesehatan dan atau terapi.
10
Ibid, hal.18.
11
Lihat biografi beliau dalam Al-Qanun Fii al-Thibb oleh as-Syaikh ar-Raiis Abi Ali al-Huseini Bin Ali
Ibnu Sina, juz I, hal. 6-8.
medis barat selama ratusan tahun, namun setelah mikroskop ditemukan, teori Ibnu sina
tentang beberapa penyakit tersebut akhirnya bisa diterima.

Seluruh karya-karya para intelektual muslim yang bertebaran di seantaro dunia, tidak
ayal lagi merupakan representasi dari khazanah Islam yang memang benar-benar orisinil.
Sumber dan rujukannya terambil dari hadist-hadist nabi dan karya-karya hikmah para Ulama.
Semua itu sangat dibutuhkan oleh oleh ummat manusia dalam rangka menjaga kesehatan dan
mengembalikan fungsi-fungsi tubuh manusia yang telah rapuh, dimana hal itu dengan tetap
menjaga keserasian iabadah sambil bermohon kepada Allah SWT, dalam rangka mencapai
ridho Allah. Dialah tempat sebaik-baik bersandar dan tiada daya upaya dan kekuatan
melainkan kekuatan yang bersumber dari Allah SWT yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.

Kebahagiaan paling indah dan idaman semua orang adalah langgengnya kesehatan dan
kebahagiaan jiwa dan pikirannya selama hayat dikandung badan. Karunia terbesar bagi setiap
orang adalah sehat dan dapat menikmati hidupnya serta dapat mengekspresikan seluruh
potensi yang dimilikinya dalam segenap lini kehidupannya. Pertanda seorang telah diberikan
kebaikan adalah mereka yang telah dapat menikmati hidup sehatnya. Kesehatan sangat mahal
dalam kehidupan seseorang. Para ahli bijak berkata:

“‫ جل من ال عيب فيه وعال‬#‫”ان تجد عيبا فسد الخلال‬

Artinya:”Jika engkau menemukan cela atau cacat (penyakit), maka segeralah


mengatasinya# sungguh berbanggalah orang yang tidak dihinggapi penyakit dan sungguh
bahagia.

Morfologi dan leksikologi terapi dalam khazanah Islam

Kata teraphy sesungguhnya adalah sebuah kata dalam tradisi modern yang tercakup
tujuan dan indikasi sehat dan segala prasyarat yang terakomodir di dalamnya. Dalam
khazanah Islam hal ini dibahasakan dalam berbagai kosa kata yang mencerminkan makna dan
tujuan yang sama dengan makna istilah terapi saat ini. Dunia Islam memperkenalkan kosa
kata yang semakna dengan kata terapi sebagai berikut: 1). Syifa’. 2). al-‘Afiyah. 3). Ath-
Thibbun Nabawy, dan lain sebagainya.
Kata syifa memiliki orientasi atau memiliki aspek pengobatan dan penyembuhan yang
mengumpulkan makna lahiriyah dan ruhaniyah sekaligus. Hal ini termaktub dalam sabda nabi
SAW:”‫رأن‬hh‫ل والق‬hh‫العس‬, ‫فاءين‬hh‫”علينم بالش‬. Artinya:” Hendaklah kalian berobat dengan dua obat
penyebuhan; pertama dengan madu dan kedua dengan al-Qur’an”12 dan juga termaktub dalam
al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

”‫ يخرج من بطونها شراب مختلف ألوانه فيه شفاء للناس‬.‫”ثم نلي من كل الثمرات فاسلكي سبل ربك ذلال‬

Artinya: “Kemudian makanlah dari segenap sari buah-buahan yang ada, lalu
berjalanlah di atas jalan Tuhanmu dengan cara yang baik. Keluar dari perutnya (lebah-lebah)
minuman yang memiliki berbagai karakter warna atau sifat yang dalam minuman tersebut
terdapat aspek penyembuhan bagi manusia”13

