Anda di halaman 1dari 9

KEKUASAAN PRESIDEN DALAM PEMBERIAN GRASI

MENURUT UUD 1945

Untung Dwi Hananto


Fakultas Hukum Univers,tas Otponegoro
JI. Prof Soedarto, SH Tembalang, Semarang

Abstract

President has the power to grant an application for a gratie. That application must met with The Supreme
Court recommendation. The Presidential Decision can be in the formation of giving or deniying
gratie. The term for granting or rejecting gratie must be in the length of three months since The Supreme
Court recommendation.
The granting of gratie and amnesty are executive power, not yudicative power. It is executed outside the
judicialprocess. This power is to execute prior or before the judicialprocess not to eliminated the judicial
process.

Key words : Gratie andAmnesti

Abstrak

Presiden memberikan keputusan alas permohonan grasi setelah memperhatikan pertimbangan


Mahkamah Agung. Keputusan Presiden dapat berupa pemberian atau penolakan grasi. Jangka waktu
pemberian atau penolakan grasi paling lambat 3 (tiga) bu/an terhitung sejak diterimanya pertimbangan
MahkamahAgung
Pemberian grasi dan amnesti adalah kekuasaan eksekutif, bukan kekuasaan yustisial. Kekuasaan
tersebut dilaksanakan di luar proses yustisial. Kekuasaan ini dilaksanakan sesudah atau sebelum
proses yustisial, bukan meniadakan proses yustisial.

Kata Kunci: Grasi danAmnesti

A. Pendahuluan (2) P res i den member i a m n est i d a n


Perubahan UUD 1945 menegaskan bahwa abolisi dengan memperhatikan
sebagai Kepala Negara, Presiden mempunyai pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
tugas-tugas pokok yang diatur dalam UUD 1945 Alasan perlunya Presiden memperhatikan
pada Pasal 10, 11, 12, 13, 14, 15. Dari kekuasaan pertimbangan dari Mahkamah Agung dalam
Presiden sebagai Kepala Negara yang menjadi pemberian grasi dan rehabilitasi adalah pertama,
perhatian khusus di antaranya adalah: grasi dan rehabilitasi merupakan proses yustisial
a. Kekuasaan tertinggi alas angkatan perang; dan biasanya diberikan kepada orang yang sudah
b. Kekuasaan menyatakan perang dan mengalami proses, sedang amnesti dan abolisi ini
membuat perdamaian dengan negara lebih bersifat proses politik. Kedua, grasi dan
negara lain; rehabilitasi itu lebih banyak bersifat perorangan,
c. Kekuasaan menyatakan keadaan bahaya. sedangkan amnesti dan abolisi biasanya bersifat
Perubahan Pasal 14 berbunyi sebagai berikut: massal.'
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi Mahkamah Agung (MA} sebagai lembaga
dengan memperhatikan pertimbangan peradilan tertinggi adalah lembaga negara paling
Mahkamah Agung. tepat memberikan pertimbangan kepada Presiden

N1'matul Huda, Hul<um TataNegara Indonesia Jalcarta PT Raia Grafindo Persada 2011, him. 102

