Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi kimia adalah perubahan pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses


perubahan ini dapat berlangsung cepat ataupun lambat. Dalam kimia fisik,
kinetika kimia atau kinetika reaksi mempelajari laju reaksi dalam suatu reaksi
kimia. Dalam menentukannya dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
dengan cara eksperiment, dan pengelolahan data sederhana. Analisis terhadap
pengaruh berbagai kondisi reaksi terhadap laju reaksi memberikan informasi
mengenai mekanisme reaksi dan keadaan transisi dari suatu reaksi kimia.
Kecepatan reaksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat pereaksi,
konsentrasi pereaksi, suhu dan katalis(Charles, 1992).
Persamaan reaksi keseluruhan menyatakan hanya pereaksi awal dan
produk akhir. Persamaan ini tidak memberikan indikasi mengenai bagaimana
molekul-molekul yang bereaksi itu berubah, ketika reaksi ini maju, Seperti yang
ditulis, suatu reaksi seperti
4NH3 + 5O2 → 4NO + 6H2O........................(2.1)
mungkin menyebabkan orang menduga bahwa sembilan molekul, empat amonia
dan lima oksigen, harus bertabrakan agar reaksi itu terjadi. Proses semacam ini,
yang menyangkut pemutusan ikatan-ikatan dalam sembilan molekul pereaksi
secara serempak dan pembentukan ikatan dalam sepuluh molekul produk, hampir
tak dapat terjadi dalam satu langkah. Dapat dibuktikan semata-mata dengan
statistik bahkan hampir-hampir mustahil bahwa begitu banyak molekul akan
bertabrakan bersama-sama, apalagi mengatur diri sebaik-baiknya untuk proses-
proses pemutusan dan pembentukan ikatan itu.
Umumnya reaksi berlangsung dalam cara bertahap yang sederhana,
dengan tiap tahap biasanya melibatkan hanya satu, dua atau tiga partikel sebagai
pereaksi. Tahap-tahap dengan mana perubahan kimia terjadi biasanya disebut
proses erlementer atau reaksi elementer. Pereaksi hidrogen dan oksigen yang
dikenal, yang membentuk air, merupakan contoh yang baik mengenai reaksi yang
mengikuti jalan yang rumit daripada yang dinyatakan oleh reaksi keseluruhan.2H 2
+ O2 → 2H2O (2.2)
Reaksi ini, subyek dari ratusan makalah keilmuan, diduga melibatkan beberapa
reaksi erlementer, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
H2 + O2 → H + HO2.......................................(2.3)
H + O2 → O + OH.........................................(2.4)
O + H2 → H + OH.........................................(2.5)
H2 + HO2 → H2O + OH.................................(2.6)
H2 + OH → H2O + H.....................................(2.7)
H + OH → H2O..............................................(2.8)
Partikel seperti H, O, OH dan HO2disebut radikal. Suatu radikal ialah suatu atom
atau gugus atom yang mempunyai satu elektron tak berpasangan atau lebih.
Umumnya radikal berusia pendek, barangkali hanya sepersekian detik sebelum
bertabrakan dan bereaksi dengan partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen.
Seringkali suatu reaksi elementer antara dua zat berlangsung dangan cara
sederhana yang melibatkan tabrakan dua partikel untuk membentuk suatu spesi
(jenis partikel) teraktifkan yang lamgsung menimbulkan produk-produk reaksi itu,
AB + AB → A2 + B2 .....................................(2.9)
Tidak semua tabrakan antara dua molekul pereaksi AB akan mengakibatkan suatu
reaksi kimia, meskipun molekul itu memiliki perlengkapan tertentu yang
diperlukan agar reaksi ini terjadi, antara lain energi tinggi dan suatu
kecenderungan alamiah agar bereaksi. Untuk reakai
Reaksi dalam larutan menggunakan analisis konsentrasi pereaksi dan
produk umumnya akan paling sederhana bila reaksi dipelajari dalam larutan. Salah
satu metode larutan yang lazim adalah dengan membagi larutan pereaksi itu dalam
sejumlah botol kecil yang tertutup kedap dan menaruh pereaksi itu dalam suatu
penangas bertemperatur konstan, dan kemudian mengambil satu botol demi satu
botol pada selang waktu yang sesuai. Reaksi dalam sebuah botol itu akan praktis
berhenti bila botol didinginkan dalam air es, setelah itu botol dibuka dan sebanyak
larutan dipipet dengan tepat. Isi larutan kemudian ditetapkan dengan suatu metode
analisis yang sesuai.
2.1 Energi Aktivasi (Ea)
Selama perubahan kimia, perlulah bagi molekul-molekul yang bereaksi
untuk bertabrakan ketika molekul itu bergerak kian kemari secara acak. Tetapi
untuk banyak reaski endoterm dan sertamerta, pada temperatur kamar kebanyakan
molekul sekedar terpental setelah bertabrakan tanpa bereaksi, seperti digambarkan
dalam temperatur kamar, molekul-molekul berulang ulang bertabrakan satu sama
lain dan terpental tanpa perubahan. Sebuah bola yang diam dalam suatu lekukan
pada lereng akan melepaskan energinya jika bola itu dapat menggelinding ke
bawah. Tetapi, itu tak akan terjadi kecuali jika energinya dinaikkan dulu
secukupnya agar dapat ke luar dari lekukan.
Molekul hidrogen dan oksigen pada temperatur kamar, rata-rata molekul
itu tidak mempunyai cukup energi untuk membentuk keadaan transisi. Akan tetapi
jika korek api menyala dimasukkan ke dalam wadah, molekul-molekul di dekat
nyala akan memperoleh cukup energi untuk bereaksi bila molekul-molekul
tersebut bertabrakan. Energi keseluruhan yang dibebaskan diberikan ke molekul-
molekul didekatnya, sehingga reaksi menyebar sangat cepat ke semua bagian dari
wadah. Energi yang ditambahkan yang harus dipunyai oleh zat-zat yang bereaksi
untuk membentuk kompleks teraktifan atau keadaan transisi, disebut energi
pengaktifan, Ea, reaksi itu. Energi pengaktifan untuk reaksi khas bergantung
terutama pada sifat dasar pereaksi (Keenan, 1984).

