Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDEKATAN DAN TEKNIK DALAM

KONSELING KELOMPOK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Teknik Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Rima Irmayanti, M.Pd

Disusun oleh :

Meylina Amalda Pratama 20010023

Susanti Cahyaningrum 20010101

Yandi Frinsha Yanuari 20010198

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS PENDIDIKAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

KOTA CIMAHI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada Saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dengan Judul Makalah
Pendekatan Dan Teknik Dalam Konseling Kelompok.

Semoga dengan adanya tugas ini mampu membawa manfaat kepada penulis dan
pembaca dapat menjadi khazanah ilmu, Penulis sepenuhnya menyadari bahwa segala
upaya yang peneliti lakukan dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa ada bantuan, doa dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak.

Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya


sehingga akhirnya laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya sebagai pembaca serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Cimahi, Oktober 2021

Penyusun.

DAFTA
R ISI

2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 3
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 6
C. TUJUAN PENULISAN 6
BAB II 6
A. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy 7
B. Tujuan Cognitive Behavior Therapy 7
C. Teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT) 8
BAB III 9
1) KESIMPULAN DAN SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG
Konseling kelompok bukan sebagai sebuah perspektif tetapi sebagai suatu
teknik dan strategi dalam konseling. Banyak tulisan yang mendiskusikan tentang
konseling individual namun demikian konseling kelompok kurang banyak menjadi
bahan kajian dalam forum-forum konseling. Schmidt (2003) mengemukakan bahwa
konseling kelompok dan bimbingan kelompok merupakan dua proses yang digunakan
oleh konselor sekolah untuk mengatasi antara lain perhatian dan minat siswa.

Prosedur kelompok dipandang efektif untuk membantu siswa dalam dengan


banyak isu permasalahan. Keunggulan prosedur kelompok adalah membantu
pengembangan aspek sosial konseli dan kemampuan mengadakan interaksi sosial
dengan anggota kelompok yang lain. Ketika individu berada dalam kelompok maka
akan dituntut kemampuan dan keterampilan sosial yang harus dilakukan. Kesediaan
untuk mendengarkan pendapat orang lain dan kemampuan menyampaikan pendapat,
empati, cohesiveness merupakan dimensi positif bagi anggota kelompok sehingga bagi
anggota kelompok tertentu, proses kelompok sebagai media untuk mengembangkan
kepribadian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pendekatan Bimbingan Kelompok?
2. Teknik Bimbingan Konseling?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengatahui pendekatan pendekatan bimbingan kelompok.
2. Untuk mengatahui Teknik bimbingan konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Pendekatan dan Teknik Bimbingan Kelompok Psikoanalisis
Teori konseling psikoanalisis merupakan teori tertua, sehingga sebagian besar
mendapat sentuhan pengaruh dari pendekatan psikoanalitik. Pembahasan dalam
pendekatan psikoanalitik terarah pada tahap-tahap perkembangan kehidupan individu
dan juga evolusi dalam kehidupan dan proses kelompok analitik sendiri (Kurnanto, M.
Edi, 2013: 35-36).

Seperti kita ketahui, teori konseling psikoanalisis merupakan buah dari


pemikiran Sigmund Freud. Sumbangan yang diberikan olehnya mengenai
perkembangan psiko-seksual dari individu dalam masa kanak-kanak. Namun demikian,
menurut Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi: 2013: 36). Freud sendiri tidak
pernah mengaplikasikan teori ini dalam layanan konseling kelompok. Orang pertama
yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip psikoanalisis beserta teknik-tekniknya
dalam kegiatan kelompok adalah Alexander Wolf. Dia mengembangkan teknik-teknik
dasar psikoanalisis dalam kelompok, seperti transference, asosiasi bebas, analisis
mimpi dan analisis determinan historis dari perilaku sekarang.

Selain tahap terdapat pula beberapa teknik dasar yang biasa digunakan
didalam konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalitik menurut M. Edi
Kurnanto (2013: 40-46), yaitu:

a. Asosiasi Bebas (Free Association)

Merupakan alat untuk mengungkapkan bahan-bahan yang terdesak atau


yang ada dalam ketaksadaran. Ini merupakan komunikasi mengenai apapun yang
melintas dalam ingatan, meskipun hal itu sangat menyakitkan, tidak logis, dan
tidak relevan.

