Anda di halaman 1dari 30

MODUL PEMBELAJARAN

KINETIKA KIMIA: TEORI TUMBUKAN


DAN FAKTOR PENENTU LAJU REAKSI

KIMIA DASAR 2
Penulis

Dr. AFADIL, S.Pd., M.Si.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TADULAKO
DESEMBER 2017
KINETIKA KIMIA: TEORI TUMBUKAN DAN
FAKTOR PENENTU LAJU REAKSI
PENDAHULUAN
Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan laju
berlangsungnya reaksi. Secara umum dinyatakan bahwa reaksi antara
senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal itu disebabkan oleh
adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
Gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif menjadikan
terjadinya tumbukan yang efektif, tumbukan yang menghasilkan reaksi
kimia. Contoh:
Ca2+(aq) + CO32+(aq) → CaCO3(s) ........... (1)
Reaksi ini berlangsung dengan cepat. Sebaliknya, reaksi antara
senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini disebabkan
karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi untuk
memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat
yang bereaksi. Contoh:
CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g) ......... (2)
Tumbukan antar molekul kovalen tidak akan menghasilkan reaksi
kimia apabila tidak disertai terjadinya pemutusan ikatan kovalen pada
molekul yang saling bertumbukan. Reaksi-reaksi senyawa kovalen yang
berjalan lambat dapat dipercepat reaksinya apabila diberi energi dari
luar, misalnya cahaya matahari.
Jadi, kuantitas atau nilai kelajuan suatu reaksi dipengaruhi oleh
kondisinya. Besi mudah berkarat pada kondisi lembab, tetapi di
lingkungan yang kering, besi cukup lambat berkarat. Secara eksperimen
ditemukan bahwa laju dari suatu reaksi kimia tergantung pada: (1) luas
permukaan zat yang beresksi, (2) konsentrasi, (3) suhu, dan (4) katalis.
TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini, Anda dapat:
1. menuliskan prinsip yang menghubungkan konsep tumbukan, konsep
luas permukaan, dan konsep laju reaksi.

1
2

2. menuliskan prinsip yang menghubungkan konsep tumbukan, konsep


konsentrasi, dan konsep laju reaksi.
3. menentukan orde reaksi berdasar data hasil percobaan.
4. menuliskan prinsip yang menghubungkan konsep tumbukan, konsep
suhu, dan konsep laju reaksi.
5. Merumuskan prinsip yang menghubungkan konsep tumbukan, konsep
katalis, dan konsep laju reaksi
3

Kegiatan Pembelajaran 1
Teori Tumbukan dan Faktor-faktor Penentu Laju Reaksi
1. Teori Tumbukan dan Faktor Luas Permukaan
Peluang zat-zat untuk saling bereaksi adalah besar ketika
permukaan-permukaan yang saling berinteraksi/bersentuhan semakin
banyak/besar, walau tidak setiap sentuhan menyebabkan terjadinya
reaksi. Dengan demikian, laju reaksi akan lebih besar jika luas
permukaan sentuhan antar pereaksi bertambah besar.
Pengaruh faktor luas permukaan berlaku untuk reaksi yang
melibatkan zat padat dan gas, zat padat dan zat cair, dan termasuk
kasus dimana zat padat berlaku sebagai katalis. Semakin zat padat
terbagi menjadi bagian kecil-kecil, semakin cepat reaksi berlangsung.
Dengan massa yang sama, bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi
yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat padat. Hal ini karena
suatu zat padat dalam bentuk bubuk akan memiliki luas permukaan yang
lebih besar dibandingkan dengan suatu zat padat dalam bentuk
bongkahan. Di laboratorium, bubuk kalsium karbonat bereaksi lebih
cepat dengan larutan asam hidroklorida dibandingkan dengan massa yang
sama dalam bentuk pualam atau batu kapur.
Ilustrasi bahwa peningkatkan luas permukaan zat padat
meningkatkan kemungkinan tumbukan bertambah besar dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
4

Gambar 1.1
Probabilitas Tumbukan antara Pereaksi
2. Teori Tumbukan dan Faktor Konsentrasi
Pada sub bab yang lalu kamu telah melakukan latihan membuat
simpulan dan prediksi-prediksi berkenaan dengan pengaruh faktor luas
permukaan terhadap laju reaksi. Dari berbagai percobaan yang dilakukan
para ilmuan kimia juga diperoleh bukti bahwa makin besar konsentrasi
zat-zat yang bereaksi makin besar laju reaksinya. Makin besar
konsentrasi makin besar peluang zat-zat saling berinteraksi sehingga
makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan. Dengan demikian makin
besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
Kini tiba saatnya kamu memahami penjelasan teoretis bagaimana
konsentrasi mempengaruhi laju reaksi. Teori yang digunakan untuk
menjelaskan bagaimana perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi
perubahan laju reaksi adalah teori tumbukan. Menurut teori tumbukan:
a. Agar suatu reaksi dapat berlangsung, partikel-partikel pereaksi
pertama-tama haruslah bertumbukan (teori tumbukan). Pada
konsentrasi tinggi, kemungkinan untuk bertumbukan di antara
partikel-partikel itu semakin besar. Akibatnya laju reaksi
berlangsung lebih cepat. Dalam reaksi kimia yang melibatkan dua
pereaksi, dapat saja kedua pereaksi berupa larutan atau salah satu
5

