KIMIA DASAR 2
Penulis
1
2
Kegiatan Pembelajaran 1
Teori Tumbukan dan Faktor-faktor Penentu Laju Reaksi
1. Teori Tumbukan dan Faktor Luas Permukaan
Peluang zat-zat untuk saling bereaksi adalah besar ketika
permukaan-permukaan yang saling berinteraksi/bersentuhan semakin
banyak/besar, walau tidak setiap sentuhan menyebabkan terjadinya
reaksi. Dengan demikian, laju reaksi akan lebih besar jika luas
permukaan sentuhan antar pereaksi bertambah besar.
Pengaruh faktor luas permukaan berlaku untuk reaksi yang
melibatkan zat padat dan gas, zat padat dan zat cair, dan termasuk
kasus dimana zat padat berlaku sebagai katalis. Semakin zat padat
terbagi menjadi bagian kecil-kecil, semakin cepat reaksi berlangsung.
Dengan massa yang sama, bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi
yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat padat. Hal ini karena
suatu zat padat dalam bentuk bubuk akan memiliki luas permukaan yang
lebih besar dibandingkan dengan suatu zat padat dalam bentuk
bongkahan. Di laboratorium, bubuk kalsium karbonat bereaksi lebih
cepat dengan larutan asam hidroklorida dibandingkan dengan massa yang
sama dalam bentuk pualam atau batu kapur.
Ilustrasi bahwa peningkatkan luas permukaan zat padat
meningkatkan kemungkinan tumbukan bertambah besar dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
4
Gambar 1.1
Probabilitas Tumbukan antara Pereaksi
2. Teori Tumbukan dan Faktor Konsentrasi
Pada sub bab yang lalu kamu telah melakukan latihan membuat
simpulan dan prediksi-prediksi berkenaan dengan pengaruh faktor luas
permukaan terhadap laju reaksi. Dari berbagai percobaan yang dilakukan
para ilmuan kimia juga diperoleh bukti bahwa makin besar konsentrasi
zat-zat yang bereaksi makin besar laju reaksinya. Makin besar
konsentrasi makin besar peluang zat-zat saling berinteraksi sehingga
makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan. Dengan demikian makin
besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
Kini tiba saatnya kamu memahami penjelasan teoretis bagaimana
konsentrasi mempengaruhi laju reaksi. Teori yang digunakan untuk
menjelaskan bagaimana perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi
perubahan laju reaksi adalah teori tumbukan. Menurut teori tumbukan:
a. Agar suatu reaksi dapat berlangsung, partikel-partikel pereaksi
pertama-tama haruslah bertumbukan (teori tumbukan). Pada
konsentrasi tinggi, kemungkinan untuk bertumbukan di antara
partikel-partikel itu semakin besar. Akibatnya laju reaksi
berlangsung lebih cepat. Dalam reaksi kimia yang melibatkan dua
pereaksi, dapat saja kedua pereaksi berupa larutan atau salah satu
5
pereaksi berupa larutan dan pereaksi yang lain berupa benda padat.
Reaksi kimia juga terjadi antar pereaksi-pereaksi gas. Peningkatan
tekanan pada reaksi yang melibatkan pereaksi gas akan meningkatan
laju reaksi. Gambar 3.2.2 menunjukkan reaksi yang melibatkan dua
pereaksi berupa larutan dan reaksi antara padatan dengan larutan.
b. Andaikan dalam satu waktu 1 per satu juta partikel memiliki energi
yang cukup atau melebihi energi aktivasi. Jika dimiliki 100 juta
partikel, maka 100 di antara partikel-partikel itu akan bereaksi (teori
keadaan transisi). Jika dimiliki 200 juta partikel pada volum yang
sama, maka 200 di antaranya akan bereaksi. Laju reaksi akan
berlipat ganda dengan menggandakan konsentrasi.
c. Peningkatan konsentrasi dari suatu pereaksi dapat saja tidak
memberikan efek apa-apa pada laju reaksi (tidak menurunkan atau
meningkatkan laju reaksi). Hal demikian dapat terjadi karena
pereaksi itu bekerja pada kapasitas maksimumnya. Artinya,
permukaan pereaksi itu seluruhnya telah diliputi oleh partikel
pereaksi kedua sehingga menghalangi terjadinya peningkatan laju
reaksi akibat peningkatan pereaksi yang pertama.
