Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI

TUGAS SOFSKILL
KASUS BANK LIPPO Tbk

NAMA KELOMPOK
1. Aditya Anggoro Jati (20211211)
2. Afrizal (20211291)
3. Afrika Nur Dwiyana (29211497)
4. Aina Sitianingsih (20211472)
5. Amanda Astari Kirana (28211467)
6. Aprilya Rianata (21211029)
7. Bama Ibadur Rahman (21211394)
8. Brammono (28211133)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan puja
bagi-Nya Tuhan semesta alam. Berkat rahmat dan izin-Nya pada akhirnya dapat menyelesaikan
tugas kelompok sofskill. Pada kesempatan ini saya ucapkan kepada teman anggota yang sudah
membantu menyelesaikan tugas kelompok sofskill etika profesi akuntansi.
Dalam hal ini kita menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas sofskill yang
dibuat.
Akhir kata, kita dari kelompok 1 berharap semoga tugas yang kita buat dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan teman-teman yang membacanya.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………......... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………….…………....... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………......... 1


BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................… 2
2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi ..……………………………………...... 3
2.2 Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi …………………...……………..... .. 4
2.3 Basis Teori Etika ……………………………………………...…………… 5
2.4 Egoisme ……………………………………………………..……………. 6
BAB III OBJEK PEMBAHASAN …………………………………………..………... 7
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ………………………….………............ 8
4.1 Saham ……………………………………………………………………….. 9
4.2 Bank Lippo Menyokong Dana Kampanye Bill Clinton …………….......…... .... 9
4.3 Pelanggaran Hukum Oleh Bank Lippo …………………………………........ . 10
4.4 Penjelasan Dari Pihak Bank Lippo ……………..……………………............ 12
4.5 Putusan Atas Kasus Laporan Ganda Bank Lippo ……………………..…..... .. 13
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….... .15

BAB 1
PENDAHULUAN
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan
dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan
yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan publik akan selalu berhadapan dengan
dilema yang mengakibatkan seorang akuntan publik berada pada dua pilihan yang bertentangan.
Seorang akuntan publik akan mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan
klien mengenai beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi
tuntutan klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen akuntan
publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan klien maka
dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien. Kode etik akuntan
indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota harus mempertahankan
integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya tentang kualitas atau mutu jasa yang
diberikan.
Kurangnya kesadaran etika akuntan publik dan maraknya manipulasi akuntansi korporat
membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para
pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan
publik sebagai pihak independen.

Krisis moral dalam dunia bisnis yang mengemuka akhir-akhir ini adalah kasus Kimia
Farma dan Bank Lippo, dengan melibatkan kantor-kantor akuntan publik yang selama ini
diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan Bank Lippo juga berawal dari
terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan.

Pelanggaran-pelanggaran seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat pemakai jasa profesi
akuntan publik untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional dengan mengedepankan
integritas diri dan profesinya sehingga hasil laporannya benar-benar adil dan transparan. Hal ini
semakin mempengaruhi kepercayaan terhadap profesi akuntan dan masyarakat semakin
menyangsikan komitmen akuntan terhadap kode etik profesinya. Hal ini seharusnya tidak perlu
terjadi atau dapat diatasi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, pengetahuan dan
menerapkan etika secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya.

Independensi meliputi kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa
orang profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional. Independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain.

Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya memperoleh kepercayaan dari klien dan
para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun
dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, dan mungkin saja
bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan
pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu,
dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor
harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun
kepentingan akuntan publik itu sendiri.
Independensi merupakan sikap mental, yang berarti adanya kejujuran di dalam diri
akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. Serta Independensi merupakan
penampilan yang berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen
sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat
meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap independensi akuntan publik, serta berpengaruh terhadap loyalitas seorang auditor
dalam menjalankan tugas profesinya.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi


Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah sesuatu dimana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai
perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari
sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

2.2 Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi


1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan
tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota
diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa
jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk
menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota
harus menunjukkan dedikasi untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara
dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
3. Integritas
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
pengaruh pihak lain. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta
konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang
bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan
manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih
orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman
dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan
kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang
lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing
masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai
untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Setiap Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya, anggota bisa saja
mengungkapkan kerahasiaan bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum yang
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota
dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar
professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
undangan yang relevan.

2.3 Basis Teori Etika


1. Etika Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos yang memiliki arti tujuan. Dalam hal
mengukur baik buruknya suatu tindakan yaitu berdasarkan tujuan yang akan dicapai atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan yang telah dilakukan.
2. Deontolog
Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti kewajiban. Jika terdapat
pertanyaan “Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak karena buruk?”. Maka
Deontologi akan menjawab “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dank arena
perbuatan kedua dilarang”. Pendekatan deontologi sudah diterima oleh agama dan merupakan
salah satu teori etika yang penting.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral saat ini, teori hak merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai
untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori hak ini merupaka suatu
aspek dari teori deontologi karena berkaitan dengan kewajiban. Hak didasarkan atas martabat
manusia dan martabat semua manusia adalah sama. Oleh karena itu, hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis.
4. Teori Keutamaan ( Virtue )
Dalam teori keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang. Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan seseorang untuk
bertingkah laku baik secara moral. Contoh sifat yang dilandaskan oleh teori keutamaan yaitu
kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras dan hidup yang baik.

2.4 Egoisme
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra
pribadi seseorang dan pentingnya intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak
memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya
memikirkan diri sendiri
Perbedaan hedonisme dengan egoism :
1. Egoisme mementingkan diri sendiri ataupun kelompok meskipun orang atau kelompok lain
dirugikan sedangkan hedonisme mementingkan diri sendiri demi kesenangan yang didapat secara
individual.
2. Hedonisme mengandung sifat egoisme sedangkan egoisme belum tentu mengandung
hedonisme.

3. Hedoisme timbul dari kodrat manusia yang memang menginginkan suatu kesenangan sedangkan
egoism timbul tidak hanya dari psikologis saja tapi bisa dari lingkungan sekitar.

