Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Makanan pokok merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Penduduk
di setiap daerah mengonsumsi makanan pokok yang berbeda-beda. Perbedaan ini
sangat tergantung oleh faktor-faktor seperti jenis tanaman penghasil bahan makanan
yang biasa tumbuh di daerah tersebut serta kebiasaan makan yang diwariskan oleh
budaya setempat melalui proses sosialisasi. (Hidayah, 2011)
Beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Selain
karena teknik bertani padi yang sudah banyak dikuasai oleh penduduk, pengolahan
dan pemasakan beras tergolong mudah. Beras memiliki beberapa keuntungan
diantaranya mudah dalam pengolahan, dapat dilakukan variasi penyajian, rasanya
netral dan enak, dan mengandung gizi seperti karbohidrat tinggi kalori, protein,
mineral, dan vitamin yang berfungsi untuk mendukung aktivitas tubuh manusia.
Pasar di daerah Kabupaten Sleman banyak beredar jenis beras, antara lain
beras lokal dan beras impor. Beras lokal yang beredar antara lain beras Delanggu,
beras Bantul dan beras Sleman Sembada. Keanekaragaman jenis beras digolongkan
berdasarkan karakter bulir beras, kegunaan dan kualitas beras. Untuk mendapatkan
nasi dengan kandungan gizi yang baik tentu masyarakat perlu memperhatikan
beberapa hal dalam memilih beras. Beras yang dipilih oleh masayarakat untuk
konsumsi sehari-hari biasanya dengan kriteria pulen, putih dan wangi.
Tidak semua hasil panen padi menghasilkan produk beras yang baik dan
digandrungi masyarakat. Untuk mempertahankan kualitas dan nilai jual beras tak
jarang produsen menggunakan bahan tambahan pangan untuk memperpanjang masa
simpan atau memperbaiki cita rasa, aroma dan warna. Perkembangan teknologi
pengolahan pangan yang semakin pesat menyebabkan produsen semakin melakukan
variasi produk dengan menambahkan bahan tambahan pangan (BTP) untuk
meningkatkan kualitas. Usaha tersebut terkadang memiliki efek negatif karena
produsen hanya mementingkan produk ini harus disukai konsumen tanpa
memperhatikan apakah bahan tambahan pangan yang ditambahkan dilarang atau
berbahaya.
Salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang ditambahkan dalam beras
adalah pemutih klorin. Penambahan klorin pada beras dimaksudkan agar beras yang
standar terlihat putih dan mengkilat seperti beras kualitas super, sehingga harga jual
dapat semakin tinggi. Padahal klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan
dalam kelompok pemutih atau pematang tepung menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dan pada Peraturan Menteri
Pertanian No.32/Permentan/OT.110/3/2007, klorin tercatat sebagai bahan kimia
berbahaya pada proses penggilingan padi, huller, dan penyosoh beras. Klorin penting
digunakan sebagai pemutih kertas dan pakaian. Selain itu klorin menjadi bahan kimia
pereaksi dalam pabrik logam klorida, bahan pelarut klorinasi, pestisida, desinfektan
pada sistem penyaringan limbah dan kolam renang. Dampak negatif klorin bagi
kesehatan apabila tertelan adalah menyebabkan keracunan, gangguan sistem
kekebalan tubuh, iritasi mulut dan lambung, merusak hati, ginjal, gangguan
pencernaan, dan gangguan sistem saraf. (Science Lab, 2007).
Penelitian mengenai analisis klorin pada beras putih cukup beragam, mulai
dari identifikasi klorin secara kualitatif dan kuantitatif dengan variasi merek beras dari
daerah lokal hingga variasi frekuensi pencucian beras putih. Penulis tertarik