pereaksi berupa larutan dan pereaksi yang lain berupa benda padat.
Reaksi kimia juga terjadi antar pereaksi-pereaksi gas. Peningkatan
tekanan pada reaksi yang melibatkan pereaksi gas akan meningkatan
laju reaksi. Gambar 3.2.2 menunjukkan reaksi yang melibatkan dua
pereaksi berupa larutan dan reaksi antara padatan dengan larutan.
b. Andaikan dalam satu waktu 1 per satu juta partikel memiliki energi
yang cukup atau melebihi energi aktivasi. Jika dimiliki 100 juta
partikel, maka 100 di antara partikel-partikel itu akan bereaksi (teori
keadaan transisi). Jika dimiliki 200 juta partikel pada volum yang
sama, maka 200 di antaranya akan bereaksi. Laju reaksi akan
berlipat ganda dengan menggandakan konsentrasi.
c. Peningkatan konsentrasi dari suatu pereaksi dapat saja tidak
memberikan efek apa-apa pada laju reaksi (tidak menurunkan atau
meningkatkan laju reaksi). Hal demikian dapat terjadi karena
pereaksi itu bekerja pada kapasitas maksimumnya. Artinya,
permukaan pereaksi itu seluruhnya telah diliputi oleh partikel
pereaksi kedua sehingga menghalangi terjadinya peningkatan laju
reaksi akibat peningkatan pereaksi yang pertama.
6

Gambar 1.2
Reaksi antara Dua Pereaksi
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan pereaksi gas akan
meningkatan laju reaksi. Perubahaan tekanan pada suatu reaksi yang
melibatkan hanya zat padat maupun zat cair tidak memberikan
perubahaan apapun pada laju reaksi. Dalam proses pembuatan amonia
dengan proses Haber, laju reaksi antara hidrogen dan nitrogen
ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi.
.................. (3)

Sesungguhnya, alasan utama menggunakan tekanan tinggi adalah


untuk meningkatkan persentase amonia didalam kesetimbangan
campuran, namun hal ini juga memberikan perubahaan yang berarti pada
laju reaksi. Peningkatan tekanan dari gas adalah sama dengan
peningkatan pada konsentrasi. Jika dimiliki gas dalam massa tertentu,
semakin ditingkatkan tekanan semakin kecil volumnya. Jika dimiliki
7

massa yang sama dengan volum yang lebih kecil, maka semakin tinggi
konsentrasinya.
Supaya suatu reaksi dapat berlangsung, partikel-partikel tersebut
pertama-tama haruslah bertumbukan. Hal ini berlaku ketika dua partikel
itu gas atau salah satu gas dan satunya lagi benda padat. Jika tekanan
tinggi, kemungkinan untuk bertumbukan pun semakin besar. Visualisasi
reaksi yang melibatkan pereaksi berfasa gas dan tekanan sebagai sebagai
ukuran konsentrasinya disajikan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3
Gambaran Reaksi yang Pereaksinya Berfasa Gas
Berdasar temuan-temuan Wilhelmy (1850), Berthelot dan Gilles
(1862), bahwa laju reaksi setiap saat bergantung pada konsentrasi baik
pereaksi maupun hasil reaksi. Untuk mempelajari lebih lanjut
ketergantungan laju reaksi pada konsentrasi pereaksi, perhatikan reaksi
dekomposisi dinitrogen pentoksida.
2N2O5(g) = 4NO2(g) + O2(g)…………………………………… (4)
Dari hasil percobaan untuk reaksi 4 diperoleh data sebagaimana
tercantum dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Data Konsentrasi Pereaksi N2O5 dan Laju Reaksi Dekomposisi N2O 5
8

Lamanya reaksi
Konsentrasi N2O5 Laju reaksi (dalam
telah berlangsung
(molar) molar/menit)
(menit)
0 2,33 0,00
184 2,08 1,36 x 10-3
319 1,91 1,26 x 10-3
526 1,67 1,16 x 10-3
867 1,35 0,94 x 10-3

Hubungan antara konsentrasi reaktan N2O5 dan waktu (t) untuk


reaksi 4, dapat dinyatakan dengan grafik sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 1.4. Dari Gambar 1.4 dapat diberikan hasil analisis sebagai
berikut:
a. Dari waktu ke waktu konsentrasi pereaksi N 2O5 semakin menurun
karena habis bereaksi,
b. Kurva hubungan antara variabel konsentrasi (C) dan variabel waktu
(t) bukanlah sebuah garis yang linier,
c. Laju reaksi (r) = dC/dt adalah nilai kemiringan garis singgung
terhadap kurva pada Gambar 1.4.

