Anda di halaman 1dari 36

Laporan

Integrasi

GTRA

2021
Kantor Pertanahan Kabupaten

Lampung Selatan

DISUSUN OLEH

Tim GTRA Kab. Lampung Selatan

TAHUN ANGGARAN 2021


BPN Lampung Selatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Pendataan Data TORA
Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2021 ini dapat terselesaikan dengan baik. Kegiatan Gugus Tugas
Reforma Agraria merupakan salah satu kegiatan untuk menata kembali
kehidupan bersama yang berkeadilan sosial melalui Reforma Agraria
sebagaimana diamanatkan oleh TAP MPR Nomor: IX/MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Selain itu kegiatan
GTRA merupakan salah satu implementasi dari cita ke-5 Nawacita Presiden
Indonesia yaitu “…Program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan
mendorong landreform dan program kepemilikan tanah seluas 9 Juta Hektar”.

Laporan ini memuat hasil kegiatan pada tahap Integrasi Penataan Aset
dan Akses. Kami berharap semoga dengan tersusunnya laporan ini dapat
membantu memberikan informasi kepada para pemangku keputusan dan
kebijakan pada kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria secara keseluruhan.

Demikian kata pengantar yang dapat kami sampaikan, terima kasih


kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian laporan ini.

Kalianda, 29 September 2021


Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Lampung Selatan

Drs. Hotman Saragih, M. Eng.Sc


NIP:196505271992031003

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses i


BPN Lampung Selatan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2

1.3 Dasar Hukum ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1 Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses di Desa Talang Jawa .... 4

2.2 Rekomendasi Tim GTRA Kabupaten Lampung Selatan

mengenai Potensi TORA yang dapat ditindaklanjuti dengan

Penataan Aset dan Penataan Akses .................................................. 5

2.2.1 Potensi TORA yang dapat Ditindaklanjuti dengan Penataan Aset .... 5

2.2.2 Potensi TORA yang dapat Ditindaklanjuti dengan Penataan Akses .. 6

2.3 Rekomendasi Tim GTRA Kabupaten Lampung Selatan

kepada Pimpinan OPD atau Stakeholders terkait untuk

tindak lanjut Penataan Akses........................................................... 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10

3.1 Kendala Kegiatan .............................................................................. 10

3.2 Kesimpulan ...................................................................................... 10

LAMPIRAN ................................................................................................. 11

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses ii


BPN Lampung Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan Reforma Agraria merupakan upaya untuk menata


kembali hubungan antara masyarakat dengan tanah, yaitu menata
kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
permukaan bumi yang berkeadilan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) merupakan
rujukan pokok bagi kebijakan dan pelaksanaan reforma agraria. UUPA
telah meletakkan dasar-dasar pengaturan, penguasaan, pemilikan
penggunaan dan pemanfaatan tanah.

Gugus Tugas Reforma Agraria merupakan suatu program untuk


menata kembali struktur penguasaan kepemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah, yang merupakan tugas pemerintah yang harus
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga terkait. Kelembagaan
Penyelenggaran Reforma Agraria dibentuk di tingkat Pusat dan Daerah,
terdiri dari Tim Reforma Agraria Provinsi dan Gugus Tugas Reforma
Agraria Kabupaten/Kota. Salah satu tugas Gugus Tugas Reforma
Agraria (GTRA) Kabupaten/Kota adalah melaksanakan atau
memfasilitasi Kegiatan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses.
Dalam Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses, tim membuat
database hasil pelaksanaan penataan asset dan penataan akses yang
sudah terintegrasi by name by address dalam kerangka yang
sistematis. Untuk menyelenggarakan Integrasi Penataan Aset dan
Penataan Akses dilaksanakan melalui rapat koordinasi tim GTRA
Kabupaten/Kota dengan melibatkan stakeholder terkait.

Ruang lingkup wilayah pelaksanaan Reforma Agraria di


Kabupaten Lampung Selatan pada program Gugus Tugas Tahun

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 1


BPN Lampung Selatan

Anggaran 2021 merupakan tanah Eks. Kawasan Hutan Produksi.


Kemudian berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan Nomor: SP DIPA-
056.01.2.431221/2021 tanggal 23 November 2020, lokasi TORA Tahun
Anggaran 2021 yang telah disepakati oleh Tim Pelaksana Harian GTRA
pada Rapat Koordinasi 28 Juli 2021 terletak di Desa Talang Jawa
Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukannya kegiatan
Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses di Lampung Selatan,
terutama di lokasi tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Integrasi Penataan Aset dan Penataan


Akses ini adalah untuk:

a. Menentukan Kampung Reforma Agraria;


b. Menyepakati tindak lanjut dari penataan akses di lokasi kegiatan
GTRA Kabupaten Lapung Selatan Tahun Anggaran 2021;
c. Menyusun Database Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses di
Kabupaten Lampung Selatan.

