Anda di halaman 1dari 9

MENUMBUHKAN SIKAP PROAKTIF SERTA KEBANGGAN SEBAGAI MUSLIM/MUSLIMAH

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Muhammad Aji Syahrindra 18323123

Muhammad Rizki Fadillah Nur 19312383

Muhammad Iqbal Khoiruddin 19312473

Nastiti Putri Nariswari 19613177

Muthiah Khoirunnisa 19613209

Naralita Imelda Tania 20323047

Muhammad Rizqi Hilmiy 20323135

Muhammad Hanan Ari Fadhilla 20323142

Muhammad Izzuddin Al-Qassam 20323341

Muhammad Syafa’at Ridho Afrianto 20522168

Mochammad Septyan Ferdiansyah 20522251

Muhammad Hafidh Fadhlurrahman Azmi 20522243

Nadia Ika Sulistyawati 20522315

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


2021

A. Pengertian Sikap Proaktif


Proaktif merupakan sebuah sikap dan tindakan ataupun perilaku
seseorang yang arahnya ke lebih aktif dan positif yang ditandai dengan
adanya keaktifan seseorang dalam merespon ataupun menanggapi suatu hal
yang terjadi di hidupnya tersebut serta adanya inisiatif dalam membawa
sebuah perubahan di sekitar menjadi lebih baik. Sikap proaktif biasanya
mengarah ke tujuan yang lebih baik, maju, dan bisa membangkitkan perilaku
internalnya seseorang itu sendiri.

Bateman & Crant (1993) mendefinisikan sikap proaktif ini adalah kondisi
dimana seseorang yang memiliki serta mengenali peluang bisa
mempergunakan peluang ini. Artinya tanpa seseorang ini dipaksa, ia mampu
menciptakan perubahan. Menurut Robbins (2001) proaktif ini didefinisikan
sebagai sebuah sikap individu aktif yang memiliki inisiatif dalam melakukan
perbaikan dengan cara perubahan terhadap keadaan yang ada serta
menciptakan sebuah inisiatif baru ketika sikap individu lain cenderung pasif
dalam menghadapi berbagai situasi yang ada. Sedangkan menurut Covey ,
sikap proaktif ini didefinisikan sebagai sebuah individu itu tidak hanya dapat
bersikap mengambil inisiatif namun juga harus mampu bertanggung jawab
atas perilakunya tersebut dan bisa mengendalikan dirinya sendiri, berfikir
sebelum bertindak, serta harus membuat pilihan dengan mendahulukan
prinsip atau values bukan hanya berdasarkan suasana hati, kondisi, dan
keadaan di sekitar.

B. Maksud dari Proaktif sebagai Muslim dan Muslimah


Salah satu contoh dalil penerapan sifat proaktif ialah pada QS Ali-Imran
(3):104 yang berbunyi:
ِ
َ ِ‫َولْتَ ُك ْن ِمْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْدعُو َن إِىَل اخْلَرْيِ َويَأْ ُم ُرو َن بِالْ َم ْع ُروف َو َيْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر ۚ َوأُوٰلَئ‬
‫ك ُه ُم‬

‫الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬


Artinya: "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung." QS. Ali 'Imran(3):104
Selain itu terdapat pula pada QS Ar-Ra’d (13): 11 yang sering
dijadikan landasan upaya manusia yang bersifat proaktif, yaitu sebagai
berikut:
ٍ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫لَه معقِّب‬
ٰ ‫ات م ْن َبنْي ِ يَ َديْه َوم ْن َخ ْلفه حَيْ َفظُونَهُ م ْن أ َْم ِر اللَّه ۗ إِ َّن اللَّهَ اَل يُغَِّيُر َما بَِق ْوم َحىَّت‬
ٌ َ َُ ُ
‫يُغَِّي ُروا َما بِأَْن ُف ِس ِه ْم ۗ َوإِذَا أ ََر َاد اللَّهُ بَِق ْوٍم ُسوءًا فَاَل َمَر َّد لَهُ ۚ َو َما هَلُ ْم ِم ْن ُدونِِه ِم ْن َو ٍال‬
Artinya: "Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang
selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Tafsir dari QS Ar-Ra’d (13): 11 diatas menurut ath-Thabari
dan al-Qurthubi ialah manusia pada hakikat atau fitrahnya menerima anugerah
kenikmatan dari Allah, tetapi perilaku manusia atau hamba dapat mengubah
kenikmatan itu menjadi keburukan atau musibah. Imam al-Qurthubi memiliki
pendapat bahwa faktor berkurang atau hilangnya suatu kenikmatan yang
diterima oleh hamba itu tidaklah tunggal. Faktornya bisa murni bersumber
dari kesalahan seorang hamba itu sendiri atau bisa juga berasal dari orang di
sekitarnya, sebagaimana yang terjadi pada peristiwa perang Uhud.
Pada QS Al-Isra (17): 36 yang berbunyi:

