Anda di halaman 1dari 4

Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat/Kalimat Tidak Efektif

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar/pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara/penulis.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
KESEPADANAN

Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan
sebuah kalimat dapat dilihat dari:
• Memiliki Subyek dan Predikat yang Jelas
Suatu kalimat dapat memiliki subjek dan predikat yang jelas adalah dengan cara menghindari pemakaian
kata depan seperti (di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan lain
sebagainya) sebelum penyebutan subjek.
Contoh:
Bagi mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
Mahasiswa perguruan tinggi harus membayar uang kuliah. (Benar)
Tidak Menggunakan Kata Penghubung Yang Tidak Tepat
Contoh:
Kami ketinggalan kereta. sehingga kami datang agak terlambat.
(Salah)
Kami ketinggalan kereta. Oleh karena itu, kami datang agak terlambat.(Benar)
Predikat Kalimat Tidak Didahului oleh Kata “yang”
Kata ‘yang’ dalam suatu kalimat dapat membuat struktur kalimat menjadi tidak sepadan. Hal itu
dikarenakan kata “yang” dapat membuat predikat menjadi

Contoh:
Kampus kami yang terletak di depan Masjid Fathulloh. (Salah)
KEPARALELAN

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Misalnya apabila suatu
kalimat memiliki bentuk pertama yakni kata sifat. Maka kalimat selanjutnya juga harus memiliki bentuk
kata sifat.
Contoh:
Lembah itu amat dalam, luas, dan dengan keindahan luar biasa. (Salah)
Lembah itu amat dalam, luas, dan indah. (Benar)
KETEGASAN

Ketegasan pada suatu kalimat adalah penekanan atau perlakuan menonjol pada ide kalimat. Tegas
dalam sebuah kalimat sehingga menjadi efektif kalimat yang dibangun, dapat dilihat dari:
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
Sayangilah temanmu sebagaimana engkau menyayangi saudaramu.
Patuhilah peraturan lalu lintas
Hormatilah orang tuamu
Membuat urutan kata secara bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. (Salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar (Benar)
KEHEMATAN

Hemat dalam sebuah kalimat sehingga menjadi efektif, dapat terlihat dari ciri berikut:
Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
Sejak dari pagi dia bermenung. (Salah)
Sejak pagi dia bermenung. (Benar)
Dari pagi dia bermenung. (Benar)
Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak.
Contoh:
Para hadirin sekalian Bapak-bapak Ibu-ibu yang saya hormati. (Salah)
Hadirin yang saya hormati. (Benar)
Bapak Ibu sekalian yang berbahagia. (Benar)
KECERMATAN
Kecermatan dalam kalimat efektif adalah kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pemilihan kata.
Contoh:
Siswa sekolah yang terkenal itu menjadi juara pertama. (Salah)
Siswa dari sekolah terkenal itu menjadi juara pertama. (Benar)
KELOGISAN

Kelogisan adalah gagasan atau ide dapat diterima oleh akal. Logis atau tidaknya kalimat dapat dilihat
dari maknanya.
Contoh:
Sambutan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Waktu dan tempat kami
persilakan. (Salah)
Sambutan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Kepadanya kami
persilakan. (Benar)

Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat

Ambiguitas
Pleonasme
Kesalahan Nalar
Kerancuan atau Kontaminasi
Pengaruh Bahasa Daerah
Pengaruh Bahasa Asing
1. Ambiguitas
Kata ambigu berarti memiliki makna ganda atau double. Kalimat yang sudah memenuhi ketentuan
tatabahasa tetapi masih menimbulkan penafsiran ganda atau mendua maka disebut mengandung
ambiguitas.

Contoh :Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera menjadi Rumah aneh milik sang jutawan itu
akan segera dijual.

2. Pleonasme

Pleonasme berarti pemakaian kata yang berlebihan. Penampilannya bermacam-macam. Ada


penggunaan dua kata yang searti yang sebenarnya tidak diperlukan, karena menggunakan salah satu di
antara kedua kata itu sudah cukup.
Comtoh: Di dalam satu frasa terdapat dua atau lebih kata yang
searti, misalnya:
- Mulai dari waktu itu ia gemar menulis puisi.
(mulai = dari; jadi, mulai waktu atau dari waktu)

3. Kesalahan Nalar
Nalar menentukan apakah kalimat yang dituturkan adalah kalimat yang logis atau tidak, sebab nalar
mengacu pada aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis. Pikiran yang logis ialah pikiran
yang masuk akal dan berterima.

Contoh : Pengemudi mobil tangki V-Power siap diajukan


ke pengadilan. Menjadi

Pengemudi mobil tangki V-Power akan segera


diajukan ke pengadilan.

4. KERANCUAN ATAU KONTAMINASI

Rancu berarti kacau. Kerancuan artinya kekacauan.


Kalimat yang rancu atau kalimat yang kacau ialah kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga
informasinya sulit dipahami.
Contoh :

“Jangan boleh dia pergi” Menjadi "Jangan biarkan dia pergi"

5 . PENGARUH BAHASA DAERAH

Kata seperti "awet" berasal dari kosa kata bahasa daerah. Kata-kata bahasa daerah yang sudah terserap
ke dalam bahasa Indonesia tampaknya tidak menjadi masalah jika digunakan dalam pemakaian bahasa
sehari-hari. Akan tetapi bahasa daerah yang belum berterima dalam bahasa Indonesia inilah yang dapat
menimbulkan kemacetan dalam berkomunikasi.
Contoh :
Adik sedang bubuk di kamar
Menjadi
Adik sedang tidur di kamar

6. PENGARUH BAHASA ASING


Bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain, baik bahasa daerah ataupun bahasa asing.
Pengaruh itu di satu sisi mampu memperkaya khazanah bahasa Indonesia, tetapi di sisi lain mengganggu
kaidah tata bahasa Indonesia sehingga menimbulkan ketidakefektifan kalimat.

Anda mungkin juga menyukai