KELOMPOK 2
Anggota :
Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa dan frase. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau
penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang
sintaksis ini menyangkut kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam bidang
kalimat.
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang frasa sering dijumpai dalam
bahasa lisan maupun tertulis, kesalahan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
f. Penjamakan ganda
Penjamakan ganda sering terlihat dan muncul dalam penggunaan bahasa sehari-hari
dan terkadang terjadi kesalahan pemakaian dalam penggunaan penjamakan ganda.
Contoh :
(1) Para ibu-ibu sedang melakukan arisan.
(2) Buah mangga pak Ahmad sangat besar-besar.
Bentuk Baku:
(1f) Para ibu sedang melakukan arisan.
Ibu-ibu sedang melakukan arisan.
(2f) Buah mangga pak ahmad sangat besar.
Buah mangga pak ahmad besar-besar.
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat
antara lain sebagai berikut:
Perbaikan untuk kedua kalimat di atas dapat di lakukan dengan dua cara yakni
merubah predikat menjadi kalimat pasif jika kita tetap ingin mempertahankan
preposisi yang mendahului subjek dan yang kedua menghilangkan preposisi jika kita
ingin predikat kalimat itu tetap aktif. Perbaikan untuk kedua kalimat di atas adalah :
Bentuk Baku :
d. Penggandaan subjek
Penggandaan subjek menjadikan kalimat tidak jelas yang mendapat tekanan.
Contoh :
(1) Buah itu kami sudah memakannya tadi sore.
(2) Boneka itu kami akan membelinya di pasar.
.
Kedua kalimat itu salah atau tidak baku karena memiliki dua subjek. Perbaikannya
adalah dengan cara diubah menjadi kalimat pasif bentuk diri dan bisa di ubah menjadi
kalimat yang normatif dan salah satu diantara kedua subjek itu dijadikan keterangan.:
Bentuk Baku :
(1) Buah itu sudah kami makan tadi sore.
(2) Boneka itu akan kami beli di pasar.
g. Kalimat ambiguitas
Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat sehingga meragukan atau tidak
dipahami orang lain. Hal ini disebabkan oleh intonasi yang tidak tepat, struktur
kalimat yang tidak tepat, dan sebagainya.
Contoh :
(1) Mobil pegawai baru sedang diperbaiki di bengkel.
(2) Sumbangan ke dua sekolah itu telah dikirimkan.
Pada kalimat pertama masih tidak jelas, apakah mobilnya yang baru atau
pegawainya yang baru. Sedangkan kalimat kedua juga menimbulkan keambiguitasan,
apakah itu merupakan sumbangan yang ke dua kalinya, sumbangan yang diberikan
kepada dua sekolah atau sumbangan dari kedua sekolah yang berbeda.
Bentuk Baku :
(1) Mobil-pegawai yang baru sedang diperbaiki di bengkel, jika mobilnya yang baru.
Mobil pegawai baru itu sedang diperbaiki di bengkel, “ jika pegawainya yang
baru”.
(2) Sumbangan yang kedua kalinya itu telah dikirimkan, jika sumbangannya yang
kedua kali.
Sumbangan untuk dua sekolah itu telah dikirimkan, “ jika sumbangan tersebut
untuk dua sekolah”.
Sumbangan kedua-sekolah itu telah dikirimkan, “ jika dua sekolah yang
menyumbang''.
h. Penghilangan konjungsi
Seringkali kita menemukan kesalahan pada penghilangan konjungsi dari sebuah
anak kalimat sehingga menjadikan kalimat itu menjadi kalimat yang tidak efektif.
Penghilangan konjungsi apabila, jika, setelah, sebelum, dan lain- lain sebagai
penanada anak kalimat sering dihilangkan.Hal ini disebabkan pengaruh bahasa
Inggris.
Contoh :
(1) Kondisinya lemah, dia tidak menjawab pertanyaan penyidik.
Kalimat ini merupakan kalimat penghilangan konjungsi. Penghilangan
konjungsi justru menjadikan kalimat tersebut tidak efektif (tidak baku). Pada kalimat
di atas konjungsi karena tidak digunakan pada awal kalimat. Seharusnya konjungsi
karena diletakkan diawal kalimat, sehingga kalimatnya menjadi lebih efektif.
Bentuk baku :
(1) Karena Kondisinya lemah, dia tidak menjawab pernyataan penyidik.
Bentuk Baku :
(1) Pak Ahmad membuka usaha "penatu" dekat rumahnya tahun ini, “sedangkan”
sebelumnya dia ingin membuka usaha makanan.
(2) "Pastinya" semua data yang di kumpulkan telah saya "salin-rekat" ke komputer
perusahaan.