187
MMH, Ji/id 42, No. 2, April 2013

mengenai hal itu karena grasi menyangkut putusan dan rehabilitasi dengan memperhatikan
hakim sedangkan rehabilitasi tidak selalu terkait pertimbangan Mahkamah Agung.
dengan putusan hakim. Sementara itu, DPR Pada saat ini pengaturan mengenai grasi diatur
memberikan pertimbangan dalam hal pemberian dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002
amnesti dan abolisi karena didasarkan pada Tentang Grasi, yang kemudian diubah lagi oleh
pertimbangan politik.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Bagir Manan kurang sependapat dengan Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Undang-
rumusan tersebut, karena pemberian amnesti dan Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi.
abolisi tidak selalu terkait dengan pidana politik. Undang-Undang tersebut menggantikan Undang-
Kalaupun diperlukan pertimbangan, cukup dari Undang Nomor 3 Tahun 1950 Tentang Permohonan
Mahkamah Agung. DPR adalah badan politik, Grasi yang dibentuk pada masa Republik Indonesia
sedangkan yang diperlukan adalah pertimbangan Serikat sehingga tidak sesuai lagi dengan sistem
hukum. Pertimbangan politik, kemanusiaan, sosial, ketatanegaraan Indonesia yang berlaku pada saat
dan lain-lain, merupakan isi dari hak prerogatif. Hal ini dan substansinya tidak sesuai lagi dengan
yang diperlukan adalah pertimbangan hukum untuk perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat.
memberi dasaryuridis pertimbangan Presiden.3 Sejak dahulu, grasi telah dikenal dan
Aspek pertimbangan kekuasaan hubungan dipraktekkan oleh para Kaisar atau Raja pada masa
antara Presiden dan DPR, Presiden dan Mahkamah monarki absolut. Kaisar atau Raja dianggap sebagai
Agung tampak dalam perubahan Pasal 13 dan 14 sumber dari segala kekuasaan termasuk di
UUD 1945. Perubahan terhadap pasal-pasal ini dalamnya kekuasaan dibidang peradilan. Grasi
dapat dikatakan sebagai pengurangan atas adalah suatu tindakan pengampunan yang
kekuasaan Presiden yang selama ini dipandang didasarkan atas kemurahan hati Raja yang
sebagai hak prerogatif.4 mempunyai kekuasaan absolut. Dengan demikian,
Akhir akhir ini banyak permasalahan tentang grasi dianggap sebagai suatu anugerah Raja
pemberian grasi oleh presiden, untuk itu penulis (vorstelijke guns~. yaitu anugerah Raja yang telah
dalam tulisan ini akan mengungkap bagaimana sudi mengampuni yang terhukum.
pengaturan dalam pemberian grasi dan amnesty Dasar pembenaran kekuasaan Raja yang
dalam hukum ketatanegaraan Republik Indonesia memerintah secara absolut, salah satunya adalah
teori teokrasi atau teori ketuhanan. Pada jaman
B. Pembahasan Yunani, Homerus menyatakan bahwa hukum
1. Pemberian Grasi dan Amnesti Sebelum terjelma dalam Themistis dan diterima oleh para
Berlakunya Pasal 14 UUD NRI 1945 Raja dari Dewa Zeus sehingga sumber saklar dari
Pengaturan mengenai grasi dapat ditemukan segala keadilan duniawi yang berdasarkan adat dan
dalam berbagai peraturan sejak pemerintahan tradisi.' Demikian pula pada jaman Romawi,
kolonial Belanda sampai dengan sekarang. Ulpianus dengan teori Lex Regia mengemukakan
Pengaturan-pengaturan terdahulu dapat ditemukan bahwa pemerintah diserahkan kepada seorang
dalam Gratie Regeling yang di atur dalam Stbld. Raja, karena Raja adalah wakil Tuhan dengan
1933 Nomor 2 Pasal 160 Konstitusi Repubik persetujuan rakyat.'
Indonesia Serikat dan Pasal 107 Undang-Undang Sifat grasi seperti diutarakan di alas kemudian
Sementara 1950.$ mengalami perubahan. Sifat grasi menjadi lebih
Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Undang- bersifat satu korelasi atas keputusan hakim, yaitu
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun suatu korelasi yang diadakan berdasarkan alasan-
1945 hasil amandemen, Presiden memberikan grasi alasan yang diketahui sesudah hakim memutuskan
2 Ibid, him. 103.
3 Bagir Manan, Lembaga Kep,esidenan, Yogyakarta: UII Press, 2003, him 161 • 162.
4 Hak prerogabf ada!ah hak isbmewa yang dibenkan oleh yang berdaulat kepada orang at.au lembaga tertentu. Dalam ketatanegaraan, preslden (bukan wakil
preslden) diben hak prerogat1f untuk hal·hal tertentu sebaga1 kepala negara. I.Jhat Tim Ka1ian Amandemen Fakultas Hukum Un1vers1tas Brawijaya,
Amandemen UUD 1945An/ara Teksdan Konteks dalam Negara yang Sedang Berl<embang, Jakarta: Smar Grafika, 2009, him. 36.
5 http:/twy,w.lensalndones1a.c:om12012A15/26/oembenan-grasl-bykaQ:d,skresi:ma·oos•stsby-lemah-bao~australla.html. d1akses tanggal 5Agustus 2012
6 Soekatri Darmabrata dan D. F. Poerbabn, Kisl·Kisi Prsktek Hulwm PICJana, eel. 2, Jakarta. Sekretanat Konsors11Jm llmu Hukum Universltas Indonesia, 1999,
hlm.156.
7 http;Myww.lensaindonesia.c;om/2012105126/pembeoan-grasl-bykaQ:d slcresl:roa·DQSlSf·sbv:femah-ba91:australia.html. diakses tanggal 5Agustus 2012.

