Anda di halaman 1dari 10

Tika Widyastuti, Yuliani, Anton Rahmadi Manisan Kering Kulit Buah Naga

STUDI PERENDAMAN KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus


costaricensis) DALAM LARUTAN BAHAN PENGERAS PADA PENGOLAHAN
MANISAN KERING

Tika Widia Astuti, Yuliani*, Anton Rahmadi

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. *)Penulis


korespondensi: yulianicandra482@gmail.com

Submisi 3 Pebruari; Penerimaan 26 April 2019

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis bahan pengeras dan waktu
perendaman serta interaksinya terhadap mutu manisan kering kulit buah naga. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama
jenis larutan jenuh bahan pengeras (Ca(OH)2, CaCO3 dan CaSO4). Faktor kedua adalah lama
perendaman (6, 12 dan 18 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis larutan jenuh
bahan pengeras, lama perendaman dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap sifat kimia
(kadar air, abu dan gula pereduksi) dan sensoris hedonik dan mutu hedonik untuk warna dan
tekstur manisan kering kulit buah naga. Perendaman dalam larutan bahan pengeras ternyata
mengeraskan tekstur, tetapi tidak merenyahkan tekstur manisan kering kulit buah naga yang
dihasilkan.
Kata kunci: buah naga, manisan kering, bahan pengeras, dan lama perendaman.

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE


Buah naga berbuah sepanjang tahun. Bahan
Konsumsinya hanya memanfaatkan buahnya Buah naga super merah diperoleh dari
saja, sedangkan limbah kulitnya (30-50%) petani di desa Batuah, Loa Janan, Kabupaten
berat buah kurang termanfaatkan, padahal Kutai Kartanegara. Bahan lain yang
terdapat kandungan β-sianin sebesar 186,90 digunakan adalah kapur (kalsium hidroksida),
mg/100 g berat kering dan aktivitas kalsium karbonat, kalsium sulfat, gula pasir,
antioksidan sebesar 53,71 mv (Herawati, asam sitrat, air, serta bahan-bahan kimia untuk
2013). Manisan kering merupakan salah satu analisa.
bentuk makanan olahan yang banyak disukai Rancangan penelitian dan Analisis Data
disamping mempunyai daya awet yang relatif Penelitian ini menggunakan Rancangan
lebih lama (Satuhu, 2006). Perendaman dalam Acak Lengkap dengan dua faktor dan empat
larutan pengeras Ca(OH)2 pada pembuatan ulangan. Faktor pertama adalah larutan jenuh
manisan tamarilo dapat meningkatkan lama dari bahan pengeras yang terdiri dari empat
simpannya (menghambat terjadinya taraf yaitu aquadest (kontrol), larutan jenuh
kerusakan) (Utami, 2005). kalsium hidroksida, larutan jenuh kalsium
Pada penelitian ini dilakukan studi karbonat dan larutan jenuh kalsium sulfat.
tentang pemanfaatan kulit buah naga menjadi Sedangkan faktor kedua adalah lama
manisan kering menggunakan perlakuan perendaman dalam larutan jenuh bahan
perendaman dalam larutan pengeras Ca(OH)2, pengeras) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu 6,
CaCO3 dan CaSO4. Tujuan pemanfaatan ini 12 dan 18 jam.
adalah untuk mendorong diversifikasi pangan Parameter yang di amati adalah sifat
dengan memanfaatkan bahan yang selama ini kimia dan organoleptik. Pengujian sifat kimia
adalah limbah menjadi produk yang memiliki meliputi kadar air dan abu (Sudarmadji et al.,
cita rasa enak dan mempunyai gizi yang baik 2007), serta kadar gula pereduksi (BSN,
(Sutopo dan Wibowo, 2012). 1992). Pengujian sifat organoleptik meliputi
sifat organoleptik hedonik dan mutu hedonik
untuk warna, rasa, tekstur, dan aroma

19
Journal of Tropical AgriFood 2019; 1(1): 19-28 p-ISSN 2685-3590
e-ISSN 2685-3604

(Afriyanto, 2008). Data yang diperoleh manisan maka dimungkinkan kadar air yang
dianalisis dengan sidik ragam. Untuk data ada dalam manisan semakin rendah.
organoleptik terlebih dahulu dilakukan
transformasi data ordinal menjadi interval
menggunakan Method of Successive Interval. 20.0 a
Perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata b b b
15.0

Kadar Air (%)


dilanjutkan analisisnya dengan uji Beda Nyata
Jujur pada taraf α 5%.
10.0
Prosedur Penelitian
Sebanyak 100 g kulit buah naga yang 5.0
teh dihilangkan sisiknya dipotong-potong
dengan ukuran 1x3 cm dan tebal 0,5 cm. 0.0
Pemblansiran potongan kulit buah naga Aquadest Ca(OH)₂ CaCO₃ CaSO₄
dilakukan dengan uap air (air mendidih) Jenis larutan perendaman
selama 5 menit. Kemudian kulit buah naga
direndam dalam larutan jenuh Ca(OH)2, a
18.0 b
CaCO3 dan CaSO4.2H2O selama 6, 12 dan 18 16.0 c
jam pada suhu ruang. Setelah itu potongan Kadar Air (%) 14.0
kulit buah naga dicuci dan ditiriskan 12.0
menggunakan ayakan. Potongan kulit buah 10.0
naga yang telah tiris dimasak dalam larutan 8.0
6.0
gula 60% (w/v) yang sudah ditambahkan 4.0
asam sitrat sebanyak 1% (v/v), kemudian 2.0
potongan kulit buah naga direndam dalam 0.0
larutan gula. Setelah 24 jam, potongan kulit 6 12 18
buah naga dikeringkan dalam oven pada suhu
Lama perendaman (jam)
65oC selama 12 jam.