2.5

2
Konsentrasi (C)

1.5

0.5

0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (t)

Gambar 1.4
Perubahan Konsentrasi N2O5 dan Waktu (t)
Grafik hubungan antara konsentrasi-konsentrasi pereaksi N 2O5 dengan
laju reaksi (r), disajikan pada Gambar 1.5.
9

0.0016
0.0014
0.0012

Laju Reaksi (r)


0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi (C)

Gambar 1.5
Grafik Hubungan Konsentrasi Reaktan dan Laju Reaksi (r)
3. Orde Reaksi dan Hukum Laju Reaksi
Dalam tahun 1865 sampai 1867 Harcourt dan Esson melakukan
pengamatan terhadap reaksi antara kaliumpermanganat dengan asam
oksalat. Dalam eksperimennya kedua ilmuwan itu melakukan
pengukuran laju reaksi secara mendalam dengan membuat variasi-variasi
konsentrasi pereaksi, dan menganalisis hasilnya secara matematis.
Pekerjaan semacam inilah yang hingga kini dilakukan orang.
Jika diperhatikan kembali Gambar 1.4 dan 1.5, maka dapat
diberikan hasil analisis matematis sebagai berikut:
1. Sejalan dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi, maka laju reaksi
semakin menurun pula.
2. Kurva hubungan antara variabel konsentrasi (C) dan laju reaksi (r)
bukanlah sebuah garis yang linier, tetapi sebuah kurva eksponensial.
3. Fenomena eksponensial pada perubahan laju reaksi akibat perubahan
konsentrasi memberikan makna fisik bahwa nilai laju reaksi (r)
adalah setara dengan konsentrasi (C) berpangkat.

Pangkat dari konsentrasi itu disebut tingkat reaksi atau orde


reaksi bagi suatu zat. Makna fisik dari orde reaksi adalah derajat
sumbangan (kontribusi) suatu zat (pereaksi, hasil reaksi, atau zat lain)
yang memiliki pengaruh terhadap kuantitas laju reaksi (r).
10

Berapa macam pereaksi dan tingkat kontribusinya terhadap laju


reaksi itu pertama kali dipelajari oleh Harcourt dan Esson. Kedua
ilmuwan inilah yang memperkenalkan istilah reaksi-reaksi orde satu dan
orde dua. Reaksi orde satu adalah bila laju reaksi hanya bergantung pada
satu zat pereaksi berpangkat satu. Reaksi orde kedua, bila laju reaksi
bergantung atau ditentukan oleh dua konsentrasi pereaksi masing-masing
berpangkat satu.
Orde reaksi tidak ditentukan berdasar koefisien reaksi dari
persamaan stoikiometri reaksi, tetapi ditentukan secara eksperimen.
Untuk reaksi umum:
mA + nB = pC + qD.................................. (5)
tidak serta merta dapat ditetapkan bahwa orde reaksi terhadap A adalah
m dan orde reaksi terhadap B adalah n. Jika dimisalkan orde reaksi
terhadap A adalah α dan orde reaksi terhadap B adalah β, maka
hubungan antara laju reaksi (r) dan konsentrasi-konsentrasi A dan B
dapat ditulis
r ≈ [A] α [B] β
...................................................... (6)
Kesebandingan dalam persamaan 6 dapat ditulis dalam bentuk
persamaan 7 dengan memasukkan konstanta laju reaksi, k.
r = k [A] α [B] β
..................................................... (7)
Persamaan 7 disebut hukum laju reaksi, dengan orde reaksi keseluruhan
n = α + β. Jadi, hukum laju reaksi adalah hubungan antara variabel laju
reaksi dengan konsentrasi-konsentrasi zat yang mempengaruhi nilai laju
reaksi. Secara umum, kefungsian konsentrasi terhadap laju reaksi dapat
ditulis sebagai persamaan 8.
r = k x f (a, b, c, …) .............................................. (8)
dengan a, b, c, ….. adalah konsentrasi-konsentrasi zat yang berperan
sebagai penentu laju reaksi.
Untuk reaksi P + Q = R + S, kemungkinan laju reaksi yang
berlaku adalah:
r = k [P][Q] ............................................................(9)
11

Dalam persamaan 9, P dan Q adalah konsentrasi dalam molar (mol/L).
Jika konsentrasi kedua zat pada awal reaksi (t = 0) masing-masing adalah
a dan b mol/L dan setelah reaksi berjalan selama t = t 1 sejumlah x mol/L
berubah menjadi hasil reaksi, maka ungkapan hukum laju reaksi 3.8
harus ditulis seperti persamaan 10.
r = dx/dt = k [a-x][b-x] ............................................ (10)
Konstanta laju (k) disebut juga koefisien laju atau laju reaksi jenis. Jika
diperhatikan persamaan-persamaan 7 hingga 10, maka konstanta laju (k)
dapat pula didefinisi sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi per satuan waktu dalam suatu reaksi jika konsentrasi semua
pereaksi sama dengan satu. Konstanta laju reaksi (k) harganya
dipengaruhi oleh suhu dan katalis. Semakin besar harga k maka reaksi
akan berlangsung dengan kelajuan yang besar (cepat).
Orde reaksi ditentukan secara eksperimen. Data dalam Tabel
3.2.2 diperoleh dari hasil eksperimen pada studi reaksi antara hidrogen
(gas) dan nitrogen monoksida (gas). Reaksi berlangsung pada suhu 80oC.
2 H2(g) + 2 NO(g) = 2 H2O(g) + N2(g) ...............................(11)
Untuk reaksi 11 secara kinetika dapat diamati dari perubahan tekanan
campuran yang berkurang karena empat mol pereaksi menghasilkan tiga
mol produk.
Tabel 1.2
Data Konsentrasi NO, Konsentrasi H2, dan Laju Reaksi Awal
Konsentrasi Molar Awal
Eksperimen Laju Awal
NO H2
I 0,006 0,001 0,025
II 0,006 0,002 0,050
III 0,006 0,003 0,075
IV 0,001 0,009 0,0063
V 0,002 0,009 0,025
VI 0,003 0,009 0,056