6
Gambar 1.2
Reaksi antara Dua Pereaksi
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan pereaksi gas akan
meningkatan laju reaksi. Perubahaan tekanan pada suatu reaksi yang
melibatkan hanya zat padat maupun zat cair tidak memberikan
perubahaan apapun pada laju reaksi. Dalam proses pembuatan amonia
dengan proses Haber, laju reaksi antara hidrogen dan nitrogen
ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi.
.................. (3)
massa yang sama dengan volum yang lebih kecil, maka semakin tinggi
konsentrasinya.
Supaya suatu reaksi dapat berlangsung, partikel-partikel tersebut
pertama-tama haruslah bertumbukan. Hal ini berlaku ketika dua partikel
itu gas atau salah satu gas dan satunya lagi benda padat. Jika tekanan
tinggi, kemungkinan untuk bertumbukan pun semakin besar. Visualisasi
reaksi yang melibatkan pereaksi berfasa gas dan tekanan sebagai sebagai
ukuran konsentrasinya disajikan pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3
Gambaran Reaksi yang Pereaksinya Berfasa Gas
Berdasar temuan-temuan Wilhelmy (1850), Berthelot dan Gilles
(1862), bahwa laju reaksi setiap saat bergantung pada konsentrasi baik
pereaksi maupun hasil reaksi. Untuk mempelajari lebih lanjut
ketergantungan laju reaksi pada konsentrasi pereaksi, perhatikan reaksi
dekomposisi dinitrogen pentoksida.
2N2O5(g) = 4NO2(g) + O2(g)…………………………………… (4)
Dari hasil percobaan untuk reaksi 4 diperoleh data sebagaimana
tercantum dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Data Konsentrasi Pereaksi N2O5 dan Laju Reaksi Dekomposisi N2O 5
8
Lamanya reaksi
Konsentrasi N2O5 Laju reaksi (dalam
telah berlangsung
(molar) molar/menit)
(menit)
0 2,33 0,00
184 2,08 1,36 x 10-3
319 1,91 1,26 x 10-3
526 1,67 1,16 x 10-3
867 1,35 0,94 x 10-3
2.5
2
Konsentrasi (C)
1.5
0.5
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (t)
Gambar 1.4
Perubahan Konsentrasi N2O5 dan Waktu (t)
Grafik hubungan antara konsentrasi-konsentrasi pereaksi N 2O5 dengan
laju reaksi (r), disajikan pada Gambar 1.5.
9
0.0016
0.0014
0.0012
Gambar 1.5
Grafik Hubungan Konsentrasi Reaktan dan Laju Reaksi (r)
3. Orde Reaksi dan Hukum Laju Reaksi
Dalam tahun 1865 sampai 1867 Harcourt dan Esson melakukan
pengamatan terhadap reaksi antara kaliumpermanganat dengan asam
oksalat. Dalam eksperimennya kedua ilmuwan itu melakukan
pengukuran laju reaksi secara mendalam dengan membuat variasi-variasi
konsentrasi pereaksi, dan menganalisis hasilnya secara matematis.
Pekerjaan semacam inilah yang hingga kini dilakukan orang.
Jika diperhatikan kembali Gambar 1.4 dan 1.5, maka dapat
diberikan hasil analisis matematis sebagai berikut:
1. Sejalan dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi, maka laju reaksi
semakin menurun pula.
2. Kurva hubungan antara variabel konsentrasi (C) dan laju reaksi (r)
bukanlah sebuah garis yang linier, tetapi sebuah kurva eksponensial.