HASIL PENELITIAN b a a
c
20.0 c d
Sifat Kimia c d
d e
15.0 e CaSO₄
Kadar Air (%)

Kadar Air
e
Jenis larutan jenuh bahan pengeras,
10.0 CaCO₃
lama perendaman dan interaksinya
berpengaruh nyata terhadap kadar air manisan 5.0 Ca(OH)₂
kering kulit buah naga (Gambar 1). Manisan
kering dengan perlakuan tanpa larutan bahan 0.0 Aquadest
pengeras (kontrol) menghasilkan kadar air 6 jam 12 jam
paling tinggi yaitu 18,282%, sedangkan 18 jam
penggunaan Ca(OH)2 memberikan kadar air
Interaksi antara larutan jenuh bahan pengeras
terendah yaitu 13,355%.
dan lama perendaman
Menurut Kusmiadi (2011) bahwa
perendaman dalam larutan kalsium hiroksida Gambar 1. Pengaruh jenis larutan jenuh bahan
ini bertujuan untuk menguatkan tekstur buah pengeras dan lama perendaman terhadap kadar air
yang akan diolah menjadi manisan. manisan kering kulit buah naga. Diagram batang
Rendahnya kadar air pada manisan kering yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata (Uji BNJ a 5%).
disebabkan adanya senyawa kalsium pada
kapur yang berpenetrasi kedalam jaringan
Kadar air manisan kering tertinggi
buah, yang mengakibatkan kandungan air
diperoleh pada perlakuan lama perendaman
pada bahan tertarik keluar sehingga jaringan
selama 6 jam yaitu 16,691%. Nilai kadar air
buah semakin kokoh. Semakin kokoh
terendah pada manisan kering diperoleh pada
perlakuan lama perendaman selama 18 jam

20
Tika Widyastuti, Yuliani, Anton Rahmadi Manisan Kering Kulit Buah Naga

yaitu 13,945%. Lama perendaman 6, 12 dan antara 1,102-1,115%, sedangkan perendaman


18 jam memberikan pengaruh yang saling dalam larutan tanpa bahan pengeras (kontrol)
berbeda nyata terhadap kadar air manisan memberikan kadar abu terendah yaitu
kering kulit buah naga. 0,855%. Perlakuan kontrol memberikan
Lama perendaman bahan dalam larutan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
jenuh bahan pengeras dapat menurunkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan
kadar air manisan kering. Hal ini disebabkan larutan jenuh bahan pengeras Ca(OH)2,
karena tingginya konsentrasi larutan bahan CaCO3, dan CaSO4 memberikan pengaruh
pengeras dibandingkan dengan konsentrasi air yang saling berbeda tidak nyata terhadap
pada kulit buah naga menyebabkan air yang kadar abu manisan kering kulit buah naga
terkandung didalamnya tertarik keluar. Hasil yang dihasilkan.
penelitian Zanora (1999) bahwa menurunnya
kadar air pada manisan kering nangka karena 1.2 a a a
larutan kalsium hidroksida mempunyai 1.0 b

Kadar Abu (%)


konsentrasi yang lebih tinggi dari pada air
0.8
yang terdapat dalam buah nangka, sehingga
air yang ada dalam buah nangka tertarik 0.6
keluar oleh larutan kalsium hidroksida. 0.4
Semakin lama perendaman dalam larutan 0.2
kalsium hidroksida maka semakin banyak air 0.0
dari dalam buah nangka yang ditarik keluar Aquadest Ca(OH)₂ CaCO₃ CaSO₄
oleh larutan kalsium hidroksida.
Interaksi antara lama perendaman 6, 12 Jenis larutan perendaman
dan 18 jam dengan perlakuan tanpa larutan
a
bahan pengeras (kontrol) memberikan hasil 1.2 a
yang berbeda nyata, tetapi pada perlakuan b
1.0
Kadar Abu (%)