Dari data eksperimen I dan II terlihat bahwa pada konsentrasi NO


konstan (0,006 M), jika konsentrasi H 2 dilipatduakan, laju reaksi naik dua
kali lipat. Bila konsentrasi H2 dinaikkan tiga kali, laju reaksi juga
12

bertambah menjadi tiga kali lipat (eksperimen I dan III). Dengan


demikian laju reaksi sebanding dengan konsentrasi H 2 pangkat satu.
Eksperimen IV, V, VI menunjukkan bahwa pada konsentrasi H 2 konstan
(0,009 M), jika konsentrasi NO dinaikkan dua kali dan tiga kali lipat maka
laju reaksi naik menjadi empat kali dan sembilan kali lebih besar. Jadi
laju reaksi sebanding dengan konsentrasi NO pangkat dua. Secara
matematis hukum laju reaksi dituliskan:

r  k  H 2  NO  ...................................................... (12)
2

Dikatakan bahwa reaksi ini memiliki orde reaksi tiga yaitu orde satu
terhadap H2 dan orde 2 terhadap NO. Untuk menentukan harga k, kita
dapat memilih salah satu data percobaan, misalkan data I dimana NO =
0,006; H2 = 0,001 dan laju reaksi = 0,025, sehingga diperoleh harga k
sebesar 694444,4 mol-2 liter2 dt-1.
Pada tahun 1867 Harcourt dan Esson melalui eksperimen-
eksperimennya menemukan bahwa hanya pereaksi-pereaksi tertentulah
yang berperan sebagai penentu laju reaksi atau dalam suatu reaksi kimia
tidak harus semua pereaksi berperan/berpengaruh terhadap besarnya
laju reaksi. Berapa besar sumbangan setiap zat penentu laju terhadap
besarnya laju reaksi, didefinisikan dengan orde dari reaksi. Pada waktu
yang hampir bersamaan Guldberg dan Waage menemukan bahwa hukum-
hukum kesetimbangan kimia dapat diturunkan dari hukum-hukum
kinetika kimia. Dengan asumsi bahwa pada kesetimbangan, laju reaksi ke
kanan dan laju reaksi kearah sebaliknya adalah sama dalam kuantitas
yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laju reaksi sebanding
dengan konsentrasi, dapat dipengaruhi oleh konsentrasi satu macam
pereaksi atau lebih. Bahkan konsentrasi produk dari suatu reaksi dapat
bertindak sebagai penentu laju reaksi bagi reaksi ke arah sebaliknya.
Terdapat berbagai bentuk dari kefungsian laju reaksi pada konsentrasi
yang telah diamati orang. Dalam Tabel 1.3 diberikan contoh kefungsian
laju reaksi pada konsentrasi untuk beberapa reaksi.
13

Tabel 1.3
Reaksi dan Hukum Laju Reaksi
Reaksi Laju reaksi
H2 + I2 = 2HI d [HI]/dt = k [ H2] [I2]
k[ H 2 ][ Br2 ]
H2 + Br2 = 2HBr d [HBr]/dt = [ HBr ]
1 k
[ Br2 ]
1/2
d [CO]/dt = k [Cl2] [COCl2]
COCl2 = CO + Cl2
(CH3)2CO + 3Br2 + H2O = CH3COH +
r = k [(CH3)2CO] [OH-](katalis)
CH3Br + 3HBr

Dari Tabel 1.3 dapat diberikan hasil analisis terkait dengan hukum
laju reaksi sebagai berikut:
a. Persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi ditentukan
berdasarkan data eksperimen;
b. Sebagian besar hukum laju reaksi atau besarnya laju reaksi (r)
ditentukan atau bergantung kepada konsentrasi-konsentrasi pereaksi;
c. Tidak semua reaksi memiliki kefungsian yang sederhana (hukum laju
reaksi yang sederhana), melainkan mengandung pangkat pecahan
dari konsentrasi;
d. Terdapat reaksi-reaksi yang hukum laju reaksinya (nilai r nya)
dipengaruhi pula oleh konsentrasi hasil reaksi (lihat reaksi nomor 3
dalam Tabel 1.3);
e. Ada reaksi-reaksi yang hukum laju reaksinya jauh lebih rumit
daripada sekedar perkalian konsentrasi berpangkat. Perhatikan
hukum laju reaksi yang berlaku pada reaksi antara H 2 dan Br2, sangat
berbeda dengan apa yang terjadi pada reaksi antara H2 dan Cl2;
f. Hukum laju reaksi tidak serta merta dapat diturunkan dari
persamaan stoikiometri reaksi; dan
g. Hukum laju reaksi dapat bergantung pada zat yang tidak nampak ada
dalam persamaan stoikiometri reaksinya (lihat reaksi nomor 4 dalam
Tabel 1.3).
Contoh Soal:
14