Perdebatan para ulama apakah kata ganti (‫ )فيه‬dalam ayat tersebut kembali kepada kata
as-syarab (minuman), ataukah kembali ke kata al-Qur’an? Hal tersebut terdapat dua
pandangan yang benar; pertama, kembali kepada kosa kata asy-syarab, ini adalah pendapat
sahabat Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah dan mayoritas sahabat yang lain.
Dan pandangan kedua adalah pandangan minoritas kalangan para sahabat14. Catatan ini
membuktikan secara langsung terhadap makna syifa tercakup makna pengobatan yang
mengakomodir dimensi jasmani dan ruhani. Dalam al-Qur’an kosa kata ini menunjuk kepada
makna fisik sebagai bentuk apresiasi makna yang sama dengan tinjauan makna terapi di dunia
modern. Tidak hanya itu kompleksitas makna syifa’ juga menunjuk sifat penyakit yang
bersifat non fisik yang dapat dihadirkan kesembuhan oleh al-Qur’an secara ilmiah dan
bertanggungung jawab.

Dunia medis modern menghadirkan berbagai terapi yang melihat kondisi-kondisi


tertentu yang mengilhami para cerdik pandai dalam menganalisa secara cermat aspek ruhani
yang mana cenderung juga mengambil kiblat mereka kepada suguhan tradisi khazanah Islam.
Bagaimana tidak berbagai eksperimentasi yang dilakukan oleh banyak orang dikalangan
dokter dan para ahli medis kekinian menemukan kebuntuan yang tidak ada jalan pilihan lain

12
Hadist shohih mauquf diriwayatkan oleh Ibnu Majah, lihat dalam kitab al-Amrodh wa al-kaffaarat wa
ath-thibbu wa ar-Ruqiyyat karya Abu Abdullah Muhammad bin Abdul Wahid Dhiya’ ad-Din alMaqdasy. Hal.
97. Cet.Dar Ibnu ‘Affan. Kairo: 1999.
13
Q.S. An-Nahl: 69).
14
Lihat al-Maqdisy, hal.97.
selain mengambil apa yang telah menjadi bagian penting dalam konsep dan ajaran Islam yang
bersumber secara fisik dalam susunan hokum-hukum beragama berupa perintah dan larangan.
Contoh nyata hari ini adalah kejadian actual yang sedang melanda negara Cina yang
kehabisan akal menagkal penyakit yang mewabah di kalangan mereka. Akhirnya, dengan
terpaksa mereka melirik sumber ajaran agama Islam yang ditemukan kesahihannya membuat
aturan-aturan hidup sehat dan secara detail15 membuat garis-garis syariat yang tidak boleh
dilanggar, seperti menghindar dari makan makanan yang tidak halal. Hal ini pelajaran maha
penting saat ini yang menjadi indikasi terjangkitnya virus corona yang semua itu muncul
sebagian besar dari aspek makanan yang tidak mereka pedulikan. Semua makanan mereka
lahap tanpa mengetahui sifat mudharat yang ada dalam makanan yang ada, karena memang
mereka tidak berdasar kepada petunjuk agama sebagaimana yang dilakukan oleh ummat
Islam.

Islam telah mendesain bagaimana ummatnya dapat menjalankan hidup dan kehidupan
mereka secara baik dan sehat, terjaga dari hal-hal yang akan melahirkan penyakit bahkan
mudharat yang lebih besar terhadap maslahat kehidupan mereka. Inilah bukti nyata khazanah
Islam sejak awal menjadikan pemeluknya tidak hanya selamat dan hidup bahagia, sejahtera
namun juga kehidupannya dijamin sehat dan mulia. Saya kira jika dilihat secara sepintas
desain Islam melengkapi fitrah manusia sebagai salah satu kehidupan paripurna yang tidak
ada agama sempurna melampaui Islam atas dimensi apapun. Sedemikian kukuh Islam
melahirkan tatanan kehidupan yang sistematis produktif tanpa sedikitpun menyeleweng dari
jalur syariatnya. Nuansa spiritual tidak jauh dari cara pandang amaliyah sehari-hari hingga
praktek keseharian Ummat tetap terjaga dan bersikap tengah terhadap apa saja yang menjadi
sesuatu yang boleh secara syariat. Perintah makan misalkan, mengambil sekebutuhan dalam
menjalankan aktivitas makan tidak berlebihan. Praktek makan menjadi nash penting dalam
kajian agama karena semua sisi fisik makanan jika tidak hati hati atau berlebihan akan
melahirkan mudharat terhadap kesehatan manusia. Inilah agama nyata bagaimana menjaga
15
Lihat kondisi hari ini yang sedang menggemparkan dunia dengan penemuan virus corona yang sedang
menjangkit negeri Cina. Prediksi utama karena mereka hidup tanpa aturan. Makanan yang mereka konsumsi
tidak dalam petunjuk dan aturan agama, bahkan mereka tanpa agama sebhagian besar. Dunia hari ini dapat
menyaksikan betapa momok terbesar adalah karena kebutuhan manusia terkait dengan pola hidup dan
spiritualitas yang mengimbangi tatnan kehidupan mereka. Karena mereka sadar apa yang dilakukan umat
beragama seperti umat Islam begitu tunduk terhadap aturan-aturan pasti agama, mana yang dianjurkan dan mana
yang dilarang. Fakta sejarah akhir zaman tahun 2020 ini menjadi saksi betapa keteraturan hidup dengan
bimbingan agama sangatlah penting terhadap kelansungan hidup manusia.
kehidupan manusia dapat stabil menjalankannya tanpa abai walaupun bersifat fisik, namun
mengandung nilai spirit yang akan mengatur ritme keseimbangan dalam kehidupannya.

