Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS MEDIA AUDIOVISUAL

SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peran perawat salah satunya sebagai pendidik/edukator untuk memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga pasien tentang asuhan keperawatan. Peran perawat
sebagai pendidik yaitu memberikan pendidikan, pengajaran, pelatihan, arahan dan
bimbingan kepada klien maupun keluarga klien dalam mengatasi masalah kesehatan
(Simamora, 2009). Perawat sebagai pendidik berperan dalam memberikan pengetahuan
kepada klien tentang tindakan medis yang diterima (Susanto, 2012). Perawat harus
mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga dengan berbagai
tingkat pendidikan sehingga ilmu dapat meningkatkan pengetahuan untuk merubah
perilaku.
Kemajuan teknologi sangat pesat, penggunaan sosial media sangat erat dengan
kehidupan sekarang, seiring dengan kemajuan teknologi pemilihan dan penggunaan
media pendidikan kesehatan menjadi berkembang . Media konvensional seperti, ceramah,
leaflet, lembar balik berubah menjadi media yang modern dengan banyak kelebihan dan
tingkat efektifitas yang tinggi yaitu audiovisual. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak
penelitian yang merekomendasikan penggunaan media pendidikan audiovisual untuk
pendidikan kesehatan yang tepat di masa pandemi yang membatasi tatap muka dalam
jumlah banyak.
Pemilihan media yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan
kesehatan. Media yang menarik akan memberikan keyakinan, sehingga perubahan
kognitif afeksi dan psikomotor dapat dipercepat. Audiovisual merupakan salah satu
media yang menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual (Setiawati dan
Darmawan, 2008). Pemilihan audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan dapat
diterima dengan baik oleh responden. Media ini menawarkan penyuluhaan yang lebih
menarik dan tidak monoton. Penyuluhan dengan audiovisual menampilan gerak, gambar
dan suara sedangkan penyuluhan dengan media cetak menampilkan tulisan dan suara
penyuluh secara langsung yang membuat terkesan formal (Rinik dkk, 2013) . Perawat
harus dapat mengetahui tingkat efektifitas media audiovisual dibanding dengan media
konvensional lainnya, oleh karena itu perlu dilakukan analisa dari hasil penelitian tentang
efektifitas penggunaan media audiovisual dalam pendidikan kesehatan.
RSU Banyumas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan
pelayanan kepada penderita thalassemia. Pelayanan mencakup pelayanan transfusi darah,
pemberian kelasi besi yang diberikan rutin dengan kunjungan berbeda antara transfusi
dan pengambilan kelasi besi sesuai dengan aturan Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS). Penatalaksanaan thalassemia yaitu transfusi darah, pemberian kelasi
besi dan dukungan psikososial, ketiganya harus beriringan sehingga dapat tercapai
kualitas hidup penderita thalassemia yang baik. Sebagian besar penderita thalassemia
adalah usia sekolah yang masih membutuhkan perhatian dan bimbingan untuk menjalani
perawatan. Salah satu kesulitan yang banyak diungkapkan orang tua penderita yaitu anak
sulit untuk minum obat karena bosan setiap hari harus minum obat.
Metode pendidikan kesehatan tentang thalassemia dan pentingnya kelasi besi
dengan tatap muka rutin dilaksanakan di ruangan dengan ceramah dan leflet. Pendidikan
kesehatan dengan pendekatan antar personal ditujukan kepada penderita yang sama sekali
tidak mau minum obat juga selalu dilakukan. Terbaru pendidikan kesehatan telenursing
menggunakan aplikasi SKEDit yang dilakukan oleh mahasiswa yang melakukan
penelitian di ruang thalassemia, hasil yang dicapai belum maksimal dibuktikan dengan
jumlah kunjungan pengambilan kelasi besi baru mencapai 40%. Ada beberapa penyebab
kurangnya jumlah kunjungan pengambilan kelasi besi salah satunya karena kurangnya
pengetahuan penderita tentang pentingnya kelasi besi.
Era pandemi seperti sekarang yang tidak memungkinkan untuk tatap muka
dengan social distancing, 75% penderita thalassemia adalah usia sekolah, metode
pendidikan kesehatan dengan beberapa media sudah dilakukan, membutuhkan modifikasi
media yang tepat sesuai dengan kondisi di atas. Perawat membutuhkan literatur sebagai
dasar pemilihan media pendidikan kesehatan.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui efektifitas media
audiovisual sebagai media pendidikan kesahatan dari beberapa penelitian. Perawat
sebagai edukator dapat menggunakan dan mengembangkan media audiovisual untuk
memberikan pendidikan kesehatan yang dapat diterima oleh masyarakat khususnya
penderita thalassemia di ruang thalassemia RSUD Banyumas.