188
Untung Dwi Hananto, Kekuasaan Prestden Dalam Pemberian Gras,

perkara yang bersangkutan.8 Hal ini merupakan Republik Indonesia Serikat yang diberlakukan untuk
pengaruh dari ajaran-ajaran para ahli hukum, seluruh daerah Republik Indonesia Serikat.
misalnya John Locke, Montesquieu, Thomas Undang-Undang Dasar Sementara 1950,
Hobbes, J.J. Rousseau di Eropa pada abad ke-17 mengatur grasi dalam Pasal 107 yang ketentuannya
dan ke-18. adalah sebagai berikut:
Pengaturan mengenai prosedur permohonan Ayat (I) Presiden mempunyai hak memberi
grasi di Indonesia sudah ada sejak jaman Hindia grasi dari hukuman-hukuman yang dijatuhkan oleh
Belanda. Pada masa tersebut dikenal adanya Gratie keputusan pengadilan. Hak itu dilakukan sesudah
Rege/ing yang diaturdalam Stbld. 1933 Nomor 2.9 meminta nasehat dari Mahkamah Agung, sekedar
Setelah Indonesia merdeka, ketentuan dengan undang-undang tidak ditunjuk pengadilan
mengenai grasi diatur dalam Undang-Undang Dasar yang lain untuk memberi nasehat.
1945 Pasal 14. Pengaturannya berada dalam bab Ayat(2) Jika hukuman mati dijatuhkan, maka
ketiga dengan judul "Kekuasaan Pemerintahan keputusan pengadilan tidak dapat dijalankan,
Negara". Pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945 melainkan sesudah Presiden menurut aturan-aturan
Sebelum Amandemen tersebut berbunyi: "Presiden yang ditetapkan dengan undang-undang diberi
memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi". kesempatan untuk memberi grasi.
Penjelasan Pasal 10, 11, 12, 13, 14, dan 15 Mengenai Amnesti, diatur dalam Undang-
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 Tanggal 27
kekuasaan-kekuasaan Presiden yang terdapat Desember 1954 Ten tang Arnn es ti dan Abolisi. Dasar
dalamPasal10, 11, 12, 13, 14,dan15batangtubuh pertimbangan dikeluarkannya undang-undang
Undang-Undang Dasar 1945 ialah konsekuensi dari tersebut: pertama, untuk melaksanakan ketentuan
kedudukan sebagai kepala negara. Dengan dalam pasal 107 Undang-undang Dasar Sementara
demikian dari penjelasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan untuk menyesuaikan
1945 tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa penetapan Presiden Republik Indonesia No. 14
kedudukan Presiden dalam pemberian grasi adalah tahun 1949 tentang pemberian amnesti dengan
sebagai Kepala Negara. ketentuan tersebut perlu diadakan peraturan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat tentang amnesti dan abolisi. Kedua, karena
mengatur grasi dalam Pasal 160 Konstitusi Republik keadaan-keadaan yang mendesak, peraturan ini
Indonesia Serikat, yang berbunyi sebagai berikut: perlu segera diadakan, dengan mengingat Pasal 96
Ayat (1) Presiden mempunyai hak untuk dan 107 Undang-undang Dasar Sementara
memberi ampun dari hukuman-hukuman yang Republik Indonesia.
dijatuhkan oleh keputusan kehakiman. Hak itu Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Darurat
dilakukannya sesudah meminta nasehat dari Nomor 11 Tahun 1954 Tanggal 27 Desember 1954
mahkamah agung, sekedar dengan Undang- Tentang Amnesti dan Abolisi, Presiden alas
Undang Federal tidak ditunjuk pengadilan yang lain kepentingan Negara dapat memberi amnesti dan
untuk memberi nasehat. abolisi kepada orang-orang yang telah melakukan
Ayat (2) Jika hukuman mati dilakukan, maka suatu tindakan pidana. Presiden memberi amnesti
keputusan kehakiman itu tidak dapat dijalankan, dan abolisi ini setelah mendapat nasihat tertulis dari
melainkan sesudah Presiden menurut aturan-aturan Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu
yang ditetapkan dengan Undang-Undang Federal, atas permintaan Menteri Kehakiman.
diberikan kesempatan memberi ampun. Menurut Pasal 2 Undang-Undang Darurat
Kemudian pada tanggal 1 Juli 1950 Undang- Nomor 11 Tahun 1954 Tanggal 27 Desember 1954
Undang Grasi Nomor 3 Tahun 1950 diundangkan Tentang Amnesti dan Abolisi, amnesti dan abolisi
dalam Lembaran Negara Nomor 40 Tahun 1950. diberikan kepada semua orang yang sebelum
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 ini tanggal 27 Desember 1949 telah melakukan suatu
merupakan pelaksanaan dari ketentuan Konstitusi tindak pidana yang nyata akibat dari persengketaan
politik antara Republik Indonesia (Yogyakarta) dan
8 Utrecht, Rangka1a,, Sari Kufiah Hukum Pldana II. Surabaya Pustal<a Tinta Mas, 2005., him. 251
9 J.E. Sahetapy, Mekanisme Pengawasan atas Hak-hak PreSlden http i/wwwKQ1111S1 Hukum. Go. ldlaltce_Opm,on Php?mode=deltl&ld, d1akses tanggal 4
Agustus2012