lama perendaman 12 dan 18 jam saling


0.8
berbeda tidak nyata. Interaksi antara lama
perendaman 6 jam dengan jenis larutan bahan 0.6
pengeras Ca(OH)2, CaCO3, dan CaSO4 saling 0.4
berbeda tidak nyata. Demikian pula interaksi 0.2
antara lama perendaman 12 jam dan 18 jam 0.0
dengan larutan jenuh bahan pengeras 6 12 18
Ca(OH)2, CaCO3, dan CaSO4 saling berbeda
Lama Perendaman (jam)
tidak nyata.
Interaksi antara larutan jenuh bahan Gambar 2. Pengaruh jenis larutan jenuh bahan
pengeras dan lama perendaman sangat pengeras dan lama perendaman terhadap kadar abu
mempengaruhi kadar air pada manisan kering. manisan kering kulit buah naga. Diagram batang
Semakin lama perendaman kulit buah naga yang diikuti dengan huruf yang sama
dalam larutan jenuh bahan pengeras akan menunjukkan berbeda tidak nyata (Uji BNJ a 5%).
menurunkan kadar air yang terkandung pada
bahan. Penggunaan bahan pengeras pada
perendaman kulit buah naga menghasilkan
Kadar Abu kadar abu yang tertinggi dan perendaman
Jenis larutan jenuh bahan pengeras dan tanpa bahan pengeras (kontrol) menghasilkan
lama perendaman berpengaruh nyata terhadap kadar abu terendah. Jenis larutan jenuh bahan
kadar abu manisan kering kulit buah naga, pengeras Ca(OH)2, CaCO3 dan CaSO4
tetapi interaksi keduanya memberikan menghasilkan kadar abu yang tidak berbeda
pengaruh yang berbeda tidak nyata (Gambar nyata pada manisan. Hal ini diduga karena
2). dari ketiga bahan pengeras tersebut sama-
Manisan kering dengan perendaman sama mengandung unsur utama yaitu berupa
dalam larutan jenuh bahan pengeras kalsium.
menghasilkan kadar abu tertinggi berkisar

21
Journal of Tropical AgriFood 2019; 1(1): 19-28 p-ISSN 2685-3590
e-ISSN 2685-3604

Manisan kering dengan perlakuan lama sehingga kadar gula pereduksi pada manisan
perendaman selama 12 dan 18 jam kering kulit buah naga lebih tinggi.
menghasilkan kadar abu tertinggi berkisar Menurut Zanora (1999) perendaman
antara 1,065-1,135%, sedangkan perlakuan dalam larutan bahan pengeras mengakibatkan
lama perendaman selama 6 jam menghasilkan banyaknya kandungan air yang tertarik keluar,
kadar abu terendah yaitu 0,941%. Perlakuan sehingga mempengaruhi penyerapan larutan
perendaman selama 6 jam memberikan gula kedalam bahan diproses selanjutnya.
pengaruh yang berbeda nyata terhadap Maka perendaman dalam larutan bahan
perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan pengeras dapat mempengaruhi kadar gula
perendaman selama 12 dan 18 jam pereduksi menjadi semakin tinggi.
memberikan pengaruh yang saling tidak
25.0 a a a
berbeda nyata terhadap kadar abu manisan
b
kering kulit buah naga yang dihasilkan. 20.0

Kadar Gula (%)


Lama perendaman dalam larutan jenuh
bahan pengeras mempengaruhi kadar abu 15.0
manisan kering kulit buah naga. Semakin
10.0
lama perendaman kulit buah naga dalam
larutan jenuh bahan pengeras, maka semakin 5.0
tinggi kadar abu yang dihasilkan. Hal ini
diduga karena semakin lama kulit buah naga 0.0
direndam maka semakin banyak kalsium yang Aquadest Ca(OH)₂ CaCO₃ CaSO₄
terserap kedalam jaringan kulit buah naga Jenis larutan perendaman
sehingga semakin tinggi kadar abunya. 24.0 a
Kadar Gula Pereduksi 23.5
23.0
Kadar Gula (%)

Jenis larutan jenuh bahan pengeras, b


lama perendaman dan interaksinya 22.5
berpengaruh nyata terhadap kadar gula 22.0
c
pereduksi manisan kering kulit buah naga 21.5
yang dihasilkan (Gambar 3). Manisan kering 21.0
dengan perendaman dalam larutan jenuh 20.5
bahan pengeras Ca(OH)2 menghasilkan kadar 20.0
gula paling tinggi yaitu 23,326 %, sedangkan 6 12 18
perendaman dalam larutan tanpa bahan
Lama perendaman (jam)
pengeras (kontrol) memberikan kadar gula
terendah yaitu 19,958 %. Perlakuan kontrol c b b aa
c c b a
Kadar Gula Pereduksi (%)

memberikan pengaruh yang berbeda nyata 25.0 d


terhadap perlakuan lainnya, sedangkan e e Aquadest
20.0
perlakuan larutan jenuh bahan pengeras Ca(OH)₂
15.0
Ca(OH)2, CaCO3, dan CaSO4 memberikan
10.0 CaCO₃
pengaruh yang saling tidak berbeda nyata 5.0
terhadap kadar abu manisan kering kulit buah 0.0 CaSO₄
naga yang dihasilkan.
Perendaman dalam larutan jenuh bahan 6 jam 12 jam
18 jam
pengeras menghasilkan kadar gula pereduksi
manisan kering yang lebih tinggi Interaksi antara jenis larutan jenuh bahan
dibandingkan dengan tanpa menggunakan pengeras dan lama perendaman
bahan pengeras (kontrol). Dikarenakan Gambar 3. Pengaruh larutan jenuh bahan
perendaman dalam larutan jenuh bahan pengeras, lama perendaman dan interaksinya
terhadap kadar gula pereduksi manisan kering kulit
pengeras membuat semakin banyak air dalam
buah naga Diagram batang yang diikuti dengan
kulit buah naga ditarik keluar oleh bahan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
pengeras, hal ini dapat mempengaruhi (Uji BNJ α 5%).
penyerapan larutan gula kedalam bahan

