Anda di halaman 1dari 3

Boraks yang merupakan senyawa kimia turunan dari logam berat unsur Boron (B),

boraks ini merupakan anti septik yang dapat membunuh kuman. Bahan boraks ini seharusnya
digunakan sebagai anti jamur, antiseptic dan pengawet kayu. Boraks ini banyak digunakan oleh
oknum yang memiliki niat jahat pada saat menjual-jualannya, efek boraks ini akan memberikan
efek perubahan struktur dan tekstur makanan, seperti pada bakso dan lontong yang ditambahi
boraks akan memberikan efek sangat kenyal dan tahan lama sedangkan pada kerupuk akan
memberikan hasil mengembang, empuk dan tekstur yang renyah. Namun efek yang
menguntungkan ini akan memberikan efek yang beracun bagi Kesehatan, salah satunya akan
berpengaruh pada ginjal karena gunjal akan mengekskresi asupan makanan yang masuk pada
tubuh. Selain itu pula akan memberikan bahaya pada system metabolisme manusia, hal ini
karena boraks akan terserap oleh darah dan disimpan dalam hati.

Boraks yang terkandung pada makanan tentunya akan sangat sulit dikenali apabila hanya
dicek secara fisik luarnya saja, boraks yang terkandung haruslah diuji dengan menggunakan
pengujian secara kimiawi untuk mengetahui apakah makanan tersebut menggunakan boraks atau
tidak, salah satu pengujian tersebut adalah dengan menggunakan metode Uji nyala. Uji nyala ini
digunakan untuk mengetahui apakah sampel makanan mengandung boraks atau tidak, proses
pengerjaan menggunakan metode ini adalah dengan menyalakan api pada sampel, dan dilihat
warna nyala yang didapat pada sampel tersebut. Warna nyala yang didapat dibandingkan dengan
warna nyala yang terdapat pada standar yaitu boraks (pada praktikum kali ini standar yang
digunakan adalah boraks dan pijer) yaitu berwarna hijau.

Pada uji nyala pertama yaitu dengan menambahkan 1 mL H2SO4 dan 2-3 mL alkohol
pada sampel yang telah digerus hingga lembut pada beaker glass, lalu dilakukan pembakaran
pada sampel dalam beaker glass tersebut. Standar boraks dan boraks pijer dicoba dilakukan
pembakaran dan menghasilkan warna hijau, pada pengujian sampel yang menghasilkan warna
yang sama seperti standar tersebut terdapat sampel nugget, lontong 2 dan otak otak.

Pada pengujian uji nyala kedua, dilakukan dengan menggunakan kawat nikrom dengan
menusukkan kawat pada sampel dan membakarnya pada api biru yang ada pada Bunsen, warna
yang akan dihasilkan pada pembakaran bagi sampel yang mengandung boraks adalah berwarna
hijau. Hal ini sama seperti sebelumnya dimana warna yang akan didapat pada standar boraks
yaitu berwarna hijau. Hasil yang didapat pada uji nyala ini adalah terdapat pada sampel Tahu,
Nugget. Sosis dan otak otak.

Pada pengujian ketiga dilakukan pengujian dengan menggunakan indikator boraks alami
yaitu kunyit, kunyit disini merupakan senyawa yang mengandung kurkumin, dimana senyawa
kurkumin yang ada pada kunyit ini akan menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat
dan mengikatnya menjadi kompleks warna merah kecoklatan dalam suasana asam. Sampel yang
mendapatkan hasil positif pada uji ini ada pada sampel nugget, sosis, lemper, lontong dan otak
otak. Semua sampel yang memiliki hasil positif akan mempengaruhi hasil akhir uji kualitatif
boraks tersebut, Sampel yang dipastikan memiliki hasil positif yaitu pada tahu, nugget, sosis,
lemper, lontong 2 dan otak otak. Hasil indikator alami ini bisa mempengaruhi hasil dikarenakan
kunyit yang dapat memberikan hasi yang jelas sehingga dimasukkan pada parameter utama
pengujian.
Didapati hasil pengujian BTP Boraks yang terkandung pada sampel memiliki hasil yang
beragam, hasil sampel yang positif mengandung boraks terdapat pada sampel Tahu, Nugget,
Sosis, Lemper, Lontong II dan Otak-Otak. Dan sampel yang tidak mengandung boraks terdapat
sampel Bakso dan Lontong I, hal ini diamati berdasarkan perubahan warna yang muncul pada
Uji Nyala Beaker Glass dan Uji Nyala Nirkel serta pada Indikator larutan kunyit.

Saran yang bisa diberikan pada pengujian ini adalah dengan melakukan uji lanjut terhadap
banyaknya kandungan boraks yang terdapat pada sampel sehingga dapat mengetahui apakah
kandungan boraks yang ada pada pangan tersebut memiliki tingkat bahaya yang tinggi atau
rendah.

Lesbassa, H. (2018). Uji kandungan Boraks pada makanan jajanan bakso daging Sapi yang
dijual di lingkungan SD Inpres 26 dan SD Inpres 62 Negeri Batu Merah Kecamatan Sirimau
Kota Ambon (Doctoral dissertation, IAIN AMBON).

Rz, I. O., & Yandra, A. (2017). Preventif Aproach: Bahaya Borak dan Cara Mengidentifikasi
Makanan Yang Mengandung Borak. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1),
23-28.

Suseno, D. (2019). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Boraks Pada Bakso
Menggunakan Kertas Turmerik, FT–IR Spektrometer dan Spektrofotometer Uv-Vis. Indonesia
Journal of Halal, 2(1), 1.

Anda mungkin juga menyukai