3. Fenomena eksponensial pada perubahan laju reaksi akibat perubahan
konsentrasi memberikan makna fisik bahwa nilai laju reaksi (r)
adalah setara dengan konsentrasi (C) berpangkat.
Dalam persamaan 9, P dan Q adalah konsentrasi dalam molar (mol/L).
Jika konsentrasi kedua zat pada awal reaksi (t = 0) masing-masing adalah
a dan b mol/L dan setelah reaksi berjalan selama t = t 1 sejumlah x mol/L
berubah menjadi hasil reaksi, maka ungkapan hukum laju reaksi 3.8
harus ditulis seperti persamaan 10.
r = dx/dt = k [a-x][b-x] ............................................ (10)
Konstanta laju (k) disebut juga koefisien laju atau laju reaksi jenis. Jika
diperhatikan persamaan-persamaan 7 hingga 10, maka konstanta laju (k)
dapat pula didefinisi sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi per satuan waktu dalam suatu reaksi jika konsentrasi semua
pereaksi sama dengan satu. Konstanta laju reaksi (k) harganya
dipengaruhi oleh suhu dan katalis. Semakin besar harga k maka reaksi
akan berlangsung dengan kelajuan yang besar (cepat).
Orde reaksi ditentukan secara eksperimen. Data dalam Tabel
3.2.2 diperoleh dari hasil eksperimen pada studi reaksi antara hidrogen
(gas) dan nitrogen monoksida (gas). Reaksi berlangsung pada suhu 80oC.
2 H2(g) + 2 NO(g) = 2 H2O(g) + N2(g) ...............................(11)
Untuk reaksi 11 secara kinetika dapat diamati dari perubahan tekanan
campuran yang berkurang karena empat mol pereaksi menghasilkan tiga
mol produk.
Tabel 1.2
Data Konsentrasi NO, Konsentrasi H2, dan Laju Reaksi Awal
Konsentrasi Molar Awal
Eksperimen Laju Awal
NO H2
I 0,006 0,001 0,025
II 0,006 0,002 0,050
III 0,006 0,003 0,075
IV 0,001 0,009 0,0063
V 0,002 0,009 0,025
VI 0,003 0,009 0,056
r k H 2 NO ...................................................... (12)
2
Dikatakan bahwa reaksi ini memiliki orde reaksi tiga yaitu orde satu
terhadap H2 dan orde 2 terhadap NO. Untuk menentukan harga k, kita
dapat memilih salah satu data percobaan, misalkan data I dimana NO =
0,006; H2 = 0,001 dan laju reaksi = 0,025, sehingga diperoleh harga k
sebesar 694444,4 mol-2 liter2 dt-1.
Pada tahun 1867 Harcourt dan Esson melalui eksperimen-
eksperimennya menemukan bahwa hanya pereaksi-pereaksi tertentulah
yang berperan sebagai penentu laju reaksi atau dalam suatu reaksi kimia
tidak harus semua pereaksi berperan/berpengaruh terhadap besarnya
laju reaksi. Berapa besar sumbangan setiap zat penentu laju terhadap
besarnya laju reaksi, didefinisikan dengan orde dari reaksi. Pada waktu
yang hampir bersamaan Guldberg dan Waage menemukan bahwa hukum-
hukum kesetimbangan kimia dapat diturunkan dari hukum-hukum
kinetika kimia. Dengan asumsi bahwa pada kesetimbangan, laju reaksi ke
kanan dan laju reaksi kearah sebaliknya adalah sama dalam kuantitas
yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laju reaksi sebanding
dengan konsentrasi, dapat dipengaruhi oleh konsentrasi satu macam
pereaksi atau lebih. Bahkan konsentrasi produk dari suatu reaksi dapat
bertindak sebagai penentu laju reaksi bagi reaksi ke arah sebaliknya.
Terdapat berbagai bentuk dari kefungsian laju reaksi pada konsentrasi
yang telah diamati orang. Dalam Tabel 1.3 diberikan contoh kefungsian
laju reaksi pada konsentrasi untuk beberapa reaksi.