22
Tika Widyastuti, Yuliani, Anton Rahmadi Manisan Kering Kulit Buah Naga

Kadar gula manisan kering tertinggi Sehingga air pada bahan ditarik keluar oleh
diperoleh pada perlakuan lama perendaman bahan pengeras dan mempermudah gula
selama 18 jam yaitu 23,435 %. Sedangkan masuk kedalam jaringan buah. Maka semakin
nilai kadar gula terendah pada manisan kering lama perendaman kulit buah naga dalam
diperoleh pada perlakuan lama perendaman larutan jenuh bahan pengeras kandungan air
selama 6 jam yaitu 21,398 %. Lama banyak yang keluar pada bahan dan semakin
perendaman 6, 12 dan 18 jam memberikan banyak gula yang masuk ke dalam jaringan
pengaruh yang saling berbeda nyata terhadap buah sehingga kadar gula pereduksi menjadi
kadar gula manisan kering kulit buah naga. meningkat.
Semakin meningkatnya lama
Sifat Organoleptik
perendaman dalam larutan jenuh bahan
pengeras, kadar gula pereduksi manisan Warna
kering kulit buah naga semakin meningkat Jenis larutan jenuh bahan pengeras,
dikarenakan semakin lama perendaman dalam lama perendaman dan interaksi keduanya
larutan jenuh bahan pengeras maka semakin berpengaruh nyata terhadap skor mutu
banyak air dalam kulit buah naga yang ditarik hedonik dan mutu hedonik warna manisan
keluar, keluarnya kandungan air pada bahan kering kulit buah naga (Gambar 4 dan 5). Skor
dapat mempengaruhi penyerapan larutan gula hedonik dan mutu hedonik warna tertinggi
kedalam bahan tersebut sehingga kadar gula terdapat pada perlakuan larutan tanpa bahan
semakin tinggi. Semakin lama perendaman pengeras (kontrol) dengan skor hedonik yaitu
dalam larutan jenuh bahan pengeras maka 3,45 (suka) dan mutu hedonik yaitu 3,76
semakin banyak pula gula yang masuk ke (berwarna merah), sedangkan skor hedonik
dalam jaringan sel buah. Selain itu tingginya dan mutu hedonik warna yang terendah
konsentrasi gula yang digunakan, maka terdapat pada perlakuan CaSO4 dengan skor
semakin besar tekanan osmosis sehingga hedonik 2,59 (agak suka) dan mutu hedonik
menyebabkan air yang ada didalam kulit buah 2,73 (cokelat).
naga lebih banyak tertarik keluar. Skor hedonik dan mutu hedonik warna
Akibat semakin lama perendaman tertinggi terdapat pada perlakuan larutan
banyak kandungan air yang tertarik keluar tanpa bahan pengeras (kontrol) berwarna
oleh larutan bahan pengeras, sehingga merah dan disukai panelis, sedangkan skor
mempengaruhi penyerapan larutan gula hedonik dan mutu hedonik warna yang
kedalam bahan. Maka semakin lama terendah terdapat pada perlakuan CaSO4
perendaman buah dalam larutan bahan dengan warna cokelat dan agak disukai
pengeras kadar gula akan semakin tinggi panelis. Hal ini berbeda dengan hasil
(Zanora 1999). penelitian Carina dan Wignyanto (2007),
Interaksi antara lama perendaman 6, 12 bahwa penggunaan Ca(OH)2 dapat
dan 18 jam dengan perlakuan tanpa larutan mempertahankan warna pada manisan
bahan pengeras (kontrol) memberikan hasil belimbing wuluh, ion Ca akan mudah
yang berbeda nyata, tetapi pada perlakuan melakukan proses absorpsi (peristiwa
lama perendaman 12 dan 18 jam saling penyerapan) dalam jaringan bahan sehingga
berbeda tidak nyata. Interaksi antara lama dapat mempertahankan warna yang
perendaman 6 jam dengan jenis larutan bahan disebabkan oleh efek ion Ca, tetapi pada
pengeras Ca(OH)2, CaCO3, dan CaSO4 saling penelitian ini warna terbaik dihasilkan oleh
berbeda tidak nyata. Demikian pula interaksi perlakuan kontrol (tanpa bahan pengeras). Hal
antara lama perendaman 12 jam dan 18 jam ini diduga karena perbedaan bahan baku yang
dengan larutan jenuh bahan pengeras digunakan, penelitian ini menggunakan kulit
Ca(OH)2, CaCO3, dan CaSO4 saling berbeda buah naga sebagai bahan baku.
tidak nyata. Skor hedonik dan mutu warna tertinggi
Semakin lama perendaman dalam terdapat pada perlakuan perendaman selama 6
larutan jenuh bahan pengeras kadar gula akan jam dengan skor hedonik yaitu 3,448 (suka)
semakin tinggi, dikarenakan konsentrasi dan skor mutu hedonik yaitu 3,797 (merah),
larutan jenuh bahan pengeras lebih tinggi dari sedangkan skor hedonik dan mutu hedonik
pada kandungan air pada kulit buah naga. warna yang terendah terdapat pada perlakuan

