1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008, hal. 49.
1
Kelompok Walli adalah orang-orang non-Arab yang telah
memeluk agama Islam diperlakukan sebagai masyarakat kelas
dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas bangsawan.
Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam
kehidupan social bahkan para penguasa Arab selalu
memperlihatkan sikap permusuhan terhadap mereka.2
2
K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern, Jakarta, 2000, hal 231
2
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat
dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial
budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi
kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan
lainnya.
3
memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari
tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
4
Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi pemebrontakan dan
bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan dinasti Abbasiyah.
5
ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya.
Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal
yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq
(w. 152 H/768 M).
6
lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan
kewajiban mereka terhadap negara. Mereka menjalani kehidupan
dengan bermegah-megahan dan bermewah-mewahan. Sekalipun
terkadang mereka mengatasi kondisi politik dalam negeri yang
kritis, namun mereka lebih memusatkan perhatian dan waktunya
dengan minuman keras, wanita dan musik. Bahkan mereka
kehilangan semangat perjuangan menegakkan kekuasaanya takala
datang sebuah pihak asing dengan menumpahkan darah rakyat.
Supremasi bangsa Turki pada periode akhir Abbasiyah juga turut
menyebabkan jatuhnya dinasti Abbasiyah. Bahwa sepeninggalnya
khalifah Mutawakkil pengaruh kjekuatan Turki berkembang
semakin kuat bahkan khalifah pengganti Mutawakkil tidak
mampu menekannya. Akibatnya kelompok Arab dan Persia
menaruh kecemburuan atas ketinggian poisisi mereka.
Sikap para khalifah yang mengabaikan urusan kemiliteran turut
mendukung kemunduran dinasti ini. Bahwa kelangsungan dan
stabilitas suatu imperium sangat bergantung pada kekuatan
militer. Dikarenakan tidak adanya program ekspansi pada periode
ini, para khalifah tidak menaruh perhatian terhadap urusan militer
ini.
7
Permusuhan antar suku merupakan salah satu sebab
lainnya. Permusuhan antara kelompok Arab dengan non-Arab,
antara kelompok muslim dengan non muslim semakin
mendegang pada masa ini. Kelompok Persia yang lebih
diuntungkan dalam pemerintahanb Abbasiyah memandang remeh
terhadap kelompok Arab sedang kelompok Arab juga
memandang remeh kelompok Persia dan lainnnya. Sementara itu
pihak khalifah tidak menyatukan mereka dalam sutau ikatan
persatuan.
Factor lainnya adalah dalam segi ekonomi. Bahwa pendapatan
utam negara adalah dari hasil pajak. Timbulnya berbagai
kerusuhan dan pemberontakkan yang mengganggu perekonomian
rakyat, semakin sempitnya wilayah kekuasaan negara, gerakan
penglepasan wilayah dan timbulnya dinasti-dinasti yang merdeka
semua ini merupakan penyebab kemerosotan ekonomi.
Selain sebab internal, juga adanya sebab dari eksternal. Taitu
penyerangan Hulagu Khan yang menghancurleburkan kota
Bagdad. Ia membunuh khalifah terakhir Abbasiyah dan
membantai keluarga istana. Hancurnya Bagdad oleh Hulagu
Khan menandai berakhirnya kekuasaan Bani Abbasiyah. Inilah
pertama kali dalam sejarah Islam dimana umat muslim hidup
tanpa seorang khalifah.3
3
K. Ali, Op. Cit., hal. 289-291.
8
Kebijakan terpenting yang dilakukan khalifah Dinasti
Bani Abbas yaitu al-Manshur adalah memindahkan ibu kota
kerajaan ke Baghdad pada tahun 762 M. Ada beberapa hal
penting yang dilakukan oleh khalifah-khalifah Bani Abbas
dalam menjalankan pemerintahan.
Bani Abbas mengembangkan sistem pemerintahan
dengan mengacu pada empat aspek, yaitu aspek khilafah,
aspek wizarah (salah satu aspek dalam kenegaraan yang
membantu tugas-tugas kepala negara), aspek hijabah
(pengawal), dan aspek kitabah (sekretaris).
Selain empat aspek tersebut di atas, untuk urusan
daerah (propinsi), khalifah Bani Abbas mengangkat kepala
daerah (amir) sebgai pembantu mereka. Ketika khalifah masih
kuat, sistem pemerintahan ini bersifat sentralistik. Namun
setelah kekuasaan pusat lemah, masing-masing amir berrkuasa
penuh mengatur pemerintahannya sendiri. Hingga akhirnya
banyak daerah yang melepaskan diri dari kekuasaan pusat. N
menjadi dua belas propinsi.
Seperti halnya masa Bani Umayah, kekuasaan
yudikatif dibagi kepada bidang hisbah, al-qadha’ dan al-
Mazalim. Tugas dan kewenangan mereka juga tidak berbeda
dengan masa yang sebelumnnya namun selain tiga bidang
tersebut, Bani Abbas juga membentuk peradilan militer.
Dalam perekonomian, sumber pendapatan terbesar
negara berasal dari pajak negara. Selain pajak, sumber devisa
negara lainnya adalah pada pertanian, perdagangan dan
industri.
9
Setelah mengalami kemajuan tersebut, lambat laun
pemerintah Bani Abbas pun mengalami kemunduran dan
kelemahan, hingga akhirnya pada tahun 1258 M, Daulat ini
hancur diserang oleh tentara Mongol di bawah pimpinan
Hulaghu Khan.
