PENDAHULUAN
2.2 Peralatan
No Nama Peralatan Spesifikasi Peralatan Keterangan
(Lab PK JMP /
Disediakan oleh Praktikan)
1. wajan 2 buah Lab PK JMP
2. Blender 1 Buah Lab PK JMP
3. Pisau 4 Buah Lab PK JMP
4. Sendok 4 buah Lab PK JMP
5. Nampan 4 Buah Lab PK JMP
6. Talenan 4 Buah Lab PK JMP
7. Timbangan 2 Buah Lab PK JMP
2.3 Formulasi
No Nama Bahan Persentase Satuan Jumlah
(terhadap basis Satuan
formula) (%)
1 Nanas 64,29% g 1800
2 Gula 35,71% g 1000
2.4 Bagan Alir Produksi
Buah dicuci dan dikupas, selanjutnya diambil dagingnya. Untuk nanas diambil
juga bagian hatinya. Kemudian daging buah diparut hingga halus.
Hasil parutan nanas kemudia dipanaskan selama 15 menit pada suhu ±75˚C
sambal diaduk terus menerus
Setelah didapatkan kekentalan yang diinginkanselai sudah siap dioles pada roti.
Selai nanas tidak akan dijual sebagai produk tunggal. Akan tetapi, selai
nanas ini akan dipadukan dengan roti tawar. Untuk itu, plastic PP dipilih sebagai
kemasan produk selai nanas ini. Karena plastik PP memiliki sifat jernih dan
transparan. Sifat jernih dan transparan dari plastik PP dimanfaatkan agar kondisi
produk roti yang diberi selai nanas dapat dilihat secara jelas.
Di bagian depan dari kemasan produk ini akan diberi label berbentuk
persegi yang akan menunjukan identitas (merk, jenis produk) dari produk selai
nanas. Nama “Pinne” diambil dari kata pineapple (Inggris) yang berarti nanas.
Huruf “I” diganti dengan buah nanas untuk membuat label terlihat menarik.
BAB III
PERSONALIA DAN ANGGARAN
3.1. Personalia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Persiapan Bahan Baku
Mutu
No Nama Bahan Keadaan
Keterangan
(visual)
Terdapat bagian yang terlalu matang
pada buah nanas sehingga bagian
Buah Nanas Baik
1. tersebut harus dihilangkan saat
pengupasan
Berwarna putih, bersih dan tidak
2. Gula pasir Baik.
menggumpal atau meleleh.
Aroma
khas selai
kuning Lengket
Hari ke-0 nanas Manis
keemasan dan kental
(aroma
manis)
Aroma
Lengket
khas selai
Kuning dan
Hari ke-1 nanas Manis
keemasan terdapat
(aroma
air
manis)
Aroma
Lengket
khas selai
Kuning dan
Hari ke-2 nanas Manis
keemasan terdapat
(aroma
air
manis)
Gambar Pengamatan Warna Aroma Rasa Tekstur
Lengket,
Aroma
dan
khas selai
Kuning terdapat
Hari ke-3 nanas Manis
keemasan air yang
(aroma
lebih
manis)
banyak
Lengket
Aroma dan
khas selai terdapat
Kuning
Hari ke-4 nanas Manis air yang
keemasan
aroma sama
manis) seperti
hari ke-3
Lengket
Aroma dan
khas selai terdapat
Kuning
Hari ke-5 nanas Manis air yang
keemasan
(aroma sama
manis) seperti
hari ke-3
4.2 Pembahasan
Menurut Aditya (2010), selai merupakan makanan kental semi padat yang
terbuat dari hancuran/bubur buah dan gula yang kemudian dipekatkan dengan cara
pemasakan. Bubur buah adalah daging buah yang telah dihaluskan. Selai
diperoleh dengan cara memanaskan campuran antara bubur buah dengan gula,
kemudian dipekatkan melalui pemanasan atau pemasakan dengan api sedang
sampai kandungan gulanya menjadi 68%. Pemanasan yang terlalu lama
menyebabkan hasil selai menjadi keras, membentuk kristal gula dan warna yang
tidak bagus. Sedangkan bila terlalu cepat selai yang dihasilkan akan terlalu encer.