23
Journal of Tropical AgriFood 2019; 1(1): 19-28 p-ISSN 2685-3590
e-ISSN 2685-3604

lama perendaman selama 18 dengan skor perendaman, sehingga mempengaruhi warna


hedonik 2,525 (agak suka) dan mutu hedonik manisan kering yang dihasilkan.
2,390 (cokelat). Perlakuan perendaman Interaksi antara larutan jenuh bahan
selama 6, 12 dan 18 jam saling berbeda nyata pengeras dan lama perendaman kulit buah
terhadap hedonik dan mutu hedonik warna naga berpengaruh nyata terhadap skor
manisan kering kulit buah naga. hedonik dan mutu hedonik warna manisan
kering kulit buah naga (Gambar 5). Hal ini
a diduga karena masing-masing jenis bahan
4.0
Skor Hedonik dan Mutu

a pelarut memiliki tingkat kelarutan yang


3.5 bb
Hedonik Warna

berbeda-beda. Menurut Mulyono (2001),


3.0 cc cc
tingkat kelarutan CaCO3, Ca(OH)2, dan
2.5
CaSO4 berturut-turut adalah 0,0070; 0,078
2.0 Hedonik dan 0145 g/100 mL dalam air, sehingga
1.5
Mutu interaksinya dengan lama perendaman
1.0
Hedonik mempengaruhi skor hedonik dan mutu
0.5
0.0
hedonik warna manisan kering kulit buah
naga yang dihasilkan.
Aquadest
Ca(OH)₂CaCO₃ CaSO₄
a a
Jenis larutan perendaman a a a
Skor Hedonik Warna a
4.0 a
a b b CaSO₄
4.0 a 3.0 b
b b
3.5 b CaCO₃
Skor Hedonik dan Mutu

b 2.0
3.0 cc Ca(OH)₂
Hedonik Warna

1.0
2.5
2.0 0.0 Aquadest
Hedonik
1.5 6 jam 12 jam
1.0 Mutu 18 jam
0.5 Hedonik Interaksi antara jenis larutan jenuh bahan
0.0 pengeras dan lama perendaman
6 12 18
a a a aa a
Lama perendaman (jam) a
Skor Mutu Hedonik Warna

4.0 b
Gambar 4. Pengaruh jenis larutan bahan pengeras b c
3.0 c CaSO₄
dan lama perendaman terhadap skor hedonik dan c
mutu hedonik warna manisan kering kulit buah 2.0
1.0 CaCO₃
naga. Diagram batang yang diikuti dengan huruf
yang sama menunjukkan berbeda tidak (Uji BNJ α 0.0 Ca(OH)₂
5%). Skor hedonik adalah 1,000-1,610 (tidak 6 jam 12 Aquadest
suka), 1,611-2,852 (agak suka), 2,853-4,209 18
jam jam
(suka), 4,210-4,935 (sangat suka). Skor mutu
hedonik adalah 1,000-1,507 (kuning), 1,508-2,331
(kuning kecokelatan), 2,332-2,785 (cokelat), Interaksi antara jenis larutan jenuh bahan
2,786-3,374 (cokelat kemerahan), 3,375-3,828 pengeras dan lama perendaman
(merah). Gambar 5. Grafik pengaruh larutan jenuh bahan
pengeras dan lama perendaman terhadap skor
Lama perendaman berpengaruh nyata mutu hedonik warna manisan kering kulit buah
terhadap skor hedonik dan mutu hedonik naga. Diagram batang yang diikuti dengan huruf
warna manisan kering kulit buah naga. yang sama menunjukkan berbeda nyata (Uji BNJ
Semakin lama kulit buah naga direndam, α 5%). Skor hedonik dan mutu hedonik sesuai
dengan keterangan pada Gambar 4.
maka tingkat kesukaan panelis terhadap
manisan kulit buah naga semakin rendah, dan Rasa
warna yang dihasilkan semakin cokelat. Hal Jenis larutan jenuh bahan pengeras,
ini diduga karena komponen pemberi warna lama perendaman dan interaksi keduanya
pada kulit buah naga larut selama berpengaruh tidak nyata terhadap nilai

24
Tika Widyastuti, Yuliani, Anton Rahmadi Manisan Kering Kulit Buah Naga

hedonik dan mutu hedonik rasa manisan hedonik dan mutu tekstur manisan kering kulit
kering kulit buah naga yang dihasilkan. buah naga yang dihasilkan.
Jenis larutan jenuh bahan pengeras
menghasilkan manisan kering kulit buah naga 4.0 aaa
3.5

Skor Hedonik dan Mutu


dengan skor hedonik antara 3,437-3,265
3.0 bbb bbb bbb
(suka) dan skor mutu hedonik antara 3,249-

Hedonik Tekstur
2.5 Hedonik
3,197 (manis).
2.0
Lama perendaman dalam larutan jernih 1.5 Mutu
bahan pengeras menghasilkan manisan kering 1.0 Kerenyahan
kulit buah naga dengan skor hedonik antara 0.5 Mutu
3,379-3,334 (suka) dan mutu hedonik antara 0.0 Kekenyalan
3,257-3,154 (manis).
Interaksi antara jenis larutan jenuh
bahan pengeras dan lama perendaman
menghasilkan manisan kering kulit buah naga Larutan perendaman
dengan skor hedonik rasa 3,109-3,480 (suka) 4.0
dan skor mutu hedonik dengan skor 3,101- aaa
3.5

