785 3041 1 PB
785 3041 1 PB
ABSTRAK
Karya sastra adalah penuangan ide-ide yang di imajinasikan menjadi teks yang memiliki nilai-
nilai etika dan estetika. Karya sastra juga harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.
Proses kreatif karya sastra banyak unsur yang terlibat di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan,
wawasan, pemikiran, keyakinan dan pengalaman fisik, serta unsur imajinasi pengarang. Sebuah
novel disamping memiliki unsur struktur pembangunnya, novel memiliki unsur semiotik yaitu
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-
tanda tersebut mempunyai arti dan makna. Sehubungan pernyataan tersebut maka peneliti
melakukan penelitian ini untuk menemukan unsur semiotik yang terdapat di dalam novel
“Rembulan Tenggelam di Wajahmu” karya Tere Liye. Setelah diteliti, ternyata dalam novel
“Rembulan Tenggelam di Wajahmu” karya Tere Liye ini ditemukan banyak pemakaian bahasa
secara semiotik yakni berupa kata. Sesuai dengan judul penelitian ini peneliti menggunakan
metode deskriptif kualitatif yakni metode deskriptif yang disertai kegiatan analisis, dimana data
diperoleh dengan cara membaca novel “Rembulan Tenggelam di Wajahmu” karya Tere Liye.
Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu teknik telaah pustaka, teknik dokumentasi, teknik
analisis dan teknik pengolahan data. Melalui analisis semiotik “Rembulan Tenggelam di
Wajahmu” karya Tere Liye banyak ditemukan tanda yang tersurat. Melalui analisis ini perlu
disampaikan kepada pembaca agar dapat menghayati dan menghargai karya sastra dan
memahami sistem semiotik yang terdapat dalam karya sastra tersebut.
65 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
Manfaat inilah yang akan kita peroleh dari diungkap melalui penanda, maka
kegiatan mengapresiasi sastra, sehingga hal penganalisis menggunakan semiotik untuk
ini menjadi pengalaman dalam kehidupan memberikan makna bagi tanda-tanda dalam
yang diajarkan di sekolah-sekolah. teks yang dikaji.
Pengarang dalam menyampaikan idenya, Novel merupakan salah satu bentuk
tidak secara langsung menuliskannya secara karya sastra yang dijadikan bahan ajar
jelas dan mudah dimengerti. Pengarang sastra di MTs. Sebagai bahan ajar, novel
memerlukan semacam alat untuk harus diperkenalkan sejak dini, agar siswa
menyampaikan pesan-pesan tersembunyi. mampu menghargai karya sastra,
Dengan tanda-tanda, maka pengarang tidak memperoleh pengalaman tentang karya
perlu menuliskan secara jelas hal yang ingin sastra, menumbuhkan kesenangan,
disampaikannya kepada pembaca. memperoleh informasi yang berbeda
Pengarang hanya perlu menyuguhkan dengan informasi dalam ensiklopedi dan
tanda-tanda sehingga pikiran pembaca akan mengembangkan warisan budaya. Dalam
mencari-cari maksud yang diinginkan hal ini Rahmanto (1999:65), menyatakan
pengarang. bahwa, “Ada tiga alasan yang saling
Mengkaji sebuah karya sastra, berkaitan mengapa kita membaca karya
dibutuhkan sebuah teori. Cara untuk sastra, yaitu untuk memperoleh: (1)
mengkaji sebuah karya sastra khususnya kesenangan (pleasure); (2) informasi dari
novel sangat beragam, salah satunya adalah jenis yang tidak sama dengan ensiklopedi;
dengan menggunakan kajian semiotik. dan (3) melestraikan dan mengembangkan
Menurut Sobur (2003:15) “Semiotika warisan budaya.
adalah suatu ilmu atau metode analisis Bahan ajar merupakan hal dasar yang
untuk mengkaji tanda”. harus dimiliki oleh tiap satuan pendidikan.
Semiotika menawarkan suatu sistem, Setiap guru diwajibkan untuk memiliki
suatu cara memandang tanda-tanda yang bahan ajar sebagai acuan dalam mengajar.
sistematis seolah-olah setiap tanda itu Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan
strukturnya jelas, dalam arti tanda itu pendidikan diatur dalam standar isi dan
seolah-olah bermakna tertentu padahal standar proses pendidikan. Kedua peraturan
bermakna yang lain. Setiap tanda tetap tersebut merupakan prinsip
boleh ditafsirkan semaunya tapi harus penyelenggaraan pendidikan. Standar
sistematis. Maksudnya harus ada proses dibuat dengan tujuan menghasilkan
pertanggungjawaban dan harus ada lulusan yang memiliki kompetensi
argumentasi yang jelas dan dapat diterima diberbagai bidang. Kompetesi tersebut
oleh akal. dapat diwujudkan melalui perencanaan
Wiryaatmadja (1993:3) menyatakan proses pembelajaran yang telah ditetapkan
bahwa, “Semiotika adalah ilmu yang melalui silabus dan rencana pelaksanaan
mengkaji kehidupan tanda dalam maknanya pembelajaran menjadi penunjang
yang luas di dalam masyarakat, baik yang tercapainya kompetensi lulusan.