BAB III
OBJEK PEMBAHASAN
SEJARAH BERDIRINYA BANK LIPPO
Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie
membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada1981.
Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3
miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia,
bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong.Ia bergabung dengan BCA
pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.
Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan
Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar
baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.
Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset
Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal
ini membuat kagum kalangan perbankan nasional.Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of
Bank Marketing.
Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan
semenjak saat itu lahirlah Lippobank.Inilah cikal bakal Grup Lippo.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Kasus PT. Bank Lippo Tbk ini berawal dari laporan keuangan Triwulan III tahun 2002
yang dikeluarkan tanggal 30 September 2002 oleh PT. Bank Lippo Tbk, yaitu terjadi perbedaan
informasi atas Laporan Keuangan yang disampaikan ke public melalui iklan di sebuah surat
kabar nasional pada tanggal 28 November 2002 dengan Laporan Keuangan yang disampaikan ke
Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Dalam laporan tersebut dimuat adanya pernyataan manajemen PT. Bank Lippo Tbk
bahwa Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi yang
telah diaudit oleh KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja (penanggung jawab Drs. Ruchjat Kosasih)
dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
Penyajian laporan tersebut dibuat dalam bentuk komparasi per 30 September 2002
(audited) dan per 30 september 2001 (unaudited). Dicantumkan, Nilai Agunan Yang Diambil
Alih (“AYDA”) per 30 September 2002 sebesar Rp. 2,393 triliun, total aktiva per 30 September
2002 sebesar Rp. 24,185 triliun, Laba tahun berjalan per 30 September 2002 sebesar Rp. 98,77
miliar, dan Rasio Kewajiban Modal Minimum Yang Tersedia (CAR) sebesar 24,77%.
Pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002, tanggal yang sama
yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27 Desember 2002, ternyata
disampaikan laporan yang berbeda. Laporan itu mencantumkan Pernyataan manajemen PT. Bank
Lippo Tbk bahwa Laporan Keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan “audited”
yang tidak disertai dengan laporan auditor independen yang berisi opini Akuntan Publik.
Penyajian laporan juga dilakukan dalam bentuk komparasi per 30 September 2002
(audited) dan 30 September 2001 (unaudited). Dicantumkan Nilai Agunan Yang Diambil Alih
Bersih (“AYDA”) per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,42 triliun, total aktiva per 30 September
2002 sebesar Rp. 22,8 triliun, Rugi bersih per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273 triliun, dan
Rasio Kecukupan Modal Minimum (CAR) sebesar 4,23%.
Dapat dilihat, bahwa pada tanggal yang sama ditemukan perbedaan. Perbedaan tersebut
baik dalam jumlah AYDA, total aktiva, CAR, bahkan kondisi untung rugi. Atas hal tersebut,
Pada tanggal 6 Januari 2003, Akuntan Publik KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja menyampaikan
Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 kepada manajemen PT. Bank
Lippo.
Dalam laporan tersebut dikemukakan bahwa Laporan Auditor independen yang berisi
opini Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja dengan
pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Laporan Auditor independen tersebut tertanggal 20
November 2002, kecuali untuk catatan 40a tertanggal 22 November 2002 dan catatan 40c
tertanggal 16 Desember 2002.

Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September 2002, 31 Desember 2001 dan 31
Desember 2000. Total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun, Nilai Agunan
Yang Diambil Alih Bersih (AYDA) per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,42 triliun, Rugi bersih
per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273 triliun, Rasio Kecukupan Modal sebesar Rp. 4,23%.

4.1 Saham
Pada periode yang sama sejumlah broker melakukan transaksi jual dalam jumlah sangat
besar. Ironisnya, pada 14 Februari broker yang sama berbalik melakukan transaksi beli dalam
volume signifikan. Praktik semacam itu menguatkan dugaan memang terjadi manipulasi laporan
keuangan serta insider trading.Dengan tujuan, manajemen (khususnya pemilik lama) bisa masuk
dan menguasai saham mayoritas bank itu.
Banyak yang menduga skenario yang mereka inginkan adalah pihak manajemen ingin
menawar saham terbatas (rights issue). Lewat cara itu pemegang saham mayoritas saat ini, yaitu
pemerintah, mau tidak mau harus mengeluarkan banyak uang. Karena jika tidak dilakukan,
kepemilikan sahamnya terdilusi. Ringkas kata, pemilik lama menginginkan pemerintah
merekapitalisasi tahap kedua terhadap bank itu.

4.2 Bank Lippo Menyokong Dana Kampanye Bill Clinton


Hubungan erat antara grup Lippo dengan Partai Demokrat AS bermula dari tahun 1976
James Riady, anak Mochtar Riady si bos Lippo, berangkat ke New York untuk bekerja di Irving
Trust Banking Company di tahun 1975. Tak lama, James Riady pindah ke Little Rock, Arkansas
(kota kelahiran Bill Clinton) di tahun 1976.
Di Arkansas, James Riady bersama Jack Steven mendirikan Worthen Bank dengan modal
awal US$ 20 juta. Jack Steven, yang disebut-sebut sebagai Godfathernya Arkansas ini adalah
rekan dekat Mochtar Riady. Melalui Jack Steven inilah, James Riady bisa kenalan dengan Jimmy
Carter, Bill Clinton dan sebagainya.
Pada tahun 1984, James Riady ditunjuk Jack Steven menjadi Direktur Utama Worthen
Bank.James Riady pun lalu menunjuk Hillary Clinton sebagai pengacara Worthen Bank.
Disinilah hubungan James Riady dengan pasutri Clinton merapat
Pada tahun 1990an, Bill Clinton menyatakan kepada James Riady kalau ia berencana
maju ke pemilu presiden AS. James Riady pun memberitakan kabar tersebut kepada ayahnya,
Mochtar Riady.Mochtar Riady pun langsung memerintahkan James Riady partisipasi aktif dalam
kampanye Bill Clinton. Tak cuma James Riady, seluruh anggota dan jaringan yang dimiliki
Lippo Group pun dikerahkan untuk membantu kampanye Bill Clinton
Bentuk sokongan James Riady dan Ted Sioeng pada Bill Clinton – Al Gore adalah
pengumpulan dana kampanye. Fokus dari tim pengumpulan dana kampanye Clinton – Al Gore
yang ditangani James Riady dan Ted Sioeng adalah dari pengusaha-pengusaha Asia. jumlahnya
dana yang dikumpulkan James Riady – Ted Sioeng untuk Clinton – Al Gore mencapai US$ 7,5
juta.