mengambil peluang untuk mengidentifikasi keberadaan klorin pada beras yang
beredar di pasar Kabupaten Sleman. Dengan alasan agar masyarakat Yogyakarta
khususnya Sleman lebih perhatian dan waspada dalam memilih beras sebagai bahan
makanan pokok.
Teknik analisis kandungan klorin pada beras dapat dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Cara kualitatif yaitu dengan reaksi warna, dan cara kuantitatif atau
penentuan kadar klorin yaitu dengan titrasi iodometri, sektrofotometri dan metode
argentometri
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang muncul yaitu:
1. Beras sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia memiliki jenis yang
bervariasi sesuai dengan kegunaan dan kualitas hasil panen.
2. Tidak semua hasil panen memiliki kriteria beras yang putih, pulen dan wangi
sesuai dengan minat masyakarat.
3. Untuk kepentingan peningkatan kualitas beras, terdapat produsen yang sengaja
menambahkan zat aditif terlarang seperti klorin untuk pemutih dan desinfektan.
4. Klorin dilarang untuk zat aditif pada beras.
5. Tidak semua masyarakat paham dengan ciri-ciri beras yang mengandung klorin.
6. Masih sedikit penelitian tentang analisis kandungan klorin pada beras yang
beredar di pasar Kabupaten Sleman.
7. Teknik analisis klorin pada beras dapat dilaksanakan dengan cara kualitatif (reaksi
warna) dan kuantitatif (titrasi iodometri, spektrofotometri dan argentometri).
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan adalah analisis kadar klorin pada beras putih (lokal dan
impor).
2. Produk beras yang menjadi sampel uji adalah lima jenis beras lokal dan impor
yang beredar di pasar Kabupaten Sleman (Pasar Demangan, Pasar Terban dan
Pasar Condong Catur).
3. Kandungan klorin dianalisis secara kualitatif (reaksi warna) dan kuantitatif (titrasi
iodometri) penentuan kadar klorin pada beras dengan variasi frekuensi pencucian
beras.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dari permasalahan yang ditentukan, maka dapat ditemukan
masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Apa saja jenis beras lokal dan impor yang beredar di pasar daerah Kabupaten
Sleman?
2. Apa ciri-ciri jenis beras yang mengandung klorin?
3. Bagaimana langkah menganalisis kandungan klorin pada beras sampel uji secara
kualitatif dan kuantitatif?
4. Berapa kadar klorin yang terkandung beras sampel uji?
E. Tujuan
1. Mengetahui jenis beras lokal yang beredar di pasar daerah Kabupaten Sleman.
2. Mengidentifikasi beras yang mengandung klorin.
3. Mengetahui cara analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan klorin pada beras
sampel uji.
4. Menganalisis kandungan klorin dalam beras sampel uji secara kualitatif dengan
reaksi warna.
5. Menentukan kadar klorin yang terkandung dalam beras sampel uji dengan titrasi
iodometri.
F. Manfaat
Hasil penelitian analisis kadungan klorin pada beras lokal yang beredar di pasar
daerah Kabupaten Sleman diharapkan memiliki manfaat, diantaranya:
1. Masyarakat lebih memperhatikan bahan makanan yang akan dibeli dan
dikonsumsi terutama beras.
2. Penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran untuk mengembangkan uji kandungan
klorin pada bahan makanan lainnya.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Kajian Teori
1. Beras Putih
Di bawah ini merupakan tabel ciri-ciri beras yang megandung klorin dan tidak
mengandung klorin (Norlatifah, 2012)

