Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Makalah Kerajaan Islam di Maluku

Oleh :

Ulia Nursari

Kelas IX 2

SMP IT AZIZIYAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa
manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan
dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut
serta memajukan ilmu pengetahuan.

Indonesia, 22 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR

 DAFTAR ISI

 BAB I  PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

 B. Rumusan Masalah

 BAB II PEMBAHASAN

 A. Kerajaan Tanah Hitu

 B. Kerajaan Iha

 C. Kesultanan Ternate

 D. Kesultanan Bacan

 E. Kesultanan Tidore

 BAB III PENUTUP

 A. Kesimpulan

 B. Saran

 DAFTAR PUSTAKA

 Download Contoh Makalah Kerajaan Islam di Pulau Maluku.docx


BAB I 
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepulauan Maluku yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah
membuat wilayah ini sejak zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang
seantero dunia. Karena status itu pula Islam lebih dulu mampir ke Maluku
sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya. Kerajaan Ternate
adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak tahun
1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja
Ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah.
Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di kepulauan ini adalah
Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah
Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram. Ada
juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainul
Abidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama berdiri pula
Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam
pemerintahannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam
makalah ini adalah kerajaan-kerajaan Islam apa saja yang ada di pulau Maluku.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Tanah Hitu
Kerajaan Tanah Hitu adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau
Ambon, Maluku. Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara 1470-1682 dengan
raja pertama yang bergelar Upu Latu Sitania (raja tanya) karena Kerajaan ini
didirikan oleh empat perdana yang ingin mencari tahu faedah baik dan tidak
adanya raja. Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-
rempah dan memainkan peran yang sangat penting di Maluku, di samping
melahirkan intelektual dan para pahlawan pada zamannya. Beberapa di antara
mereka misalnya adalah Imam Ridjali, Tagglukabessy, Kakiali, dan lainnya yang
tidak tertulis di dalam sejarah Maluku sekarang, yang beribu kota Negeri Hitu.
Kerajaan ini berdiri sebelum kedatangan imperialisme barat ke wilayah nusantara.
Kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan berbagai kerajaan Islam di
Pulau Jawa seperti Kesultanan Tuban, Kesultanan Banten, Sunan Giri di Jawa
Timur dan Kesultanan Gowa di Makassar seperti dikisahkan oleh Imam Rijali
dalam Hikayat Tanah Hitu, begitu pula hubungan antara sesama kerajaan Islam di
Maluku (Al Jazirah Al Muluk; semenanjung raja-raja) seperti Kerajaan Huamual
(Seram Barat), Kerajaan Iha (Saparua), Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore,
Kesultanan Jailolo dan Kerajaan Makian.
Sesudah perginya Portugis, Belanda makin mengembangkan pengaruhnya
dan mendirikan benteng pertahanan di Tanah Hitu bagian barat di pesisir pantai
kaki Gunung Wawane. Akibat politik adu domba yang dilancarkan oleh Belanda
maka ketiga perdana (Perdana Totothatu, Perdana Jamilu dan Perdana Patituban)
pergi meninggalkan Hitu dan mendirikan negeri baru, dan kemudian Negeri
tersebut dinamakan Negeri Hila yaitu negeri Hila sekarang dan negeri asal
mereka negeri Hitu berganti nama menjadi negeri Hitu yang lama.
Belanda tiba di Tanah Hitu pada tahun 1599 dan kemudian mendirikan
kongsi dagang bernama VOC pada tahun 1602 sejak itulah terjadi perlawanan
antara Belanda dengan Kerajaan Tanah Hitu, karena mendirikan monopoli
dagang tersebut. Puncaknya terjadi Perang Hitu II atau Perang Wawane yang
dipimpin oleh Kapitan Pattiwane II keturunan dari perdana Patituban dan
Tubanbesi II, yaitu Kapitan Tahali Elei tahun 1634 -1643. Perlawanan terakhir yaitu
Perang Kapahaha (1643 – 1646) yang dipimpin oleh Kapitan Talukabesi
(Muhammad Uwen) dan Imam Ridjali setelah Kapitan Tahali Elei menghilang.
Berakhirnya Perang Kapahaha ini Belanda dapat menguasai Jazirah Lei Hitu.
Belanda melakukan perubahan besar-besaran dalam struktur pemerintahan
Kerajaan Tanah Hitu yaitu mengangkat Orang Kaya menjadi raja dari setiap uli
sebagai raja tandingan dari Kerajaan Tanah Hitu. Hitu yang lama sebagai pusat
kegiatan pemerintahan Kerajaan Tanah Hitu dibagi menjadi dua daerah
administrasi yaitu Hitulama dengan Hitumessing dengan politik pecah belah
inilah (devide et impera). Belanda benar-benar menghancurkan pemerintah
Kerajaan Tanah Hitu sampai akar-akarnya.

