KONSELING KELOMPOK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Teknik Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Rima Irmayanti, M.Pd
Disusun oleh :
FAKULTAS PENDIDIKAN
KOTA CIMAHI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada Saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dengan Judul Makalah
Pendekatan Dan Teknik Dalam Konseling Kelompok.
Semoga dengan adanya tugas ini mampu membawa manfaat kepada penulis dan
pembaca dapat menjadi khazanah ilmu, Penulis sepenuhnya menyadari bahwa segala
upaya yang peneliti lakukan dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa ada bantuan, doa dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak.
Penyusun.
DAFTA
R ISI
2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 3
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 6
C. TUJUAN PENULISAN 6
BAB II 6
A. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy 7
B. Tujuan Cognitive Behavior Therapy 7
C. Teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT) 8
BAB III 9
1) KESIMPULAN DAN SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
Konseling kelompok bukan sebagai sebuah perspektif tetapi sebagai suatu
teknik dan strategi dalam konseling. Banyak tulisan yang mendiskusikan tentang
konseling individual namun demikian konseling kelompok kurang banyak menjadi
bahan kajian dalam forum-forum konseling. Schmidt (2003) mengemukakan bahwa
konseling kelompok dan bimbingan kelompok merupakan dua proses yang digunakan
oleh konselor sekolah untuk mengatasi antara lain perhatian dan minat siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pendekatan Bimbingan Kelompok?
2. Teknik Bimbingan Konseling?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengatahui pendekatan pendekatan bimbingan kelompok.
2. Untuk mengatahui Teknik bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Pendekatan dan Teknik Bimbingan Kelompok Psikoanalisis
Teori konseling psikoanalisis merupakan teori tertua, sehingga sebagian besar
mendapat sentuhan pengaruh dari pendekatan psikoanalitik. Pembahasan dalam
pendekatan psikoanalitik terarah pada tahap-tahap perkembangan kehidupan individu
dan juga evolusi dalam kehidupan dan proses kelompok analitik sendiri (Kurnanto, M.
Edi, 2013: 35-36).
Selain tahap terdapat pula beberapa teknik dasar yang biasa digunakan
didalam konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalitik menurut M. Edi
Kurnanto (2013: 40-46), yaitu:
b. Penafsiran (Interpretation)
5
dimanifestasikan melalui mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan
oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
c. Analisis Resistensi
d. Analisis Transferensi
Tokoh dari teori psikoogi individual adalah Alfred Adler. Teori psikologi
individual, walaupun pada mulanya tidak didesain khusus dalam layanan konseling
kelompok, namun dalam perkembangannya teori ini juga digunakan dalam konseling
kelompok. Adler dan para pembantunya menggunakan pendekatan kelompok dalam
pusat bimbingan anak di Wina sejak tahun 1921.
6
Dalam psikologi individual terdapat tiga teknik dalam pelaksanaan konseling psikologi
individual kelompok, yaitu:
b. Analisis mimpi adalah teknik dimana konselor meminta konseli agar dapat
mengungkapkan impiannya, tahap selanjutnya adalah konselor untuk
menganalisis impian atau mimpinya tersebut. Menurut Adler, mimpi
merupakan refleksi gambaran tujuan hidup konseli. Dengan menganalisis
mimpi yang dialami oleh konseli maka konselor dapat memperkirakan tujuan
hidup konseli. Atas dasar irukemudian onselor membantu konseli.
Disebut juga dengan istilah teori diri (self theory), konseling non-directive dan
konseling Rogerian. Nama pencetus teori ini adalah Carl R. Rogers. Pendekatan ini
didasari bahwa manusia cenderung bergerak ke arah keseluruhan dan ke arah
perwujudan diri dan bahwa anggota kelompok sebagai individu dan juga kelompok
sebagai keseluruhan itu dapat menemukan arah sendiri dengan bantuan yang
minimum dari konselor kelompok atau fasilitator.