Dalam proses layanan, tugas konselor adalah membantu konseli untuk


mendapatkan pemahaman dan evaluasi diri yang obyektif. Konselor harus dapat
memberikan tafsiran dari asosiasi bebas, yaitu mengungkap dan mengenali
perasaan yang dikurung dalam ketidaksadaran konseli dan menyampaikannya
kepada konseli serta memimbing ke arah peningkatan pemahaman atas dirinya
secara objektif.

b. Penafsiran (Interpretation)

Penafsiran merupakan teknik terapeutik yang digunakan untuk


mengananlisis asosiasi bebas, mimpi, penolakan, pengalihan perasaan. Dalam
prakteknya, konselor melakukan berbagai tindakan analisis yang menyatakan,
menerangkan, bahkan mengajari konseli untuk memaknai tingkah laku yang

5
dimanifestasikan melalui mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan
oleh hubungan terapeutik itu sendiri.

c. Analisis Resistensi

Resistensi dimaknai sebagai penolakan atau hambatan yang melawan


kelangsungan proses konseling, konseli berusaha untuk menunjukkan perilaku
ketidaksediaan untuk masuk dalam pemikiran, perasaan-perasaan dan
pengalaman-pengalaman tertentu sebagai bentuk pertahanan diri dari rasa cemas.

Seorang konselor harus berusaha dengan segenap kemampuannya untuk


menerobos suara batin konseli, sehingga konseli tersebut bersedia untuk bekerja
sama dengan menganalisis bentuk resistensi yang dialami oleh dirinya atau
anggota lain. Konselor meminta perhatian anggota untuk menafsirkan resistensi
dengan cara dialog dari hati kehati secara lembut.

d. Analisis Transferensi

Transferensi adalah mengalihkan berupa perasaan dan harapan masa lalu.


Dalam hal ini, konseli diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan
konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksual, kebencian, kecemasan yang oleh
konseli dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Bentuk nyata
transferensi dalam proses konseling kelompok adalah fenomena dimana konseli
mencoba mengahadirkan pengalaman masa lampau mereka, yang mereka anggap
sebagai urusan yang belum selesai.

B. Konseling Kelompok dalam Pendekatan Psikologi Individual

Tokoh dari teori psikoogi individual adalah Alfred Adler. Teori psikologi
individual, walaupun pada mulanya tidak didesain khusus dalam layanan konseling
kelompok, namun dalam perkembangannya teori ini juga digunakan dalam konseling
kelompok. Adler dan para pembantunya menggunakan pendekatan kelompok dalam
pusat bimbingan anak di Wina sejak tahun 1921.

6
Dalam psikologi individual terdapat tiga teknik dalam pelaksanaan konseling psikologi
individual kelompok, yaitu:

a. Teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya


dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya
hidup dan masalah konseli dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian
membantu kien untuk memperbaiki gaya hidup dan memecahkan masalah
klien.

b. Analisis mimpi adalah teknik dimana konselor meminta konseli agar dapat
mengungkapkan impiannya, tahap selanjutnya adalah konselor untuk
menganalisis impian atau mimpinya tersebut. Menurut Adler, mimpi
merupakan refleksi gambaran tujuan hidup konseli. Dengan menganalisis
mimpi yang dialami oleh konseli maka konselor dapat memperkirakan tujuan
hidup konseli. Atas dasar irukemudian onselor membantu konseli.

c. Asosiasi bebas adalah teknik konselor terhadapa klien agar dapat


mengungkapkan semua yang terlintas dalam pikirannya.

C. Konseling Kelompok dalam Pendekatan Client Centered

Disebut juga dengan istilah teori diri (self theory), konseling non-directive dan
konseling Rogerian. Nama pencetus teori ini adalah Carl R. Rogers. Pendekatan ini
didasari bahwa manusia cenderung bergerak ke arah keseluruhan dan ke arah
perwujudan diri dan bahwa anggota kelompok sebagai individu dan juga kelompok
sebagai keseluruhan itu dapat menemukan arah sendiri dengan bantuan yang
minimum dari konselor kelompok atau fasilitator.
Menurut Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 55) pendekatan
berpusat pada pribadi menekankan mutu pribadi konselor daripada ketrampilan
teknisnya dalam memimpin kelompok, karena tugas dan fungsi utama dari fasilitator
kelompok adalah mengajarkan apa yang diperlukan untuk menciptakan suatu iklim
yang subur dan sehat di dalam kelompok.
Iklim tersebut dibentuk antar anggota-anggota kelompok dan fasilitator
dengan menciptakan hubungan yang didasari oleh sikap tertentu seperti pemahaman
empatik yang teliti, penerimaan, penghargaan yang positif, kehangatan, perhatian,
rasa hormat, keaslian (genuineness), spontan dan pengungkapan diri (self disclosure).
Pendekatan berpusat pada pribadi ini mempunyai kesamaan dengan pendekatan
eksistensial dalam arti keduanya memiliki prinsip-prinsip pokok yang bersamaan.
Dalam conseling clien centered, tidak menggunakan pola khusus dalam
pelaksanaannya. Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 60-62),