Skor Hedonik dan Mutu


3,296 (manis). 3.0 bbb bbb
Hedonik Tekstur
Panelis menyukai rasa manisan kering 2.5
kulit buah naga karena memiliki rasa yang Hedonik
2.0
enak yaitu rasa manis. Rasa manis yang Mutu
1.5
ditimbulkan pada manisan kering karena Kerenyahan
1.0
penambahan gula pada saat proses Mutu
0.5
pengolahan, penambahan gula yang tidak Kekenyalan
berlebihan menimbulkan rasa manis yang pas 0.0
sehingga manisan kering kulit buah naga 6 12 18
disukai oleh panelis. Sedangkan bahan Lama perendaman (jam)
pengeras tidak memiliki rasa atau tawar Gambar 6. Pengaruh jenis larutan jenuh bahan
sehingga tidak mempengaruhi rasa manis pengeras dan lama perendaman terhadap skor
yang ditimbulkan pada gula. hedonik dan mutu hedonik tekstur manisan kering
Menurut Jumeri (2002), pembentukan kulit buah naga. Diagram batang yang diikuti
flavour mempengaruhi rasa suatu produk dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda
akhir yang salah satunya ditentukan oleh tidak nyata (Uji BNJ α 5%). Skor hedonik adalah
1,000-1,654 (sangat tidak suka), 1,655-2,912
bahan yang ditambahkan. Pendapat ini
(tidak suka), 2,913-4,139 (agak suka), 4,140-4,762
mendukung pernyataan Kartika et al. (1987), (suka). Skor mutu hedonik kerenyahan adalah
bahwa sukrosa yang ditambahkan dalam 1,000-1,656 (sangat keras), 1,657-2,938 (keras),
bahan pangan akan menimbulkan cita rasa dan 2,939-4,234 (agak tidak renyah), 5,235-4,904
dapat menimbulkan rasa manis. Rasa manis (renyah). Skor mutu kekenyalan 1,000-1,601
bertambah bila jumlah sukrosa semakin (sangat tidak kenyal), 1,602-2,816 (tidak kenyal),
tinggi, tetapi dalam jumlah tertentu rasa enak 2,817-4,139 (agak kenyal), 4,140-4,848 (kenyal).
yang ditimbulkan akan menurun.
Skor hedonik tekstur tertinggi
Tekstur
dihasilkan oleh perlakuan kontrol yaitu 3,449
Jenis larutan jenuh bahan pengeras,
(agak suka) dan terendah oleh perlakuan
lama perendaman dan interaksi keduanya
CaCO3 yaitu 2,698 (tidak suka). Skor hedonik
berpengaruh nyata terhadap sifat hedonik
mutu kerenyahan tertinggi dihasilkan oleh
tekstur, serta hedonik mutu kerenyahan dan
perlakuan kontrol yaitu 3,474 (agak tidak
kekenyalan manisan kering kulit buah naga
renyah) dan terendah oleh perlakuan CaSO4
(Gambar 6). Hal ini diduga karena jenis bahan
yaitu 2,649 (keras). Skor hedonik mutu
pengeras yang digunakan memiliki sifat yang
kekenyalan tertinggi dihasilkan oleh
sama yaitu untuk memperkuat tekstur jaringan
perlakuan kontrol yaitu 3,423 (agak kenyal)
kulit buah naga, sehingga interaksinya dengan
dan terendah dihasilkan oleh perlakuan
lama perendaman akan mempengaruhi skor
CaSO4 yaitu 2,545 (tidak kenyal). Skor

25
Journal of Tropical AgriFood 2019; 1(1): 19-28 p-ISSN 2685-3590
e-ISSN 2685-3604

hedonik tekstur, mutu kerenyahan dan mutu 12 dan 18 jam, sedangkan perlakuan 12 dan
kekenyalan perlakuan kontrol berbeda nyata 18 jam saling berbeda tidak nyata.
dengan perlakuan lainnya, sedangkan
a a
perlakuan Ca(OH)2, CaCO3 dan CaSO4 saling a a
berbeda tidak nyata. a

