Anda di halaman 1dari 15

KETATANEGARAAN MASA BANI ABBASIYAH

Abasiah Awal dan Perkembangan Peradabannya


Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah
melanjutkan kekuasaan Bani umaiyah. Dinamakan khilafah
abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M) sampai
656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
social dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan
bani Abbas menjadi lima periode.1

Dinasti Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan


menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Terdapat beberapa
faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti ini. Di
antaranya adalah meningkatnya kekecewaan kelompok Mawalli
terhadap dinasti Bani Umayyah, pecahnya persatuan antar suku
bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan
keinginan mereka memiliki pemimpin kharismatik.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008, hal. 49.

1
Kelompok Walli adalah orang-orang non-Arab yang telah
memeluk agama Islam diperlakukan sebagai masyarakat kelas
dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas bangsawan.
Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam
kehidupan social bahkan para penguasa Arab selalu
memperlihatkan sikap permusuhan terhadap mereka.2

Kejayaan dan Peradaban Bani Abbasiyah

a. Bidang Sosial dan Budaya

Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani


Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah
banyak memberikan sumbangan positif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa,
terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar
memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang
lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya. Di
antara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah
terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat.
Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa
dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan
peradaban Islam pada masa ini. Karena dengan ilmu

2
K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern, Jakarta, 2000, hal 231

2
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat
dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial
budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi
kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan
lainnya.

Di antara kemajuan ilmu pengetahuan sosial


budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasti Abbasiyah
adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan
istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni
asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan
kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan
Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti
pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni
musik. Pada mas inilah lahir seorang sastrawan dan
budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah,
Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya.
Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga
kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh
terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga
masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin
Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-
lainnya. Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga
kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal
pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan
oleh para khalifah untuk mengembangakan dan

3
memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari
tingkat dasar hingga tingakat tinggi.

b. Bidang Politik dan militer

Di antara perbedaan karakteristik yang sangat


mancolok anatara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah
dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani
Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu
pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara
pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan
diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal
sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun
begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan
tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk
itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui
sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran. Agar
semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan
baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk
departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut
diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua
yang berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan
keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas
kenyataan polotik militer bahwa pada masa pemertintahan

4
Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi pemebrontakan dan
bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan dinasti Abbasiyah.

c. Bidang Ilmu Pengetahuan

Keberhasilan umat Islam pada masa pemerintahan


Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan sains dan peradaban Islam secara
menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik
pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non
Arab (Mawali), yang memiliki tradisi intelektual dan
budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan
mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau
finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai
kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan
yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat
sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa
dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa
harum dinasyi ini. Dengan demikian, banyak bermunculan
banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti
Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al
Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby,
(258-339 H/870-950 M) dan lain-lain. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang

5
ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya.
Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal
yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq
(w. 152 H/768 M).

d. Bidang Ilmu Agama

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang


berlangsung lebih kurang lima abad (750-1258 M), dicatat
sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang
ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para ulama dan
pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan
moral, material dan finansia, kepada para ulama.
Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para
ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat
motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha keras
untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan
dan perdaban Islam. Dianata ilmu pengetahuan agama
Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist,
ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.

Kemunduran Abbasiyah dan Kondisi Peradabannya

Cara untuk mencermati sebab hancurnya kekuasaan


dinasti Abbasiyah haruslah diteliti dari sikap dan kebijakan para
khalifahnya. Bahwa mayoritas Khalifah Abbasiyah periode akhir

6
lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan
kewajiban mereka terhadap negara. Mereka menjalani kehidupan
dengan bermegah-megahan dan bermewah-mewahan. Sekalipun
terkadang mereka mengatasi kondisi politik dalam negeri yang
kritis, namun mereka lebih memusatkan perhatian dan waktunya
dengan minuman keras, wanita dan musik. Bahkan mereka
kehilangan semangat perjuangan menegakkan kekuasaanya takala
datang sebuah pihak asing dengan menumpahkan darah rakyat.
Supremasi bangsa Turki pada periode akhir Abbasiyah juga turut
menyebabkan jatuhnya dinasti Abbasiyah. Bahwa sepeninggalnya
khalifah Mutawakkil pengaruh kjekuatan Turki berkembang
semakin kuat bahkan khalifah pengganti Mutawakkil tidak
mampu menekannya. Akibatnya kelompok Arab dan Persia
menaruh kecemburuan atas ketinggian poisisi mereka.
Sikap para khalifah yang mengabaikan urusan kemiliteran turut
mendukung kemunduran dinasti ini. Bahwa kelangsungan dan
stabilitas suatu imperium sangat bergantung pada kekuatan
militer. Dikarenakan tidak adanya program ekspansi pada periode
ini, para khalifah tidak menaruh perhatian terhadap urusan militer
ini.