1. Perhatikan perangkat data hasil eksperimen untuk penguraian


nitrogen pentaoksida, N2O5 dibandingkan dengan penguraian nitrogen
dioksida, NO2 pada 25oC.
2 N2O5  4NO2 + O2 2NO2  2NO + O2
[N2O5] -1 -1
laju (mol L S ) [NO2] laju (mol L-1S-1)
0,020 0,70 . 10-6 0,020 0,75 . 10-13
-6
0,040 1,40 . 10 0,040 3,00 . 10-13
0,080 2,80 . 10-6 0,080 12,00 . 10-13
Jawab:
Konsentrasi N2O5 dinaikkan dua kali, menyebabkan laju naik dua kali
pula, berarti kanaikan konsentrasi berbanding kenaikan laju.
Persamaan laju menjadi
d [ N 2O5 ]
-  k .[ N 2O5 ]
dt
Sedangkan dua kali kenaikan NO2, laju menjadi empat kali lebih
besar. Artinya laju reaksi berbanding lurus kuadrat dengan
bertambahnya konsentrasinya. Persamaan laju menjadi
d [ NO2 ]
-  k .[ NO2 ]2
dt

2. Data eksperimen untuk reaksi nitrogen oksida dengan bromine pada


273 K.
2NO(g) + Br2(g)  2NOBr (g)
Konsentrasi awal Laju pembentukan
Eksperimen
NO Br2 NOBr (mol L-1S-1)
1 0,10 0,10 12
2 0,10 0,20 24
3 0,10 0,30 36
4 0,20 0,10 48
5 0,30 0,10 108
Tentukan persamaan laju dan nilai k.
Jawab:
Persamaan laju r  k [ NO ]x [ Br2 ] y
Cari x dengan menentukan konsentrasi eksperimen yang tetap pada
Br2 yaitu 1 dan 4. Bandingkan perubahan konsentrasi 1 dan 4.
Konsentrasi naik dua kali, laju reaksi naik empat kali. Jadi
konsentrasi kuadrat berbanding lurus dengan laju reaksi, bererti x =
2. Untuk menentukan y cari konsentrasi NO yang konstan yaitu 1 dan
3, kemudian bandingkan kenaikan konsentrasi Br 2 pada eksperimen 1
15

dan 3 dan penambahan laju reaksi, konsentrasi naik tiga kali, laju
reaksi naik tiga kali, berarti laju berbanding lurus dengan konsentrasi
pangkat satu, jadi y = 1.
Persaman laju menjadi
r  k [ NO ]2 [ Br2 ]
3. Penguraian hidrogen peroksida dengan katalis adalah reaksi orde
satu. Tetapan laju adalah 6,2.10-4 S-1. Hitunglah berapa % H2O2 yang
terurai setelah 20 menit.
Jawab:
Dari persamaan laju reaksi orde satu yang diberikan, tetapan laju k
adalah:
2,303 a
k  x log
t (a  x)
k  6,2 x 10  4 S 1 1 menit  60 s
k  (6,2 . 10 ) x 60 menit 1
4

k  0,0371 menit 1
2,303 a
0,0371  log
20 (a  x)
a 0,0371 x 20
log   0,3222
ax 2,303
a
 2,10
ax
konsentrasi yang tertinggal
% yang tinggal  x 100%
konsentrasi awal
1
% yang tinggal  x 100%  47,62%
2,10
% H 2O2 yang terurai  ( 100  47,62 )%  52,38%
16

Latihan:
1. Reaksi penguraian HI berlangsung menurut orde kedua, jika
konsentrasi awal HI = a0, dan tetapan laju penguraian = k, Hitung
waktu paroh (t1/2) reaksi tersebut.
2. Perhatikan reaksi berikut ini; A + B  AB, Jika A dan B
dicampurkan dengan mol yang sama maka setelah 1 jam 75% A telah
bereaksi. Jika A berorde satu dan B berorde nol. Hitung tetapan laju
reaksi tersebut.
3. Waktu paroh suatu reaksi berorde satu adalah 96,25 jam, Jika
konsentrasi awal pereaksi adalah 0,10 mol L-1. Hitunglah laju awal
dalam mol L-1S-1.

Kunci:
1
1. t1 / 2 
k .a0

2. 1,39 jam
3. 2 x 10-7
17

Kegiatan Pembelajaran 2
Teori Tumbukan dan Faktor-faktor Penentu Laju Reaksi
4. Teori Tumbukan dan Faktor Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung dengan kelajuan yang lebih
cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik
molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih
banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari energi
aktivasi (Ea). Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat
mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain laju reaksi menjadi
lebih besar.
Tabel 2.1
Contoh Reaksi-Reaksi Orde Satu, Dua, dan Tiga
Orde Contoh Reaksi
0 a. Reaksi fotosintesis
b. Reaksi penguraian amonia dengan katalis wolfram.
1 a. 2 N2O5(g) → 4NO2(g) + O2(g)
b. C2H5Cl → C2H4 + HCl
c. C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
d. Hidrolisis ester
e. Reaksi hidrogenasi etilena dengan katalis nikel.
C2H4 + H2 → C2H6
f. Peluruhan zat radioaktif.
2 a. 2H2O → 2H2 + O2
b. 3KClO → KCLO3 + 2KCl
c. 2C4H6(g) → C8H12(g)
d. H2 + I2 → 2HI
3 a. 2NO + Cl2 → 2NOCl
18