189
MMH, Jilk! 42, No. 2, April 2013

Kerajaan Belanda. Grasi. Undang-Undang inilah yang menjadi dasar


Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Darurat hukum positif pengaturan grasi di Indonesia
Nomor 11 Tahun 1954 Tanggal 27 Desember 1954 sekarang. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
Tentang Amnesti dan Abolisi, untuk menentukan 2002 diatur mengenai prinsip-prinsip umum tentang
apakah sesuatu tindak pidana termasuk ketentuan grasi serta tata cara pengajuan dan penyelesaian
pasal 2 dapat diminta nasihat dari Mahkamah permohonan grasi. Ketentuan mengenai tata cara
Agung. Dengan pemberian amnesti semua akibat tersebut dilakukan dengan penyederhanaan tanpa
hukum pidana terhadap orang-orang termaksud melibatkan pertimbangan dari instansi yang
dalam pasal 1 dan 2 dihapuskan. Dengan berkaitan dengan sistem peradilan pidana.
pemberian abolisi maka penuntutan terhadap Untuk mengurangi beban penyelesaian
orang-orang yang termaksud dalam pasal 1 dan 2 permohonan grasi dan mencegah penyalahgunaan
ditiadakan, demikian ditentukan dalam Pasal 4 permohonan grasi, dalam Undang-Undang ini diatur
Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 mengenai pembatasan putusan pengadilan yang
Tanggal 27 Desember 1954 Tentang Amnesti dan dapat diajukan grasi paling rendah memuat
Abolisi. pemidanaan 2 (dua) tahun penjara serta ditegaskan
2. Pemberian Grasi dan Amnesti Sesudah bahwa grasi tidak menunda pelaksanaan putusan,
Berlakunya Pasal 14 UUD NRI 1945 kecuali terhadap putusan pidana mati. Dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 Tentang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 diatur
Permohonan Grasi yang dibentuk berdasarkan bahwa permohonan grasi hanya dapat diajukan 1
Konstitusi Republik Indonesia Serikat, dipandang (satu) kali, kecuali untuk pidana tertentu dan dengan
tidak sesuai lagi dengan sistem ketatanegaraan syarat tertentu pengajuan permohonan grasi dapat
Indonesia yang berlaku dan substansinya sudah diajukan 1 (satu) kali lagi. Pengecualian tersebut
tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan terbuka bagi terpidana yang pernah ditolak
kebutuhan hukum masyarakat. permohonan grasinya dan telah lewat waktu 2 (dua}
Pengaturan tata cara pengajuan dan tahun sejak tanggal penolakan permohonan grasi
penyelesaian permohonan grasi, undang-undang pertamanya, atau bagi terpidana yang pemah diberi
tersebut di samping tidak mengenal pembatasan grasi dari pidana mati menjadi pidana penjara
putusan pengadilan yang dapat diajukan grasi, juga seumur hidup dan telah lewat waktu 2 (dua) tahun
melibatkan beberapa instansi yang berkaitan sejak tanggal keputusan pemberian grasi diterima.
dengan sistem peradilan pidana (criminal justice Untuk menjamin kepastian hukum dan hak-hak
system) dan mengatur pula penundaan terpidana, dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
pelaksanaan putusan pengadilan jika diajukan 2002 diatur pula percepatan tata cara penyelesaian
permohonan grasi. Hal tersebut mengakibatkan permohonan grasi dengan menentukan tenggang
begitu banyak permohonan grasi yang diajukan dan waktu dalam setiap tahap proses penyelesaian
adanya penyalahgunaan permohonan grasi untuk permohonan grasi. Dalam Pasal 1 Undang-Undang
menunda pelaksanan putusan sehingga Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, disebutkan
penyelesaian permohonan grasi memakan waktu grasi adalah pengampunan berupa perubahan,
yang lama dan terlalu birokralls." Dengan demikian, peringanan, pengurangan, atau penghapusan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 perlu diganti pelaksanaan pidana kepada terpidana yang
dengan Undang-Undang yang baru. Pembentukan diberikan oleh Presiden. Terpidana adalah
Undang-Undang baru tersebut juga bertujuan untuk seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
mengadakan penyesuaian pengaturan mengenai pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
grasi dengan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Undang- hukum tetap. Adapun ruang lingkup permohonan
Undang Dasar 1945 hasil amandemen. dan pemberian grasi ditentukan dalam Pasal 2
Pada tanggal 24 September 2002 Rancangan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang
Undang-Undang Grasi disahkan oleh Dewan Grasi sebagai berikut:
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menjadi (1) Terhadap putusan pengadilan yang telah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang memperoleh kekuatan hokum tetap,

1o http://www.lensaindonesia.com/2012/05/26/oombena0:9rasi-bukaQ:d,slcres1-ma-oos·S1·sbv;!emah-bag1-austra11a.html,
diakseslanggal s Agustus2012.