Hubungan antar wilayah provinsi dengan pemerintah


pusat di Bagdad semakin m erenggang. Dalam beberapa kasus
para gubernur berusaha melepaskan diri dari ikatan pemerintah
pusat dan menyatakan kemerdekaan wilkayah masing-masing.
Kondisi ini mengganggiu stabilitas imperium Abbasiyah dan
mempersulit pemerintahan pusat.

7
Permusuhan antar suku merupakan salah satu sebab
lainnya. Permusuhan antara kelompok Arab dengan non-Arab,
antara kelompok muslim dengan non muslim semakin
mendegang pada masa ini. Kelompok Persia yang lebih
diuntungkan dalam pemerintahanb Abbasiyah memandang remeh
terhadap kelompok Arab sedang kelompok Arab juga
memandang remeh kelompok Persia dan lainnnya. Sementara itu
pihak khalifah tidak menyatukan mereka dalam sutau ikatan
persatuan.
Factor lainnya adalah dalam segi ekonomi. Bahwa pendapatan
utam negara adalah dari hasil pajak. Timbulnya berbagai
kerusuhan dan pemberontakkan yang mengganggu perekonomian
rakyat, semakin sempitnya wilayah kekuasaan negara, gerakan
penglepasan wilayah dan timbulnya dinasti-dinasti yang merdeka
semua ini merupakan penyebab kemerosotan ekonomi.
Selain sebab internal, juga adanya sebab dari eksternal. Taitu
penyerangan Hulagu Khan yang menghancurleburkan kota
Bagdad. Ia membunuh khalifah terakhir Abbasiyah dan
membantai keluarga istana. Hancurnya Bagdad oleh Hulagu
Khan menandai berakhirnya kekuasaan Bani Abbasiyah. Inilah
pertama kali dalam sejarah Islam dimana umat muslim hidup
tanpa seorang khalifah.3

3
K. Ali, Op. Cit., hal. 289-291.

8
Kebijakan terpenting yang dilakukan khalifah Dinasti
Bani Abbas yaitu al-Manshur adalah memindahkan ibu kota
kerajaan ke Baghdad pada tahun 762 M. Ada beberapa hal
penting yang dilakukan oleh khalifah-khalifah Bani Abbas
dalam menjalankan pemerintahan.
Bani Abbas mengembangkan sistem pemerintahan
dengan mengacu pada empat aspek, yaitu aspek khilafah,
aspek wizarah (salah satu aspek dalam kenegaraan yang
membantu tugas-tugas kepala negara), aspek hijabah
(pengawal), dan aspek kitabah (sekretaris).
Selain empat aspek tersebut di atas, untuk urusan
daerah (propinsi), khalifah Bani Abbas mengangkat kepala
daerah (amir) sebgai pembantu mereka. Ketika khalifah masih
kuat, sistem pemerintahan ini bersifat sentralistik. Namun
setelah kekuasaan pusat lemah, masing-masing amir berrkuasa
penuh mengatur pemerintahannya sendiri. Hingga akhirnya
banyak daerah yang melepaskan diri dari kekuasaan pusat. N
menjadi dua belas propinsi.
Seperti halnya masa Bani Umayah, kekuasaan
yudikatif dibagi kepada bidang hisbah, al-qadha’ dan al-
Mazalim. Tugas dan kewenangan mereka juga tidak berbeda
dengan masa yang sebelumnnya namun selain tiga bidang
tersebut, Bani Abbas juga membentuk peradilan militer.
Dalam perekonomian, sumber pendapatan terbesar
negara berasal dari pajak negara. Selain pajak, sumber devisa
negara lainnya adalah pada pertanian, perdagangan dan
industri.

9
Setelah mengalami kemajuan tersebut, lambat laun
pemerintah Bani Abbas pun mengalami kemunduran dan
kelemahan, hingga akhirnya pada tahun 1258 M, Daulat ini
hancur diserang oleh tentara Mongol di bawah pimpinan
Hulaghu Khan.
Keruntuhan kekuasaan Bani Abbasiyah mulai terlihat
sejak awal kesembilan. Fenomena ini muncul bersamaan
dengan datangnya pemimpin yang memiliki kekuatan militer
di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka kuat
dan benar-benar independen. Sebab, kekuasaan militer
Abbasiyah pada saat itu mulai mengalami kemunduran dan
sebagai pengganti, para penguasa Abbasiyah
mempekerjakan orang-orang professional di bidang
kemiliteran, khususnya tentara Turki. Pengangkatan
anggota militer Turki ini, dalam perkembangan
selanjutnya ternyata ternyata menjadi ancaman besar
terhadap kekuasaan khalifah.
Ada peristiwa sangat penting pada masa
kekhalifahan Bani Abbasiyah, yaitu kontak pertama
antara kebudayaan Islam dan Yunani (Barat), yang
menjadikan Islam bangkitdan lebih tinggi dari komunitas-
komunitas lain di dunia. Pada periode pertama pemerintahan
dinasti abbasiyah, sudah muncul fanatis kebangsaan berupa
gerakan syu’ubiyah (kebangsaan/anti Arab). Gerakan
inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan
politik dan persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para
khalifah Abbasiyah tidak sadar akan bahaya politik dari

