Anda di halaman 1dari 4

Contoh Kasus Etika Profesi Akuntansi "Bongkar Skandal Bank Century

JAKARTA, KOMPAS.com Sejumlah tokoh dari kelompok lintas agama, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi mahasiswa, dan organisasi sosial kembali mendesak agar KPK segera
membongkar kasus dana talangan (bail out) kepada Bank Century senilai Rp 6,7 triliun. Kejahatan itu
menyangkut dana besar, diduga dimanfaatkan untuk kepentingan politik, serta ada gejala mau
dipetieskan. Seruan itu disampaikan para tokoh itu di Center for Dialogue and Cooperation among
Civilizations (CDCC) di Jakarta, Selasa (4/10/2011).
Mereka antara lain, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua
Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ton Abdillah Has, anggota Petisi 28 Aris Rusli,
penyair dan pengurus Kahmi Nasional Suparwan G Parikesit, Ketua Umum Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (Kammi) Muhammad Ilyas, serta pengurus Pusat Kajian dan Edukasi
Masyarakat (Pakem) Chris Siner Key Timu. Selain mereka, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih
(GIB) Adhie M Massardi, Komunitas Tionghoa Antikorupsi Lius Sungkharisma, aktivis Liga
Nasional Mahasiswa untuk Demokrasi Lamen Hendra Saputra, Sekteratis Jenderal Indonesian
Committee of Religions for Peace Theophilus Bela, dan Deklarator Dewan Penyelamat Negara
(Depan) Hatta Taliwang. Mereka mendesak agar skandal dana talangan Bank Century sebesar Rp 6,7
triliun dituntaskan. Kalau tidak, kasus ini akan menjadi bom waktu dan dosa warisan, yang akan terus
menuntut penyelesaian pada masa mendatang. KPK diminta agar mengambil langkah nyata dengan
memanggil dan memeriksa siapa pun yang diduga terlibat. Hasil audit forensik BPK perlu diungkap
ke publik. KPK juga diminta membeberkan semua bukti, termasuk surat-menyurat yang diduga
menjelaskan adanya izin dari puncak kekuasaan atas pengucuran dana talangan tersebut. DPR diminta
untuk menggunakan hak menyatakan pendapat. Semua anggota masyarakat madani, tokoh lintas
agama, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan kelompok antikorupsi diminta untuk terus mendorong agar
kasus ini tidak dipetieskan.
Analisis prinsip etika profesi akuntansi pada artikel bongkar skandal bank century
Sejumlah tokoh dari kelompok lintas agama, lembaga swadaya masyarakat, organisasi mahasiswa,
dan organisasi sosial kembali mendesak agar KPK segera membongkar kasus dana talangan (bail
out) kepada Bank Century senilai Rp 6,7 triliun.
ANALISIS : termasuk prinsip tanggung jawab profesi, sebagaimana di jelaskan sebagai
professional mempunyai peran penting dan sejalan dalam masyarakat dalam
mempertanggungjawabkan atas kepercayaan masyarakat dalam mengatur dan menyelesaikan
kasus tersebut.
Mereka mendesak agar skandal dana talangan Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun dituntaskan.
Kalau tidak, kasus ini akan menjadi bom waktu dan dosa warisan, yang akan terus menuntut
penyelesaian pada masa mendatang. KPK diminta agar mengambil langkah nyata dengan
memanggil dan memeriksa siapa pun yang diduga terlibat. Hasil audit forensik BPK perlu
diungkap ke publik.
ANALISIS : Prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional yang mengharuskan anggota
dalam memenuhi tanggung jawabnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini berarti anggota
mempunyai kewajiban dalam melaksanakan jasanya dan konsisten tanggung jawab profesi kepada
public.
KPK juga diminta membeberkan semua bukti, termasuk surat-menyurat yang diduga menjelaskan
adanya izin dari puncak kekuasaan atas pengucuran dana talangan tersebut. DPR diminta untuk
menggunakan hak menyatakan pendapat.
ANALISIS: termasuk dalam prinsip obyektivitas dimana suatu kualistas memberikan nilai atas
jasa yang diberikan anggota. Mengharuskan bersikap jujur, serta bebas dari pengaruh pihak lain.

JAMBI, KOMPAS.com - Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden
Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009,
diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi
mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang
otomotif tersebut. Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat
kasus itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya
dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik
dalam kasus ini. Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu
terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan
pinjaman ke BRI. Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan
tersebut oleh akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya. "Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam
laporan keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan
dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut," tegas Fitri. Keterangan dan fakta tersebut terungkap
setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu
sebagai akuntan publik dalam kasus tersebut di Kejati Jambi. Semestinya data laporan keuangan
Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang
diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat
semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik. Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya
berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan
adil dan menetapkan siapa saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar,
sehingga terungkap kasus korupsinya. Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus
ini belum mau memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka
Effendi Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut. Kasus kredit macet yang
menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah kejaksaan mendapatkan laporan adanya
penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden
Motor. Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi Syam
dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.
Analisis etika profesi akuntansi kasus akuntan public di duga terlibat

Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk
mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga
terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.
ANALISIS: Termasuk kedalam prinsip obyektivitas dimana memungkinkan prasangka yang
melanggar atau terlibat dalm kasus ini.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap,
namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden
Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.
Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat
menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa saja yang
juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap kasus korupsinya.
ANALISIS : Termasuk prinsip obyektivitas dimana dinyatakan dan digambarkan situasi dimana
tekanan itu terjadi, serta memastika orang-orang yang terlibat yang terjadi dalam kasus ini.