No Beras Mengandung Klorin Beras Tanpa Klorin


1 Warna putih sekali Warna putih kelabu
2 Beras lebih mengkilap Beras tidak mengkilap
3 Licin dan tercium bau kimia Kesat dan tidak berbau
4 Jika dicuci, warna air hasil cucian Jika dicuci, warna air hasil cucian
beras kelihatan bening beras keruh dan kekuningan
5 Jika beras direndam selama 3 hari, Jika beras direndam selama 3 hari,
tetap bening dan tidak berbau beras akan menimbulkan bau tidak
sedap
6 Ketika sudah dimasak dan ditaruh Ketika sudah dimasak dan ditaruh di
di dalam penghangat nasi dalam dalam penghangat nasi tahan 1 hari 1
semalam nasi sudah menimbulkan malam tanpa menimbulkan bau tidak
bau tidak sedap sedap.

2. Lembar Data Keselamatan (MSDS) Klorin

Poin Data
Deskripsi
Keselamatan
Nama Produk Klorin
Kegunaan Desinfektan, agen pemutih
Komposisi Natrium hipoklorit 1-5%
Natrium hidroksida 0,1-1%
Deskripsi bahaya Kesehatan: Iritan untuk mata dan kulit. Kontak dengan
asam dan ammonia dapat membebaskan gas toksik
Kebakaran dan Ledakan: Tidak ada bahaya kebakaran
dalam produk ini.
Lingkungan: Penggunaan dengan normal tidak
menyebabkan kerusakan lingkungan. Penggunaan dalam
jumlah banyak, karena produk memiliki pH tinggi, dapat
menyebabkan kerusakan sementara pada tanaman dan
kehidupan perairan. Hipoklorit dapat terurai menjadi
natrium klodifa dan oksigen
Prosedur P3K Umum: tunjukkan lembar data keselamatan pada dokter
Terhirup: jika terasa tidak nyaman, hirup udara segar
Kontak dengan kulit: basuh segera dengan air yang cukup,
singkirkan segera pakaian yang terkontaminasi
Kontak dengan mata: basuh dengan air dalam jumlah yang
banyak secara terus menerus selama 15 menit.
Tertelan: Minum 2-3 gelaas air atau susu. Jangan
menstimulasi untuk memuntahkan. Hubungi dokter/medis
Karakteristik Bentuk: cairan (liquid)
fisika dan kimia Bau: klorin
Warna: Kuning terang
Kelarutan: Sangat larut dalam air
pH (pensuplai): 12,8
pH (larutan): 11 pada 1% larutan
Stabilitas dan Reaktif pada asam dan ammonia. Kontak dengan asam
rekativitas dapat membebaskan gas toksik. Kontak dengan ammonia
dapat membebaskan gas berbahaya kloramin.
Informasi Bahan bersifat basa dan mengiritasi.
Toksikologi Tidak mengandung bahan yang mudah menguap, tidak
berbahaya jika asap/uap klorin terhirup.
Mengiritasi kulit.
Mengiritasi mata.
Jika tertelan dapat mengiritasi mulut dan saluran lambung.
Tidak ada efek kronis jika digunakan dalam batas yang
wajar.
Komposisi bahan tidak terdeteksi karsinogen.
Komposisi bahan tidak terdeteksi berbahaya untuk usus.
Komposisi bahan tidak terdeteksi berbahaya untuk
reproduksi.
Komposisi bahan tidak terdeteksi menyebabkan kerusakan
genetik.
3. Analisis klorin dengan metode reaksi warna dan titrasi iodometri
B. Kerangka Berpikir
Beras adalah makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras
memiliki keunggulan mudah dalam pengolahan, rasanya netral dan mengandung gizi
yang cukup untuk bekal tubuh beraktivitas. Beras yang popular dijadikan makanan
pokok adalah beras putih. Beras putih yang diminati masyarakat memiiki kriteria
antara lain; pulen, putih dan wangi. Faktanya tidak semua hasil panen menghasilkan
beras dengan kriteria tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas tersebut terdapat beberapa produsen yang
menggunakan cara instan yaitu dengan menambahkan zat pemutih (klorin) pada saat
penggilingan padi. Padahal klorin bukan merupakan bahan tambahan pangan.
Larangan penggunaan korin telah disebutkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 bahwa klorin tidak tercatat sebagai
BTP dalam kelompok pemutih atau pematang tepung dan pada Peraturan Menteri
Pertanian No.32/Permentan/OT.110/3/2007, klorin tercatat sebagai bahan kimia
berbahaya pada proses penggilingan padi, huller, dan penyosoh beras. Meskipun
demikian distribusi beras yang menggunakan klorin perlu diwaspadai. Beras tersebut
bisa saja beredar dengan bebas di pasar swalayan atau pasar tradisional. Dalam hal ini
masyarakat perlu lebih teliti dalam membeli beras dengan melihat ciri-cirinya.
Yogyakarta merupakan kota besar. Tidak menutup kemungkinan bahwa beras
yang beredar di kota ini berasal dari beberapa produsen beras lokal maupun beras
impor. Pemeriksaan kandungan klorin pada beras yang beredar di Yogyakarta perlu
dilakukan supaya masyarakat lebih yakin dan perhatian pada beras yang akan dibeli.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan langkah pertama yaitu pengambilan sampel beras
di pasar tradisional dan swalayan di Kabupaten Sleman, kemudian diidentifikasi
secara kualitatif menggunakan reaksi warna dan kuantitatif, yaitu menentukan kadar
klorin pada air cucian beras pertama hingga keempat menggunakan titrasi iodometri.
BAB III
Metode Penelitian
A. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain: lima sampel beras yang
beredar di pasar Kabupaten Sleman masing-masing 10 gram, akuades, kristal natrium
tiosulfat, asam asetat, amilum 1%, kristal kalium iodida.

B. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain: aluminium foil, satu set
alat titrasi dengan beaker glass 250 ml, corong, kertas saring, batang pengaduk, labu
ukur, neraca analitik, dan pipet tetes.