Secara pribadi dan perusahaan, keluarga Riady dan Lippo Group mendapat jaringan dan
keleluasaan berbisnis di AS . Indonesia pun mendapat ‘Keringanan bea impor’ ke AS pada masa
Bill Clinton. Karena para pengusaha Tionghoa di Indonesia ikut menyetor dana ke Clinton, maka
mereka melobi kemudahan perdagangan, Tak cuma Indonesia, RRC pun ikutan memperoleh
kemudahan impor produk-produk RRC ke AS semasa Clinton.
Hasil kerja #LippoGate inilah yang menjadi salah satu pemicu kenapa para pengusaha
Tionghoa Indonesia mulai eksodus ke pasar global.Sejak tahun 1994, satu per satu para
pengusaha besar memindahkan markas besar usahanya ke luar negeri.Indonesia hanya menjadi
tempat beroperasinya alat-alat produksi, tapi hasil, uang dan keuntungannya semua dibawa ke
Singapura dan Hong Kong.Dampak migrasi dana-dana para pengusaha ini bagi
Indonesia??Rupiah mengalami pelemahan berturut-turut dan menjadi salah satu pemicu krisis
moneter Asia.
Ketika skandal sumbangan Lippo Grup utk kampanye Clinton tsb terbongkar, Partai
Demokrat terpaksa kembalikan hampir US$ 500 ribu. Sementara itu, Muchtar dan James Riady
/Lippo Grup dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS atas pelanggaran UU dana kampanye AS
karena terbukti melanggar hukum terkait pemberian sumbangan dana kampanye Capres PD, Bill
Clinton. Keluarga Riady /Lippo Grup dihukum membayar denda US$ 8.6 juta atau Rp. 86 milyar
atas pelanggaran tersebut.

4.3 Pelanggaran Hukum Oleh Bank Lippo


Dari kronologi kasus yang telah di uraikan di bab sebelumnya atas kasus laporan
keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 september 2002 yang disampaikan ke publik per 28
november 2002, Bank Lippo telah melakukan pelanggaran pasal 93 Undang-undang Pasar
Modal.
Yang dimana dalam pasal 93 Undang–undang Pasar Modal menyebutkan bahwa setiap pihak
dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara
material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila
pada saat pernyataan di buat atau keterangan diberikan:
a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau
b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dan
pernyataan atau keterangan tersebut
Unsur-unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tindakan tersebut mempengaruhi harga efek di bursa efek
b. Setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan
yang secara material tidak benar atau menyesatkan
c. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan atau tidak cukup berhati-hati
dalam menentukan kebenaran material pernyataan atau keterangan tersebut.

Di dalam kasus PT. Lippo Bank Tbk tersebut mengandung 3 (tiga) unsur dari pasal 93
Undang-Undang Pasar Modal.Pertama, tindakan tersebut mempengaruhi harga Efek di Bursa
Efek.
Dari fakta menunjukan bahwa tindakan PT. Bank Lippo Tbk dengan memberikan informasi
yang menyesatkan pada laporan keuangan per 30 September 2002 telah menimbulkan
ketidakpastian di masyarakat sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa.Saham PT. Lippo
Bank Tbk pun mengalami fluktuasi yang tajam disebabkan oleh missleading information
tersebut.
Terlihat bahwa akibat laporan keuangan yang diterbitkan tersebut menggerakkan harga.
Bahkan, tidak semata-mata berdampak pada saham PT Bank Lippo, tbk semata, tetapi juga bursa
efek secara keseluruhan.
Kedua, setiap Pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan. Dalam kasus tersebut ditemukan
fakta sebagai berikut bahwa dalam Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang diiklankan
di media massa pada tanggal 28 November 2002, Manajemen PT. Bank Lippo Tbk menyatakan
bahwa Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi yang
telah diaudit oleh KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja dengan opini Wajar Tanpa
Pengecualian.
Akan tetapi, Hasil pemeriksaan Bapepam menunjukan bahwa laporan keuangan PT. Bank
Lippo Tbk per 30 September 2002 yang diiklankan pada tanggal 28 November 2002 adalah
laporan keuangan yang tidak diaudit meskipun angka-angkanya sama seperti yang tercantum
dalam Laporan Auditor Independen. Hal ini menunjukan bahwa pernyataan atau keterangan yang
diberikan oleh pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam laporan tersebut secara material
tidak benar atau menyesatkan.
Ketiga, pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan
atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan atau tidak cukup berhati-
hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Pencantuman kata “audited” pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September
2002 membawa implikasi pada perhitungan akun-akun didalamnya yang terlihat baik namun
sesungguhnya bukan keadaan yang sebenarnya. Laporan keuangan yang disampaikan ke publik
tanggal 28 November 2002 mencatat total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185
triliun, laba tahun berjalan sebesar Rp. 98,77 miliar dan CAR sebesar 24,77%.
Sekilas dengan membaca laporan ini, Investor melihat bahwa kinerja perusahaan berjalan
dengan bagus. Dengan demikian keputusan-keputusan yang diambil investor akan
menguntungkan perusahaan misalnya Investor melakukan pembelian saham Lippo secara besar-
besaran.
Hal ini tentunya merugikan Investor sebab dengan dasar informasi yang salah maka
keputusan yang diambilnya juga tidak tepat. Keadaan yang sebenarnya adalah sebagaimana
Laporan Keuangan per 30 September yang disampaikan ke BEJ tanggal 27 Desember 2002 yang
sudah diaudit oleh KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja dimana total aktiva per 30 September
2002 sebesar Rp. 22,8 triliun, rugi bersih sebesar Rp. 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23%.