190
Untung Dwi Hananto, Kekuasaan Presiden Dafam Pemberian Grasi

terpidana dapat mengajukan permohonan kepada Presiden. Permohonan sebagaimana


grasi kepada Presiden. dimaksud dapat diajukan oleh keluarga terpidana,
(2) Pu t u s an p e m i d a n a a n ya n g d a pa t dengan persetujuan terpidana. Dalam hal terpidana
dimohonkan grasi sebagaimana dijatuhi pidana mati, permohonan grasi dapat
dimaksud pada ayat (1) adalah pidana diajukan oleh keluarga terpidana tanpa persetujuan
mati, penjara seumur hidup, penjara terpidana. Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor
paling rendah 2 (dua) tahun. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, permohonan grasi
(3) Perm oho nan gr as i s e bag aim an a dapat diajukan sejak putusan pengadilan
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat memperoleh kekuatan hukum tetap. Permohonan
diajukan 1 (satu) kali, kecuali dalam hal: grasi sebagaimana dimaksud tidak dibatasi oleh
a. terpidana yang pernah ditolak tenggang waktu tertentu.
permohonan grasinya dan telah lewat Selanjutnya ditentukan dalam Pasal 8 Undang-
waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi,
penolakan permohonan grasi tersebut; permohonan grasi sebagaimana dimaksud dalam
a tau Pasal 6 dan Pasal 7 diajukan secara tertulis oleh
b. terpidana yang pemah diberi grasi dari terpidana, kuasa hukumnya, atau keluarganya,
pidana mati menjadi pidana penjara kepada Presiden. Salinan permohonan grasi
seumur hidup dan telah lewat waktu 2 sebagaimana dimaksud disampaikan kepada
(dua) tahun sejak tanggal keputusan pengadilan yang memutus perkara pada tingkat
pemberian grasi diterima. pertama untuk diteruskan kepada Mahkamah
Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Agung. Permohonan grasi dan salinannya
Tahun 2002 Tentang Grasi, permohonan grasi tidak sebagaimana dimaksud dapat disampaikan oleh
menunda pelaksanaan putusan pemidanaan bagi terpidana melalui Kepala Lembaga
terpidana, kecuali dalam hal putusan pidana mati. Pemasyarakatan tempat terpidana menjalani
Sementara pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 22 pidana. Dalam hal permohonan grasi dan
Tahun 2002 Tentang Grasi ditentukan bahwa (1) salinannya diajukan melalui Kepala Lembaga
Presiden berhak mengabulkan atau menolak Pemasyarakatan, yang kemudian Kepala Lembaga
permohonan grasi yang diajukan terpidana Pemasyarakatan menyampaikan permohonan grasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 setelah tersebut kepada Presiden dan salinannya dikirimkan
mendapat pertimbangan dari Mahkamah Agung. (2) kepada pengadilan yang memutus perkara pada
Pemberian grasi oleh Presiden dapat berupa : tingkat pertama paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung
a. peringanan atau perubahan jenis pidana; sejak diterimanya permohonan grasi dan
b. pengurangan jumlah pidana; atau salinannya.
c. penghapusan pelaksanaan pidana. Sebagaimana Pasal 9 Undang-Undang Nomor
Tata cara pengajuan dan penyelesaian 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, penyelesaian
permohonan grasi sebagaimana diatur dalam Pasal permohonan grasi dalam jangka waktu paling
5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal
Grasi antara lain : penerimaan salinan permohonan grasi
(1) Hak mengajukan grasi diberitahukan kepada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pengadilan
terpidana oleh hakim atau hakim ketua sidang tingkat pertama mengirimkan salinan permohonan
yang memutus perkara pad a tingkat pertama. dan berkas perkara terpidana kepada Mahkamah
(2) Jika pada waktu putusan pengadilan dijatuhkan Agung. Sementara dalam Pasal 10 Undang-Undang
terpidana tidak hadir, hak terpidana Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi diatur bahwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan
diberitahukan secara tertulis oleh panitera dari terhitung sejak tanggal diterimanya salinan
pengadilan yang memutus perkara pada tingkat permohonan dan berkas perkara sebagaimana
pertama. dimaksud dalam Pasal 9, Mahkamah Agung
Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor mengirimkan pertimbangan tertulis kepada
22 Tahun 2002 Tentang Grasi, permohonan grasi Presiden.
oleh terpidana atau kuasa hukumnya diajukan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