Intinya kehidupan manusia diatur dalam al-Kitab sebagai jaminan ukhrawi terhadap
apa saja yang dijalani oleh manusia, hingga apa saja yang akan dijalankan menjadi bagian
terpadukan tidak terpisahkan dalam konteks kehidupan syar’i. Kita bisa membahasakan
praktek yang demikian itu sebagai syariat makan, syariat minum dan sebagainya. Hubungan
keduanya merupakan hubungan saling mengikat tidak terpisah sebagai praktek hidup dan
dijalin di dalamnya nilai spiritualitas yang menjadi bahagian normative sehingga muncul
pengakuan hidup dalam bimbingan Ilahi. Tidak ada keraguan mengklaim kebenaran atas dasar
prinsip beragama dalam seluruh aktivitas kehidupan.

Dalam al-Qur’an menginstruksikan manusia untuk dapat hidup dalam jaringan silmi,
salam, salamah yakni kehidupan penuh damai, sentosa lahir bathin tanpa menafikan salah satu
keduanya (lahir-bathin). Dalam firman-Nya:

Artinya:” Wahai sekalian orang-orang beriman, masuklah kedalam ajaran Islam


secara utuh”

Tidak ada dari kitab manapun yang lebih mulia di sisi setiap orang beriman dari kitab
Allah yakni al-Qur’an dan tidak ada prilaku yang paling layak untuk dihargai dan dicontohi
selain prilaku Rasulullah SAW yang telah disuguhkan dan dipersiapkan mulai dari sifat-sifat
dan biografi yang tidak mungkin terkumpul dalam satu pribadi manusia biasa terkecuali pada
seorang nabi yang diutus membawa misi kebaikan untuk manusia dan kemanusian, dan
diiriringi dengan misi universal dan sempurna yang menyempurnakan agama yang hanif dan
menyempurnakan dengannya nikmat Allah atas sekalian manusia16.

Adapun kata a’fiyah (‫ )العافية‬lebih kompleks dari kata syifa’ menurut elaborasi para
ulama. Diantara aspek makna sehat yang terkandung dalam makna kosa kata tersebut juga
mengandung makna berbagai aspek yang dalam Istilah Nabi mencukupkan meminta ‘afiyat
kepada Allah berarti telah meminta berbagai hal di antaranya; telah meminta kemurahan rizki,
kemulian kehidupan, keselamatan di dunia dan di akherat, keamanan dari gangguan kubur dan

16
Lihat pengantar Adz-Dzahaby dalam mukadimah ath-thibbun Nabawy, oleh Rifaat al-Badrawy. hal.6.
cet:Dar Ihyaa’ al-Ulum: Beirut: Lebanon.
sebagainya. Diriwayatkan dari Abul Fadhl al-Abbas bin Abdul al-Muttholib R.A. berkata: aku
bertanya, ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang akan aku pinta kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW menjawab: (‫)سلوا هللا العافية‬ artinya:”Pintalah oleh kalian al-‘afiyah.” Aku
terdiam beberapa hari, setelah itu aku mendatangi Rasulullah sambil kembali bertanya: Ya
Rasulullah, ajarkanlah aku sesuatu yang akan aku pinta kepada Allah SWT. Beliau bersabda:
“Ya Abbas, wahai paman Rasulullah. Pintalah kepada Allah al-‘afiyah di dunia dan di
akherat”.