JAKARTA-Tidak menipu, tidak dapat uang. Rasanya itulah mahkota kehormatan yang tepat
disematkan pada Dee Kartika Djoemadi sang spin doctor Jasmev bergelar PHD abal-abal yang
siap menabuh genderang perang bagi pengkritik Jokowi.
Setelah kasus PHD palsu itu Kartika tidak berhenti berbuat ulah, ia pernah terlibat perseteruan
dengan Marissa Haque, kemudian membuat album religi ramadhan dan kemudian menipu
Muhammadiyah dan kini TwitWar dengan akun @triomacan.
Berikut tipu-tipu kecil sampai menipu skalan nasional yang dilakukan koordinator Jokowi-Ahok
Social Media Volunteers (JASMEV) ini dan mengaku sebagai spin doctor alias memang tukang
tipu 1000%, apa saja jenis tipuannya? Berikut daftarnya...
1) Menipu Status / Gelar Pendidikan, mengaku PHD, padahal cuma yang hanya S1 dari
Universitas Swasta Gunadharma ini.
Ia mengaku PHD dari PhD dari Amsterdam Universiteit, juga menipu dengan bergelar MSi dari
Fakultas Komunikasi UI. Ketua Jasmev ini selalu menyebut dirinya sebagai Spin Doctor,
memang profesi sehari-harinya adalah perekayasa opini di social media sampai merekayasa dusta
untuk Jokowi Ahok, trully a CYBER BULLYER.Naudzubillah
2) Menipu Umat Islam dengan merilis Album Religi Ramadhan.
Meski beragama Katholik 'Dee Kartika Djoemadi' ini sempat mondar mandir di Muhammadiyah
dan merilis album religi Ramadhan. Ia Koordinator Jokowi-Ahok Social Media Volunteers
(JASMEV) yang dikenal senang membela boneka Mafia Cina "Jokowi" dan brutal menyerang
para pengkritik Jokowi-Ahok.
3. Merangsek ke PP Muhamadiyah dan mencoba memasarkan liberalisme dan pluralisme
Tokoh muda Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya pun pernah mengecam sikap janda bernama
asli Dyah Kartika Rini Djoemadi, sikap lancang ala agen salibis ini meminta Ketua PP
Muhammadiyah memecatnya. Lalu sikap menentang kebenaran Islam juga ditampakkan dengan
ungkapan 'tidak wajibnya muslimah berjilbab' dan keukeuh tidak apa-apa memilih pemimpin nonMuslim.
Saat itu Mustofa pun menyarankan Kartika agar meminta maaf karena selama ini telah menipu
identitas agama. Namun saran Mustofa itu justru dituding sebagai SARA, hingga Kartika
mengusulkan kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dien Syamsudin untuk memecat
Mustofa.
Dee sudah masuk ke jantung Muhammadiyah, ikut rapat, itu sudah tidak etis. Sampai Dee
membuat album Ramadhan, padahal Dee mengaku Katolik. Dee bilang itu toleransi. Padahal itu
penghinaan, cetus Mustofa Nahrawardaya

Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya


membeberkan sejumlah bukti Koordinator Jokowi-Ahok Social Media Volunteers, Kartika
Djoemadi atau dikenal dengan nama Dee Dee telah menipu umat Islam dengan
berpenampilan seperti seorang Muslimah bahkan mengaku sebagai Muhammadiyah.
Awalnya tanggal 22 Januari 2013 Kartika mengaku sebagai Muhammadiyah. Saya kira dia
Muslimah, karena tahun lalu dia merilis album Ramadhan ini. Dengan berbaju seperti itu, saya
tak perlu lagi tanya agama dia dong. Saya punya kantor CDCC (Centre for Dialogue and
Cooperation among Civilizations), dimana sering kumpul tokoh beda agama yang mana agama
mereka jelas, pakaiannya jelas dan tidak ada tipu menipu identitas, ungkap Mustofa B.
Nahrawardaya, kepada voa-islam.com, Senin (28/1/2013).
Mustofa melanjutkan, terbongkarnya identitas Kartika Djoemadi yang beragama Katolik itu
melalui pengakuannya sendiri ketika ia diajak untuk shalat Maghrib.
Tapi tidak disadari oleh Kartika, pada sebuah twit dengan saya, dia mengaku Katolik. Dia
mengaku Katolik, ketika saya dengan sengaja mengajak dia untuk shalat Maghrib dulu, karena
adzan Maghrib sudah terdengar. Maksud saya, ketika adzan sudah didengar, mari kita hentikan
semua aktifitas, termasuk ngetwit, jelas pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP
Muhammadiyah ini.
Anehnya, ketika saya menyarankan dia minta maaf karena menipu identitas agama, dia menuduh
saya SARA. Kemudian, karena dia nuduh saya SARA, maka dia mention ke Ketua Umum PP
Muhammadiyah Bahkan dimention pula ke Wakil Ketua MPR Mas Hadjriyanto, tentu ini tidak
pantas. Seorang penipu terhadap Tuhan, menipu Islam, kok memberi usulan pemecatan pengurus
Ormas Islam, bebernya.(voa-islam.com) )

Anda mungkin juga menyukai