Keruntuhan kekuasaan Bani Abbasiyah mulai terlihat
sejak awal kesembilan. Fenomena ini muncul bersamaan
dengan datangnya pemimpin yang memiliki kekuatan militer
di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka kuat
dan benar-benar independen. Sebab, kekuasaan militer
Abbasiyah pada saat itu mulai mengalami kemunduran dan
sebagai pengganti, para penguasa Abbasiyah
mempekerjakan orang-orang professional di bidang
kemiliteran, khususnya tentara Turki. Pengangkatan
anggota militer Turki ini, dalam perkembangan
selanjutnya ternyata ternyata menjadi ancaman besar
terhadap kekuasaan khalifah.
Ada peristiwa sangat penting pada masa
kekhalifahan Bani Abbasiyah, yaitu kontak pertama
antara kebudayaan Islam dan Yunani (Barat), yang
menjadikan Islam bangkitdan lebih tinggi dari komunitas-
komunitas lain di dunia. Pada periode pertama pemerintahan
dinasti abbasiyah, sudah muncul fanatis kebangsaan berupa
gerakan syu’ubiyah (kebangsaan/anti Arab). Gerakan
inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan
politik dan persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para
khalifah Abbasiyah tidak sadar akan bahaya politik dari
10
fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu.
Fanatisme ini, berkembang dalam hampir semua aspek
kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya -
karya ilmiah, tetapi penguasa Abbasiyah tidak
bersungguh-sungguh menghabiskan fanatic tersebut,
sehingga ada diantara mereka justru melibatkan diri
dalam konflik kebangsaan dan keagamaan.
Faktor-faktor penting lain yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbasiyah pada periode ini, sehingga
banyak daerah memerdekan diri adalah :
a. luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah,
sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling
percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintah sangat rendah.
b. dengan profesinalisme militer,ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi.
c. Keuangan negara sangatsulit, karena biaya
yang dikeluarkan untuk militer bayaran
sangat besar. Maka Pada saat kekuatan militer
menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.
Faktor lain yang menyebabkan peran politik
Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan. Hal inisebenarnya juga terjadi pada
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
11
Membiarkan jabatan tetap dipegang oleh Bani
Abbas, karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan
keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat
lagi, sedangkankekusaan dapat didirikan di pusat
maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan
dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka.
Dan kemudian di Afrika Utara muncul tiga
daulah besar, yaitu Daulah Murabbitun, yang
sesudah abad XII M mengembangkan Islam salaf
dan memegang peran penting dalam
mempersatukan bangsa Barbar. Kedua adalah
daulah Muwahhidun yang lahir dari sebuah
gerakan keagamaan yang muncul akibat
ketidakpuasan terhadap Murabbitun. Sedangkan
daulah Fathimiyyah merupakan cabang dari Syi’ah
Islamiyah dan menolak kekuasaan Bani Abbasiyah. Dan
Dinasti Mamluk di Mesir membawa warna baru dalam
sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini
bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat
ketika Qalawun (1280-1290) menerapkan pergantian
Sultan secara turun menurun. S i s t e m pemerintahan
oligarki ini banyak membawa kemajuan di Mesir.
Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam berbagai bidang,
seperti konsolidasi pemerintahan perekonomian dan ilmu
pengetahuan. Dan mengalami kehancuran karena faktor-
faktor internal.Daulah bani Abbas adalah sebuah negara
yang melanjutkan kekuasaan daulat bani
12
Umayyah. Dinamakan daulat Bani Abbas karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al
Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini
adalah Abdullah al Saffah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin al Abbas. Kekuasaan berlangsung dalam
waktu rantang yang panjang, dari tahun 132 – 656 H/ 750-
1258 M.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M),
disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua ( 232 H/847 M – 334 H/945 M ),
disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga ( 334 H/945 M- 447 H- 1055 M ), masa
kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan
khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat ( 447 H/1055 M- 590 H/1194 M ),
masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan khalifah abbasiyah, biasanya disebut
juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima ( 590 H/1194 M- 656 H/1258 M ),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
13
Pada periode pertama, pemerintahan bani abbas
mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah
betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan imu pengetahuan dalam Islam.
Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan bani
Abbas mulai menurun dalan bidang politik, meskipn
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
14
bahkan para menteri, gubernur, panglima dan pegawai
diangkat dari mawali, terutama keturunan Persia.
2. Ibu kota Umayyah, Damaskus bercorak adat jahiliyah
yang ditaburi oleh kemegahan Byzantium dan Persia.
Sedangkan ibu kota Abbasiyah, Bagdad sudah bercelup
Persia secara keseluruhan dan dijadikan kota
internasional.
3. Umayyah bukan keluarga nabi, sedangkan Abbasiyah
mendasarkan kekhalifahan pada keluarga nabi (Abbas
adalah paman Nabi.
4. Kebudayaan Umayyah masih bercorak Arab jahiliyah
dengan kemegahan bersyair dan berkisah. Sedangkan
kebudayaan Abbasiyah membuka pintu terhadap semua
kebudayaan Abbasiyah membuka pintu terhadap semua
kebudayaan yang maju sehingga berasimilasilah
kebudayaan Arab, persia, Yunani dan Hindu.
5. Khalifah Umayyah gemar kepada syair dan kasidah
sedangkan khalifah Abbasiyah gemar ilmu pengetahuan.
15