13
Tabel 1.3
Reaksi dan Hukum Laju Reaksi
Reaksi Laju reaksi
H2 + I2 = 2HI d [HI]/dt = k [ H2] [I2]
k[ H 2 ][ Br2 ]
H2 + Br2 = 2HBr d [HBr]/dt = [ HBr ]
1 k
[ Br2 ]
1/2
d [CO]/dt = k [Cl2] [COCl2]
COCl2 = CO + Cl2
(CH3)2CO + 3Br2 + H2O = CH3COH +
r = k [(CH3)2CO] [OH-](katalis)
CH3Br + 3HBr
Dari Tabel 1.3 dapat diberikan hasil analisis terkait dengan hukum
laju reaksi sebagai berikut:
a. Persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi ditentukan
berdasarkan data eksperimen;
b. Sebagian besar hukum laju reaksi atau besarnya laju reaksi (r)
ditentukan atau bergantung kepada konsentrasi-konsentrasi pereaksi;
c. Tidak semua reaksi memiliki kefungsian yang sederhana (hukum laju
reaksi yang sederhana), melainkan mengandung pangkat pecahan
dari konsentrasi;
d. Terdapat reaksi-reaksi yang hukum laju reaksinya (nilai r nya)
dipengaruhi pula oleh konsentrasi hasil reaksi (lihat reaksi nomor 3
dalam Tabel 1.3);
e. Ada reaksi-reaksi yang hukum laju reaksinya jauh lebih rumit
daripada sekedar perkalian konsentrasi berpangkat. Perhatikan
hukum laju reaksi yang berlaku pada reaksi antara H 2 dan Br2, sangat
berbeda dengan apa yang terjadi pada reaksi antara H2 dan Cl2;
f. Hukum laju reaksi tidak serta merta dapat diturunkan dari
persamaan stoikiometri reaksi; dan
g. Hukum laju reaksi dapat bergantung pada zat yang tidak nampak ada
dalam persamaan stoikiometri reaksinya (lihat reaksi nomor 4 dalam
Tabel 1.3).
Contoh Soal:
14
dan 3 dan penambahan laju reaksi, konsentrasi naik tiga kali, laju
reaksi naik tiga kali, berarti laju berbanding lurus dengan konsentrasi
pangkat satu, jadi y = 1.
Persaman laju menjadi
r k [ NO ]2 [ Br2 ]
3. Penguraian hidrogen peroksida dengan katalis adalah reaksi orde
satu. Tetapan laju adalah 6,2.10-4 S-1. Hitunglah berapa % H2O2 yang
terurai setelah 20 menit.
Jawab:
Dari persamaan laju reaksi orde satu yang diberikan, tetapan laju k
adalah:
2,303 a
k x log
t (a x)
k 6,2 x 10 4 S 1 1 menit 60 s
k (6,2 . 10 ) x 60 menit 1
4
k 0,0371 menit 1
2,303 a
0,0371 log
20 (a x)
a 0,0371 x 20
log 0,3222
ax 2,303
a
2,10
ax
konsentrasi yang tertinggal
% yang tinggal x 100%
konsentrasi awal
1
% yang tinggal x 100% 47,62%
2,10
% H 2O2 yang terurai ( 100 47,62 )% 52,38%
16
Latihan:
1. Reaksi penguraian HI berlangsung menurut orde kedua, jika
konsentrasi awal HI = a0, dan tetapan laju penguraian = k, Hitung
waktu paroh (t1/2) reaksi tersebut.
2. Perhatikan reaksi berikut ini; A + B AB, Jika A dan B
dicampurkan dengan mol yang sama maka setelah 1 jam 75% A telah
bereaksi. Jika A berorde satu dan B berorde nol. Hitung tetapan laju
reaksi tersebut.
3. Waktu paroh suatu reaksi berorde satu adalah 96,25 jam, Jika
konsentrasi awal pereaksi adalah 0,10 mol L-1. Hitunglah laju awal
dalam mol L-1S-1.
