Anda di halaman 1dari 1

Teori Belajar dalam Pendidikan Psikolog: Metakognitif

John Flavell
Flavell (1971) mengunakan istilah ‘metamemori’ untuk menggambarkan kemampuan
seseorang dalam mengatur dan memantau memori yang masuk dan tersimpan termasuk juga
dalam proses mengingat kembali. Flavell mengundang komunitas akademisi untuk
mengembangkan penelitian metamemori, dan pembahasan ini telah berlanjut hingga lebih
dari 30 tahun mendatang. Dia menyatakan bahwa metakognitif itu bersifat sengaja, sadar,
berorientasi ke depan, dan bertujuan untuk mendapatkan hasil. Implikasi tersebut telah diteliti
dengan cermat di penemuan berikutnya, dan di bebearapa kasus telah menjadi kontroversi
antara penelitian metakognitif. Seperti perdebatan antara Reder & Schunn (1966) dan
Kentridge & Heywood (2000), yang mendebatkan bahwa proses metakognitif tidak
diperlukan dalam kesadaran seseorang.
Dalam artikel yang ditulis padatahun 1976, Flavell menyadari bahwa metakognitif mencakup
dua aspek: pemantauan (monitoring) dan pengaturan (regulation). Sejak saat itu penggunaan
istilah ‘metakognitif’ secara resmi ia jadikan judul dalam tulisannya. Dia mendefinisikan
metakognitif sebagai "Dalam setiap jenis transaksi kognitif antara lingkungan manusia atau
non-manusia, berbagai kegiatan pemrosesan informasi dapat berlangsung. Metakognisi
merujuk kepada pemantauan dan pengaturan, dan kolaborasi dari proses-proses ini terjadi
dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran konkret”. Hacker (1998) menawarkan definisi
metakognisi yang lebih komprehensif, yakni pengetahuan tentang proses dan kondisi
kognitif dan afektif seseorang serta kemampuan untuk secara sadar dan dengan sengaja
memonitor dan mengatur proses dan kondisi tersebut.
Flavell (1976) juga menjabarkan 3 bagan yang secara bertahap diperoleh anak dalam konteks
penyimpanan dan pengambilan informasi. (a) anak belajar menidentifikasikan situasi secara
sadar yang mana akan bermanfaat di masa depan; (b) anak belajar bagaimana cara
menyimpan informasi yang mungkin bermanfaat dalam proses pemecahan masalah dan dapat
diingat kembali jika dibutuhkan; dan (c) anak dapat belajar bagaimana membuat analisis
informasi terstruktur yang dilakukan secara sengaja yang mana dapat bermaanfaat dalam
permecahan masalah, bahkan sebelum solusi dari masalah itu terungkap.

Anda mungkin juga menyukai