4.4 Penjelasan Dari Pihak Bank Lippo


Dari fakta yang telah diuraikan sebelumnya, PT. Bank Lippo Tbk telah dua kali
memberikan penjelasan dan pemaparan kepada publik berkaitan dengan adanya perbedaan dalam
Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang disampaikannya.
Pertama, dalam pengumuman penjelasan di Harian Investor tanggal 17 Januari 2003. PT
Bank Lippo Tbk menegaskan bahwa Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September
2002 adalah informasi yang akurat dan benar serta mencerminkan kinerja Bank Lippo yang
sesungguhnya yakni CAR 24,77% dan NPL 9,03%.
Kedua, dalam paparan publik di Hotel Aryaduta Jakarta tanggal 11 Februari 2003.
Manajemen PT. Bank Lippo Tbk kembali menegaskan bahwa angka-angka yang disajikan dalam
Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang telah dipublikasikan ke media massa pada 28
November 2002 dalam rangka memenuhi peraturan BI adalah angka-angka yang akurat dan
benar serta telah disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI).
Sementara itu dilain pihak, Auditor dari laporan keuangan Bank Lippo per 30 September
2002 yakni Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) dalam penjelasan
tertulisnya kepada Bapepam menyatakan bahwa mengaudit satu laporan. Laporan keuangan
itulah yang disampaikan kepada BEJ tanggal 27 Desember 2002. Dijelaskan bahwa dalam
laporan keuangan hasil audit Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja)
berbeda dengan laporan konsolidasi yang dipublikasikan.
Laporan keuangan yang dipublikasikan tanggal 28 November 2002 menyebutkan aktiva
Bank Lippo sebesar Rp. 24 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 28 miliar. Padahal menurut
laporan yang diaudit oleh tim audit dari Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan
Sandjaja) sebagaimana dilaporkan kepada BEJ tanggal 27 Desember 2002 menyebutkan aktiva
Rp. 22,8 triliun dan rugi bersih Rp. 1,3 triliun. Dengan demikian terdapat ketidakcocokan antara
keterangan yang diberikan oleh pihak manajemen dengan pihak auditornya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk
tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau
keterangannya dalam laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik
tanggal 28 November 2002.Pihak manajemen dalam mempublikasikan laporan keuangan
tersebut terbukti tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak auditor Ernst & Young and
Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja).
Oleh karena ketiga unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal telah terpenuhi
maka tindakan pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam memberikan keterangan atau
informasi laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik merupakan
suatu tindakan penyesatan informasi publik (misleading information). Dengan demikian,
memang benar telah terdapat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Lippo, Tbk.
4.5 Putusan Atas Kasus Laporan Ganda Bank Lippo
Sanksi BEJ atas Bank Lippo adalah berupa peringatan keras, selain itu BEJ mewajibkan
Bank Lippo menyerahkan laporan kemajuan (progress report) setiap minggu sekali mulai 24
Februari sampai keluarnya laporan keuangan auditan tahun 2002.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pun memberikan sanksi. Dalam siaran persnya
tanggal 17 Maret 2003 mengumumkan pemberian sanksi administratif kepada Direksi PT. Bank
Lippo Tbk berupa kewajiban menyetor uang ke Kas Negara sejumlah Rp. 2,5 miliar. Sedangkan
terhadap PT. Bank Lippo Tbk diwajibkan untuk memberikan penjelasan kepada pemegang
saham perihal kekurang hati-hatian yang telah dilakukan serta sanksi administratif yang diterima
oleh PT. Bank Lippo Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham berikutnya.
Pihak yang bertanggung jawab dalam pelanggaran ini adalah Akuntan Publik Drs. Ruchjat
Kosasih dari KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja sebagai penanggung jawab pemeriksaan atau
audit atas laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002. Atas kelalaian yang
dilakukannya Bapepam menjatuhkan sanksi administratif berupa kewajiban menyetor uang ke
Kas Negara sebesar Rp. 3,5 juta.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kode etik
profesi akuntansi yang telah dilanggar, yaitu :
 Dengan memanipulasi laporan keuangan, secara langsung telah melanggar etika tanggung jawab
profesi dan perilaku professional
 Selain itu, melanggar etika kepentingan publik karena telah mengesampingkan kepentingan
publik
 Kompetensi dan kehati-hatian profesional telah di langgar, karena tidak cukup berhati-hati
dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangannya dalam laporan
keuangan per 30 september 2002 yang di sampaikan ke public tanggal 28 november 2002
 Pelanggaran integritas telah dilakukan, ini ditunjukkan dari sikap ketidakjujuran dan tidak
berterus terang dengan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

 IAI, Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP (Kode Etik Akuntan Indonesia dan
Aturan Etika Profesi Akuntan Publik). Jakarta : Salemba Empat, 2001.
TUGAS MAKALAH PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI

NAMA : HENDY WIRA SANJAYA


NPM: 28211422
KELAS : 4EB15

MAKALAH PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI


" STUDI KASUS AKUNTAN PUBLIK PETRUS MITRA WINATA "

BAB I

LATAR BELAKANG

Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong munculnya
pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam dunia bisnis. Hampir
semua usaha bisnis betujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making)
agar dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku bisnis dan memperluas jaringan usahanya. Namun
terkadang untuk mencapai tujuan itu segala upaya dan tindakan dilakukan. Walaupun pelaku bisnis
harus melakukan tindakan-tindakan yang mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu
sendiri.

Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang dengan menerapkan prinsip-prinsip
etis untuk berbisnis. Prinsip-prinsip etis dalam berbisnis adalah merupakan suatu hukum yang mengatur
kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai dengan sebuah sistem pemerintahan yang adil
dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis tersebut. Dalam prinsip ini terdapat tata cara ideal dalam
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas ini dapat menunjang
maksud dan tujuan kegiatan bisnis.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis
profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh
setiap individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga daripada kepentingan
perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia
informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis, dengan berdasarkan
kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan perusahaan. Dan bukan didasarkan pada beberapa pihak
tertentu saja. Karena itu, bagi akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. Kode
etik dalam akuntansi pun menjadi barang wajib yang harus mengikat profesi akuntan

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Etika Sebagai Tinjauan

1.1 Pengertian Etika

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu,
objek dari etika adalah tingkah laku manusia.

Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system“. Etika disebut juga filsafat moral. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

1.2 Egoisme

Istilah "egoisme" berasal dari bahasa Yunani yakni ego yang berarti "Diri" atau "Saya", dan -
isme, yang digunakan untuk menunjukkan filsafat. Dengan demikian, istilah ini etimologis berhubungan
sangat erat dengan egoisme.Jadi dalam hal ini egoisme adalah motivasi untuk mempertahankan dan
meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri atau yang berarti menempatkan diri
di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau
yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya yang sangat dikenal yaitu egois.
2. Kode Etik Profesi Akuntansi

2.1 Kode Perilaku Profesional

Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah :

a. Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.

Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi
manusia termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.

b. Hindari menyakiti orang lain.

“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak


diinginkan, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak
diinginkan.

c. Bersikap jujur dan dapat dipercaya

Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak
dapat berfungsi secara efektif.

d. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan
prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah.

e. Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.

Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi dilarang oleh
hukum di setiap keadaan.

f. Memberikan kredit yang pantas untuk properti intelektual.

Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.

g. Menghormati privasi orang lain

Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran informasi pribadi
pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah peradaban.
h. Kepercayaan

Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah membuat janji
eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat informasi pribadi tidak secara
langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.