B. Kerajaan Iha
Kerajaan Iha adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Saparua,
Maluku. Di Pulau Saparua sampai pada masa penjajahan Belanda ada dua
kerajaan yang terkenal yaitu Iha dan Honimoa (Siri Sori Islam). Kedua kerajaan
Islam yang cukup berpengaruh ini sempat dikenal sebagai sapanolua artinya dua
sampan atau dua perahu. Yang dimaksudkan ialah pulau Saparua mempunyai
dua jasirah yang besar yang di atasnya berkuasa dua orang raja dengan tanahnya
yang sangat luas itu yaitu di sebelah utara Raja Iha dengan kerajaannya dan di
sebelah tenggara Raja Honimoa (Siri Sori dengan Kerajaannya).
Kerajaan Iha terlibat dalam sebuah perlawanan melawan kolonial Belanda
yang disebut Perang Iha (1632-1651) yang mengakibatkan kerajaan ini
kehilangan sebagian daerah dan rakyatnya sehingga kemudian mengalami
kemunduran.

C. Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah
satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada
tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur
Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati
kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan
kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup
wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan
kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate
awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4
kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga).
Merekalah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang
yang datang dari segala penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate
semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan
Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah
ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole
Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu
organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai
raja.
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai
kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan
Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya
semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam
Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan
Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian
orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah
pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari
sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan
yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
Sepeninggal Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah, Kerajaan Spanyol
yang telah bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 mencoba menguasai
kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan baru Spanyol
memperkuat kedudukannya di Filipina, Ternate pun menjalin aliansi dengan
Mindanao untuk menghalau Spanyol namun gagal, bahkan Sultan Said Barakati
berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke Manila.
Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta
bantuan Belanda pada tahun 1603. Ternate akhirnya berhasil menahan Spanyol
namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara perlahan-
lahan menguasai Ternate. Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate
menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan bantuan
Belanda melawan Spanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng
Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.
Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda
dan Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate.
Di antaranya adalah Pangeran Hidayat (15??-1624), raja muda Ambon yang juga
merupakan mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang
kedudukan sultan dan Belanda. Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang
Belanda dengan menjual rempah–rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar.
Imperium Nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh
sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan
dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian.
Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian
timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu
mencakup agama, adat-istiadat dan bahasa.
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam, Ternate memiliki peran
yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di
wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan
serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Zainal
Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa
perubahan yang berarti.
Keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir
Portugal pada tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara
atas kekuatan barat, oleh karenanya Buya Hamka bahkan memuji kemenangan
rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama
100 tahun sekaligus memperkukuh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat
Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat Kristen seperti
halnya Filipina.
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula
mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai
wilayah yang berada di bawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam
tulisannya, “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non
Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar
terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak
46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari Bahasa Ternate. Bahasa
Melayu Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi
Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan
dialek yang berbeda-beda.
Dua naskah surat sultan Ternate, dari Sultan Abu Hayat II kepada Raja
Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 diakui sebagai naskah Melayu
tertua di dunia setelah naskah Melayu Tanjung Tanah. Kedua surat Sultan Abu
Hayat tersebut saat ini masih tersimpan di Museum Lisabon, Portugal.

D. Kesultanan Bacan
Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan,
Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja
Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku,
wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua Barat. Banyak kepala suku di
wilayah Waigeo, Misool yang terletak di Raja Ampat dan beberapa daerah lain
yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.

E. Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota
Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad
ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau
Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir
Papua barat. Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol
sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya
yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah
tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran
terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling
merdeka di wilayah Maluku.
Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-
1689), Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap
menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18. Kerajaan Tidore terletak di
sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore
pertama adalah Muhammad Naqil yang naik takhta pada tahun 1081. Baru pada
akhir abad ke-14, agama Islam dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja
Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah
Syekh Mansur dari Arab.
Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kesultanan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis)
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu
Domba oleh Portugal dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugal dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam di Maluku Utara memiliki sejarah yang panjang. Kepulauan Maluku
yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah membuat wilayah ini sejak
zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang seantero dunia. Karena status
itu pula Islam lebih dulu mampir ke Maluku sebelum datang ke Makassar dan
kepulauan-kepulauan lainnya.
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke
wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada
tahun 1512, raja Ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah. Kerajaan
lain yang juga menjadi representasi Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore
yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera,
pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram. Ada juga Kerajaan
Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang
bersyahadat pada tahun 1521. Pada tahun yang sama berdiri pula Kerajaan
Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.

B. Saran
Kepada para siswa agar jangan melupakan sejarah, terutama sejarah
masuknya Islam ke wilayah nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Iha

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tanah_Hitu

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Bacan

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ternate

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Tidore

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam

Anda mungkin juga menyukai