Menurut Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 55) pendekatan
berpusat pada pribadi menekankan mutu pribadi konselor daripada ketrampilan
teknisnya dalam memimpin kelompok, karena tugas dan fungsi utama dari fasilitator
kelompok adalah mengajarkan apa yang diperlukan untuk menciptakan suatu iklim
yang subur dan sehat di dalam kelompok.
Iklim tersebut dibentuk antar anggota-anggota kelompok dan fasilitator
dengan menciptakan hubungan yang didasari oleh sikap tertentu seperti pemahaman
empatik yang teliti, penerimaan, penghargaan yang positif, kehangatan, perhatian,
rasa hormat, keaslian (genuineness), spontan dan pengungkapan diri (self disclosure).
Pendekatan berpusat pada pribadi ini mempunyai kesamaan dengan pendekatan
eksistensial dalam arti keduanya memiliki prinsip-prinsip pokok yang bersamaan.
Dalam conseling clien centered, tidak menggunakan pola khusus dalam
pelaksanaannya. Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 60-62),
7
mengemukakan beberapa pola umum, walaupun pola ini bukan merupakan tahapan
baku, yang dalam pelaksanaannya bukan merupakan urutan-urutan, yaitu:
1. Mencari arah yaitu diberikan atau diarahkan oleh konselor agar tidak
menimbulkan kekacauan.
Yang perlu ditekankan dalam kaitan ini adalah, bahwa pola-pola dalam proses
konseling kelompok berpusat pada konseli tersebut bukanlah sebuah proses yang
terjadi secara berurutan. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa setiap tahap
merupakan suatu proses yang mengedepankan munculnya perubahan pada kelompok
dan juga pada individu-individu dalam kelompok. Hak perlu dikemukakan agar para
konselor tidak terjebak oleh tahapan-tahapan sebagaimana dalam teori konseling
kelompok lain.
8
1. Acceptance (penerimaan)
2. Respect (rasa hormat)
3. Understanding (mengerti, memahami)
5. Encouragement (dorongan)
9
strategi kegiatan bantuan yang dapat digunakan dalam tahap pelaksanaan sebagai
berikut :
a. Penguatan kembali
Penguatan kembali adalah prosedur intervensi yang penting dalam konseling
kelompok perilaku.
b. Kontrak kontingensi
Menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan, penghentian kegiatan,
hadiah yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan, kondisi-kondisi untuk
menentukan pemberian hadiah.
c. Pemberian contoh
Merupakan alat mengajar yang sangat kuat yang digunakan dalam konselor
kelompok perilaku.
d. Gladi perilaku
Tujuan utama untuk mempersiapkan para konseli supaya mampu
menampilkan perilaku yang dikehendaki dan telah diperoleh dalam suasana di
luar kelompok konseling.
e. Melatih
Pelatih duduk dibelakang peserta yang sedang melakukan gladi perilaku.
Latihan bisa dipercepat agar anggota segera mampu melakukan perilaku
secara mandiri, sebelum mencoba dalam suasana kehidupan sehari-hari di luar
kelompok.
f. Penataan kembali kognisi
Proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif
pemikiran tertentu terhadap perilaku dan belajar mengganti kognisi tersebut
dengan pemikiran yang lebih realistik dan cocok.
g. Pemecahan masalah
Tujuannya untuk menemukan alternatif yang paling efektif untuk menangani
situasi permasalahan dan memberikan latihan yang sistematik tentang
keterampilan kognitif dan perilaku yang dapat membantu konseli untuk secara
mandiri menangani situasi permasalahan dalam dunia yang sesungguhnya.
h. Tahap akhir
Pertama, konselor berusaha membantu anggota kelompok untuk mengalihkan
perubahan yang telah diperolehnya kepada keadaan yang sebenarnya dalam
lingkungan sehari-hari. Perlu juga diberikan latihan kepemimpinan dan
kemandirian. Pada tahap ini juga dilakukan perencanaan untuk tindak lanjut
kegiatan kelompok untuk mengetahui sampai dimana perilaku baru dapat
diterapkan dengan berhasil dalam kehidupan sesungguhnya.