Selai biasanya digunakan sebagai bahan olesan roti atau sebagai tambahan untuk
pembuatan kue. Selai mudah dibuat karena bahan-bahannya mudah diperoleh.
Dalam membuat selai, dilakukan dengan memanfaatkan buah yang matang, serta
dapat dicampurkan dengan buah yang kurang matang. Pencampuran itu dapat
menghasilkan selai yang lebih baik.
Faktor-faktor penting dalam pembuatan selai antara lain keadaan buah,
penambahan gula, asam, dan pektin. Keadaan buah yang digunakan sangat
menentukan dalam pembuatan selai. Buah yang akan digunakan dipilih yang
bermutu baik, belum membusuk, dan sudah cukup matang. Buah yang masih
muda akan terasa masam atau sepet. Sedangkan buah yang terlalu matang, maka
warna, aroma, pektin, dan rasa asam pada buah berkurang. Agar diperoleh selai
yang aromanya harum dan tekstur yang tepat sebaiknya digunakan campuran buah
setengah matang dan buah yang matang. Buah setengah matang akan memberi
pektin dan asam yang cukup, sedangkan buah yang matang akan memberikan
aroma yang baik terhadap selai. Selain sebagai pengawet, tujuan penambahan
gula adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal. Pada
konsistensi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) dapat mencegah
pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir. Mekanisme gula sebagai bahan
pengawet yaitu menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi sehingga cairan sel
mikroorganisme terserap keluar, akibatnya menghambat sitoplasma menurun
sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan kematian sel (Winarno 1984).
Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan air dan pektin yang ada.
Buah yang kandunagan pektinnya rendah seperti nanas,maka penambahan gula
sebaiknya lebih sedikit daripada bagian buahnya. Kandungan gula yang ideal pada
selai berkisar 60% - 65%.
Asam bertujuan mengatur pH dan menghindari pengkristalan gula. pH
optimum yang dikehendaki dalam pembuatan selai berkisar 3,10-3,46.
Penggunaan asam tidak mutlak, tetapi hanya apabila diperlukan saja. Apabila
terlalu asam akan terjadi sineresis yaitu keluarnya air dari gel sehingga kekentalan
selai akan berkurang bahkan dapat sama sekali tidak terbentuk gel. Asam yang
biasanya ditambahkan adalah asam sitrat. Asam sitrat (C6H8O7) diperoleh dari
ekstraksi buah-buahan, terutama jeruk. Asam sitrat biasanya ditambahkan pada
sirup minuman, selai dan jelly untuk menambah cita rasa dan sebagai bahan
pengawet (Frazeir dan Westhoff, 1979).
Selain sebagai penambah cita rasa dan pengawet, asam sitrat juga
digunakan sebagai bahan pemberi derajat keasaman cukup baik karena
kelarutannya dalam air tinggi. Asam sitrat dapat digunakan sebagai “Flavoring
Agent”, menurunkan pH dan sebagai “Chelating Agent”. Pada proses pengalengan
dapat menggunakan asam sitrat untuk menurunkan pH sampai 4, atau lebih rendah
(Furia, 1972).
Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada produk selai.
Kadar gula tidak lebih dari 65% dan konsentrasi pektin 1% sudah dapat dihasilkan
gel dengan kekerasan yang cukup baik. Semakin besar konsentrasi pektin maka
semakin keras gel yang terbentuk (Sri, 2008). Semakin matang buah, kandungan
pektin akan menurun karena adanya enzim yang memecah pektin menjadi asam
pektat dan alkohol. Oleh karena itu, untuk memperoleh pektin yang cukup
sebaiknya buah yang digunakan dikombinasikan antara buah setengah matang dan
buah matang. Pembuatan selai yang menggunakan buah dengan kandungan pektin
yang cukup tidak memerlukan tambahan pektin dari luar.