lugas (literal) maupun yang kias (figuratif), Sebagai bahan pembelajaran, teks
baik yang menggunakan bahasa maupun sastra harus bersifat mendidik dan memiliki
non bahasa”. Bahasa sebagai sistem tanda nilai yang baik dalam kehidupan. Oleh
sering kali mengandung sesuatu yang karena itu, pendidik harus bisa memilih teks
misterius. Sesuatu yang terlihat terkadang sastra yang cocok untuk bahan
tidak sesuai dengan realita yang pembelajaran. Pada penelitian ini bahan
sesungguhnya. Tanda-tanda tersebut pembelajaran teks sastra yang diambil
66 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
67 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
68 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
69 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
70 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
karena sudah tidak terpakai lagi. (9) kata (8) kata “Eksekusi” yang mempunyai
“Lumpuh” mempunyai makna lemah yang makna pelaksanaan putusan hakim,
disebabkan tubuh tidak bertenaga dan tidak khususnya hukuman mati. (9) kata
dapat bergerak lagi. (10) kata “Cahaya” “Museum” yang mempunyai makna gedung
mempunyai makna sinar atau terang, hal ini yang digunakan sebagai tempat untuk
disebabkan karena ada sesuatu yang pameran tetap benda-benda yang patut
bersinar seperti matahari, bulan, lampu. mendapat perhatian umum. (10) kata
(11) kata “Menggeleng” mempunyai makna “Pelukis” yang mempunyai makna orang
menggoyangkan kepala ke kiri kanan atau yang berprofesi melukis. (11) kata
menolak, hal ini disebabkan tidak “Konsorsium” yang mempunyai makna
menyetujui. (12) kata “Resah” mempunyai himpunan beberapa pengusaha yang
makna gelisah, hal ini disebabkan oleh mengadakan usaha bersama. (12) kata
suasana hati yang tidak tenang, gugup, “Lazim” mempunyai makna sudah menjadi
rusuh hati. (13) kata “Hukuman” kebiasaan. (13) kata “Lebaran” yang
mempunyai makna siksa, hal ini disebabkan mempunyai makna hari raya umat Islam
karena seseorang yang melanggar undang- yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah
undang dsb. (14) kata “Melotot” selesai menjalankan ibadah puasa selama
mempunyai arti membelalak atau terbuka sebulan. (14) kata “Sekolah” yang
lebar-lebar. Hal ini disebabkan oleh mempunyai makna bangunan atau lembaga
seseorang yang sedang marah atau terkejut. untuk belajar dan mengajar serta tempat
(15) kata “Membisu” yang mempunyai arti menerima dan memberi pelajaran. kata
diam, hal ini disebabkan karena seseorang “Negara” yang mempunyai makna
tidak mau berkata-kata. (16) kata organisasi dalam suatu wilayah yang
“Bercahaya” mempunyai arti bersinar, mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah
dengan kata lain hal ini disebabkan karena dan ditaati oleh rakyat. (15) kata “Rahim”
ada cahaya yang memancar. (17) kata mempunyai makna kantong selaput dalam
“Basah” mempunyai arti barang cair. Kata perut tempat janin (bayi). (16) kata
basah merupakan kata yang menandai “Bahasa” mempunyai makna sistem
sesuatu yang mengandung air. (18) kata lambang bunyi yang arbiter, yang
“Menguap” mempunyai arti mengeluarkan digunakan oleh anggota masyarakat untuk
uap, hal ini disebabkan karena mengantuk. berinteraksi. (17) kata “Pusara” yang
3. Simbol mempunyai makna tempat pemakaman
Tanda simbol yang terdapat dalam jenazah. (18) kata ”Agama” yang
Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu mempunyai makna sistem yang mengatur
bagian satu ialah (1) kata “Karnaval” yang tata keimanan (kepercayaan) dan
mempunyai makna pawai dalam rangka peribadatan kepada Tuhan yang
pesta perayaan (biasanya mengetengahkan Mahakuasa.
bermacam corak hal yang menarik dari
yang dirayakan itu). (2) kata “Gincu” yang PENUTUP
mempunyai makna sebagai pewarna bibir. Hasil pengkajian terhadap novel
(3) kata “Hari Raya” yang mempunyai Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya
makna hari yang dirayakan untuk Tere Liye, dapat diperoleh sebuah simpulan
memperingati sesuatu yang penting. (4)
sebagai berikut.
kata “Takbiran” yang mempunyai makna
pujian kepada Allah dengan menyerukan Unsur semiotik dalam novel Rembulan
takbir. (5) kata “Hujan” yang mempunyai Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye,
makna titik-titik air yang berjatuhan dari meliputi hal-hal sebagai berikut.
udara karena proses pendinginan. (6) kata a. Ikon yang terdapat dalam novel
“Masjid” mempunyai makna bangunan Rembulan Tenggelam di Wajahmu
tempat bersembahyang orang islam. (7) mengacu pada nama binatang,
kata “Gerbong” yang mempunyai makna
tumbuhan, alam semesta dan
wagon kereta api (untuk orang atau barang).
paanggilan nama untuk orang yang
71 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017
SEMIOTIKA DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM
DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE
Yanti Dwi Yuliantini
72 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 1 | Nomor 2 | Oktober 2017