b. 2NO + O2 → 2NO2
c. 2NO + 2H2 → N2 + H2O

Reaksi yang berlangsung pada suhu ruangan, ketika suhu reaksi


dinaikkan laju reaksi akan meningkat. Laju reaksi bahkan naik dua kali
setiap kenaikan 10oC suhu. Hampir sebagian besar reaksi yang terjadi
baik di labotarium maupun industri akan berlangsung lebih cepat apabila
dipanaskan (suhunya dinaikkan). Apa yang sebenarnya terjadi ketika
dilakukan peningkatan suhu pada suatu reaksi? Untuk dapat memahami
pengaruh perubahaan suhu terhadap laju reaksi, dipersyaratkan telah
memiliki pengertian mengenai prinsip dasar dari teori tumbukan dan
distribusi energi molekular Maxwell-Boltzmann pada gas.
Partikel hanya dapat bereaksi ketika antar partikel itu
bertumbukan. Jika dilakukan pemanasan suatu zat, maka partikel-
partikelnya akan bergerak lebih cepat sehingga frekwensi tumbukan akan
semakin besar. Hal ini memperbesar laju reaksi. Frekwensi dari
tumbukan dua partikel gas berbanding lurus dengan akar dari temperatur
Kelvin. Jika dilakukan peningkatan suhu dari 293 oK ke 303oK (20oC ke
30oK), maka akan terjadi peningkatan frekwensi tumbukan sebesar 1,02%
(√303/293 = 1,017). Seperti telah disebutkan di atas, kenaikan suhu 10 oC
dapat menyebabkan kenaikan laju reaksi hingga mencapai dua kali lipat
(naik 100%). Nampak bahwa efek kenaikan suhu terhadap peningkatan
frekwensi tumbukan pada laju reaksi sangat kecil, namun efek kenaikan
frekwensi tumbukan terhadap laju reaksi sangat besar. Kenaikan
frekwensi tumbukan sebesar 1,02% dapat menyebabkan kenaikan laju
reaksi hingga 100%.
Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika partikel-
partikel yang bertumbukan memiliki energi yang cukup untuk memulai
suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan untuk dapat menghasilkan
suatu reaksi disebut dengan energi aktivasi (Ea). Gambaran keadaan dari
energi aktivasi pada distribusi Maxwell-Boltzmann disajikan pada Gambar
2.1.
19

Gambar 2.1
Energi Aktivasi dan Distribusi Maxwell-Boltzmann

Pada Gambar 2.1 hanya partikel-partikel yang berada pada area


(luasan) di sebelah kanan dari energi aktivasi yang akan bereaksi ketika
partikel-partikel itu bertumbukan. Sebagian besar dari partikel tidak
memiliki energi yang cukup dan tidak menghasilkan reaksi. Untuk
memperbesar laju reaksi, maka harus ditingkatkan jumlah partikel-
partikel energik, yaitu partikel-partikel yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari energi aktivasi.
Peningkatan suhu memberi pengaruh kepada peningkatan
persentase partikel yang bertumbukan yang selanjutnya berpengaruh
kepada kenaikan laju reaksi. Jadi, pada dasarnya: (1) Kenaikan suhu
menyebabkan kecepatan rata-rata pergerakan molekul bertambah,
sehingga jumlah tumbukan per satuan waktu bertambah; (2) Kenaikan
suhu menyebabkan energi kinetik rata-rata molekul bertambah, sehingga
tumbukan rata-rata menjadi lebih keras; dan (3) Kenaikan suhu
menyebabkan persentasi molekul yang memiliki energi yang sama atau
lebih besar daripada energi aktivasi meningkat, sehingga persentasi
molekul yang dapat membentuk kompleks teraktivasi lebih banyak.
20

Kenaikan suhu menyebabkan perubahan bentuk diagram Maxwell-


Boltzmann seperti dilukiskan pada Gambar 2.2. Grafik yang berlabel T
menggambarkan distribusi Maxwell-Boltzmann pada suhu awal,
sedangkan. grafik yang berlabel T+t menggambarkan distribusi Maxwell-
Boltzmann pada suhu yang lebih tinggi.

Gambar 2.2
Distribusi Maxwell-Boltzmann pada Dua Suhu Berbeda
Jika kepada kurva-kurva pada Gambar 2.2 ditetapkan sebuah titik
posisi dari energi aktivasi, maka dapat dilihat walaupun kurva tidak
bergeser terlalu banyak terjadi peningkatan yang cukup berarti pada
jumlah pertikel-partikel energik untuk bertumbukkan dengan energi yang
cukup untuk bereaksi (lihat Gambar 2.3).
21