7
mengemukakan beberapa pola umum, walaupun pola ini bukan merupakan tahapan
baku, yang dalam pelaksanaannya bukan merupakan urutan-urutan, yaitu:

1. Mencari arah yaitu diberikan atau diarahkan oleh konselor agar tidak
menimbulkan kekacauan.

2. Penolakan terhadap pernyataan dan penjajakan pribadi.

3. Deskripsi tentang perasaan-perasaan masa lampau.

4. Pernyataan perasaan-perasaan negatif.

5. Pernyataan dan penjajakan materi yang secara pribadi sangat bermakna.

6. Pernyataan perasaan-perasaan antar pribadi yang muncul dengan tiba-tiba


dalam kelompok.

7. Pengembangan kemampuan penyembuhan di dalam kelompok.

8. Penerimaan diri dan permulaan dari perubahan.

9. Memecahkan tirai pelindung.

10. Umpan balik.

11. Hubungan yang membantu diluar pertemuan kelompok.

12. Perjumpaan dasar.

13. Pernyataan perasaan-perasaan positif dan keakraban.

14. Perubahan perilaku dalam kelompok.

Yang perlu ditekankan dalam kaitan ini adalah, bahwa pola-pola dalam proses
konseling kelompok berpusat pada konseli tersebut bukanlah sebuah proses yang
terjadi secara berurutan. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa setiap tahap
merupakan suatu proses yang mengedepankan munculnya perubahan pada kelompok
dan juga pada individu-individu dalam kelompok. Hak perlu dikemukakan agar para
konselor tidak terjebak oleh tahapan-tahapan sebagaimana dalam teori konseling
kelompok lain.

Walaupun CCT dalam pelaksanaannya lebih aktif konseli, terdapat teknik-teknik


yang harus dikuasai oleh konselor, yaitu:

8
1. Acceptance (penerimaan)

2. Respect (rasa hormat)

3. Understanding (mengerti, memahami)

4. Reassurance (menentramkan hati, meyakinkan)

5. Encouragement (dorongan)

6. Limited Questioning  (pertanyaan terbatas)

7. Reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan)

D. Konseling Kelompok dalam Pendekatan Behavioral


Menurut Skinner, perilaku manusia didasarkan atas konsekuensi yang
diterima. Apabila perilaku mendapat ganjaran positif/diterima, maka individu akan
meneruskan atau mengulangi tingkah lakunya, sebaliknya apabila perilaku mendapat
ganjaran negatif (hukuman)/ditolak, maka individu akan menghindari atau
menghentikan tingkah lakunya. Individu dikontrol oleh penguat (reinforcer) dari
lingkungannya. Konseling behavioral membantu individu untuk mengontrol atau
mengubah tingkah lakunya dan fungsi konseling ini adalah memberikan perhatian
khusus pada dampak lingkungan atas dirinya.

Natawidjaja dalam (dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 62) menyebutkan bahwa


asumsi pokok dari pendekatan ini adalah perilaku, kognisi, perasaan bermasalah
terbentuk karena dipelajari, karenanya semua dapat diubah dengan proses belajar
yang baru atau belajar kembali. Pendekatan behavioral lebih berorientasi pada
masa depan dalam menyelesaikan masalah.inti dari behavioral adalah proses
belajar dan lingkungan individu. Konseling behavioral dikenal sebagai ancangan
yang pragmatis (pragmatic approach). Asumsi lain adalah perilaku yang dinyatakan
oleh konseli adalah masalah itu sendiri, jadi bukan semata-mata gejala dari
masalahnya.