1.3 Dasar Hukum

a. TAP Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan


Pengelolaan Sumber Daya Alam.
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043).
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 2


BPN Lampung Selatan

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725).
f. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
g. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 172).

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 3


BPN Lampung Selatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses di Desa Talang Jawa
Penataan aset merupakan penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam rangka menciptakan keadilan di
bidang penguasaan dan pemilikan tanah. Penataan akses merupakan
pemberian kesempatan akses untuk pengembangan sumber daya baik
sumber daya alam maupun sumberdaya manusia dengan melibatkan
berbagai pihak terkait untuk kebermanfaatan aset yang telah dimiliki dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan yang berbasis pemanfaatan tanah atau
yang disebut juga pemberdayaan masyarakat. Integrasi memiliki makna
pembauran atau penyatuan dari unsur-unsur yang berbeda, sehingga
menjadi kesatuan yang utuh. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses adalah penyatuan hasil
pendataan langsung ke lokasi maupun data sekunder yang didapat dari dinas
atau lembaga terkait. Adapun yang dimaksud data adalah data lapangan
berupa data TORA dan data program yang pernah diberikan kepada subyek
TORA maupun program/bantuan yang akan diberikan.

Desa Talang Jawa merupakan salah satu dari 15 desa di Kecamatan


Merbau Mataram merupakan wilayah dari Kabupaten Lampung Selatan yang
jaraknya tidak jauh dari Kota Bandar Lampung. Tanah di desa ini berstatus
Eks. Kawasan Hutan yang telah dilegalisasi mulai tahun 2002 (melalui
program PRONA) hingga tahun 2017 (melalui program PTSL) dengan jumlah
total bidang yang terlegalisasi sebanyak 929 bidang. Desa ini memiliki warga
yang rata-rata mata pencahariannya adalah petani, dan pekebun dengan
komoditas yang dimiliki antara lain Tanaman Pangan, Perkebunan, Perikanan
dan Peternakan. Selain itu, terdapat kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam
Kelompok Wanita Tani (KWT) mempunyai kegiatan pengolahan pangan yang
memanfaatkan bahan-bahan dari lingkungan sekitar seperti pisang dan jahe.
Namun, sampai saat ini belum adanya penaataan akses dari dinas/OPD

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 4


BPN Lampung Selatan

terkait berupa bantuan ataupun pendampingan bagi para penerima sertipikat


tanah atau subyek TORA di Desa Talang Jawa. Adapun salah satu hasil dari
integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses yaitu database hasil penataan
asset dan akses by name by address (data terlampir).

2.2 Rekomendasi Tim GTRA Kabupaten Lampung Selatan mengenai


Potensi TORA yang dapat ditindaklanjuti dengan Penataan Aset dan
Penataan Akses

2.2.1 Potensi TORA yang dapat Ditindaklanjuti dengan Penataan Aset


Potensi Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) didapat dari pendataan
data TORA. Proses tersebut sudah dilakukan pada bulan Agustus sampai
September 2021 dan menghasilkan beberapa data serta informasi antara lain
potensi TORA berupa bidang tanah yang belum terlegalisasi. Adapun bidang
tanah tersebut didapat dari pendataan saat dilaksanakannya program PTSL
dan masuk dalam kategori Kluster 3.3 (K3). Kluster tersebut merupakan
produk PTSL yang telah dilaksanakan hingga tahap pengumpulan data fisik
dan yuridis tetapi tidak dapat dibukukan atau Diterbitkan Sertipikat Hak
Atas Tanah karena tidak tersedianyan anggaran Sertipikat Hak Atas Tanah
(SHAT) pada tahun anggaran berjalan serta atau karena tidak diketahuinya
subyek atau subyek tidak bersedia untuk mengikuti kegiatan PTSL. Bidang-
bidang tanah tersebut dapat menjadi potensi TORA untuk program legalisasi
asset terutama untuk Program Redistribusi Tanah pada tahun berikutnya.