191
MMH, Ji/id 42, No. 2, April 2013

2002 Tentang Grasi menentukan bahwa Presiden manusia ( HAM ) dapat meminta para pihak
memberikan keputusan atas permohonan grasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-
setelah memperhatikan pertimbangan Mahkamah Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi untuk
Agung. Keputusan Presiden dapat berupa mengajukan permohonan grasi. Menteri
pemberian atau penolakan grasi. Jangka waktu sebagaimana dimaksud berwenang menelili dan
pemberian atau penolakan grasi paling lambat 3 melaksanakan proses pengajuan Grasi
(tiga) bulan terhitung sejak diterimanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 6A
pertimbangan MahkamahAgung. ayat (1) dan menyampaikan permohonan dimaksud
Selanjutnya dalam Pasal 12 Undang-U ndang kepada Presiden.
Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi ditentukan Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia
bahwa Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Perubahan Alas
dalam Pasal 11 ayat (2) disampaikan kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang
terpidana dalam jangka waktu paling lambat 14 Grasi, menetapkan bahwa permohonan grasi dapat
(empat belas) hari terhitung sejak ditetapkannya diajukan sejak putusan pengadilan memperoleh
Keputusan Presiden. Salinan keputusan tersebut kekuatan hukum tetap. Permohonan grasi
disampaikan kepada : sebagaimana dimaksud diajukan paling lama dalam
a. MahkamahAgung; jangka waktu 1 (satu) tahun sejak putusan
b. Pengadilan yang memutus perkara pada memperoleh kekuatan hukum tetap. Selanjutnya
lingkat pertama; menurut Pasal 10 Undang-Undang Republik
c. Kejaksaan negeri yang menuntut perkara Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Perubahan
terpidana; dan Alas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002
d. Lembaga Pemasyarakatan tempat terpidana Tentang Grasi, dalam jangka waktu paling lambat 30
menjalani pidana. (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
Bagi terpidana mati, kuasa hukum atau keluarga salinan permohonan dan berkas perkara
terpidana yang mengajukan permohonan grasi, sebagaimana dimaksud, Mahkamah Agung
pidana mali lidak dapat dilaksanakan sebelum mengirimkan pertimbangan tertulis kepada
Keputusan Presiden tentang penolakan Presiden.
permohonan grasi diterima oleh terpidana. Hal ini Berdasarkan Pasal 1 SA Undang-Undang
ditentukan di dalam Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi. Perubahan Alas Undang-Undang Nomor 22 Tahun
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia 2002 Tentang Grasi, permohonan grasi yang belum
Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Perubahan Alas diselesaikan berdasarkan Pasal 15 Undang-
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi
Grasi, menentukan bahwa: diselesaikan paling lambat tanggal 22 Oktober 2012.
(1) Terhadap putusan pengadilan yang telah Terhadap terpidana mali yang belum mengajukan
memperoleh kekuatan hukum tetap, terpidana permohonan grasi berdasarkan Undang-Undang
dapat mengajukan permohonan grasi kepada Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, jangka waktu 1
Presiden. (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
(2) Putusan pemidanaan yang dapat dimohonkan ayat (2) dihitung sejak Undang-Undang ini berlaku.
grasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Terhadap kewenangan Presiden dalam masalah
adalah pidana mati, pidana penjara seumur hidup, pemberian grasi ini, pakar Hukum Tata Negara
atau pidana penjara paling rendah 2 (dua) tahun. sekaligus mantan Menteri Hukum dan HAM, Yusril
(3) Permohonan grasi sebagaimana dimaksud pada lhza Mahendra mempertanyakan pemberian grasi
ayat(1) hanya dapatdiajukan 1 (satu) kali. presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dengan vonis
Menurut Pasal 6A Undang-Undang Republik ringan 5 tahun penjara terhadap Corby seorang
Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Perubahan warga negara Australia yang digelari Ratu
Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Mariyuana lntemasional. "Dia terlibat di jaringan
Tentang Grasi, demi kepentingan kemanusiaan dan pengedar narkotika lnternasional .11
keadilan, menteri yang membidangi urusan Yusril menceritakan pengalamannya ketika
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi menjadi Menteri Hukum dan HAM saat ia pernah