2.2 Prinsip Etika Profesi Akuntan Menurut IAI

1) Tanggung Jawab Profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi
dan teknik yang paling mutakhir.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

3. Etika Dalam Auditing

Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta penyampaian hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

3.1 Peranan etika dalam profesi audit

• Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.
• Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang
tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.
• Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan
panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit
• Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan
dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
• Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional dalam
mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.

3.2 Pentingnya nilai-nilai etika dalam auditing :

• Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.
• Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang
tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.
• Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan
panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit
• Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan
dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.

4. Etika dalam Kantor Akuntan Publik

Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi
dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang
memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan
juga dengan masyarakat. Selain itu dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk
klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang
diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik
profesi.

Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah:

1. Independensi, Integritas, dan Obyektivitas

a. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di
dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in facts)
maupun dalam penampilan (in appearance).

b. Integritas dan Objektivitas

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus
bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji
material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.

2. Standar umum dan prinsip akuntansi

A. Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang dikeluarkan
oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI:

a. Kompetensi Profesional

Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable)
diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.

b. Kecermatan dan Keseksamaan Profesional

Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan
profesional.

c. Perencanaan dan Supervisi

Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian
jasa profesional.

d. Data Relevan yang Memadai

Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi
kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

e. Kepatuhan terhadap Standar

Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultansi
manajemen, perpajakan atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.

B. Prinsip – Prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan:

a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain
suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap
laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut
memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari
prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.

3. Tanggung jawab kepada klien

A. Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:

a. Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika kepatuhan
terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi

b. Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan
anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.

c. melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan kewenangan IAI.

d. menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan
yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan disiplin Anggota.

B. Fee Profesional & besaran fee

Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya
KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

C. Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung
pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan
atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum
atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen
apabila penetapan tersebut dapat mengurangi indepedensi.

4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

a. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.


Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat
merusak reputasi rekan seprofesi.

b. Komunikasi antar akuntan publik.

Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila menerima penugasan audit
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain
dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.

Akuntan publik tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya
sama dengan penugasan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila penugasan tersebut
dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan
yang berwenang.

5. Tanggung jawab dan praktik lain


a. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang


mencemarkan profesi.

b. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.

Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan
iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan
citra profesi.

c. Komisi dan Fee Referal

· Komisi
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan
komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
· Fee Referal (Rujukan)
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia jasa
profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus

Akuntan Publik Petrus Mitra Winata Dibekukan Sulistiono Kertawacana

Wed, 28 Mar 2007 03:35:32 -0800

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri Keuangan pun memberi
sanksi pembekuan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus
Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun,
terhitung sejak 15 Maret 2007. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said
dalam siaran pers yang diterima Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi pembekuan izin
diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP).

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun
buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu, Petrus juga telah melakukan
pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan
keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku
2001 sampai dengan 2004.

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum, review,
audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi pemimpin rekan atau
pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, serta
wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Pembekuan izin oleh
Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Berdasarkan etika profesi
akuntansi, auditor tersebut telah melanggar prinsip keempat, yaitu prinsip objektivitas. Dimana setiap
anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya
tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Drs. Petrus Mitra Winata. Selain itu, Petrus
juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit
umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau
sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.

B. Pendapat

Sebagai seorang akuntan publik, Drs. Petrus Mitra Winata seharusnya mematuhi Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan jasa audit, maka audit yang
dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA) dalam SPAP.

Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap salah satu prinsip
etika profesi yaitu prinsip Standar Tekhnis. Dimana dalam standar tekhnis setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar tekhnis dan standar profesional yang relevan.
sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Standar tekhnis dan standar profesional yang harus ditaati oleh anggota
adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), International Federation of
Accountans, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Makalah Etika Bisnis | Kode Etik Profesi Akuntansi

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN

MAKALAH

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis

Bernadeth Marsella Giovani L. 135111005

Defri Sammari 135111009

Dian Hana Tresnasari Ayu 135111012

Fatma Nur Afifah 135111016

Neng Sri Kurniasih 135111023

Nia Pratiwi Atwindari 135111025

2A-Akuntansi
PROGRAM STUDI D3-AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015
PERSEMBAHAN

Makalah ini kami persembahkan untuk :

 Ibu dan Ayah tercinta


 Ibu dan Bapak dosen yang terhormat
 Kakak dan adik tingkat tersayang
 Rekan-rekan Mahasiswa serta Mahasisiwi tersayang

MOTTO
- Kepercayaan terhadap diri sendiri adalah suatu jalan kesuksesan yang akan memuaskan.

- Bentuklah hati dengan keyakinan untuk selalu berusaha.

- Persaingan yang sengit, menuntut kita untuk kreatif.


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga kami panjatkan selawat serta salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan makalah dengan judul “Kode Etik Profesi Akuntan” ini ditujukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis.

Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Marwansyah, SE.,M.Si selaku dosen pembimbing dari mata kuliah Etika Bisnis.
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik materi maupun non-materi.
3. Rekan-rekan mahasiswa serta mahasiswi yang selalu memberikan motivasi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami juga menyadari
bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Bandung, Mei 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN

MOTTO

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Etika Profesi

2.2 Definisi Etika Profesi Akuntansi

2.3 Kode Etik Akuntansi Indonesia


BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi

3.2 Pembahasan Kasus

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Profesi Akuntan adalah salah satu peran yang di berikan kepercayaan oleh masyarakat.
Maka dari itu masyarakat dan sekelompok orang yang berkepentingan sangat mengharapkan keandalan
informasi yang telah disajikan dalam laporan keuangan sebagai dasar untuk mengambil sebuah
keputusan.

Guna menunjang kinerja profesionalisme seorang Akuntan Publik maka seorang auditor harus
berpedoman pada kode etik profesi yang telah disusun oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI) untuk
membentuk suatu tatanan etika dan prinsip moral yang berhubungan dengan klien dan pihak
berkepentingan.

Pada tahun 2009, telah terjadi kesalahan dalam memanipulasi laporan keuangan perusahaan
Raden Motor yang diaudit oleh Akuntan Publik Biasa Sitepu. Dalam kasus tersebut terdapat empat
kejanggalan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor yang telah yang tidak dibuat. Namun
pihak auditor menyatakan laporan keuangan Wajar Tanpa Pengucualian. Hal ini lah yang patut
dipertanyakan.