Dalam pelaksanaan konseling kelompok behavioristik, pengukuran,


pemantauan dan penilaian merupakan kegiatan yang berkesinambungan. Ketiga
hal tersebut dilakukan oleh konselor bersama-sama dengan semua anggota
kelompok agar diperoleh bahan untuk memilih dan menentukan strategi kegiatan
lain yang efektif. Menurut Natawidjaja (dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 65-66)

9
strategi kegiatan bantuan yang dapat digunakan dalam tahap pelaksanaan sebagai
berikut :

a. Penguatan kembali
Penguatan kembali adalah prosedur intervensi yang penting dalam konseling
kelompok perilaku.
b. Kontrak kontingensi
Menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan, penghentian kegiatan,
hadiah yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan, kondisi-kondisi untuk
menentukan pemberian hadiah.
c. Pemberian contoh
Merupakan alat mengajar yang sangat kuat yang digunakan dalam konselor
kelompok perilaku.
d. Gladi perilaku
Tujuan utama untuk mempersiapkan para konseli supaya mampu
menampilkan perilaku yang dikehendaki dan telah diperoleh dalam suasana di
luar kelompok konseling.
e. Melatih
Pelatih duduk dibelakang peserta yang sedang melakukan gladi perilaku.
Latihan bisa dipercepat agar anggota segera mampu melakukan perilaku
secara mandiri, sebelum mencoba dalam suasana kehidupan sehari-hari di luar
kelompok.
f. Penataan kembali kognisi
Proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif
pemikiran tertentu terhadap perilaku dan belajar mengganti kognisi tersebut
dengan pemikiran yang lebih realistik dan cocok.
g. Pemecahan masalah
Tujuannya untuk menemukan alternatif yang paling efektif untuk menangani
situasi permasalahan dan memberikan latihan yang sistematik tentang
keterampilan kognitif dan perilaku yang dapat membantu konseli untuk secara
mandiri menangani situasi permasalahan dalam dunia yang sesungguhnya.
h. Tahap akhir
Pertama, konselor berusaha membantu anggota kelompok untuk mengalihkan
perubahan yang telah diperolehnya kepada keadaan yang sebenarnya dalam
lingkungan sehari-hari. Perlu juga diberikan latihan kepemimpinan dan
kemandirian. Pada tahap ini juga dilakukan perencanaan untuk tindak lanjut
kegiatan kelompok untuk mengetahui sampai dimana perilaku baru dapat
diterapkan dengan berhasil dalam kehidupan sesungguhnya.

10
Selain tahap-tahap yang harus dijalankan dalam proses konseeling
behavioral terdapat beberapa teknik yang harus dikuasai oleh konselor, yaitu:

A. Systematic Desentisisation(desensitisasi sistematis)


Teknik spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan
kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan
kecemasan yang bertambah secara bertahap.
B. Relaxation(teknik relaksasi)
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan
fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan
pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya
sehingga tercapai kondisi rileks, baik fisik dan mentalnya.
C. Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi
kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara
menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan
kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang
kecamasannya terhadap situasi tersebut.
D. Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku
yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku
tersebut.
E. Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan
menggunakan model.
F. Cognitive Restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap
konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis.
G. Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang
ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif.
H. Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan
mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri (swa pantau atau swa
monitoring), kendali diri (self control), dan ganjar diri (self reinforcement).
I. Behavioral rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli
belajar keterampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak.
J. Behavior contract (kontrak perubahan tingkahlaku)

11
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai
teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini
memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan
tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan antar
pertemuan konseli.
K. Homework assignment (Pekerjaan Rumah)
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas/aktivitas yang
dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti
mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan
bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
L. Role Playing (bermain peran)
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan
yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku
tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan.

E. Konseling Kelompok Dalam Pendekatan Rasional Emotif

Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis semenjak pertengahan tahun


1950-an. Pendekatan ini dikenal dengan Rational Emotive Therapy (RET). Ellis
merupakan seorang ahli yang sangat rajin dalam bekerja memberikan pelayanan
psikoterapi, baik secara individual maupun dalam situasi kelompok, dan juga dalam
memberi ceramah di berbagai kesempatan disepanjang tahun. RET didasari asumsi
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi rasional (berfikir langsung) dan juga
irasional (berfikir liku-liku). Keyakinan irasional itu yang menyebabkan gangguan
emosional. RET tidak memandang hubungan antar pribadi antara konseli dan konselor
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam proses terapeutik. Yang penting bagi
pendekatan ini adalah keterampilan dan ketersediaan konselot untuk menantang,
mengkonfrontasikan dan menyakinkan konseli mempraktikkan kegiatan (baik didalam
maupun diluar konseling) yang akan mengarah kepada perubahan yang kontruktif
dalam pemikiran dan perbuatan konseli. Dengan demikian, tori ini sangat
mengedepankan kemampuan konselor untuk berbagai upaya untuk mencari berbagai
alternatif dalam menantang konselinya untuk sampai pada kesimpulan untuk berubah.