Kunci:
1
1. t1 / 2
k .a0
2. 1,39 jam
3. 2 x 10-7
17
Kegiatan Pembelajaran 2
Teori Tumbukan dan Faktor-faktor Penentu Laju Reaksi
4. Teori Tumbukan dan Faktor Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung dengan kelajuan yang lebih
cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik
molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih
banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari energi
aktivasi (Ea). Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat
mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain laju reaksi menjadi
lebih besar.
Tabel 2.1
Contoh Reaksi-Reaksi Orde Satu, Dua, dan Tiga
Orde Contoh Reaksi
0 a. Reaksi fotosintesis
b. Reaksi penguraian amonia dengan katalis wolfram.
1 a. 2 N2O5(g) → 4NO2(g) + O2(g)
b. C2H5Cl → C2H4 + HCl
c. C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
d. Hidrolisis ester
e. Reaksi hidrogenasi etilena dengan katalis nikel.
C2H4 + H2 → C2H6
f. Peluruhan zat radioaktif.
2 a. 2H2O → 2H2 + O2
b. 3KClO → KCLO3 + 2KCl
c. 2C4H6(g) → C8H12(g)
d. H2 + I2 → 2HI
3 a. 2NO + Cl2 → 2NOCl
18
b. 2NO + O2 → 2NO2
c. 2NO + 2H2 → N2 + H2O
Gambar 2.1
Energi Aktivasi dan Distribusi Maxwell-Boltzmann
Gambar 2.2
Distribusi Maxwell-Boltzmann pada Dua Suhu Berbeda
Jika kepada kurva-kurva pada Gambar 2.2 ditetapkan sebuah titik
posisi dari energi aktivasi, maka dapat dilihat walaupun kurva tidak
bergeser terlalu banyak terjadi peningkatan yang cukup berarti pada
jumlah pertikel-partikel energik untuk bertumbukkan dengan energi yang
cukup untuk bereaksi (lihat Gambar 2.3).
21
Gambar 2.3
Energi Aktivasi dan Distribusi Maxwell-Boltzmann pada Dua Suhu
Ingat bahwa luasan (area) di bawah kurva merupakan jumlah dari
partikel-partikel. Pada Gambar 2.3 tergambarkan bahwa luasan di bawah
kurva pada sebelah kanan energi aktivasi menjadi kurang lebih dua kali
lipat lebih luas ketika suhu dinaikkan (T+t), oleh karena itu laju reaksi
pun berlipatganda. Peningkatan suhu meningkatkan laju reaksi karena
bertambahnya jumlah partikel yang memiliki energi tumbukan aktif.
Dari berbagai hasil eksperimen menunjukkan bahwa perubahan
suhu pada suatu reaksi kimia tidak merubah hukum laju reaksi, artinya
nilai a dan b juga tidak berubah. Hal yang sama juga terjadi pada
penambahan katalis. Fakta-fakta itu akhirnya melahirkan simpulan
bahwa pengaruh perubahan suhu berlaku pada nilai konstanta laju reaksi
(k).
5. Teori Tumbukan dan Faktor Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan
tujuan untuk mempercepat laju reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat
dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang tetap
(permanen). Dengan kata lain pada akhir reaksi katalis umumnya akan
dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum
22
Gambar 2.4
Pergeseran Nilai Ea pada Distribusi Maxwell-Boltzmann
Gambar 2.5
Tingkat Energi Perjalanan Reaksi Dengan Tanpa dan Adanya
Katalis
Dengan adanya katalis laju reaksi diperbesar dengan jalan
memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi. Dengan menurunnya
energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung
lebih cepat dan umumnya terjadi karena adanya tahap-tahap reaksi yang
baru. Kehadiran katalis dapat merubah laju reaksi dengan kelipatan 10
kali. Katalis yang kehadirannya dapat menurunkan laju suatu reaksi
disebut inhibitor. Dalam kaitannya dengan reaksi kesetimbangan, katalis
hanya mempengaruhi laju pencapaian kesetimbangan, bukan posisi
keseimbangan (misalnya: membalikkan reaksi).