10
Selain tahap-tahap yang harus dijalankan dalam proses konseeling
behavioral terdapat beberapa teknik yang harus dikuasai oleh konselor, yaitu:
11
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai
teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini
memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan
tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan antar
pertemuan konseli.
K. Homework assignment (Pekerjaan Rumah)
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas/aktivitas yang
dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti
mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan
bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
L. Role Playing (bermain peran)
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan
yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku
tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan.
12
emotive), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting).RET merupakan aliran
psikoterapi uang berlandaskan bahwa manusia terlahir dengan potensi. Baik untuk
berfikir rasional dan jujur maupun berfikir irasional dan jahat. Ellis memandang
manusia bersifat rasional dan irasional. Dengan mengoptimalkan kekuatan
intelektualnya, seseorang dapat membebaskan dirirnya dari gangguan emosional.
Unsur utama terapi emotif adalahasumsi bahwa berfikir dan emosi bukan dua proses
yang terpisah. Rasional emotif menekankan pada kebersamaan dan interaksi antara
berperilaku atau tindakan. Dalam pendekatan ini konselor berusaha untuk dapat
mengubah cara berfikir, cara berperasaan, dan berperilaku.
2. Teknik-teknik Behavioristik
● Teknik sosial modeling (pemodelan sosial), yakni teknik yang digunakan untuk
memberikan perilaku-perilaku baru pada konseli.
● Teknik live model (model dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang
13
komplek dalam bentuk percakapan sosial, interaki dengan memecahkan masalah-
masalah.
3. Teknik-teknik Kognitif
Sedangkan teknik yang terdapat dalam pendekatan analisis transaksional yang harus
dikuasai oleh konsselor adalah:
14
c. Potency (Potensi) adalah kemampuan atau keahlian konselor menggunakan
semua ketrampilannya pada waktu yang terbaik sehingga menjadi efektif dan
optimal.
d. Operations (Teknik-teknik Khusus) adalah teknik-teknik tambahan yang berjumlah
delapan yaitu interogasi merupakan cara konselor memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada konseli, spesifikasi merupakan mengenali perilaku konseli
serta menempatkan pada kategori yang tepat, konfrontasi merupakan cara
konselor untuk menunjukkan ketidakajegan dalam perilaku konseli, eksplanasi
merupakan prosedur SED konselor menjelaskan atau mempertanyakan kepada
konseli terkait perilakunya, ilustrasi merupakan cara konselor memperjelas materi
atau bahan pembicaraan kepada SED konseli, konfirmasi merupakan upaya
konselor membentu konseli menyadari bagaimana perilaku itu uncul kembali, dan
interpretasi upaya membantu konseli memahami alasan-alasan dibalik
perilakunya.
Terapi realiatas bisa ditandai sebagai terapi yang efektif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya dilakukan pada ketentuan-ketentuan dan potensi-potensi
konseli yang berhubungan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan hidup. Dalam membantu konseli untuk menciptakan identitas
keberhasilan, menurut Corey (2003, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 82-83) terapis bisa
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
2. Menggunakan humor.
15
6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.
8. Melibatkan diri dengan konseli dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih
efektif.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling tidak sedikit tentang
beberapa pendekatan dalam konseling kelompok. Akan tetapi, karena setiap manusia
16
memiliki keterbatasan dan kekurangan maka kami mengharapkan kritik dan dan saran
dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman–teman. Sebab jalan menuju
kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya dengan makalah ini dengan
adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait maka makalah ini menuju jalan
kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://royvanblog.wordpress.com/2016/06/24/pendekatan-dalam-konseling-kelompok/
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1724090098/03Tugas%20pertemuan
%203%20psikologi%20konseling%20bu%20dewi%20(mohammad%20auzan).pdf
http://bk.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/Modul-Konseling-Kelompok-
Behavioral.pdf
https://www.google.com/amp/s/royvanblog.wordpress.com/2016/06/24/pendekatan-
dalam-konseling-kelompok/amp/
17