‫ان َع ْن ُه‬ َ ‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل أُو ٰ َل ِئ‬


َ ‫ك َك‬ َ ‫ك ِب ِه عِ ْل ٌم ۚ إِنَّ السَّمْ َع َو ْال َب‬ َ ‫َواَل َت ْقفُ َما َلي‬
َ ‫ْس َل‬
‫َمسْ ُئواًل‬
Artinya: Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semua itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Kemudian selain dalil yang terkandung dalam Al-Quran terdapat
hadist yang menjelaskan tentang sifat proaktif sebagai muslim dan muslimah
yaitu:

‫ إنَّ ْال َعبْد َل َي َت َكلَّ ُم‬:ُ‫َو َعنْ أَبي ه َُري َْر َة أَ َّن ُه َسم َِع ال َّنبيَّ ﷺ َيقُول‬
ِ ‫ِبال َكلِم ِة َما َي َتبيَّنُ في َها َي ِز ُّل ب َها إِ َلى ال َّن‬
‫ار أب َْعدَ ِممَّا بي َْن‬
ٌ
‫ )أخرجه البخاري‬.ِ‫متفق عليه‬ ْ
.ِ‫والمغ ِرب‬ ‫الم ْش ِر ِق‬
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba (umat muslim) berbicara dengan
kata yang tidak dipikir dahulu (baik atau buruk). Sehingga dengan satu kata
tersebut, ia terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari pada
jarak antara timur dan barat”. (HR. Bukhari, Muslim).
Maksud dalam hadits dan dalil Al-Quran di atas adalah mengingatkan
kepada umat muslim dan muslimah untuk selalu berpikir proaktif yaitu dalam
berbicara dan bertindak harus hati-hati dalam memilih kata dan kalimat yang
baik, karena semua hal yang kita lakukan berupa baik atau buruk akan diminta
pertanggung jawaban selama hidup di dunia.

C. Proaktif Zaman Dahulu vs Zaman Sekarang


Proaktif yang dari pengertiannya merupakan sikap dan tindakan ataupun perilaku
seseorang yang arahnya ke lebih aktif dan positif yang ditandai dengan adanya
keaktifan seseorang dalam merespon ataupun menanggapi suatu hal yang terjadi di
hidupnya tersebut serta adanya inisiatif dalam membawa sebuah perubahan di sekitar
menjadi lebih baik yang mengarah ke tujuan yang lebih baik, maju, dan bisa
membangkitkan perilaku internalnya seseorang itu sendiri. Bersifat proaktif
merupakan bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri dan membuat pilihan-
pilihan berdasarkan prinsip. Mereka melakukan hal tersebut dengan
mengembangkan serta menggunakan beberapa kriteria dari manusia yang bisa
dibilang cukup berbeda dan unik antara lain, kesadaran diri, hati nurani, daya
imajinasi, dan kehendak bebas. Ketika seseorang tersebut proaktif, maka dia
akan dengan matang memikirkan segala perbuatannya serta memikirkan juga
mengenai akibat yang dapat ditimbulkan oleh perbuatan atau tindakan
tersebut. Orang yang proaktif lebih mampu mempertanggungjawabkan
perbuatannya.