2.2 Faktor-faktor yang Mempercepat Reaksi


1. Memperluas permukaan zat padat.
2. Memperbesar konsentrasi (kepekatan) larutan.
3. Memperbesar tekanan (memampatkan volume wadah) gas.
4. Menaikkan suhu (memperbesar energi kinetiknya).
5. Menambahkan katalis (menurunkan energi aktivasi).
2.2.1 Efek dari Luas Permukaan pada Laju Reaksi
Jika pereaksi bercampur atau bersentuhan, akan terjadi suatu reaksi. Pada
pereaksi yang heterogen, luas permukaan bidang batas yang saling bersentuhan
akan mempengaruhi laju reaksi, yaitu semakin luas permukaan yang bersentuhan
maka semakin besar laju reaksi (Aris dkk, 2007).

Gambar 2.3 Pengaruh Luas Permukaan pada Laju Reaksi


2.2.2 Efek dari Perubahan Konsenterasi Zat pada Laju Reaksi
Bila konsentrasi bertambah maka laju reaksi akan bertambah. Sehingga
konsentrasi berbanding lurus dengan laju reaksi.
2SO2 + O2 → 2SO3...........................................(2.10)
Semakin besar konsentrasi SO2 dan O2 maka tumbukan antar molekul-
molekulnya untuk membentuk SO3 juga semakin cepat (Adi, 2008).

2.2.3 Efek dari Perubahan Tekanan pada Laju Reaksi


Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan
meningkatan laju reaksi. Perubahaan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan
hanya zat padat maupun zat cair tidak memberikan perubahaan apapun pada laju
reaksi. Peningkatan tekanan dari gas akan berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi. Jika Anda memilki gas dalam massa tertentu, semakin Anda
meningkatkan tekanan maka semakin kecil juga volumenya. Jika volumenya kecil
sedangkan massanya sama maka semakin tinggi konsentrasinya(Moore,2005).