Tabel 2.1 Daftar Tanah Hasil Pelaksanaan Kegiatan PTSL yang Termasuk K3
No. Lokasi Tanah Jumlah Bidang

1. Desa Maja 353


2. Hajimena 20
3. Rejomulyo 94
4. Sukabaru 587
5. Way Huwi 19
6. Sidosari 295
7. Lematang 60
8. Negara Ratu 236

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 5


BPN Lampung Selatan

No. Lokasi Tanah Jumlah Bidang

9. Bandar Agung 576


10. Sumber Agung 601
Total 2.841

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa dari pendataan data
TORA yang bersumber dari data PTSL terdapat 10 desa dengan jumlah bidang
sebanyak 2.841 dapat menjadi potensi penataan asset. Penataan asset yang
berupa legalisasi dapat dilaksanakan pada tahun depan melalui program
Redistribusi Tanah. Selain dari data PTSL berupa tanah K3, potensi lain
didapat dari data tanah Negara yang belum digarap yaitu ada 43 bidang tanah
dari program redistribusi tanah di tahun 2020 yang ditandai dengan belum
adanya Nomor Induk Bidang pada bidang tanah tersebut. Adapun bidang
tersebut tersebar pada 6 desa yang berbeda yaitu Desa Way Gelam,
Balinuraga, Ketapang, Tanjung Sari, Sukaraja dan Purwodadi Simpang.

2.2.2 Potensi TORA yang dapat Ditindaklanjuti dengan Penataan Akses


Untuk mengetahui potensi-potensi tanah yang dapat ditindaklanjuti
penataan aksesnya maka perlu diketahui sebaran tanah yang sudah
terlegalisasi. Pada proses yang telah dilakukan sebelumnya yakni pendataan
data TORA, didapat data bidang-bidang tanah di Kabupaten Lampung Selatan
yang telah dilegalisasi. Potensi tersebut didapat dari beberapa program BPN
Lampung Selatan maupun dinas terkait. Program legalisasi dari internal BPN
Lampung Selatan antara lain Redistribusi Tanah, Lintas Sektor, Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Adapun data yang ddidapat dari dinas lain
adalah bidang tanah Eks. Transmigrasi dari Dinas Transmigrasi dan Eks.
Kawasan Hutan dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XX
Bandar Lampung yang telah dilegalisasi oleh BPN Lampung Selatan. Dengan
rincian potensi bidang tanah yang dapat ditindaklanjuti dengan penataan
akses antara lain:

 Hasil legalisasi Program Redistribusi Tanah Tahun 2020 sebanyak


2.757 bidang yang tersebar di 13 desa.

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 6


BPN Lampung Selatan

 Hasil legalisasi Program Lintas Sektor (Lintor) Tahun 2021 sebanyak


243 bidang.
 Hasil legalisasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
sebanyak 14.871 bidang.
 Legalisasi asset yang bersumber dari Tanah Negara yang telah digarap
yaitu Tanah Eks. Transmigrasi sebanyak 55.979 bidang tanah eks
transmigrasi dari 38 desa di Kabupaten Lampung Selatan yang yang
telah digarap.
 Kemudian Legalisasi asset yang bersumber dari Tanah Negara yang
telah digarap yaitu Tanah Eks. Kawasan Hutan seluas 96.605,87 Ha
tanah Eks Kawasan Hutan yang telah digarap di Kabupaten Lampung
Selatan yang terdiri dari 99 Desa dari tiga belas Kecamatan.

2.3 Rekomendasi Tim GTRA Kabupaten Lampung Selatan kepada


Pimpinan OPD atau Stakeholders terkait untuk tindak lanjut
Penataan Akses
Tindak lanjut dari integrasi ini adalah penataan asset, redistribusi tanah
berkelanjutan, penataan penggunaan tanah, dan penataan akses melalui
pemberdayaan masyarakat. Target rencana strategis penataan akses adalah
percepatan penurunan ketimpangan pemilikan tanah dan sosial ekonomi
masyarakat. Target prioritas peningkatan kesejahteraan sebanyak 122.758
KK 2021 dengan anggaran sebesar Rp 92.633.509.000 dengan intervensi
pendampingan di sektor pertanian, perikanan dan UMKM. Total target jumlah
warga yang terfasilitasi kegiatan penataan akses ini sebanyak 1.344.967 KK.
Untuk tahun 2021 ini sendiri ditargetkan sebanyak 122.758 KK atau (9,13%)
warga yang terfasilitasi kegiatan penataan akses.

Pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Kabupaten


Lampung Selatan Tahun 2021 berlokasi di Desa Talang Jawa. Berdasarkan
identifikasi tim GTRA serta peninjauan lapang diketahui kondisi desa Talang
Jawa baik secara fisik maupun sosial ekonomi. Secara fisik atau lingkungan,
desa Talang Jawa memiliki penggunaan lahan antara lain permukiman,
perkebunan, serta hutan produksi. Kemudian dari aspek sosial ekonomi,
sebagian besar warganya merupakan petani dan pekebun. Berdasarkan data

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 7


BPN Lampung Selatan

desa yang didapat, diketahui bahwa masih ada penduduk dalam kategori
prasejahtera. Oleh sebab itu, warga disana tidak hanya mengandalkan sektor
pertanian dan perkebunan melainkan juga memulai usaha pengolahan
pangan. Salah satunya adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek yang
terdiri dari warga ibu-ibu desa Talang Jawa yang mengolah limbah pohon
pisang dan bahan lainnya sebagai makanan ringan.