Sehubungan uraian kasus perusahaan Raden Motor tersebut, maka kami bermaksud
menguraikan kasus yang berkaitan dengan pelanggaran etika profesi akuntan yang berjudul
“Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan dan Pengaruh Profesionalisme Auditor”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami ketengahkan dalam makalah ini adalah :

1.2.1 Definisi Etika Profesi


1.2.2 Etika dalam Profesi Akuntansi
1.2.3 Kasus Pelanggaran Terhadap Kode Etik Profesi Akuntansi

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis.


1.3.2 Untuk mengetahui definisi etika profesi khususnya kode etik profesi akuntansi.
1.3.3 Untuk mengetahui kasus-kasus terkait pelanggaran kode etik profesi akuntansi.
1.3.4 Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk kasus pelanggaran tersebut.
Kegunaan Penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk melatih mahasiswa dan mahasiswi dalam membuat makalah.

1.3.2 Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan terkait etika profesi akuntan.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang telah kami lakukan adalah :

1.4.1 Penelitian Pustaka, yaitu metode dengan cara membaca buku sumber yang berkaitan dengan materi.

1.5 Sistematika
Sistematika penulisan makalah ini terdiri atas :
Halaman Judul yang menerangkan nama-nama penyusun. Kata Pengantar yang berisi
ucapan syukur serta ungkapan rasa terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Daftar Isi yang memuat daftar halaman.
Bab I Pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah yang menjelaskan alasan kami
membuat makalah ini, ruang lingkup masalah yang menjelaskan hal-hal pokok yang kami bahas, teknik
pengumpulan data menerangkan bahwa metode yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah
metode studi pustaka, dan sistematika penulisan yang memuat ringkasan dari keseluruhan isi yang
terdapat dalam makalah ini.
Bab II Landasan teori terdiri atas etika profesi, etika dalam profesi akuntansi, dan kasus
pelanggaran terhadap etika profesi akuntansi yang digunakan dalam menilai kasus pelanggaran
tersebut.
Bab III Pembahasan, memuat penilaian serta solusi yang menurut kami tepat atas kasus
pelanggaran etika profesi akuntansi.
Bab IV Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Etika Profesi

Menjalankan berbagai aktivitas, baik itu di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
negara perlu ada sebuah aturan yang mengatur bagaimana seharusnya aktivitas tersebut dijalankan.
Aturan tersebut dikenal dengan istilah etika.

2.1.1 Definisi etika secara umum


Menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta ilmu tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak), sedangkan menurut para ahli definisi etika adalah :

a. Menurut Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik dapat diartikan sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.
b. Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk yang digunakan seseorang atau kelompok sebagai pedoman dalam menjalankan
kehidupannya.

Kasanah (2013:77) berpendapat bahwa secara umum etika dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Etika Umum

Etika umum membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik
atau buruknya suatu tindakan.

b. Etika Khusus

Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Penerapan ini bisa berwujud bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar.

Etika Khusus terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.

b. Etika sosial, yaitu mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai bagian dari masyarakat.

Menurut Kasanah (2013:78) etika sosial ini terbagi menjadi banyak bagian atau bidang, yaitu :

a. Sikap terhadap sesama

b. Etika keluarga

c. Etika profesi

d. Etika politik

e. Etika lingkungan

f. Etika idiologi

Adanya etika diharapkan agar manusia menjalankan kehidupannya sesuai dengan norma atau
aturan yang ditetapkan. Namun, dalam kenyataannya masih banyak orang yang melakukan pelanggaran
etika.

Menurut Susanti pelanggaran etika dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

a. Kebutuhan Individu
a. Tidak Ada Pedoman
b. Perilaku dan Kebiasaan Individu yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
c. Lingkungan yang Tidak Etis
d. Perilaku dari Komunitas
Agar pelanggar tersebut jera, Susanti berpendapat bahwa pelanggar harus dikenakkan sanksi.
Sanksi tersebut adalah :
a. Sanksi Sosial, yaitu sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran yang relatif kecil, dan dipahami sebagai
kesalahan yang dapat dimaafkan.
b. Sanksi Hukum, yaitu sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran yang relatif besar, dan merugikan hak
pihak lain.
2.1.2 Definisi profesi secara umum

Profesi merupakan istilah yang umum digunakan untuk suatu hal yang berkaitan dengan keahlian
dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan definisi profesi menurut KBBI, yaitu profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu,
sedangkan Comenisch (1983) berpendapat bahwa profesi adalah komunitas moral yang memiliki cita-
cita dan nilai bersama.

Setiap profesi dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya secara profesional. Didasarkan pada
pendapat Putri dan Saputra (Dalam Rahma, 2012) “profesionalisme adalah suatu atribut individual yang
penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak”.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu


bidang pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian dan pendidikan, sedangkan profesionalisme adalah
tanggung jawab yang harus dilaksanakan setiap profesi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Jika profesi ini dihubungkan dengan etika maka dapat disimpulkan bahwa etika
profesi adalah nilai atau norma yang mengatur bagaimana seharusnya profesi atau pekerjaan tersebut
dilakukan.

Kasanah (2013:80) berpendapat bahwa ciri-ciri yang melekat pada setiap profesi
adalah :

a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya
pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan
masayarakat di atas kepentingan pribadi.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Setiap profesi memiliki standar yang mengatur bagaimana seharusnya profesi tersebut dijalankan.
Adapun prinsip - prinsip etika profesi, yaitu :
a. Tanggung jawab
1) Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2) Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

c. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan
profesinya.

2.2 Definisi Etika Profesi Akuntansi

Seperti yang kita tahu etika profesi akuntansi di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntansi
Indonesia. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia digunakan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab
profesionalnya.

Kasanah (2013:86) berpendapat bahwa tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi
tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik.

Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi profesi akuntansi adalah :

a. Kredibilitas

Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

b. Profesionalisme
Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai
profesional di bidang akuntansi.

c. Kualitas Jasa

Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja
tertinggi.

d. Kepercayaan

Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang
melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Prinsip Etika, disahkan oleh Kongres

b. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan

c. Interpretasi Aturan Etika, dibentuk oleh Himpunan

Martadi dan Suranta berpendapat bahwa di Indonesia, penegakan kode etik dilaksanakan
sekurang - kurangnya oleh enam unit organisasi, yaitu:

a. Kantor Akuntan Publik

b. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik – IAI

c. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik – IAI

d. Dewan Pertimbangan Profesi IAI,

e. Departemen Keuangan RI

f. BPKP

Profesi adalah bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan merupakan profesi karena
profesi ini berkaitan dengan keahlian dan pendidikan.