Skor Hedonik Tekstur


4.0 a
Respon organoleptik panelis terhadap b b
manisan kulit buah naga dengan perendaman 3.0 b b b CaSO₄
b
dalam larutan tanpa bahan pengeras (kontrol) 2.0 CaCO₃
adalah agak disukai, sedangkan perendaman 1.0
dalam larutan bahan pengeras adalah tidak Ca(OH)₂
0.0
disukai. Penggunaan bahan pengeras Aquadest
menghasilkan tekstur manisan kering yang 6 jam 12 jam
18 jam
keras dan tidak kenyal, karena bahan pengeras
digunakan untuk memperbaiki tekstur kulit Lama perendaman
buah naga menjadi lebih baik agar tidak rusak
pada saat dilakukan proses pengolahan
sehingga tekstur manisan yang dihasilkan
a a a a
kurang disukai. Selain itu, pemanasan yang a
Skor Mutu Kerenyahan 4.0 a
dilakukan pada saat pengolahan manisan b b
b b
kering dapat meningkatkan kekerasan tekstur b b CaSO₄
karena dapat mengurangi ikatan pada molekul 2.0 CaCO₃
pektin dan membuat tekstur menjadi lebih
kuat. Ca(OH)₂
0.0
Hal ini sependapat dengan Fatah dan Aquadest
6 jam 12
Bahtiar (2004) bahwa perendaman dalam 18
larutan kalsium hidroksida bertujuan untuk jam
jam
menguatkan tekstur luar buah yang akan Lama perendaman
diolah menjadi manisan. Perubahan ini
disebabkan adanya senyawa kalsium dalam
kapur yang berpenetrasi ke dalam jaringan a a a a
a
Skor Mutu Kekenyalan

4.0 a
buah. Akibatnya struktur jaringan buah b b
menjadi lebih kuat karena adanya ikatan baru 3.0 b b CaSO₄
b b
antara kalsium dengan jaringan dalam buah. 2.0 CaCO₃
Utami (2005) menyatakan pemanasan pada
1.0
produk buah-buahan dapat meningkatkan Ca(OH)₂
kekerasan karena dapat mengurangi ikatan 0.0
Aquadest
pada molekul pektin dan membuatnya 6 jam 12
18
menjadi lebih kuat. jam
jam
Lama perendaman selama 6 jam
Lama perendaman
menghasilkan manisan kering kulit buah naga
dengan skor hedonik, serta mutu hedonik Gambar 7. Grafik pengaruh larutan jenuh bahan
kerenyahan dan kekenyalan tekstur tertinggi pengeras dan lama perendaman terhadap skor
masing-masing 3,361 (agak suka), 3,544 mutu hedonik kekenyalan manisan kering kulit
(agak tidak renyah) dan 3,588 (agak kenyal). buah naga. Diagram batang yang diikuti dengan
Lama perendaman selama 18 jam huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
menghasilkan manisan kering kulit buah skor nyata (Uji BNJ α 5%). Skor mutu hedonik sesuai
hedonik terendah yaitu 2,581 (tidak suka). dengan keterangan pada Gambar 6.
Lama perendaman selama 12 jam
menghasilkan manisan kering kulit buah naga Semakin lama perendaman kulit buah
dengan skor mutu hedonik kerenyahan 2,613 naga dalam larutan bahan pengeras
(keras), dan yang terendah adalah perendaman menghasilkan tekstur manisan kering yang
selama 12 jam yaitu 2,630 (tidak kenyal). lebih keras dan tidak kenyal. Hal ini
Lama 6 jam berbeda nyata dengan perlakuan dikarenakan lamanya perendaman ion