Dari penjelasan riwayat di atas secara langsung Rasulullah SAW memerintahkan


setiap orang muslim untuk meminta dan memohon kepada Allah SWT berupa kesehatan,
keamanan kehidupan, kemulian dan kesejahteraan di dunia dan di akherat. Betapa tidak, hal
ini membuktikan sangat mahalnya hidup dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Nabi juga
mengisyaratkan untuk berobat tatkala dilanda kelemahan dan penyakit serta menasehati agar
tetap menjaga semua nikmat Tuhan dan memelihara kesehatan tubuh di setiap waktu dan di
setiap fase kehidupan mereka.

Sedangkan kata thibbun nabawi adalah kosa kata yang dipakai umum di kalangan
intelektual muslim dalam rangka membahasakan makna terapi Islam yang melingkupi
universalitas makna dan tujuan dari hakekat kosa kata terapi yang berkembang hari ini. Tetapi,
harus dipahami bahwa kata “thibbun nabawi’ bukan kosa kata sebagaimana kosa kata terapi
dalam kemasan modern yang hanya cakupan maknanya bersifat terbatas seperti mengobati
tubuh yang terkena berbagai penyakit meskipun berbeda gejala atau penyebab dan berbeda
cara menanganinya.

Dalam khazanah Islam-hal ini dibedakan- dimana thibbun nabawi memiliki makna
atau konsep yang lebih lengkap, isi yang lebih luas, serta cakupan yang lebih komprehensif.
Terkadang kita tidak menemukan kata-kata yang dapat mewakili ungkapan yang lebih detail,
lengkap dan memenuhi unsur makna yang terdapat dalam kosa kata tersebut.

Ini merupakan anugerah kenabian untuk Rasul yang mulia yang diberikan oleh Allah
SWT dengan kesempurnaan ilmu dan akhlaq, dengan segenap cakupan psikologis
kemanusiaan yang sempurna dilihat dari berbagai dimensi tujuan hidup manusia. Tidak luput
pula berbagai pengalaman yang didapatkan dari ekstrak pengalaman kehidupan pedesaan dan
kehidupan di kota. Intinya adalah diatas semua itu merupakan karunia Tuhan yang bukan
pengalaman manusia biasa pada umumnya.

Para ulama muslim menggunakan istilah thibbun nabawi sebagai satu istilah komplit
yang mengatasi makna terapi yang berkembang hari ini. Salah satu ulama muslim ternama
abad ke-6 hijriyah imam adz-Dzahabi memberikan definisi tibbun nabawi sebagai suatu
pengobatan ruhani, kejiwaan dan bentuk pengobatan akal bahkan suatu bentuk pengobatan
tubuh yang dihajatkan untuk individu, masyarakat dan untuk kemausiaan sepanjang masa17.
Beliau melanjutkan, terkadang problem kesehatan, fisik yang lemah dan penyebaran wabah
lebih disebabkan karena beberapa factor ketidakteraturan manusia itu sendiri. Namun yang
paling fatal adalah keretakan yang terjadi di tengah masyarakat yang diakibatkan oleh patologi
social seperti degredasi moral, kebiasaan buruk atau penyimpangan yang bersumber dari
tradisi-tradisi kurang bagus. Sebab tidak jarang kehancuran terjadi karena persoalan
mempertahankan ego sendiri, rusaknya hubungan kamanusiaan. Dan hal tersebut menjadikan
individu dari sebuah masyarakat berujung pada ketegangan yang membahayakan yang mana
melahirkan peperangan dan pertikaian, yang akhirnya satu sama lain saling menjerumuskan ke
jurang petaka kehancuran.

Melihat celah dari konsep tibbun nabawi ini tidak hanya dalam rangka mengatasi hal-
hal yang bersifat konkrit tetapi juga sesuatu yang bersifat abstrak sebagaimana yang telah
disebutkan di atas. Maka kosa kata thibbun nabawi melampaui apa yang menjadi fokus terapi
kekinian, karena jika yang bersifat fisik saja dapat dituntaskan melalui jalan terapi thibbun
nabawi, apatah lagi hal-hal yang bersifat kemanusiaan yang melahirkan permusuhan dan
pertikaian, yang mana hal ini dapat menghilangkan eksistensi komunitas yang sehat dan kuat
yang ada di dalamnya. Yang demikian itu lebih sangat butuh diperhatikan dengan merujuk
kepada pesona peraktek keluhuran prilaku nabi yang mencontohkan cara-cara elok nan damai
dengan cara-cara spiritual nabi SAW.