Menurut Kasanah (2013:87) suatu pekerjaan dianggap sebagai profesi jika ia memiliki hal-hal
berikut ini :
a. Memiliki keterampilan (keahlian).

b. Memiliki kode etik sebagai kode standar moral perilaku.

c. Memiliki tanggung jawab profesional dan integritas pribadi.

d. Memiliki dedikasi kepada kehidupan publik.

e. Otonomisasi organisasi profesional menunjukkan bahwa manajemen organisasi.

f. Sebagai anggota salah satu organisasi profesional untuk mempertahankan keberadaan.

2.3 Kode Etik Akuntansi Indonesia


Menurut Kasanah (dalam Mulyadi, 2001) keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat
sukarela.

Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus memenuhi Prinsip Etika Profesi Akuntan,
yaitu:

a. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

3) Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga
harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi
dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

2) Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

3) Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling
berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus
bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi
kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.

4) Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan
Prinsip Etika Profesi ini.

c. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark)
bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang integritas adalah suatu elemen karakter yang
mendasari timbulnya pengakuan profesional yang diambilnya.

2) Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
3) Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar,
panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji
keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas
mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.

4) Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian
profesional.

d. Objektivitas

Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga
independensi dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya.
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika
sehubungan dengan objektivitas, Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangan antara lain :

1) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar
objektivitas harus dihindari.

2) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa
profesional mematuhi prinsip objektivitas.

3) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau hiburan yang dipercaya dapat
menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap
orang-orang yang berhubungan dengan mereka.

4) Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu
atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

2) Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.

3) Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan
mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati,
sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.

4) Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara saksama
setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.

f. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1) Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi
kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut
bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.

2) Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat
kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.

3) Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-
orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
4) Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan
anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau
terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.

5) Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak boleh
mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak
disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan
informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.

6) Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan
serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.

Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana
informasi rahasia dapat diungkapkan.

1) Apabila pengungkapan diizinkan.

Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak
termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.

2) Pengungkapan diharuskan oleh hukum.

Beberapa contoh di mana anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi
rahasia adalah untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk
mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.

g. Perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
proesional yang relevan.

Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI), International Federation of Accountants (IFA), badan
pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.3.1 Kode etik profesi akuntan publik

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang
berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. Bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa
profesional dalam praktik akuntan publik disebut dengan Kantor Akuntan Publik.

Praktik Akuntan Publik itu sendiri adalah pemberian jasa professional kepada klien yang dilakukan
oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan,
perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya, akuntan publik harus mematuhi Kode Etik Profesi
Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik), yaitu aturan etika
yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan
Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota
IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Hal yang perlu diperhatikan anggota KAP dalam menjalankan tugasnya, yaitu :

a. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental
independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance).

b. Integritas dan Objektivitas


Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan
faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
pertimbangannya kepada pihak lain.

Anggota KAP harus mematuhi standar umum beserta interprestasi yang terkait
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.

Standar umum tersebut adalah :

a. Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable)
diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan kesaksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan kesaksamaan
profesional.
c. Perencanaan dan supervise
Anggota KAP wajib merencanakan dan mengawasi secara memadai setiap pelaksanaan
pemberian jasa profesional.
d. Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi
simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, terdapat beberapa hal yang tidak diperkenankan untuk
dilakukan anggota KAP, yaitu :

a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain
suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap
laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut
memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari
prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam
keadaaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut di atas. Dalam
kondisi tersebut, anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila
tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi
dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum
akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan tanggung jawabnya
kepada klien, rekan seprofesi, dan tanggung jawab terkait praktik lain.

a. Tanggung jawab kepada klien

1) Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :

(a) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika kepatuhan
terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
(b) Memengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-
undang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atu melarang kepatuhan anggota
KAP tehadap ketentuan peraturan yang berlaku.
(c) Melarang review praktek professional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan kewenangan IAI;
atau
(d) Menghalangi anggota dari pengajuan-pengajuan keluhan atau pemberian komentar atas peyidikan yang
dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakkan disiplin anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak boleh memanfaatkan untuk
kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi klien yang harus dirahasiakan yang
diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya.
2) Fee Profesional
(a) Besaran fee
Besaran fee anggota dapat bervariasi bergantung beberapa hal, antara
lain:
(1) Risiko penugasan.
(2) Komplektifitas jasa yang diberikan.
(3) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut.
(4) Struktur biaya KAP yang bersangkutan dalam pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenalkan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi.
(b) Fee kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetaptakan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee bergantung
pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan
atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum
atau temuan badan pengatur.

Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut
dapat mengurangi independensi.

b. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

1) Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat
merusak reputasi rekan seprofesi.

2) Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila akan mengadakan perikatan
(engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik
pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara
memadai.

3) Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya
sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dulu ditunjuk klien, kecuali apabila
perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang
dibuat oleh badan yang berwenang.

c. Tanggung jawab dan praktik lain

1) Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan


yang mencemarkan profesi.

2) Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya


Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran sepanjang tidak
merendahkan citra profesi.

3) Komisi dan fee referal

(a) Komisi

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya
yang diberikan kepada atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien
atau pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan atau menerima komisi apabila
pemberian atau penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.

(b) Fee referal (Rujukan)

Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan atau diterima kepada atau dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama
profesi.

4) Bentuk organisasi dan KAP

Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra
profesi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi

Laporan Keuangan Raden Motor Diduga Salah

Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat

Selasa, 18 Mei 2010 | 21:37 WIB

JAMBI, KOMPAS.com – Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan
Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009,
diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.

Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada
kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut.

Fitri Susanti, kuasa publik tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa
(18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan para saksi,
terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini. Hasil
pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap ada kesalahan
dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI.

Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh
akuntan publik sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsinya.
“Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan keuangan
yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan
pihak kejaksaan dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri.

Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus tersebut di
Kejati Jambi.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap,
namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden
Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.

Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat
menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa saja yang juga
terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap kasus korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau memberikan
komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam dengan saksi Biasa
Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah kejaksaan
mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai
pimpinan Raden Motor. Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka,
pertama Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka
Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.