C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Sampel beras ditimbang dengan massa10 gram kemudian ditempatkan di gelas
beaker. Dilakukan penambahan akuades sebanyak 50ml dan dikocok, ditutup
menunakan aluminium foil.
Air beras disaring kemudian diambi filtratnya.
Semua perlakuan diatas dikenakan pada 5 sampel beras yang memiliki ciri-ciri
mengandung klorin.
2. Analisis Kualitatif
Cara Pemeriksaan Kontrol Sampel Negatif
Filtrat air beras diambil 10 ml kemudian diberi 3 tetes larutan amilum 1% dan
kalium iodide 10% 3-5 tetes. Warna akan tetap bening.
Filtrat air beras diambil 10 ml kemudian diberi 3 tetes larutan amilum 1% dan
kalium iodide 10% 3-5 tetes. Jika menunjukkan uji positif maka sampel uji
berwarna biru lembayung.
3. Analisis Kuantitatif
Filtrat beras yang teruji positif mengandung klorin pada analisis kualitatif, 10 ml
filtrat diletakkan di tabung reaksi. Dilakukan penambahan 2 g kalium iodide dan
10 ml asam asetat. Lakukan titrasi iodometri dengan titran natrium tiosulfat 0,01
N. Penambahan indikator amilum dilakukan ketika sebelum titik ekivalen terjadi
yaitu ketika larutan sampel berwarna kuning jerami. Agar kesalahan titrasi dapat
diminimalisasi. Titrasi dilanjutkan hingga warna biru hilang.
Lakukan titrasi blanko untuk pembanding. Penentuan persen kadar klor dengan
rumus:
100 Vt x N x 0,03546
Kadar Klor aktif (%) = x x 100%
10 w
Keterangan:
100= volume filtrat
10 = volume filtrat yang diambil
Vt = vol.titrasi
N = Normalitas Natrium Tiosulfat
w = berat sampel
4. Variabel
Variabel terikat : keberadaan klorin dalam beras dan kadar klorin
Variabel bebas : frekuensi pencucian beras dan jenis beras
Variabel kontrol : volume, suhu dan tekanan

D. Bagan Penelitian
Diadopsi dari Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia penelitian analisis kandungan
klorin karya Dewi Rosita, dkk tahun 2016
Uji Kualitatif (Reaksi Warna)

+ 50 ml akuades,
Beras 10 g Penyaringan 10 ml filtrat
dikocok

Lanjut uji Pengulangan Uji positif: + kalium iodide 10%


kuantitatif 2-3 kali warna biru dan amilum 1%

Uji Kuantitatif (Titrasi Iodometri)

Perlakuan:

Beras 10 g (positif Penentuan kadar


Pencucian pertama
dalam uji kualitatif) klorin cucian 1

Dilanjutkan hingga Penentuan kadar


Pencucian kedua
4x pencucian klorinfiltrat cucian 2
Teknik Titrasi Iodometri
10 ml filtrat beras Titrasi dengan
+2 gram KI dan 10
yang positif dalam Natrium tiosulfat
ml asam asetat
uji kualitatif 0,01N

Lakukan titrasi + indikator amilum


Titrasi hingga
blanko untuk ketika larutan
warna biru hilang
pembanding menjadi kuning jerami

DAFTAR PUSTAKA

Adelina Irmayani, dkk. 2013. Kebiasaan Pencucian Raskin dan Residu Zat Pemutih (Klorin) di
Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2013. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Dewi Rosita, dkk. 2016. Analisis Kandungan Klorin pada Beras yang Beredar di Pasar Besar Kota
Malang sebagai Sumber Belajar Biologi. Diunduh dari Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia
Vol. 2 No. 1 tahun 2016 diunduh pada 21 September 2018.
Lilleborg. 2007. Safety Datasheet Klorin. Norge: Oslo Sandakerv 56. Diunduh pada 1 Oktober 2018.
Sofia Rahmi. 2016. Identifikasi Kualitatif Klorin pada Beras yang Diperjualbelikan di Pasar. Medan:
Jurnal Universitas Muslim Nusantara Vol. 2 No. 1 Oktober, Th. 2016.
Wahyu Tilawati, dkk. tanpa tahun. Identifikasi dan Penetapa Kadar Klorin (Cl2) dalam Beras Putih
di Pasar Tradisional Klepu dengan Merode Argentometri. Diunduh dari Jurnal CERATA
Journal of Pharmacy Science pada 21 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai