Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Ny.

T DENGAN GANGGUAN AMAN


NYAMAN
DI RUANG ALAMANDA II RSUD SLEMAN YOGYAKARTA 

Disusun oleh:
NAMA : STEVANI BUNGA PRADISHA
NIM : 3120203686
KELAS : IIC

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan rasa nyaman merupakan keadaan atau perasaan kurang senang, lega,
dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Asuhan keperawatan masalah aktual terhadap nyeri
merupakan gangguan rasa nyaman nyeri dimana The Internasional Association for
The Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri merupakan pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman
kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan
dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif
(aspek emosional dan psikologis) (Wiarto, 2017).

Nyeri merupakan pengalaman yang tidak dapat dihindari seiring proses penuaan,
lansia lebih berisiko mengalami bermacam gangguan yang berhubungan dengan
nyeri, lansia berisiko tinggi mengalami nyeri akut dan nyeri kronik yang dapat
berdampak serius dalam aktivitas mereka sehari-hari dan kualitas hidup mereka
(Maas, 2011).

Penggolongan lansia menurut data World Health Organitation (WHO) meliputi


middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-89 tahun), dan very old
(diatas 90 tahun). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2004, lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat
23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk
lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan
tahun 2035 (48,19 juta) (Kemenkes RI, 2017).

Populasi lansia yang terus meningkat dan adanya pengaruh dari penuaan dapat
memberikan dampak terhadap status kesehatan dan kesejahteraan lansia. Penuaan atau
proses menua merupakan suatu proses menurunnya kemampuan jaringan pada seluruh
sistem organ untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya secara alamiah (Aspiani, 2014). Gangguan yang biasa terjadi pada lansia
dan menyebabkan nyeri dan proses inflamasi merupakan gout dan arthritis temporal
(Maas, 2011).

Berdasarkan data diatas penyusun merasa tertarik untuk mengangkat


permasalahan Gangguan Rasa Aman Nyaman dan menyusun asuhan keperawatan
pada Ny.T dengan Gangguan Rasa Aman Nyaman di ruang Alamanda II RSUD
Sleman Yogyakarta.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada kasus Gangguan Aman
Nyaman di ruang Alamanda II dengan melakukan proses pendekatan keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Memberikan pengalaman yang nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien Ny.T dengan Gangguan Aman Nyaman di ruang Alamanda II Sentral
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta meliputi :
a. Dapat mengetahui gambaran pengkajian keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Aman Nyaman
b. Mengetahui gambaran rumusan diagnosa keperawatan pada pasien Gangguan
Aman Nyaman
c. Mengetahui gambaran intervensi keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Aman Nyaman.
d. Mengetahui gambaran implementasi keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Aman Nyaman.
e. Mengetahui gambaran evaluasi keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Aman Nyaman.
BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu


keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari).
Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon terhadap suatu ransangan.

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik
pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut (Asmadi, 2008).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang


tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, 2006).

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI PPNI, 2016).

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan

b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury

c. Gangguan persepsi sensory


Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit

e. Tingkat kesadarn
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan

f. Gangguan tingkat pengetahuan


Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.

C. MANIFESTASI KLINIK
a. Vakolasi
1. Mengaduh
2. Menangis
3. Sesak nafas
4. Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1. Meringis
2. Mengeletuk gigi
3. Mengernyit dahi
4. Menutup mata, mulut dengan rapat
5. Menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh
1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan
5. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
6. Gerakan melindungi bagian tubuh
d. Interaksi Sosial
1. Menghindari percakapan
2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3. Menghindar kontak social
4. Penurunan rentang perhatian
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi atau fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman
Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak
dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari
respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah
ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan
lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

F. KOMPLIKASI
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang

G. PENATALAKSANAAN
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus
nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Praktik


Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatn Praktis. Jakarta: Mediaction

Anda mungkin juga menyukai