BAB II PEMBAHASAN

A. METODE PENCARIAN LITERATUR


1. Kata kunci
2. Menentukan sumber
3. Temuan berapa
4. Kriteria inklusi dari jurnal

No Judul Peneliti Tahun Hasil


1. Efektifitas Audiovisual Rinik, E. K., 2013
sebagai Media Penyuluhan Yeni, R., and
Kesehatan terhadap Widyatuti.
Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap Ibu dalam Tatalaksana
Balita dengan Diare di Dua
Rumah Sakit Kota Malang
2. Efektivitas Metode Video dan Khotimah, S. K., 2019
Demonstrasi terhadap Kanga- Rahmawati, E.,
roo Mother Care Self Efficacy. and Susmarini,
D.
3. Pengaruh Pendidikan Aditya 2020 Nilai p value
Kesehatan Dengan Metode Ramadhani1, adalah
Ceramah Dan Media Meida Laely 0.001
Audiovisual Terhadap Ramadani2 dengan
Pengetahuan Tentang Infeksi media
Menular Seksual Pada Remaja audio
visual
ceramah
terdapat
p value
0.930,
4. “Efektivitas Penggunaan Woro 2019 Nilai t
Media Pembelajaran Audio Mahardikaning hitung > t tabel
Visual dengan Media Gambar Pratiwi = 3,223
dalam Meningkatkan Hasil > 2,434
Balajar IPS Siswa Kelas IV dan nilai
SDN Gugus Cakra Kota Sig. (2 –
Semarang” tailed) <
0,05
maka Ho
ditolak,
artinya ada
perbedaa
n yang
signifika
n

B. PEMBAHASAN
Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan
meningkatkan taraf kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). Menurut Erwin Setyo K (2012)
pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya dan tidak
hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan penuh kesadaran. Jadi Pendidikan
kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup sehat yang didasari atas kesadaran diri
baik itu di dalam individu, kelompok ataupun masyarakat untuk memlihara dan
meningkatkan kesehatan.
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar (Miarso,
Yusufhadi, 2007). Media pembelajaran peranannya sangat penting dalam mencapai
tujuan belajar. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi multimedia mampu memberi kesan
yang baik dalam bidang media pembelajaran karena bisa mengintegrasikan teks, grafik,
animasi, audio dan video (Daryanto, 2013).
Penelitian tentang efektifitas media audiovisual telah banyak dilakukan. Menurut
Rinik dkk (2013) dalam penelitian Efektifitas Audiovisual sebagai Media Penyuluhan
Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita
Dengan Diare Di Dua Rumah sakit Kota Malang diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna yaitu peningkatan pengetahuan dan sikap setelah dilakukan
pendidikan kesehatan. Penggunaan media audiovisual pada kelompok perlakuan;
sedangkan kelompok kontrol mendapatkan leaflet. Sampel pada penelitian ini sebanyak
30 untuk masing-masing kelompok, sehingga total sampel adalah 60 orang bertujuan
untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan balita
dengan diare. kelompok perlakuan diberikan penyuluhan kesehatan dengan media
audiovisual selama 15 menit dengan metode kelompok kecil (2-4 responden). Selama 35
menit ibu mengikuti penyuluhan kesehatan, diawali dengan fase orientasi selama 5 menit,
pemutaran media dilakukan selama 15 menit, dan diskusi serta penutup selama 15 menit.
Sedangkan pada kelompok kontrol menerima media leaflet. Setelah penyuluhan
kesehatan selesai langsung dilakukan post test untuk mengukur pengetahuan dan sikap
ibu. Hasil pada peningkatan pengetahuan dan peningkatan sikap menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Peningkatan sikap pada kelompok perlakuan 14% dan pada kelompok kontrol 7%.
Peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan 38% dan kelompok kontrol 20%.
Efektifitas metode video dan demonstrasi terhadap kangaroo mother care self
efficacy oleh Rahmawati dkk (2019) melakukan penelitian dengan satu kelompok
diberikan edukasi dengan metode video pada discharge planning kelompok lain
diberikan edukasi sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) pada discharge
planning di RS yaitu dengan cara demonstrasi KMC/praktik langsung. Penggunaan
kuesioner untuk mengambil data tingkat self efficacy melakukan KMC sebelum dan
sesudah diberikan edukasi di dalam discharge planning. Hasil skor pretest dan posttest
tidak terdapat perbedaan antara kelompok video dan kelompok demonstrasi. Hasil skor
pretest dan posttest sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan pada kelompok
video dan kelompok demonstrasi sehingga dapat disimpulkan penggunaan media video
dan demonstrasi berpengaruh terhadap peningkatan self efficacy.