26
Tika Widyastuti, Yuliani, Anton Rahmadi Manisan Kering Kulit Buah Naga

kalsium akan berpenetrasi ke dalam jaringan hedonik warna (suka - agak suka), mutu
buah dan berikatan dengan gugus karboksil hedonik warna (merah - cokelat), hedonik
dari pektin yang akan mempertahankan tekstur (agak suka - tidak suka), mutu
tekstur buah menjadi lebih kuat. Selain itu kerenyahan (agak renyah - keras) dan mutu
lama perendaman dalam larutan bahan kekenyalan (agak kenyal - tidak kenyal),
pengeras menghasilkan produk dengan kadar namun tidak berpengaruh terhadap hedonik
air yang rendah, sehingga tekstur yang rasa (suka), mutu hedonik rasa (manis),
dihasilkan menjadi lebih keras dan tidak hedonik aroma (suka) dan mutu hedonik
kenyal sehingga sulit ketika dikunyah. aroma (tidak beraroma buah naga). Perlakuan
Lama perendaman dalam kalsium lama perendaman dalam larutan jenuh bahan
hidroksida mempengaruhi tekstur buah yang pengeras berpengaruh terhadap kadar air
dihasilkan. Ion kalsium akan berikatan dengan (13,954 - 16,691%), kadar abu (0941 -
gugus karboksil dari pektin membentuk Ca- 1,135%), kadar gula (21,398 - 23,435%),
pektat yang merupakan pektin yang tidak hedonik warna (suka - agak suka), mutu
larut, sehingga akan mempertahankan tekstur hedonik warma (merah - cokelat), hedonik
buah tetap keras (Suhardi, 1990). Menurut tekstur (agak suka - tidak suka), mutu
Carina dan Wignyanto (2007) kadar air yang kerenyahan (agak tidak renyah - keras), mutu
rendah dapat menghasilkan produk yang lebih kekenyalan (agak kenyal - tidak kenyal),
keras sehingga sulit untuk dikunyah. namun tidak berpengaruh terhadap hedonik
rasa (suka), mutu hedonik rasa (manis),
Aroma
hedonik aroma (suka) dan mutu hedonik
Jenis larutan jenuh bahan pengeras,
aroma (tidak beraroma buah naga).
lama perendaman dan interaksi keduanya
Interaksi jenis larutan jenuh bahan
berpengaruh tidak nyata terhadap nilai
pengeras dan lama perendaman berpengaruh
hedonik dan mutu hedonik aroma manisan
nyata terhadap kadar air (12,053 - 19,533%),
kering kulit buah naga yang dihasilkan. Hal
kadar gula pereduksi (19,410 - 24,740%),
ini diduga karena aroma pada manisan kering
hedonik warna (suka - agak suka), mutu
kulit buah naga berkurang pada saat
hedonik warna (merah - kuning kecoklatan),
perendaman, sehingga manisan kering sudah
hedonik tekstur (agak suka - tidak suka), mutu
tidak beraroma buah naga (tidak langu)
hedonik kerenyahan (agak tidak renyah -
sehingga masih dapat diterima panelis.
keras) dan mutu hedonik kekenyalan (agak
Jenis larutan jenuh bahan pengeras
kenyal - tidak kenyal). Namun tidak
menghasilkan manisan kering kulit buah naga
berpengaruh terhadap kadar abu (0,833 -
dengan skor hedonik aroma antara 3,248-
1,246%), hedonik rasa (suka), mutu hedonik
3,197 (suka) dan skor mutu hedonik antara
rasa (manis), hedonik aroma (suka) dan mutu
3,273-3,160 (tidak beraroma buah naga).
hedonik aroma (tidak beraroma buah naga).
Lama perendaman dalam larutan jenuh
Perendaman dalam larutan bahan
bahan pengeras menghasilkan manisan kering
pengeras ternyata mengeraskan tekstur, tetapi
kulit buah naga dengan skor hedonik antara
tidak merenyahkan tekstur manisan kering
3,249-3203 (suka) dan mutu hedonik antara
kulit buah naga yang dihasilkan.
3,268-3,153 (tidak beraroma buah naga).
Interaksi antara jenis larutan jernih
bahan pengeras dan lama perendaman DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan manisan kering kulit buah naga Afrianto, E., 2008. Pengawasan Mutu
dengan skor hedonik antara 3,129-3,298 Bahan/Produk Pangan Jilid 2.
(suka), dan skor mutu hedonik antara 3,071- Departemen Pendidikan Nasional,
3,328 (tidak beraroma buah naga). Jakarta, Indonesia.
BSN, 1992. SNI 01-2892-1992. Standar
KESIMPULAN
Nasional Indonesia. Standar Cara Uji
Perlakuan jenis larutan jenuh bahan Gula. Badan Standardisasi Nasional,
pengeras berpengaruh terhadap kadar air Jakarta.
(14,355 - 18,548%), kadar abu (0,855 -
1,115%), kadar gula (19,958 - 23,326),

27
Journal of Tropical AgriFood 2019; 1(1): 19-28 p-ISSN 2685-3590
e-ISSN 2685-3604

Fatah, M.A., Bachtiar, Y., 2004. Membuat Suhardi, 1990. Fisiologi dan Teknologi Pasca
Aneka Manisan Buah. Agromedia Panen, Penerbit Pusat Antar
Pustaka, Jakarta. Universitas Pangan dan Gizi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Herawati, N., 2013. Formulasi Ekstrak Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus Sutopo, J., dan Wibowo. 2012. Pemanfaatan
polyrhizus), Rosella dan Buah Salam Kulit Buah Naga Sebagai Bahan
Pada Pembuatan Minuman Alami. Tambahan Pada Masakan Kroket, Mie
Jember. Skripsi. Fakultas Teknologi Lethek, Pudding. UNY.
Pertanian Universitas Jember, Jember.
Utami, P.W. 2005. Pembuatan Manisan
Jumeri, 2002. Pengaruh Penambahan Tamarilo (Kajian Konsentrasi
Beberapa Konsentrasi Gula dan Perendaman Air Kapur (Ca(OH)2) dan
Natrium Benzoat Terhadap Mutu dan Lama Pengeringan Terhadap Sifat
Daya Simpan Leather Nenas. Fakultas Fisik, Kimia dan Organoleptik).
Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru. Skripsi. Jurusan THP, Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas
Kartika, B., Hastuti, P., Supartono, W., 1987.
Brawijaya. Malang.
Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan,
Penerbit Pusat Antar Universitas Carina, W., Wignyanto, 2007. Pengembangan
Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Belimbing Wuluh Sebagai Manisan
Mada, Yogyakarta. Kering dengan Kajian Konsentrasi
Perendaman Air Kapur (Ca(OH)2) dan
Kusmiadi, R., 2011. Pengaruh Ca(OH)2
Lama Waktu Pengeringan. Jurnal
Terhadap Mutu Manisan Buah. Skripsi.
Industri 1, 195-203.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Zanora, Y. (1999), Penentuan Lama
Mulyono, H.A.M., 2001. Kamus Kimia Untuk
Perendaman Dalam Kalsium
Siswa dan Mahasiswa Sains &
Hidroksida (Ca(OH)2) dan Lama
Teknologi. PT Genesindo, Bandung.
Pengeringan Manisan Nangka
Satuhu, 2006. Penanganan Pasca Panen dan (Artocarpus heterophyllus) Kering.
Olahan Buah-buahan. Penebar Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas
Swadaya, Jakarta. Teknik, Universitas Pasundan,
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 2007. Bandung.
Prosedur Analisis Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai