Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan
makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan
manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi
produksi daging. Berdasarkan permintaan konsumen, sampai saat ini babi
tipe lemak menjadi tidak populer lagi. Masyarakat mulai mengalihkan
perhatian kepada babi tipe daging, oleh sebab itu peternak mengalihkan
perhatian kepada babi tipe daging (meat type).
Dewasa ini bangsa–bangsa babi telah dikelompokkan menjadi
beberapa tipe. Tipe yang umum dikenal ada 3 yaitu babi tipe lemak (lard
type), tipe daging (meat type atau pork type) dan tipe sedang (bacon
type). Bangsa babi yang ada di Indonesia umumnya cenderung kearah
tipe lemak. Ciri–ciri babi tipe lemak adalah ukuran tubuh berlebihan cepat
atau mudah menjadi gemuk, ukuran babi pendek dan kemampuan dalam
membentuk lemak cukup tinggi. Babi yang tergolong tipe daging antara
lain Hampshire, Polland China, Duroc, dan yang tergolong tipe sedang
adalah Yorkshire, Tamworth dan Landrace.
Bagsa babi di Indonesia, belum dapat dikelompokkan ke dalam
salah satu tipe yang dikehendaki oleh konsumen. Jadi tipe babi Indonesia
memiliki sifat yang masih campuran, tetapi ada tendensi mengarah
kepada babi tipe lemak. Babi memiliki sifat prolifik, yakni banyak anak
dalam satu kali kelahiran. Jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 8-
14 ekor dalam satu kelahiran dengan rata–rata 2 kali kelahiran per tahun.
Babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan
mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang
digunakan juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan
dengan periode masa pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit,
pemberian pakan, perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu,
2

manajamen pemeliharaan sangat menentukan kuantitas maupun kualitas


babi yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Praktikum manajemen ternak babi bertujuan agar mahasiswa
mengetahui manajemen pemeliharaan babi secara detail pada
perusahaan peternakan. Di samping itu, dengan praktikum ini diharapkan
mahasiswa dapat memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai
kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan pada usaha pemeliharaan
ternak potong, sehingga membuka wawasan berwirausaha dikemudian
hari.
3

BAB II
MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi
Peralatan yang disiapkan adalah jas almamater, sepatu kandang,
buku praktikum, alat tulis, kalkulator, dan kartu praktikum. Materi terdiri
dari ternak babi di perusahaan ternak babi yang dipelihara pada
peternakan rakyat.
2.2 Cara Kerja
Praktikan berkumpul di lokasi 15 menit sebelum praktikum dimulai

Menyerahkan kartu praktikum

Melakukan wawancara dengan petugas pemilik/anak kandang

Mencatat monografi desa setempat

Mengukur dan menghitung statistik vital ternak babi, kandang dan bagian-
bagiannya

Mencatat semua informasi dalam buku diktat laporan

Buku diktat laporan praktikum dikumpulkan untuk diberi penilaian


4

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Identitas Peternak (Responden)
1. Nama peternak : Bapak Aris Gunadi umur 75th
2. Alamat Peternakan : Ds Kalikidang,Sokaraja, Banyumas
3. Jumlah Keluarga : 4 orang anak
4. Pendidikan : PT
5. Pekerjaan : Wirausaha rumah makan
6. Jumlah Anggota Keluarga yang terlibat beternak : 2 orang anak
7. Jenis usaha peternak :kombinasi pembibitan dan penggemukan
8. Populasi ternak babi yang dipelihara
Tabel 1 Populasi ternak babi yang dipelihara
Jenis / Klasifikasi ternak Jumlah Kematian Sebab-sebab
bangsa (ekor) (%) kematian
babi
Duroc, Boar/ pejantan 5 - -
Duroc Babi bunting 40 - -
Duroc Babi 20/160 -
beranak/menyusui
Duroc Babi umur 1-2 45 1% Suhu udara,
bulan(starter) tertindih induk
Duroc Babi umur > 2-5 138 - -
bulan(grower)
Duroc Babi dewasa 42 - -
(finisher)
Duroc Babi induk kering 6 - -
(sedang tidak
mengasuh anak)

3.1.2 Manajemen Pemilihan Bibit Ternak Babi


1. Asal bibit : pejantan dibeli dari Solo umur 4 bulan, betina keturunan
sendiri
5

2. Alasan :jenis bagus-bagus


3. Peternak menyeleksi sendiri dalam pengadaan bibit sebagai
pengganti induk / jantan
Alasan :dilihat dari tubuh,kondisi tubuh, kaki, body, ketahanan
tubuh, puting diambil yang paling banyak / seksi induk, pejantan
baik
Syarat-syarat seleksi :performa tubuh baik
4. Umur bibit : 11bulan-1 tahun(betina) 1-1,5 tahun (jantan)
Bakalan digemukan :2,5 bulan/tahun,1,5-2 starter, 2,5-4 grower.
3.1.3 Manajemen Pemberian Pakan
1. Bahan pakan yang digunakan
2. Tabel 2. Bahan pakan yang diberikan pada babi
Jenis bahan Kuantum (kg) Harga per Kg Biaya pakan
pakan (Rp) (Rp)
Bekatul 5000 2500 12500000
Tepung jagung 3800 3750 14250000
Konsentrat 220 7500 1650000
Pollard 200 2200 220000
Mineral 52 1000 32000
Roti bs(roti afkir) 125 2000 250000
Total 28902000

3. Jumlah pakan, bentuk dan cara pemberian pakan yang diberikan tiap
hari :
Tabel 3 Pakan, bentuk dan cara pemberian pakan yang diberikan pada
babi
N Klasifikasi Kuantum Bentuk pakan Cara penyajian
pakan
o ternak (basah/kering) (tempat
(kg/ekor/hr
pakan/ditumpahkan
)
1 Boar/ 3 Kering Tempat pakan
pejantan
2 Induk 3 Kering Tempat pakan
bunting
3 Induk 4 Kering Tempat pakan
beranak /
menyusui
6

4 Babi 0,6 Kering Tempat pakan


starter
5 Babi 1 Kering Tempat pakan
grower
6 Babi 2 Kering Tempat pakan
finisher
7 Induk 4 Kering Tempat pakan
kering

3.1.4 Manajemen Perkawinan


1) Sistem perkawinan :alami
2) Umur babi pertama dikawinkan : babi jantan :14 bulan, Babi betina :11-
12 bulan
3) Performa babi induk beranak / menyusui :
Tabel 4 . Performa babi induk/menyusui
4. Kasus Kematian Utama anak Babi selama diasuh induk
Induk Kelahiran Litter Anak Anak Anak Presentase Berat Berat
Ke- size jantan Betin kematian lahir sapih
mati
(ekor (ekor) a (%) (kg) (Kg)
) (ekor) (ekor)
1 3 11 5 6 1 1 1-1,5 10-12
2 - - - - - - - -
3 - - - - - - - -
4 - - - - - - - -
5 - - - - - - -
6 - - - - - - - -
Total 3 11 5 6 1 1 1,5 22
Rataan 3 11 5 6 1 1 1,75 11

Tabel 5 Kasus Kematian Anak Babi


Kasus kematian Jumlah (ekor) Presentase (%)
Litter size 1 1
Mati lahir 1 1
Mati ditindihi induk
Mati dimakan induk 1 1
Mencret / diare
Kedinginan 1 1
Mati sesak nafas - -
/anemia
Jumlah 4 4
7

5. Manajemen Pemeliharaan Fase Starter


Tabel 6 Manajemen Pemeliharan Babi Starter
Jenis perlakuan Dilaksanakan Apabila ya, pada Apabila tidak
apa tidak umur berapa apa alasannya
(ya/tidak) dilakukan
Potong tali pusar Ya Setelah lahir
Identifikasi Tidak - -
Pencegahan Ya 2hari setelah Mencegah
anemia anemia, nak
lahir
babi kurang Hb
Potong taring Ya 1 hari Menghindari
kanibalisme
Potong ekor Ya 1 hari Menghindari
kanibalisme
Kastrasi/ Ya 25 hari Reproduksi
Ovariektroni
Vaksinasi Ya 1 hari Pencegahan
penyakit

3.2 Pembahasan
Praktikum manajemen ternak potong dilaksanakan di peternakan
babi milik Bapak Aris Gunadi yang beralamat di desa Kalikidang,
Sokaraja. Lokasi peternakan babi milik Pak Gunadi tidak cukup jauh dari
pemukiman penduduk, dan dekat dengan persawahan. Peternakan babi
tersebut termasuk dalam usaha pembibitan dan penggemukan. Babi yang
dipelihara yaitu bangsa babi Duroc. Populasi babi yang dipelihara di
peternakan babi yang dikunjungi yaitu berjumlah 658 ekor. Babi yang
dipelihara terdiri atas babi boar (pejantan), babi bunting, babi
beranak/menyusui, babi starter, grower, finisher dan babi induk kering
sedang mortalitas babi yaitu pada periode setelah dilahirkan, yang
dipengaruhi oleh suhu udara dan karena tertindih induk.
Babi adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan karena
mampu menghasilkan anak dalam jumlah banyak pada setiap kali
beranak, sehingga jumlah anak sapihan maupun babi potong dapat dijual
8

lebih banyak dibandingkan ternak mamalia lainnya. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan jumlah anak per induk per kelahiran (litter size) yang tinggi
sampai disapih, perlu perhatian mengenai waktu pengawinan yang tepat
(alami maupun IB), usaha menurunkan mortalitas, memperhatikan umur
penyapihan, waktu sapih kebunting kembali, dan paritas induk (Ligaya et
al., 2007).
Babi memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan
diantaranya adalah siklus reproduksinya yang relatif pendek, banyak anak
dalam satu kelahiran, tingkat pertumbuhan cepat, efisien dalam
penggunaan ransum, dan dapat memanfaatkan sisa makanan yang tidak
lagi digunakan oleh manusia (Sihombing, 2006). Peternakan babi
membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk menghasilkan
hasil yang baik pula. Manajemen yang diterapkan di peternakan babi milik
Pak Gunadi terdiri dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan,
perkawinan, pemeliharaan serta perkandangan.
3.2.1 Manajemen Pemilihan Bibit
Bibit/bakaln yang dipelihara di peternakan babi Pak Gunadi awal
mulanya didatangkan dari daerah Solo dan Semarang. Pejantan yang
dibeli umur 4 bulan sedangkan betinanya berasal dari keturunan sendiri.
Bibit yang dipilih yaitu bibit yang mempunyai penampilan bagus. Peternak
melakukan seleksi ketat terhadap bibit yang akan dipakai yang dilihat dari
kondisi tubuhnya, kaki, ketahan tubuh. Untuk seleksi induk, dipilih puting
yang paling banyak sedangkan untuk pejantan, sehat, kaki kuat dan
testisnya baik dan mampu membuahi betina. Bibit yang
dikembangbiakkan untuk betina yaitu umur 11 bulan-1 tahun. Pejantan
umur 1-1,5 tahun. Bakalan (digemukkan) untuk starter umur 1,5-2 bulan
dan grower umur 2,5-4 bulan.
3.2.2. Manajemen Pemberian Pakan
Pakan sangat mempengaruhi produksi maupun reproduksi suatu
ternak. Susunan ransum yang di berikan pada setiap periode
pertumbuhan babi grower, starter, finisher, menyusui akan berbeda.
9

Menurut Parakkasi (1983) ransum adalah makanan yang diberikan pada


ternak tertentu selama 24 jam, pemberiannya dapat dilakukan sekali atau
beberapa kali selama waktu tersebut. Ransum sempurna adalah
kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi secara normal
dapat mensuplai zat-zat makanan kepada ternak dalam perbandingan
jumlah, bentuk, sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis dalam
tubuh berjalan dengan normal.
Susunan ransum pada babi starter di peternakan babi di Sokaraja
yaitu diberikan bekatul 5000kg, tepung jagung 3800kg, konsentrat 220kg,
polar 220kg, mineral 52kg, dan roti BS (roti afkir) sebanyak 125kg.Biaya
pakan dari bahan-bahan tersebut juga diperhitungkan sesuai dengan
harga masing-masing jenis bahan pakan yang termasuk dalam
manajemen pemberian pakan. Jumlah pakan yang diberikan juga
diperhitungkan dan diberikan berdasarkan klasifikasi babi.
Pakan babi diberikan pada tempat pakan babi yang disediakan dan
pakan dalam bentuk kering. Alasan diberikan dalam bentuk kering karena
dalam bentuk kering tidak cepat basi dan apabila tersisa bisa dikumpulkan
dan diberikan lagi Bentuk pakan yang diberikan juga menentukan
konsumsi pakan babi. Konsumsi merupakan faktor esensial yang
merupakan dasar untuk hidup pokok dan produksi. Tingkat konsumsi
adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan
makanan tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1999). Pakan yang
diberikan permasa pertumbuhan babi berbeda-beda. Babi boar diberikan
3 kg, induk bunting 3 kg, induk beranak/menyusui 4 kg, babi starter 6 ons,
babi grower 1 kg, babi finisher 2 kg dan induk kering diberikan 4 kg.
Manajemen pemberian pakan dalam suatu peternakan harus benar dan
sesuai agar menghasilkan babi yang bagus dan berkualitas.
3.2.3 Manajemen Perkawinan
Manajemen perkawinan sangat menentukan anakan yang dihasilkan.
Sistem perkawinan yang diterpakan di farm babi di Sokaraja yaitu
perkawinannya dilakukan secara alami tidak dilakukan buatan.
10

Pengawinan Teknik IB menurut Ligaya et al (2007) biasanya digunakan


pada peternakan modern, dengan tujuan untuk efisiensi penggunaan
pejantan sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Sementara internal
waktu dari penyapihan ke bunting kembali berpengaruh terhadap
frekuensi beranak per induk per tahun. Frekuensi menjadi lebih rendah
apabila interval dari penyapihan ke Babi jantan dikawinkan pada umur 14
bulan, babi betina dikawinkan pada umur 11 bulan-12 bulan. Menurut
Foote (1980), pengawinan harus disesuaikan dengan waktu ovulasi. Saat
pengawinan yang paling baik adalah pada akhir pertama atau pada
permulaan hari kedua berahi, karena ovulasi terjadi kira-kira 30-36 jam
dari permulaan berahi.
Berdasarkan keterangan petugas, babi dikawinkan umur sekian
dengan alasan apabila tubuh babi jantan maupun betina telah mampu dan
sudah siap dikawinkan. Babi betina dikawinkan pada saat birahi ketiga.
Alasannya yaitu pada birahi ketiga babi telah siap kawin. Setelah anak
disapih, babi induk dikawinkan pada umur 1 minggu setelah sapih.
Proses perkawinannya yaitu dengan cara babi jantan dibiarkan
kumpul dengan babi betina selama satu hari, hal ini dilakukan dengan
harapan selama rentangan waktu 24 jam babi jantan telah mengawini babi
betina. Babi betina yang siap kawin (berahi) memiliki akan mempunyai
tanda-tanda yang tidak biasanya yaitu abang (vulva terlihat memerah),
abuh (vulva membengkak), anget (vulva hangat bila dipegang), babi
gelisah, nafsu makannya turun dan sering menaiki pejantan. Setelah babi
mengalami berahi babi dikawinkan pada pagi hari, namun tidak ada
perlakuan khusus karena perkawinan secara alami.
Paritas (frekuensi ternak dalam melahirkan anak) adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi litter size lahir. Puncak litter size
biasanya terjadi pada beranak kelima sampai keenam sehingga pada
peternakan babi intensif biasanya induk diafkir (dikeluarkan sebagai bibit)
setelah beranak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan
memahami pengaruh sistem pengawinan (alami dan IB), dan paritas
11

terhadap laju kebuntingan, litter size lahir hidup, dan interval penyapihan
ke bunting kembali (Ligaya et al.,2007).
Apabila perkawinan berhasil, induk akan bunting dan perlakuan
tambahan yang diberikan pada induk antara lain pada pemberian pakan
yang perlu diperhatikan, dan dimandikan agar selalu bersih. Induk bunting
dipelihara dalam kandang individual. Setelah fase bunting berakhir yaitu
selama 111 hari, babi akan melahirkan. Tanda-tanda induk yang akan
melahirkan mempunyai ciri-ciri gelisah yaitu garuk-garuk lantai, keluar
lendir, ambing turun dan puting apabila dipijat akan keluar air susu.
Kelahiran babi periode pertama biasanya 7-8 ekor anak. Babi induk
atau menyusui pada kelahiran ke tiga, litter sizenya 11 ekor, ank jantan
biasanya 5 ekor dan betina 5 ekor, dengan presentase mortalitas 1 %.
Berat lahir antar 1-1,5 kg sedang berat saat di sapih adalah 10-11kg.
Dalam siklus hidupnya dalam farm babi, sering terjadi orphan pig (anak
babi kehilangan induk yang disebabkan karena induk babi mati/ induk
tidak mau menyusui anaknya). Kasus induk babi yang tidak mau
menyusui anaknya berarti sifat keibuannya (mothering ability) jelek.
Solusi yang dapat dilakukan peternak yaitu anak-anak babi di titipkan ke
induk lain agar disusui.
Berkurangnya jumlah anak babi karena kasus kematian dapat
disebabkan mati pada saat lahir, mati ditindih induk, diare, kedinginan dan
sesak nafas/anemia. Kematian anak babi yang terjadi di farm babi
Sokaraja karena faktor tersebut masing-masing yaitu sebesar 1%. Babi
induk akan dikawinkan lagi setelah anak disapih. Karena anak babi sangat
rentan terhadap lingkungan dan penyakit, maka peternak harus lebih
memperhatikan pada penanganan anak babi yang baru lahir. Anak babi
akan menyusu induk sampai dengan disapih. Umur induk dikawinkan lagi
yaitu setelah 1 minggu penyapihan anak.
3.1.4 Manajemen Pemeliharaan
a. Fase Starter
12

Manajemen pemeliharaan babi fase starter di farm babi Sokaraja


yaitu dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut;
1. Memotong tali pusar yang dilakukan setelah lahir
2. Pencegahan anemia yang dilakukan 2 hari setelah lahir
3. Melakukan pemotongan taring dan pemotongan ekor yang dilakukan
pada umur 1 hari setelah dilahirkan. Pemotongan taring dilakukan
dengan tujuan agar menghindari sifat kanibalisme
4. Melakukan kastrasi/vasektomi yaitu pada umur 25 hari
5. Melakukan vaksinasi pada umur 10 hari. Vaksin yang diberikan
biasanya adalah vaksin kolera.
b. Fase Grower
Babi grower merupakan babi pada fase pertumbuhan yang telah
melewati masa starter. Menurut Sihombing (2006) bobot babi periode
grower antara 20-50 kg. Pertambahan bobot badan babi periode grower
sangat cepat. Kebutuhan zat makanan babi periode grower yaitu energi
metabolis 3265 kkal, protein kasar 18% dan rataan konsumsi ransum
1855 g/e/h (NRC, 1998).
Anak babi disapih pada umur 1 bulan, berdasar keterangan petugas
hal ini dilakukan agar induk dapat segera dikawinkan lagi. Penyapihan
dilakukan dengan memisahkan induk dengan anaknnya dengan cara
induknya yang dipisahkan dari anaknya karena lebih cepat dan lebih
mudah. Pada fase grower, ternak babi dikelompokkan berdasarkan
umur/jenis kelamin agar mempermudah rekording.
c. Fase Finisher/Penggemukan
Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg. Babi
yang sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC
(1998), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan
50-80 kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan
konsumsi ransum 2575 g/e/h.Perlakuan babi finisher di farm yang
diperhatikan adalah kandang, pakan, dan perawatan yaitu babi
dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur 6 bulan dengan bobot
13

rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan bobot badan


babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000 rupiah. Berdasarkan
taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar 2.184.000
rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli
datang langsung ke peternakan babi.
3.2.5 Manajemen Perkandangan
Sistem kandang babi di lokasi praktikum ternak babi yaitu dengan
sistem terbuka. Apabila dilihat dari bangunan kandangnya, kandang babi
bersifat permanen karena bahan-bahan bangunan kandang yang
digunakan antara lain semen, besi, seng, genteng, digunakan bahan
bagunan tersebut dengan alasan lebih kuat dan tidak mudah rusak. Lantai
kandang juga terbuat dari semen. Ukuran bangunan kandang panjangnya
40 m, lebar 15 m, tinggi 18 m, kemiringan atap kandang 30 0 dengan
ukuran tempat pakan/minum panjangnya 30-40 cm, lebar 20 cm dan tinggi
30 cm.
Pakan disimpan dalam gudang penyimpanan pakan. Ukuran gudang
panjangnya 30 m, lebar 10-12m, tinggi 4m dan luasnya 300-360 m 2. Farm
babi yang dikunjungi menyediakan kandang karantina dengan ukuran
panjang 2,5 m. Lebar 2m dan tinggi 1,5 meter.
3.1.6 Manajemen Pencegahan Penyakit
Tindakan Pencegahan penyakit yang dilakukan oleh farm babi yang
dikunjungi dalam mencegah penyebaran penyakit antara lain
penyemprotan desinfektan dan dilakukan vaksinasi. Apabila membeli
ternak dari luar, tindakan khusus yang diberikan pada ternak yang dibeli
yaitu vaksin ulang atau terkadang dikarantina dengan jangka waktu 4
bulan. Menurut Dharma dan Putra (1997) penyakit yang biasa menyerang
babi yaitu Hog Cholera merupakan penyakit yang sangat menular pada
babi yang berlangsung secara akut, subakut, kronis atau subklinis yang
ditandai oleh perdarahan-perdarahan pada berbagai organ tubuh (Dharma
dan Putra, 1997). Hog Cholera pada babi disebabkan oleh Virus Classical
14

Swine Fever (CSF) atau Hog Cholera yang termasuk dalam genus
Pestivirus famili Flaviviridae.
Penyakit yang sering menyerang peternakan babi Sokaraja yaitu
penyakit pernafasan yang diatasi dengan suntikan obat, selain itu juga
terdapat penyakit kolera yang sering menyerang yang cara mengatasinya
dijual atau dipotong. Apabila ada ternak yang mati cara mengatasinya
yaitu dengan cara langsung dikubur. Agar tidak menular pada ternak babi
lain. Manajemen pencegahan penyakit sangat penting dalam peternakan
babi karena menentukan kesehatan babi yang juga menentukan populasi
babi dalam suatu farm.

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang


Manajemen Ternak Babi yaitu;
1. Babi yang dipelihara bangsa babi duroc dan Landrace yaitu babi induk,
pejantan, starter, grower, finisher
2. Manajemen ternak babi yang diterapkan di peternakan babi di Sokaraja
meliputi manajemen pemilihan bibit, manajemen pemberian pakan,
manajemen perkawinan, manajemen pemeliharaan, manajemen
perkandangan dan manajemen pencegahan penyakit
15

3. Manajemen yang diterapkan di peternakan babi di Sokaraja termasuk


baik, namun perlu diperhatikan lagi dalam pencatatan (rekording) agar
mendapatkan bibit-bibit babi yang unggul.

Anda mungkin juga menyukai