2.2.4 Efek dari Perubahan Suhu pada Laju Reaksi


Ketika Anda meningkatkan temperatur maka laju reaksinya akan
meningkat. Laju reaksi akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan
angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipatgandakan laju reaksi akan
berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya temperatur. Jika Anda
memanaskan suatu benda, maka partikel-partikelnya akan bergerak lebih cepat
(energi kinetiknya akan naik) sehingga frekuensi terjadinya tumbukan juga akan
meningkat.Jika suhu dinaikkan a℃ maka reaksi terjadi b kali lebih cepat (dalam
soal nilai a biasanya = 10℃ dan nilai b = 2 kali). Laju reaksi saat suhunya
dinaikkan dari T1 menjadi T2 (∆T) menjadi:
∆T
V = b . v 0......................................................
a
(2.11)
Dimana :
v= kecepatan setelah suhunya berubah
v0 = kecepatan awal
T1 = suhu awal
T2 = suhu akhir
∆T = Perubahan suhu
Waktu (t) yang diperlukan untuk terjadinya suatu reaksi berbanding
terbalik dengan peningkatan kecepatan. Atau dengan kata lain semakin meningkat
suhu maka waktu yang diperlukan juga semakin singkat:
1
t= .t
∆ T 0 ..........................................................
b
a
(2.12)

2.2.5 Efek dari Katalis pada Laju Reaksi


Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia
tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Proses ini disebut
katalisis. Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu
jalan: (1) dengan pembentukan senyawa-antara (katalis homogen) atau (2) dengan
adsorpsi (katalis heterogen). Dalam reaksi-reaksi kimia yang mempunyai energi
pengaktifan yang besar, dapatlah pereaksi-pereaksi itu diangkat melalui barier
energi dengan menaikkan temperatur.
Gambar 2.4 Efek dari Katalis pada Laju Reaksi
Ingat, katalais hanya mempengaruhi laju pencapaian kesetimbangan,
bukan posisi keseimbangan (misalnya: membalikkan reaksi). Katalis tidak
menggangu gugat hasil suatu reaksi kesetimbangan.

2.3 Orde Reaksi dan Persamaan Laju


2.3.1 Mengukur laju reaksi
Laju reaksi biasanya diukur dengan melihat seberapa cepat konsentrasi
suatu reaktan/pereaksi berkurang pada waktu tertentu. Atau dengan mengamati
seberapa cepat konsentrasi suatu produk/hasil reaksi bertambah pada waktu
tertentu. Berarti satuan laju reaksi adalah M/s (molaritas/sekon).
2.3.2 Orde Reaksi
Orde reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat
menentukan apapun tentang orde reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari
suatu reaksi. Dalam percobaan tersebut kita mengamati pengaruh penambahan
konsentrasi tiap-tiap reaktan/pereaksi terhadap laju reaksi. Jika konsentrasi salah
satu zat dinakkan menjadi a kali dan ternyata laju reaksinya menjadi b kali, maka:
[a]orde = b...........................................................(2.13)
Dari pengambaran di atas, orde reaksi berupa bilangan pangkat dari
konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Jadi andaikan kita telah melakukan beberapa
percobaan untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan laju reaksi dimana
konsentrasi dari satu reaktan,misal namanya A, berubah, Beberapa hal-hal yang
akan kita temui adalah:
a. Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan
berlipat ganda pula. Jika kita meningkatkan konsentrasi A menjadi dua kali lipat
maka laju reaksi pun akan menjadi 2 kali lipat. Yang berarti orde reaksi terhadap
A sama dengan satu.
b. Laju reaksi berbanding lurus dengan kuadrat konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan
berlipat menjadi kuadrat konsentrasi tersebut. Jika kita meningkatkan konsentrasi
A menjadi dua kali lipat maka laju reaksi pun akan menjadi 22 = 4 kali lipat.
Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan dua.
c. Laju reaksi tidak terpengaruh dengan konsentrasi A
Hal ini berarti laju reaksi tidak terpengaruh oleh penambahan konsentrasi
A. Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan nol (0).Jika reaksi yang
terjadi melibatkan dua reaktan atau lebih maka tiap-tiap reaktan kita cari orde
reaksinya, kemuduan orde reaksi total merupakan hasil penjumlahan orde reaksi
dari tiap-tiap reaktan.
2.4 Persamaan Laju Reaksi
Pemahaman tentang orde reaksi akan lebih jelas dalam bentuk persamaan
reaksi. Misialnya terjadi reaksi anrata zat A dan zat B sebagai berikut:
A+ B →C..........................................................(2.14)
Maka bentuk persamaan reaksinya adalah :
v=k [A] m . [B] n.................................................(2.15)
Keterangan :
v     = laju reaksi (M/s)
k     = ketetapan laju reaksi
[A]  = konsentrasi zat A (M)
[B]  = konsentrasi zat B (M)
m    = orde reaksi terhadap zat A
n     = orde reaksi terhadap zat B
(Bird, 1985).

Anda mungkin juga menyukai