3.2 Pembahasan Kasus


Dalam kasus ini, Biasa Sitepu sebagai akuntan publik sudah melanggar prinsip Kode Etik Profesi
Akuntansi. Biasa Sitepu telah melanggar beberapa prinsip kode etik diantaranya adalah :

a. Tanggung jawab profesi


Tanggung jawab auditor adalah menyampaikan informasi secara lengkap, tetapi dalam kasus ini
Biasa Sitepu sebagai auditor tidak menyampaikan laporan keuangan secara lengkap. Ada empat
informasi dalam laporan keuangan yang tidak disampaikan.

Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor karena
tidak bersikap independen. Dalam kasus ini independensi yang dilanggar adalah independen dalam fakta
karena auditor bekerja sama dengan manajemen Raden Motor agar laporan keuangan terlihat wajar
untuk mendapatkan kredit dari BRI. Pelanggaran ini ditegaskan dalam kutipan “Semestinya data laporan
keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan
yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak
dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.”

b. Kepentingan publik

Setiap auditor berkewajiban untuk menjaga pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini auditor melanggar kode etik
tanggung jawab sehingga dapat mengurangi kepercayaan publik.

c. Integritas

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik, integritas mengharuskan


seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima
jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Dalam kasus ini
auditor tidak bersikap jujur dan tidak bereterus terang karena tidak menyampaikan informasi laporan
keuangan secara lengkap.

d. Objektivitas

Setiap auditor harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
menunaikan tanggung jawab profesional. Objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil serta bebas
dari pengaruh pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskan auditor untuk menghindari situasi-situasi
yang dapat membuat profesional mereka ternoda. Dalam kasus ini Biasa Sitepu sebagai auditor tidak
bersikap adil karena membantu laporan keuangan Raden Motor agar terlihat wajar sehingga merugikan
salah satu pihak, yaitu BRI.

e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional


Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi, dan
ketekunan. Auditor dituntut untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna, dan
memenuhi standar teknis dan etika yang berlaku. Dalam kasus ini Biasa Sitepu tidak memenuhi standar
teknis dan etika yang berlaku karena Biasa Sitepu tidak bertanggung jawab terhadap profesinya, tidak
dapat menjaga kepercayaan publik, dan tidak menjaga independensinya.

f. Perilaku profesional

Setiap auditor diwajibkan untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesinya.
Dalam kasus ini, auditor melakukan tindakan yang menyimpang yaitu tidak mengungkapkan informasi
dalam laporan keuangan secara lengkap.

g. Standar teknis

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Dalam kasus ini, Biasa Sitepu tidak mengikuti aturan yang berlaku sehingga
tidak menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan tanggung
jawabnya kepada klien, rekan seprofesi dan tanggung jawab terkait praktik lain.

Dalam kasus ini, terdapat tanggung jawab auditor yang tidak dipenuhi, yaitu tanggung
jawab kepada rekan seprofesi. Auditor wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi. Dalam kasus ini Biasa Sitepu
diduga terlibat dalam kasus manipulasi laporan keuangan Raden Motor untuk mendapatkan kredit dari
BRI yang berakibat rusaknya reputasi akuntan publik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bedasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini mengenai profesi akuntansi,
maka pada bagian akhir dari makalah ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
Seorang auditor profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien, tetapi
bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan menerapkan aturan etika dari Kode Etik
Profesi Akuntansi. Pada dasarnya Kode Etik Profesi akuntansi adalah pedoman untuk akuntan dalam
memegang tanggung jawab sosial terhadap publik, serta menjamin kepercayaan dalam tanggung jawab
profesi dan kepentingan publik. Prinsip Kode Etik Profesi Akuntansi yang telah ditetapkan sebagai sistem
moral dalam melaksanakan audit tidak diterapkan pada Biasa Sitepu saat memeriksa keuangan.

Jadi setiap profesi, khususnya profesi akuntansi dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus
sesuai dengan kode etik yang berlaku.
4.2 Saran
a. Bagi Auditor

Perlu memahami dan melaksanakan kode etik yang telah diterapkan, agar tidak bertindak menurut
kepentingan pribadi atau kepentingan klien tetapi harus bertindak demi kepentingan publik guna
menjaga kepercayaan masyarakat dan pihak berkepentingan tidak luntur.

b. Bagi pihak pejabat penilaian pengajuan kredit

Perlu meningkatkan independensi, agar tidak terpengaruh oleh beberapa hal secara subjektif. Sehingga
pihak instansi (BRI) tidak terkena dampak pemerosotan mengenai reputasi dan peran dalam pelayanan
kepada publik

c. Bagi perusahaan Raden Motor

Harus mempunyai kebijakan manajemen dalam mengambil keputusan, agar terpelihara dan
meningkatnya kepercayaan investor dalam melakukan usaha, sehingga dapat menunjang perwujudan
tanggung jawab sosial perusahaan Raden Motor kepada masyarakat luas.

d. Bagi pihak instansi BRI

Perlu melakukan seminar pada waktu tertentu kepada pegawai BRI atau pihak-pihak yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan tugas
untuk memenuhi kewajiban kepada bank serta meningkatkan SDM, terutama mengenai tanggung jawab
analisis permohonan kredit.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. ETIKA BISNIS DAN PROFESI. Jakarta: Salemba Empat.

Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2011. ETIKA BISNIS & PROFESI, UNTUK DIREKTUR, EKSEKUTIF DAN
AKUNTAN. Jakarta: Salemba Empat.

Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tersedia: http://belajar.ditpsmk.net/wp-content/uploads/2014/09/ETIKA-PROFESI-DAN-PROFESIONAL-
BEKERJA-X-1.pdf. 16 Mei 2015.

Natalia, Ghita. 2013. “Etika, Profesi, dan Etika Profesi”. Tersedia:


http://ghitanatalia.blogspot.com/2013/10/etika-profesi-dan-etika-profesi.html. 20 Mei 2015.

Permana, Yoga. 2013. “Pengertian Etika Menurut Para Ahli”. Tersedia:


http://yogapermana094.blogspot.com/. 16 Mei 2015.

Putri, Kompiang Martina Dinata dan I.D.G Dharma Suputra. (2013). “Pengaruh Independensi ,
Profesionalisme, dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali”. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 4.1, 39-53. Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82239&val=986. 16 Mei 2015

Utami, Yulitaning. “Etika Bisnis”. Tersedia: http://yulitaning.blogspot.com/2011/11/etika-bisnis.html. 17 Mei


2015.

Anda mungkin juga menyukai