Rasional Emotif Therapy (RET) dapat di deskripsikan sebagai corak konseling


yang menekankan kebersamaan dan reaksi antara berfikir dan akal sehat (rational

12
emotive), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting).RET merupakan aliran
psikoterapi uang berlandaskan bahwa manusia terlahir dengan potensi. Baik untuk
berfikir rasional dan jujur maupun berfikir irasional dan jahat. Ellis memandang
manusia bersifat rasional dan irasional. Dengan mengoptimalkan kekuatan
intelektualnya, seseorang dapat membebaskan dirirnya dari gangguan emosional.
Unsur utama terapi emotif adalahasumsi bahwa berfikir dan emosi bukan dua proses
yang terpisah. Rasional emotif menekankan pada kebersamaan dan interaksi antara
berperilaku atau tindakan. Dalam pendekatan ini konselor berusaha untuk dapat
mengubah cara berfikir, cara berperasaan, dan berperilaku.

Terapi rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif,


afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Berikut dikemukakan
beberapa macam tekniknya, sebagaimana diungkapkan oleh Oemarjoedi dalam kutipan
Rusmana (2009, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 72) sebagai berikut :

1. Teknik-teknik emotif (efektif)

● Teknik assertive taining, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih,


mendorong dan membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan
dirinya dengan perilaku tertentu yang dinginkan.

● Teknik Sosiodrama, yang dipergunakanuntuk mengekpresikan berbagai jenis


perasaan yang menekan melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa
sehinggal konseli dapar secara lisan, tulisan melalui gerakan-gerakan dramatis.

● Teknik “self modelling” atau ðiri sebagai model” yakni teknik yang digunakan


untuk menerima konseli agar “berjanji” atau mengadakan komitmen dengan konselor
untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.

● Teknik “imitasi” yaitu digunakan dimana konseli diminta untuk meniru secara


terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

2. Teknik-teknik Behavioristik

● Teknik “reinforcement”(penguatan), yakni teknik yang diginakan untuk


mendorong konsli ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan untuk jalan
memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment (hukuman).

● Teknik sosial modeling (pemodelan sosial), yakni teknik yang digunakan untuk
memberikan perilaku-perilaku baru pada konseli.

● Teknik live model (model dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang

13
komplek dalam bentuk percakapan sosial, interaki dengan memecahkan masalah-
masalah.

3. Teknik-teknik Kognitif

● Home work assignment (pemberian tugas rumah). Dalam teknik ini, konseli


diberikan tugas0tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri dan
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.

● Teknik Teknik ini digunakan untuk melatih keberanian konseli dalan


mengekpresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau
bermain peran, rehearsal atau latihan, dan sosial modeling arau menirukan model-model
sosial.

F. Konseling Kelompok Dalam Pendekatan Analisis Transaksional


Menurut Lutfi Fauzan dalam buku Pendekatan-Pendekatan Konseling
Individual (1994) pendekatan Analisis Transaksional dikembangkan oleh Eric Berne
(1910-1970) setelah ia mendapatkan gelar Medical Doctor dari Mc Gill University di
Montreal pada tahun 1935. Ia menyelesaikan spesialisasi Psikiatri di Yale University.
Ketika mengabdi di tentara Amerika Serikat (US Army) selama tahun 1943-1946, ia
mulai bereksperimen tentang terapi kelompok.

Setelah itu ia memulai praktek Psikiatri di Carmel, California. Berdasarkan hasil


observasinya terhadap konseli-konseli, Berne membuat kesimpulan tentang struktur
dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris jaman itu,
sekitar pertengahan 1950. Pada usia 46 tahun, ia mengundurkan diri dari keanggotaan
di The Psychoanalitic Institute. Kemudian ia mendobrak asumsi dasar dari Psikiatri
tradisional dan mulai berpraktek dengan Transaksional Analysis. Pada tahun 1946 ia
menerbitkan buku Games People Play yang menjadi International best-seller.