10
fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu.
Fanatisme ini, berkembang dalam hampir semua aspek
kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya -
karya ilmiah, tetapi penguasa Abbasiyah tidak
bersungguh-sungguh menghabiskan fanatic tersebut,
sehingga ada diantara mereka justru melibatkan diri
dalam konflik kebangsaan dan keagamaan.
Faktor-faktor penting lain yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbasiyah pada periode ini, sehingga
banyak daerah memerdekan diri adalah :
a. luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah,
sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling
percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintah sangat rendah.
b. dengan profesinalisme militer,ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi.
c. Keuangan negara sangatsulit, karena biaya
yang dikeluarkan untuk militer bayaran
sangat besar. Maka Pada saat kekuatan militer
menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.
Faktor lain yang menyebabkan peran politik
Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan. Hal inisebenarnya juga terjadi pada
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.

11
Membiarkan jabatan tetap dipegang oleh Bani
Abbas, karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan
keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat
lagi, sedangkankekusaan dapat didirikan di pusat
maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan
dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka.
Dan kemudian di Afrika Utara muncul tiga
daulah besar, yaitu Daulah Murabbitun, yang
sesudah abad XII M mengembangkan Islam salaf
dan memegang peran penting dalam
mempersatukan bangsa Barbar. Kedua adalah
daulah Muwahhidun yang lahir dari sebuah
gerakan keagamaan yang muncul akibat
ketidakpuasan terhadap Murabbitun. Sedangkan
daulah Fathimiyyah merupakan cabang dari Syi’ah
Islamiyah dan menolak kekuasaan Bani Abbasiyah. Dan
Dinasti Mamluk di Mesir membawa warna baru dalam
sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini
bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat
ketika Qalawun (1280-1290) menerapkan pergantian
Sultan secara turun menurun. S i s t e m pemerintahan
oligarki ini banyak membawa kemajuan di Mesir.
Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam berbagai bidang,
seperti konsolidasi pemerintahan perekonomian dan ilmu
pengetahuan. Dan mengalami kehancuran karena faktor-
faktor internal.Daulah bani Abbas adalah sebuah negara
yang melanjutkan kekuasaan daulat bani

12
Umayyah. Dinamakan daulat Bani Abbas karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al
Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini
adalah Abdullah al Saffah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin al Abbas. Kekuasaan berlangsung dalam
waktu rantang yang panjang, dari tahun 132 – 656 H/ 750-
1258 M.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M),
disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua ( 232 H/847 M – 334 H/945 M ),
disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga ( 334 H/945 M- 447 H- 1055 M ), masa
kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan
khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat ( 447 H/1055 M- 590 H/1194 M ),
masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan khalifah abbasiyah, biasanya disebut
juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima ( 590 H/1194 M- 656 H/1258 M ),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

13
Pada periode pertama, pemerintahan bani abbas
mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah
betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan imu pengetahuan dalam Islam.
Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan bani
Abbas mulai menurun dalan bidang politik, meskipn
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Masa pemerintahan Abu Al Abbas, pendiri dinasti


ini, sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu
pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu
Ja’far Al Mansur ( 754-775 M). Puncak keemasan dari
dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu
Al Mahdi ( 775-785 M), Al Hadi ( 775- 786 M), Harun Al
rasyid ( 786-809 M ), Al Ma’mun ( 813- 833 M), Al
Mu’tashim ( 833-842 M ), Al Wasiq ( 842-847 M ), dan
Al Mutawakkil ( 847-861 M ).

Perbedaan antara daulat Umayyah dan daulah Abbasiyah :

1. Umayyah masih mempertahankan dan mengagungkan


keAraban murni, baik khalifah atau pegawai dan
rakyatnya. Abbasiyah tidak seketat itu lagi, hanya
khalifah yang dari arab sehingga istilah mawali lenyap,

14
bahkan para menteri, gubernur, panglima dan pegawai
diangkat dari mawali, terutama keturunan Persia.
2. Ibu kota Umayyah, Damaskus bercorak adat jahiliyah
yang ditaburi oleh kemegahan Byzantium dan Persia.
Sedangkan ibu kota Abbasiyah, Bagdad sudah bercelup
Persia secara keseluruhan dan dijadikan kota
internasional.
3. Umayyah bukan keluarga nabi, sedangkan Abbasiyah
mendasarkan kekhalifahan pada keluarga nabi (Abbas
adalah paman Nabi.
4. Kebudayaan Umayyah masih bercorak Arab jahiliyah
dengan kemegahan bersyair dan berkisah. Sedangkan
kebudayaan Abbasiyah membuka pintu terhadap semua
kebudayaan Abbasiyah membuka pintu terhadap semua
kebudayaan yang maju sehingga berasimilasilah
kebudayaan Arab, persia, Yunani dan Hindu.
5. Khalifah Umayyah gemar kepada syair dan kasidah
sedangkan khalifah Abbasiyah gemar ilmu pengetahuan.

15

Anda mungkin juga menyukai