192
Untung Dwi Hananlo, Kekuasaan Pres,den Dalam Pemberian Grasi

menolak permohonan presiden Prancis untuk kemudian diubah lagi oleh Undang-Undang
memberikan grasi terkait kasus peredaran narkoba Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010
yang dilakukan 14 orang warga negara prancis yang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
sudah divonis hukum mati. Sepanjang sejarah Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi. Grasi
menurut Yusril baru kali ini ada presiden adalah pengampunan berupa perubahan,
memberikan grasi. Pemberian grasi ini terkesan peringanan, pengurangan, atau penghapusan
diskriminatif sebab SBY belum pemah sebelumnya pelaksanaan pidana kepada terpidana yang
memberikan pada warga negara Indonesia. diberikan oleh Presiden. Terpidana adalah
Menurut Yusril, proses pemberian grasi seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
semestinya dilalui dengan menyodorkan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
permohonan pengajuan grasi yang disampaikan hukum tetap. Untuk amnesti diatur dalam
melalui Menteri Kehakiman, Jaksa Agung dan Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun
Mahkamah Agung, baru kepada presiden. 1954 Tanggal 27 Desember 1954. Amnesti
Pemberian grasi terhadap Corby memang sudah adalah kewenangan Presiden meniadakan
sesuai dengan Undang-undang Grasi. Namun sifat pidana atas perbuatan seseorang atau
keputusan itu mutlak menjadi tanggung jawab kelompok orang.
presiden bukan menjadi diskresi pemberian grasi b. Pemberian Grasi dan Amnesti oleh Presiden
berdasarkan pertimbangan MA.12 Sekarang ini harus dengan mengikutsertakan lembaga DPR
dengan adanya UU yang baru diharapkan tidak dan MAdengan alasan:
timbul kesan diskresi pemberian grasi itu ada a. Sesuai dengan pasal 14 ayat ( 1 }, kekuasaan
pertimbangan MAdan presiden yang meneruskan. Presiden yang harus mengikutsertakan MA
Pasal 14 UUD 1945 hasil perubahan adalah ketika Presiden memberi grasi dan
menyatakan: rehabilitasi maka harus memperhatikan
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan Mahkamah Agung.
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Pertimbangan MA diperlukan karena grasi
Agung. merupakan bagian proses yustisial.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan b. Pasal 14 ayat (2), Presiden memberi
memperhatikan pertimbangan Dewan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
Perwakilan Rakyat. pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
Kekuasaan ini berkaitan dengan pemberian karena amnesti terkait masalah politik,
grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi. Terhadap hal kemanusiaan, dan sosial.
ini ada yang berpendapat bahwa kewenangan grasi,
amnesti, abolisi, dan rehabilitasi bukan suatu bentuk
kekuasaan yustisial. DAFTAR PUSTAKA
Pemberian grasi adalah kekuasaan eksekutif,
bukan kekuasaan yustisial. Selain itu, ada juga yang Alan R.Ball dalam Sri Soemantri, Sistem-Sistem
mempergunakan alasan, kekuasaan tersebut Pemerintah Negara-Negara ASEAN,
dilaksanakan di luar proses yustisial. Kekuasaan ini Bandung: Penerbit Transito, 1976.
dilaksanakan sesudah atau sebelum proses Alrasyid, Harun, "Kajian Sistem Pemerintahan dan
yustisial, bahkan meniadakan proses yustisial." Ruang Lingkupnya, dalam Basement",
Majalah Mahasiswa Universitas Pasundan,
C. Simpulan Vol. 3 No. Ill, Juni, Bandung.
Setelah membaca uraian diatas, dapat disimpulkan: Asshiddiqi, Jimly, "Perkembangan Ketatanegaraan
a. Pengaturan kekuasaan Presiden sebagai Pasca Perubahan UUD 1945 dan
kepala negara dalam memberikan grasi diatur Tantangan Pembaruan Pendidikan Hukum
dalam Pasal 14 UUD 1945 Jo Undang-Undang Indonesia", Makalah disampaikan dalam
Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, yang Seminar Nasional "Perkembangan

11 http1/www.lensa1ndoneSlac;om/20J U)S/26/pembenan-gras,-bu1<aQ:d1skres1-ma-oos,s1-sby-lemah:ba91-australia.htm1.d1akses tanggal5Agustus2012


12 http://www.lensa1ndones,acom12012/05/26JoembeQa0:9ras1-bu1<an-d 1stcres1-ma-oos1SJ·sby:Jemah·ba91-australla.html. d1aksestanggals Agustus2012
13 http;JJwv.w.phihDtUsuf,c;om/2011/04/1056/,d1akses tanggal SAgustus2012