D. Cara Menjadi Muslim Proaktif


Menjadi seorang muslim yang proaktif memiliki banyak refleksi sikap
seperti memiliki inisiatif yaitu menjadi lebih baik dan merubah nasib seperti
yang terdapat pada QS Ar Rad ayat 11 yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. Melalui potongan ayat tersebut, islam
mengajarkan kita untuk terus berusaha menjadi lebih baik dan memiliki
inisiatif. Menjadi muslim yang proaktif turut menegakkan agama Allah seperti
memiliki cita - cita yang mulia dan tekad yang besar serta memiliki strategi
menjadi pemenang dalam setiap persaingan kehidupan.
Proaktif juga memiliki sikap bebas menentukan pilihan, setiap
keputusan yang kita pilih, kita harus siap menerima resikonya serta
bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih. Seperti yang terkandung
dalam QS Al An'am ayat 111 yang berbunyi, “Kalau sekiranya Kami
turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara
dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan
mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah
menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. Implementasi
dari ayat tersebut adalah bila ingin mendapatkan iman, tidak hanya dengan
bekal ilmu pengetahuan saja, tetapi harus dengan keinginan yang ikhlas dan
sungguh-sungguh.
Memiliki sifat ikhlas juga ciri dari muslim yang proaktif. Ikhlas
berniat baik terhadap apa yang terjadi. Ikhlas juga diartikan sebagai sifat
sabar, seorang muslim harus memiliki sikap sabar dan ikhlas dalam
menghadapi segala cobaan, menjaga hati, perbuatan, serta perkataan.
Stephen R. Covey berpendapat bahwa manusia memiliki dua tipe
berdasarkan keputusannya yaitu proaktif dan reaktif. Proaktif yaitu
mendahulukan nilai daripada perasaannya walaupun di luar kendali mereka,
bukan selalu memiliki sikap inisiatif. Perilaku kita merupakan fungsi dari
keputusan yang kita buat.

E. Penyelesaian Masalah Muslim Kontemporer


Semakin dewasa maka kendatinya seseorang akan mengalami banyak
perjalanan hidup yang akan menambah wawasan dan menentukan pilihan di
hidup mereka, dimana kondisi ini kita akan sangat sering menemui
ketidaksetujuan, ketidaksepahaman serta perbedaan-perbedaan entah itu
kepercayaan, suku, budaya, bahasa, bahkan sekedar kebiasaan seseorang yang
mungkin kontras berbeda 180 derajat berbeda dengan yang sering kita jumpai
entar di lingkungan atau masyarakat yang kita kenal sebelumnya. Lantas
bagaimana bila kondisi seperti ini ditemui melalui perspektif seorang muslim
bagaimana respon-nya dan bagaimana tindakannya. Kita pahami dulu
bahwasanya negara indonesia mengakui adanya enam agama yang berdaulat
berlaku di indonesia sebagai sebuah kepercayaan dan indonesia juga
mewajibkan tiap individu untuk memeluk salah satu dari keenam agama
sebagai salah satu syarat administrasi untuk diakuinya individu tersebut
sebagai warga negara. Dimana secara tertulis indonesia sebagai sebuah negara
mengakui adanya enam kepercayaan yang memiliki ciri dan karakteristik
yang berbeda-beda untuk menciptakan indonesia dengan keberagaman dan
budaya yang unik dan menjadi sebuah kekuatan yang mempersatukan atas
perbedaan latar belakang dari keenam agama tersebut. Namun seiring
berjalannya waktu dan akumulasi sejarah Islam pun lahir menjadi
kepercayaan mayoritas di indonesia yang mana adalah sebuah titik yang bagus
namun menjadi mayoritas tentunya akan selaras dengan masalah yang akan
mengikutinya. (Abdurakhman 2016) Kembali kepada ide islam menjadi
mayoritas atau menjadi mencolok dari pada yang lainnya tentunya akan
melahirkan berbagai asumsi dan retorika kompleks tertentu sebut misalkan
aspek politik, ekonomi dan pendidikan akan sarat dengan ciri yang sesuai
bahkan mengikuti islam misal peraturan institusi yang mengaplikasikan adab
ketimuran, kemudian berbagai macam brand yang harus menyertakan logo
halal agar sesuai dengan market mayoritas muslim serta tentunya bank syariah
dan tentunya pendirian madrasah atau sekolah islam serta sekolah umum yang
mengaplikasikan unsur agama yang kental hal-hal tersebut adalah imbas dari
stand out nya islam sebagai sebuah agama mayoritas sedangkan di sisi lain
ibarat efek domino apabila ada oknum atau individu yang kebetulan berlatang
belakang sebagai seorang muslim melakukan perbuatan jahat seperti
intoleransi, kriminal, bahkan isu berat seperti terorisme yang memang
diklasifikasikan sebagai muslim tentunya akan merambat ke semua individu
yang menganut muslim tentunya ini akan berdampak pada citra para penganut
muslim secara keseluruhan. Disinilah peran seorang muslim yang proaktif
dibutuhkan. Seperti yang disinggung di atas sikap proaktif adalah yakni sikap
yang berfokus kedalam diri sendiri dalam artian sikap proaktif dalam sikap
yang membenahi diri sendiri meningkatkan kualitas diri agar output yang
dihasilkan lebih relevan, elegan dan sesuai dengan konteks. Dalam hal ini
muslim yang proaktif akan memberikan respon atau tindakan-tindakan yang
sesuai dengan kaidah-kaidah yang terkandung di dalam al-quran, sunnah
bahkan hadist sesuai dengan kebutuhan atau setidaknya aplikatif di
lingkungannya, bukan menjadi sosok reaktif yang sibuk mengurusi dan
merespon dengan tergesa-gesa kasus yang sedang terjadi seperti bagaimana
ricuhnya kondisi publik muslim indonesia merespon kasus penistaan agama
oleh pemimpin perancis Malcolm yang menurut saya terlalu anarkis untuk
agama yang mengajarkan kedamaian. (Abdurakhman 2016)