Dari hasil peninjauan lapang tim Gugus Tugas Reforma Agraria


Kabupaten Lampung Selatan diketahui beberapa kendala dalam menjalankan
kegiatan produksi olahan pangan KWT Anggrek. Adapun kendala yang
dialami antara lain adalah pemasaran, pengemasan/packaging, keterbatasan
alat, keterbatasan modal serta perlunya pelatihan dan arahan untuk
pengajuan legalitas produk. Selain itu, dari hasil pendataan data by name by
address diketahui jika subyek TORA belum mendapat penanganan akses dari
asset yang telah mereka miliki. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka tim
Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Kabupaten Lampung Selatan
memberikan beberapa rekomendasi kepada pimpinan OPD ataupun kepada
stakeholders mengenai tindak lanjut penataan akses di lokasi kegiatan GTRA:

1. Memberikan sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat terkait


prosedur pengajuan legalisasi produk. Hal ini dimaksudkan agar produk
yang dihasilkan oleh warga dapat bersaing di pasaran. Adapun legalitas
yang dimaksud antara lain adalah seperti izin P-IRT dari Dinas
Kesehatan, label Halal dari MUI dan izin dari BPOM.
2. Memberikan bantuan akses permodalan kepada pelaku usaha atau
kelompok wanita tani yang melakukan kegiatan olahan pangan.
Mengingat selama ini, modal yang digunakan bersumber dari iuran
anggota kelompok. Sehingga kelompok pelaku usaha hanya dapat
menghasilkan sedikit jumlah produksinya.
3. Pemberian pelatihan mengenai tata cara produksi yang baik dan benar
dengan menghadirkantutor atau orang yang ahli di bidangnya. Mulai dari
pengolahan hingga pengemasan produk guna meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan serta daya saing di pasaran.

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 8


BPN Lampung Selatan

4. Pemberian pendampingan berupa strategi pemasaran guna memperluas


pasar produk. Karena diketahui bahwa selama ini pemasaran masih
terbatas pada kerabat anggota kelompok saja.
5. Pemberian bantuan bibit pohon pisang maupun bibit bahan baku lainnya
guna memastikan ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan kegiatan
pengolahan tersebut.

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 9


BPN Lampung Selatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kendala Kegiatan


 Pada proses pendataan data by name by address terdapat beberapa
subyek TORA yang tidak tinggal di lokasi TORA, sehingga menyulitkan
dalam proses pendataan.
 Terdapat beberapa data subyek TORA yang kurang lengkap
dikarenakan sudah pindah tempat tinggal maupun telah meninggal
dunia.
 Sebagian besar rekomendasi yang diberikan oleh TimGugus Tugas
Reforma Agraria kepada OPD maupun stakeholders barubisa
dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya. Sehingga yang baru
dapat diberikan adalah berupa pendampingan kepada masyarakat.

3.2 Kesimpulan
Dari kegiatan atau tahapan integrasi Penataan Aset dan Penatan akses
Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan tersebut berfokus pada penanganan akses, mengingat masyarakat di
desa tersebut sudah memiliki asset. Diketahui pula sumber tanah TORA yang
dapat ditindaklanjuti dengan penataan akses dan ada pula yang sudah
terlegalisasi sehingga perlu ditindaklanjuti penataan asetnya pada program
selanjutnya. Kemudian untuk kegiatan GTRA Lampung Selatan yang
berlokasi di Desa Talang Jawa tim GTRA mempunyai beberapa rekomendasi
kepada pimpinan OPD serta stakeholders guna menindaklanjuti penataan
akses di lokasi tersebut. Adapun rekomendasi yang diberikan adalah
berdasarkan kendala yang dialami kelompok pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan usahanya serta potensi baik Sumber Daya Alam
maupun Sumber Daya Manusia di Desa Talang Jawa. Selain itu, pada tahap
integrasi ini juga dilakukan penentuan lokasi yang akan dijadikan Pilot
Project Kampung Reforma Agraria Tahun 2021 yaitu Desa Talang Jawa
Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 10


BPN Lampung Selatan

LAMPIRAN

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses 11


BPN Lampung Selatan

DATA BY NAME BY ADRESS DESA TALANG JAWA

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses


BPN Lampung Selatan

Laporan Integrasi Penataan Aset dan Penataan Akses

Anda mungkin juga menyukai