193
MMH, Ji/id 42, No. 2, April 2013

Ketatanegaraan Pasca Perubahan UUD Yogyakarta: FH UII Press,


dan Lokakarya Pembaruan Kurikulum Pamudji, Perbandingan Pemerintahan, Jakarta:
Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia", BinaAksara, 198.
diselenggarakan oleh Asosiasi Pengajar Ranawijaya, Usep, 1983, Hukum Tata Negara
HTN dan HAN, di Jakarta, 7 September Indonesia: Dasar-Dasarnya, Jakarta:
2004. Ghalia Indonesia.
Asshiddiqi, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Samego, lndria, Perubahan Politik dan
Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD '1945, Amandemen UUD 1945, Makalah dalam
Yogyakarta: FH. UII Press, 2004. Seminar dan Lokakarya Nasional "Evaluasi
Asshiddiqi, Jimly, Pergumulan Peran Pemerintah Kritis Atas Proses dan Hasil Amandemen
dan Parlemen dalam Sejarah: Telaah UUD 1945" yang diselenggarakan Keluarga
Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, Alumni Universitas Gadjah Mada
Jakarta: UI Press, 1996. Yogyakarta, 8-10 Juli 2002.
Asshiddiqi, Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Sanusi, Achmad 1987, Perkembangan Sistem
Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta: Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Bhuana llmu Populer, 2007. 1945-1952, Penerbit Universitas.
Darmabrata, Soekatri dan D. F. Poerbatin, 1999, Soemantri M, Sri, 1995, Tentang Lembaga-
Kisi-Kisi Praktek Hukum Pidana, cet. 2, Lembaga Negara Menurut UUD 1945,
Jakarta: Sekretariat Konsorsium llmu Bandung: CitraAditya Bakti.
Hukum Universitas Indonesia. Suny,lsmail, , 1983, Pergeseran Kekuasaan
Ellydar Chaidir, 2008 Sistem Pemerintahan Negara Eksekutif, Jakarta: Aksara Baru.
Republik Indonesia Pasca Perubahan Tutik, ntik Triwulan, Konstruksi Hukum Tata Negara
Undang-Undang Dasar 1945, Yogyakarta: Indonesia Pasca Amandemen, Jakarta:
Tolal Media. Kencana,
Huda, Ni'matul, 2008, UUD 1945 & Gagasan Yamin, Moh. : Naskah Persiapan Undang-Undang
Amandemen U/ang, Jakarta: Rajawali Pers. Dasar1945
Huda, Ni'matul, 2003, Politik Ketatanegaraan Yusuf, Slamet Effendy dan Umar Basalim, 2000,
Indonesia Kajian Terhadap Dinamika Reformasi Konstitusi Indonesia Perubahan
Perubahan UUD 1945, Yogyakarta: FH UII Pertama UUD 1945, Jakarta: Pustaka
Press. Indonesia Satu.
Huda, Ni'matul, 2011, Hukum Tata Negara Bahan Tayangan Materi Sosiafisasi Undang-undang
Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Persada. 1945, Jakarta: Sekjen MPR RI, 2006.
lsra, Saldi, 2010 Pergeseran Fungsi Legislasi,
Menguatnya Model Legislasi Parlementer Peraturan Perundang-undangan:
Dalam Sistem Presidensial Indonesia, Ketetapan MPR RI No. I/MPR/2001 tentang Sikap
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republic
M Hadi Shubhan, "Fenomena UU Tanpa Indonesia Terhadap Maklumat Presiden
Pengesahan Presiden", Kompas, Republik Indonesia Tanggal 23 Juli 2001.
Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2006 tentang
Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 1993. Dewan Pertimbangan Presiden.
Mahfud MD. Demokrasi dan Konstitusi Indonesia: Rancangan Ketetapan MPRS, Tentang Susunan
Studi tentang lnteraksi Politik dan Pembagian Kekuasaan Lembaga-
Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Lembaga Negara Menurut Sistem UUD.
Rineka Cipta, 2008. 1945 dalam buku kedelapan MPRS.RI
Manan, Bagir, 2001, Menyongsong Fajar Otonomi Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi
Daerah, Yogyakarta: PSH UII. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954
Manan, Bagir, 2003, Lembaga Kepresidenan, Tanggal 27 Oesember 1954 Tentang
Yogyakarta: FH UII Press. Amnesti dan Abolisi
Manan, Bagir, 2003, Teori dan Politik Konstitusi, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 Tentang

194
Untung Dwi Hananto, Kekuasaan Presiden Dalam Pemberian Grasi

Permohonan Grasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002
Tentang Grasi
Internet:
http://www.philipjusuf .corn12011/04/1056/. diakses
tanggal SAgustus 2012
http://GAM-Amnesti-org/hak-kekuasaan-dan-
wewenang-presiden-indonesia-sebagai-
kepala-negara-ri, diakses tanggal 4
Agustus 2012
http://tiarlidya.wordpress.cornl2010/11/25/lembaga
-lembaga-negara-menurut-uud-1945-hasil-
amandemen/
http://www.lensaindonesia.com/2012/05/26/pembe
rian-grasi-bukan-diskresi-ma-posisi-sby-
lemah-bagi-australia.html, diakses tanggal
SAgustus 2012
http://www.lensaindonesia.com/2012/05/26/pembe
rian-grasi-bukan-diskresi-ma-posisi-sby-
lemah-bagi-australia.html. diakses tanggal
5 Agustus 2012

195

Anda mungkin juga menyukai