Gambar 2.3
Energi Aktivasi dan Distribusi Maxwell-Boltzmann pada Dua Suhu
Ingat bahwa luasan (area) di bawah kurva merupakan jumlah dari
partikel-partikel. Pada Gambar 2.3 tergambarkan bahwa luasan di bawah
kurva pada sebelah kanan energi aktivasi menjadi kurang lebih dua kali
lipat lebih luas ketika suhu dinaikkan (T+t), oleh karena itu laju reaksi
pun berlipatganda. Peningkatan suhu meningkatkan laju reaksi karena
bertambahnya jumlah partikel yang memiliki energi tumbukan aktif.
Dari berbagai hasil eksperimen menunjukkan bahwa perubahan
suhu pada suatu reaksi kimia tidak merubah hukum laju reaksi, artinya
nilai a dan b juga tidak berubah. Hal yang sama juga terjadi pada
penambahan katalis. Fakta-fakta itu akhirnya melahirkan simpulan
bahwa pengaruh perubahan suhu berlaku pada nilai konstanta laju reaksi
(k).
5. Teori Tumbukan dan Faktor Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan
tujuan untuk mempercepat laju reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat
dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang tetap
(permanen). Dengan kata lain pada akhir reaksi katalis umumnya akan
dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum
22

reaksi. Pada kasus-kasus tertentu katalis yang berinti logam berubah


spesiesnya, misalnya sebelum terlibat dalam reaksi berupa AlCl 3 dan
setelah reaksi berakhir ditemukan dalam bentuk Al(OH) 3. Pada Tabel 2.2
ditunjukkan beberapa katalis yang umumnya digunakan.
Tabel 2.2
Beberapa Contoh Katalis
Reaksi Katalis

Dekomposisi hidrogen peroxide mangan(IV)oksida, MnO2

Nitrasi benzena asam sulfat pekat


Produksi amonia dengan proses
besi
Haber
Konversi dari SO2 ke SO3 melalui
proses Kontak untuk memproduksiVanadium oxida,V2O5
asam sulfur
Hidrogenasi C=C ikatan rangkap Tembaga, Cu

Seperti halnya pada pembahasan mengenai pengaruh suhu pada


laju reaksi, pada pembahasan pengaruh katalis ini juga harus berangkat
dari asumsi bahwa telah dipahami mengenai prinsip dasar dari teori
tumbukan dan distribusi energi molekular Maxwell-Boltzmann pada gas.
Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika partikel-
partikel yang bertumbukan memiliki energi yang cukup untuk memulai
suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan partikel untuk memulai
suatu reaksi disebut energi aktivasi. Pada bagian terdahulu telah
digambarkan keadaan dari energi aktivasi pada distribusi Maxwell-
Boltzmann. Bagaimana hubungan antara katalis dan energi aktivasi?
Telah dipahami bahwa untuk meningkatkan laju reaksi harus
ditingkatkan jumlah tumbukan-tumbukan yang berhasil. Salah satu
alternatif cara untuk mewujudkan upaya itu adalah dengan menurunkan
energi aktivasi. Jika dikaitkan dengan distribusi Maxwell-Boltzmann,
maka gambaran penurunan Ea itu disajikan pada Gambar 2.4.
23

Gambar 2.4
Pergeseran Nilai Ea pada Distribusi Maxwell-Boltzmann

Penambahan katalis kepada suatu reaksi memberikan perubahaan


yang berarti pada energi aktivasi. Katalis menyediakan satu tahap atau
rute alternatif bagi reaksi. Rute alternatif ini memiliki energi aktivasi
yang rendah. Adanya katalis menyebabkan jumlah tahap reaksi
bertambah, karena katalis ikut serta di dalam suatu tahap dan terbentuk
kembali dalam salah satu tahap berikutnya.
Tanpa katalis : A + BC  AB + C
Dengan katalis : K + BC  KB + C
KB + A  AB + K
AB + BC  AB + C

Gambar 2.5 memberikan penjelasan keadaan energi dengan dan


tanpa adanya katalis.
24

Gambar 2.5
Tingkat Energi Perjalanan Reaksi Dengan Tanpa dan Adanya
Katalis
Dengan adanya katalis laju reaksi diperbesar dengan jalan
memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi. Dengan menurunnya
energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung
lebih cepat dan umumnya terjadi karena adanya tahap-tahap reaksi yang
baru. Kehadiran katalis dapat merubah laju reaksi dengan kelipatan 10
kali. Katalis yang kehadirannya dapat menurunkan laju suatu reaksi
disebut inhibitor. Dalam kaitannya dengan reaksi kesetimbangan, katalis
hanya mempengaruhi laju pencapaian kesetimbangan, bukan posisi
keseimbangan (misalnya: membalikkan reaksi).
Beberapa sifat katalis dapat dinventarisasikan sebagai berikut:
1. Katalis tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi akan
tetapi dapat mengalami perubahan fisika.
2. Katalis mempengaruhi laju reaksi tetapi tidak mempengaruhi letak
kesetimbangan.
3. Katalis umumnya hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil dan terbukti
dapat mempengaruhi sejumlah besar pereaksi.
25

4. Katalis memiliki sifat spesifik (khas), artinya suatu katalis yang


mengkatalisis suatu reaksi tertentu, belum tentu akan mengkatalisis
reaksi yang lain.
5. Adanya zat-zat lain dalam jumlah kecil dapat menaikkan atau
menurunkan efisiensi sebuah katalis.
a. Zat-zat yang menaikkan efisiensi suatu katalis disebut promotor.
b. Zat-zat yang menurunkan efisiensi suatu katalis disebut racun
katalis.
6. Bila katalis yang digunakan berada dalam wujud yang berbeda
dengan zat-zat pereaksinya, maka proses katalisanya didahului oleh
proses adsorpsi (penyerapan pada permukaan).
7. Proses autokatalisis adalah suatu reaksi di mana salah satu zat hasil
reaksi berfungsi sebagai katalis. Contoh: Reaksi oksidasi H 2C2O4 oleh
KMnO4 dalam suasana asam, laju reaksi meningkat karena adanya
Mn2+ yang terbentuk pada reaksi tersebut.