Beberapa sifat katalis dapat dinventarisasikan sebagai berikut:
1. Katalis tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi akan
tetapi dapat mengalami perubahan fisika.
2. Katalis mempengaruhi laju reaksi tetapi tidak mempengaruhi letak
kesetimbangan.
3. Katalis umumnya hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil dan terbukti
dapat mempengaruhi sejumlah besar pereaksi.
25
Contoh Soal:
1. Tuliskan prinsip yang menghubungkan antara:
a. Luas permukaan zat yang bereaksi dan besaran laju reaksi
b. Konsentrasi dan besaran laju reaksi
c. Suhu dan besaran laju reaksi
d. Katalis dan besaran laju reaksi
Jawab:
a. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi akibat tumbukan
efektif yang terjadi antar permukaan aktif dari molekul yang
26
Latihan:
1. Diketahui suatu reaksi:
H2(g) + I2(g) → 2HI(g)
Diamati pada suhu 302oC dan 508oC. Pada suhu yang pertama
diperoleh tetapan laju 2,45 x 10-4 M-1 s-1 dan pada suhu kedua 9,5 x
10-1 M-1 s-1 hitunglah harga Ea dan A yang diperoleh.
2. Reaksi penguraian gas NO2 menjadi gas NO dan O 2 diamati
dengan cara mengukur tekanan total (pt) pada berbagai waktu.
Pada saat awal reaksi hanya ada gas NO2. Data pengamatan yang
diperoleh disusun dalam Tabel berikut:
t (menit) 0 12 36 84
tekanan total (atm) 2,000 2,500 2,750 2,875
Pertanyaan:
e. Tuliskan reaksi penguraian gas NO2 tersebut
f. Berapa tekanan awal (po) gas NO2?
g. Bila tekanan gas NO pada saat t dianggap sebagai q atm, maka
turunkan persaman yang menyatakan hubungan p total (p t )
terhadap q
h. Tuliskan hubungan tekanan gas NO2 sisa pada saat t terhadap
tekanan gas total
i. Hitung tekanan gas NO2 sisa setelah 12 menit, 36 menit dan 84
menit.
j. Dari perhitungan tersebut, tentukan orde reaksi penguraian gas
NO2, dan berikan penjelasannya.
k. Tentukan persamaan laju reaksi penguraian tersebut
l. Hitung nilai tetapan laju (k) reaksi penguraian tersebut.
28
Kunci:
1. Harga Ea = 35,8 kkal/mol dan harga A = 9,8 x 109
2. Diperoleh:
a. 2NO2 2NO + O2
b. 2,000 atm
c. pt = po + 0,5q
d. Tekanan gas NO2 sisa pada saat t = po–q = po– (2 pt –2 po )= 3po–2pt
e. Tekanan gas NO2 sisa setelah 12 menit = 3(2)-2(2,5) = 1 atm;
Tekanan gas NO2 sisa setelah 36 menit = 3(2)-2(2,75) = 0,5 atm;
Tekanan gas NO2 sisa setelah 84 menit = 3(2)-2(2,875) = 0,25 atm
f. Orde reaksi = dua ; karena waktu paruh : 1. t1/2 = 12 menit; 2.
t1/2(36-12) = 24 menit; 3. t1/2 (84-36) = 48 menit.
g. r = k [NO2]2
h. k = 1/t1/2 x pNO2 = 1/12 x 2 = 1/24 atm-1 menit-1
29
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Brady, James E. 1990. General Chemistry: Principles and Structure. Fifth
Edition. New York: John Wiley and Son.
Tim Kimia Dasar, 2008. Buku Kimia Dasar: Kinetika Reaksi. Surabaya:
Unesa University Press.
Wilkinson, F. 1980. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New
York: Van Nostrand Reinhold Company.