Sedangkan teknik yang terdapat dalam pendekatan analisis transaksional yang harus
dikuasai oleh konsselor adalah:

a. Permission (Pemberian Kesempatan) adalah konselor memberikan kesempatan


pada klien melakukan apa yang semula dilarang oleh orang tua untuk dilakukan
dengan cara permainan atau memainkan peran.
b. Protection (Proteksi) adalah teknik konselor meyakinkan konseli bahwa
lingkungan konseling merupakan lingkungan yang aman untuk melakukan hal-hal
yang biasa dilarang oleh individu tersbut.

14
c. Potency (Potensi) adalah kemampuan atau keahlian konselor menggunakan
semua ketrampilannya pada waktu yang terbaik sehingga menjadi efektif dan
optimal.
d. Operations (Teknik-teknik Khusus) adalah teknik-teknik tambahan yang berjumlah
delapan yaitu interogasi merupakan cara konselor memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada konseli, spesifikasi merupakan mengenali perilaku konseli
serta menempatkan pada kategori yang tepat, konfrontasi merupakan cara
konselor untuk menunjukkan ketidakajegan dalam perilaku konseli, eksplanasi
merupakan prosedur SED konselor menjelaskan atau mempertanyakan kepada
konseli terkait perilakunya, ilustrasi merupakan cara konselor memperjelas materi
atau bahan pembicaraan kepada SED konseli, konfirmasi merupakan upaya
konselor membentu konseli menyadari bagaimana perilaku itu uncul kembali, dan
interpretasi upaya membantu konseli memahami alasan-alasan dibalik
perilakunya.

G. Konseling Kelompok dengan Pendekatan Realitas


Tokoh dari teori realitas adalah Willian Glasser. Willian Glasser lahir pada
tahun 1925. Teori ini menekankan bahwa semua perilaku yang muncul dalam diri
seseorang bertujuan untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar dari dirinya.
Tetapi realitas merupakan terapi jangka pendek yang berfokus pada saat sekarang,
menekankan kekuatan pribadi, dan jalan bagi anggota kelompok bisa belajar tingkah
laku dan lebih realistik.

Terapi realiatas bisa ditandai sebagai terapi yang efektif secara verbal.
Prosedur-prosedurnya dilakukan pada ketentuan-ketentuan dan potensi-potensi
konseli yang berhubungan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk
mencapai keberhasilan hidup. Dalam membantu konseli untuk menciptakan identitas
keberhasilan, menurut Corey (2003, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 82-83) terapis bisa
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :

1. Terlibat dalam permainan peran konseli.

2. Menggunakan humor.

3. Mengonfrontasikan konseli dan menolak dalih apapun.

4. Mambantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tidakan.

5. Bertindak sebagai model guru.

15
6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.

7. Menggunakan “kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan


konsli dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.

8. Melibatkan diri dengan konseli dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih
efektif.

BAB III
PENUTUP

1) KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dalam konseling kelompok terdapat beberapa pendekatan antara lain pendekatan


psikoanalitik, psikologi individual, client centered, behavioral, rasional emotif, analisis
transaksional dan realitas. Yang semuanya dikembangkan oleh tokohnya masing-
masing. Dalam pelaksanaannya setiap pendekatan memiliki perbedaan seperti konsep
dasar tentang manusia dan asumsi perilaku bermasalah, tujuan konseling, tahap dan
teknik serta peranan konselor yang berbeda. Sehingga walau konseling dilaksanakan
dengan cara yang sama yaitu kelompok tetap dalam prosesnya akan terjadi perbadaan.
Inilah yang harus dipahami oleh insan bimbingan dan konseling.

SARAN

Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling tidak sedikit tentang
beberapa pendekatan dalam konseling kelompok. Akan tetapi, karena setiap manusia

16
memiliki keterbatasan dan kekurangan maka kami mengharapkan kritik dan dan saran
dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman–teman. Sebab jalan menuju
kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya dengan makalah ini dengan
adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait maka makalah ini menuju jalan
kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

https://royvanblog.wordpress.com/2016/06/24/pendekatan-dalam-konseling-kelompok/

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1724090098/03Tugas%20pertemuan
%203%20psikologi%20konseling%20bu%20dewi%20(mohammad%20auzan).pdf

http://bk.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/Modul-Konseling-Kelompok-
Behavioral.pdf

https://www.google.com/amp/s/royvanblog.wordpress.com/2016/06/24/pendekatan-
dalam-konseling-kelompok/amp/

17

Anda mungkin juga menyukai