Sebuah literature review Sari dan Sundari (2019), menganalisa beberapa


sumber berbahasa Inggris dan merangkum menggunakan systematic review dengan
PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses).
Systematic Reviews yaitu metode penelitian dengan merangkum hasil artikel penelitian
primer sebagai tujuan untuk menyajikan data lebih komprehensif dan berimbang.
Berdasarkan kajian dari beberapa artikel yang dijadikan sebagai bahan literatur review,
terdapat 4 (empat) hal penting tentang efektivitas penerapan video untuk meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran keterampilan klinis dalam pendidikan keperawatan.
Adapun aspek-aspek tersebut adalah efektivitas, efisiensi, pola penggunaan video dan
kualitas video. Aspek tersebut menjadi kelebihan penggunaan media audiovisual untuk
pendidikan kesehatan atau pendidikan di sekolah. Proses pengajaran dan pembelajaran
konvensional sebaiknya perlu dikolaborasikan atau dialihkan dengan menggunakan video
pembelajaran dan tidak hanya menggunakan metode ceramah saja (Sari dan Sundari.
2019).
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan efektifitas media audiovisual bahwa dari artikel
yang penulis kaji semua membuktikan penggunaan media audiovisual lebih efektif
dibanding media konvensioanal. Kelebihan penggunaan media audiovisual yaitu efektif,
efisien, lebih menarik karena menampilkan gambar, gerak, suara dan dapat diulang
berkali-kali. Penggunaan media audiovisual perlu memperhatikan isi materi yang akan
disajikan, kualitas video, efisiensi dan penggunaan video.
Perawat dapat mengembangkan media audiovisual menjadi lebih menarik dari
isi dan kualitas dengan dukungan teknologi. Penggunaan media konvensional masih
dapat digunakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Perawat dapat mengggabungkan
dengan media konvensional untuk menghasilkan cara pendidikan kesehatan yang
sempurna dan pesan tersampaikan dengan baik.

B. SARAN
1. Pembuatan media audiovisual untuk program pendidikan kesehatan di rumah sakit
atau di masyarakat.
2. Pelatihan proses pembuatan media audiovisual untuk mendapatkan hasil yang
lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA

Rinik, E. K., Yeni, R., and Widyatuti. (2013) Jurnal Ilmu Keperawatan Efektifitas
Audiovisual sebagai Media Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua
Rumah Sakit Kota Malang
Fajriyanti, L.A., Nurmala, I., and Hargono, R. (2020). The Phenomenon of Patient Health
Education by Nurses in Hospital. Indian Journal of Public Health Research &
Development, 11(3), 1606-1609
Sari, I.P and Sundari, S. (2019). Penerapan Video Pembelajaran dapat Meningkatkan
Keterampilan Klinis dalam Pendidikan Keperawa-tan: A Literature Review.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 5(1), p. 34-41
Erwin Setyo K. (2012). Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Pendidikan Kesehatan.
Yogyakarta: FIK UNY.
Setiawati, S., & Dermawan, A.C. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan
kesehatan. Jakarta: Trans info media.
Viswasom, A. A., & Jobby, A. (2017). Effectiveness of Video Demonstration over Con-
ventional Methods in Teaching Osteology in Anatomy. Journal of Clinical and
Diagnostic Research, 11(2), 9–11
Khotimah, S. K., Rahmawati, E., and Susmarini, D. (2019). Efektivitas Metode Video
dan Demonstrasi terhadap Kanga-roo Mother Care Self Efficacy. Jurrnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia 5(2), p. 136-145
Notoatmodjo, Soekijo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Simamora, R. (2019). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan Menggunakan
Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal
Keperawatan Silampari, 3(1), 342 351.

MAKALAH PENGEMBANGAN PROFESI

EFEKTIFITAS MEDIA AUDIOVISUAL


SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN

RESTUTI S. Kep. Ns

Anda mungkin juga menyukai