Berdasar efeknya terhadap perubahan laju reaksi, maka katalis


dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: katalis positif (katalisator) dan
katalis negatif (inhibitor). Katalis positif adalah katalis yang menaikkan
(mempercepat) laju reaksi, sedangkan katalis negatif adalah katalis yang
menurunkan laju reaksi.

Contoh Soal:
1. Tuliskan prinsip yang menghubungkan antara:
a. Luas permukaan zat yang bereaksi dan besaran laju reaksi
b. Konsentrasi dan besaran laju reaksi
c. Suhu dan besaran laju reaksi
d. Katalis dan besaran laju reaksi
Jawab:
a. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi akibat tumbukan
efektif yang terjadi antar permukaan aktif dari molekul yang
26

bereaksi. Semakin luas permukaan aktif yang bertumbukan,


semakin cepat reaksi berlangsung (laju reaksi semakin besar).
b. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi akibat tumbukan
efektif yang terjadi antar permukaan aktif dari molekul yang
bereaksi. Semakin besar konsentrasi zat dalam larutan, semakin
besar jumlah molekul yang bertumbukan. Semakin besar jumlah
molekul, semakin besar luas permukaan yang bertumbukan. Jadi,
semakin besar konsentrasi, semakin cepat reaksi berlangsung (laju
reaksi semakin besar).
c. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi akibat tumbukan
efektif yang terjadi antar permukaan aktif dari molekul yang
bereaksi. Semakin tinggi suhu, semakin cepat gerakan kinetik
molekul. Semakin cepat gerakan molekul, semakin besar peluang
untuk menghasilkan tumbukan yang efektif. Jadi, semakin tinggi
suhu, semakin cepat reaksi berlangsung (laju reaksi semakin
besar).
d. Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi akibat tumbukan
efektif yang terjadi antar permukaan aktif dari molekul yang
bereaksi. Kehadiran katalis memperbesar peluang terjadinya
pertemuan antara permukaan aktif pereaksi yang satu dengan
pereaksi yang lain. Jadi, penambahan katalis pada reaksi kimia
akan meningkatkan laju reaksi (katalis positif).
27

Latihan:
1. Diketahui suatu reaksi:
H2(g) + I2(g) → 2HI(g)
Diamati pada suhu 302oC dan 508oC. Pada suhu yang pertama
diperoleh tetapan laju 2,45 x 10-4 M-1 s-1 dan pada suhu kedua 9,5 x
10-1 M-1 s-1 hitunglah harga Ea dan A yang diperoleh.
2. Reaksi penguraian gas NO2 menjadi gas NO dan O 2 diamati
dengan cara mengukur tekanan total (pt) pada berbagai waktu.
Pada saat awal reaksi hanya ada gas NO2. Data pengamatan yang
diperoleh disusun dalam Tabel berikut:

t (menit) 0 12 36 84
tekanan total (atm) 2,000 2,500 2,750 2,875

Pertanyaan:
e. Tuliskan reaksi penguraian gas NO2 tersebut
f. Berapa tekanan awal (po) gas NO2?
g. Bila tekanan gas NO pada saat t dianggap sebagai q atm, maka
turunkan persaman yang menyatakan hubungan p total (p t )
terhadap q
h. Tuliskan hubungan tekanan gas NO2 sisa pada saat t terhadap
tekanan gas total
i. Hitung tekanan gas NO2 sisa setelah 12 menit, 36 menit dan 84
menit.
j. Dari perhitungan tersebut, tentukan orde reaksi penguraian gas
NO2, dan berikan penjelasannya.
k. Tentukan persamaan laju reaksi penguraian tersebut
l. Hitung nilai tetapan laju (k) reaksi penguraian tersebut.
28

Kunci:
1. Harga Ea = 35,8 kkal/mol dan harga A = 9,8 x 109
2. Diperoleh:
a. 2NO2 2NO + O2
b. 2,000 atm
c. pt = po + 0,5q
d. Tekanan gas NO2 sisa pada saat t = po–q = po– (2 pt –2 po )= 3po–2pt
e. Tekanan gas NO2 sisa setelah 12 menit = 3(2)-2(2,5) = 1 atm;
Tekanan gas NO2 sisa setelah 36 menit = 3(2)-2(2,75) = 0,5 atm;
Tekanan gas NO2 sisa setelah 84 menit = 3(2)-2(2,875) = 0,25 atm
f. Orde reaksi = dua ; karena waktu paruh : 1. t1/2 = 12 menit; 2.
t1/2(36-12) = 24 menit; 3. t1/2 (84-36) = 48 menit.
g. r = k [NO2]2
h. k = 1/t1/2 x pNO2 = 1/12 x 2 = 1/24 atm-1 menit-1
29

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Brady, James E. 1990. General Chemistry: Principles and Structure. Fifth
Edition. New York: John Wiley and Son.
Tim Kimia Dasar, 2008. Buku Kimia Dasar: Kinetika Reaksi. Surabaya:
Unesa University Press.
Wilkinson, F. 1980. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New
York: Van Nostrand Reinhold Company.

Anda mungkin juga menyukai