Dari sekian pemaparan yang ada dalam berbagai literature yang terdapat di beberapa
karya para ulama muslim di dunia menjadikan perhatian kita tertuju pada nuansa atau
khazanah terapi yang ada saat ini masih dapat disempurnakan oleh nilai-nilai terapi Islam
yang dalam istilah mereka para intelektual muslim seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Adz-
17
Lihat dalam pengantar ath-Thibbun Nabawi oleh adz-Dzahabi, hal.7. cet; Dar Ihya’ul Ulum. Beirut:tt.
Dzahabi, al-Maqdisi, Abu Nu’aim al-Asfahani, Imam Muslim dan lain-lain menyebutnya
sebagai thibbun nabawi.

Penutup

Kemunculan terapi Islam berbarengan dengan munculnya agama Islam itu sendiri,
perkembangan dan istilah sebagaimana terapi zaman modern ini merupakan makna serta
tujuan yang serupa dengan apa yang disuguhkan oleh terapi Islam, bahkan terapi di dunia
Islam lebih lengkap dan model pengobatannya pun sangat variatif. Nama dan sebutan terapi
telah dikenal lama oleh dunia Islam dalam khazanah dunia Islam yang sangat gemilang, hal ini
oleh mayoritas ulama dan para cerdik pandai lebih banyak memilih menggunakan kosa kata
thibbun nabawi dari pada menggunakan istilah dan kosa kata yang lain. Demikianlah pula
persepsi penulis makalah ini, akhirnya berkesimpulan bahwa terapi di dunia Islam telah ada
dan viral di belahan dunia Islam dengan penggunaan istilah thibbun nabawi.

Daftar Referensi:

______________________, Shohiih al-Thibb al-Nabawi, Fii Dhau’ al-Ma’arif al-Thibbiyah


wa al-‘Ilmiyah al-Haditsah, Kairo: 2008, Far’u Mishro: Maktabatu al-‘Irfan.

Al-Isfahani, Nu’aim, Abu, Mausuu’ah al-Thibb al-Nabawi, Lebanon: 2006. Beirut: Dar Ibnu
Hazm.

Ar-Razi, Zakariya, Bin Muhammad, Abu Bakar, al-Haawi Fii al-Thibb, Lebanon: 2000.
Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah.

As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. At-Thibbun Nabawi. Tt. Beirut: Muassasah al-Kutub


as-Tsaqofiyah.

Ibnu al-Qoyyim al-Jauzi. Tt. www.rasoulallah.net.

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah. Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’. Tt. Jiddah: Daar Ibnu al-Jauzi.

Kalas, Umar, Abduh. Asy-Syifa’ fi Al-Gidza’ Syifaaul Ajsam: At-Thibbun Nabawi.

Maqbul Al-Qadiimy, dkk. Shohiihil Musnad Fii At-Thibbun Nabawi. 2010. Kairo: Maktabah
al-Imam al-Wadaa’iiy.

Muhammad bin Abdul Wahid. Al-Amrodh wa Al-Kaffaraat wa at-Thibbu wa ar-Ruqiyyaat.


1999. Al-Qohirah: Daar Ibnu ‘Affan.
Muhammad bin Ahmad az-Dzahabi. At-Thibbun Nabawi. 1990. Beirut: Daar Ihyaaul Ulum.

Sina Ibnu, Al-Qanun Fii Al-Thibb, Lebanon: 1999. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah.

Syarif, Adnan. Min Ilmi at-thibbi al-Qur’ani. 1990. Beirut: Daar al-ilmi Lilmalayin.

Syukur, Amin, M. Sufi Healing, Terapi dalam Literatur Tasawuf, Volume 20, nomor 2.
Walisongo: 2012.

Tt. Damaskus: Daar al-Istiqlal li at-Thiba’ah wa an-Nasyar.

Ushaiba’ah, Abu, Ibnu, ‘Uyun al-Anba’ Fii Thobaqaat al-Athibba’, tt, Beirut: Daar Maktabah
al-Hayat.

Anda mungkin juga menyukai