Lantas bagaimana dengan ajaran islam itu sendiri dalam menyikapi isu serupa
seperti yang sudah saya singgung diatas selain menjadi proaktif dari kaidah
islam sendiri sudah mengajarkan berbagai problem solving yang relevan
untuk tiap-tiap masalah melalui tuntunan ayat al-qur’an, hadist hingga sunnah
nabi muhammad SAW. salah satu kasus yang sedang melekat adalah isu
terkait toleransi umat beragama atau isu sara dalam islam sendiri dikenalkan
konsep Tasamuh seperti yang terkandung di dalam Q.s al-Hasyr [59]: 9 yang
menceritakan saat Rasulullah mempersaudarakan kaum ansar dan mujahidin.
Dari konteks surah ini lantang menjelaskan bahwasanya antara yang beriman
dan tidak beriman dapat menjalin sebuah hubungan persaudaraan antar
keduanya. Tentunya beda zaman beda pula tantangannya di era sekarang
masalah toleransi kian kompleks sehingga kita sebagai seorang musim
proaktif kendatinya harus aware dan sadar isu sara kendatinya sangat mudah
untuk tersebar atau viral hingga berujung konflik kendati begitu kita sebagai
seorang muslim untuk dapat bijak dalam menyikapi dan merespon setiap isu
dan kasus yang berkembang adapun kaidah yang perlu diperhatikan berupa
adanya toleransi bukan berarti meleburkan dua unsur yang jelas-jelas berbeda
namun dengan menghargai perbedaan tujuannya untuk menghindari
miskomunikasi atau salah kaprah terkait makna toleransi tentunya tidak lupa
sebagai seorang muslim untuk terus mengembangkan diri, selalu introspeksi
dan memperbaiki diri agar terus lebih baik lagi dan bergerak maju dan
memiliki visioner yang mampu membawa kebaikan dan perubahan yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang sesuai dengan kaidah dan ajaran islam.
(muftisany 2015)

References
Abdurakhman, Hasanudin. 2016. “Meninggalkan Ajaran Reaktif.” Qureta.

https://www.qureta.com/post/meninggalkan-ajaran-reaktif.

Abdurakhman, Hasanudin. 2016. “Islam Proaktif.” Qureta.

https://www.qureta.com/post/islam-proaktif.

muftisany, hafidz. 2015. “Prof KH Didin Hafidhuddin: Konflik Antaragama

Perlu Penyelesaian Segera.” Republika.

https://www.republika.co.id/berita/nwo10f14/prof-kh-didin-hafidhuddin-

konflik-antaragama-perlu-penyelesaian-segera.

Anda mungkin juga menyukai