Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRODUKSI KELINCI

“Sistem Perkandangan Kelinci”

Oleh :

Kelompok 7

Kelas A

Siti Agniya Sri Hartati 200110180026


Anisah 200110180054
Natasha Ramanda Aditya 200110180124
Amalia Nurfajrina 200110180143
Wulan Anisha 200110180193
Muhammad Rizky Fajriawan 200110180245

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini,
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Produksi Kelinci berupa
makalah dengan judul “Sistem Perkandangan Kelinci”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan karunianya untuk kita
semua. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
dalam bidang peternakan.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, makalah ini belum bisa dikatakan
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
memperbaiki pembuatan makalah dikesempatan selanjutnya. Atas segala kekurangan
dan kesalahan yang ada dalam penulisan laporan praktikum ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Sumedang, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
I ................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3. Maksud dan Tujuan................................................................................................... 2
II ............................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 3
III .............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
3.1 Sistem Perkandangan Kelinci ................................................................................... 5
3.2 Konstruksi Kandang Kelinci Pada Daerah Tropis .................................................... 7
3.3 Pengaruh Kepadatan Suhu dan Kepadatan Kandang Terhadap Pertumbuhan
Kelinci ....................................................................................................................... 8
3.4 Tinggi Atap Kandang, Ventilasi dan Luas Lantai Kandang ..................................... 9
IV ............................................................................................................................................ 12
PENUTUP.............................................................................................................................. 12
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

iii
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan kandungan

protein yang cukup tinggi dibanding dengan komoditas ternak lain dan cukup

potensial untuk dikembangkan. Dalam usaha pengembangannya, suatu peternakan

kelinci akan berhasil apabila dilaksanakan dengan manajemen pemeliharaan

yang baik. Manajemen pemeliharaan sendiri meliputi sistem perkandangan, sistem

pemberian pakan, dan sistem penangulangan hama penyakit.

Manajemen perkandangan merupakan salah satu faktor penting dalam

pengelolaan usaha ternak termasuk peternakan kelinci. Pembuatan kandang ternak

kelinci hendaknya memperhitungkan bahan, kondisi, konstruksi dan perlengkapannya

sehingga kandang dapat digunakan sebagai tempat tinggal dan berkembang biak bagi

kelinci. Bentuk kandang kelinci sangat bervariasi bergantung pada kapasitas yang

diinginkan, segi ekonomis, luas lahan dan estetika. Desain kandang sebaiknya

menjamin kemudahan dalam pembersihan, perawatan dan memnuhi syarat kesehatan,


dan perlengkapan kandang perlu disediakan di dalam kandang seperti tempat pakan
dan tempat minum.

Seperti komditas ternak yang lain, kelinci membutuhkan kandang yang

berfungsi sebagai tempat berlindung dari angin, hujan, panas dan predator

seperti anjing, kucing, dan ular, serta untuk memudahkan peternak dalam

menangani ternak peliharaanya. Kandang yang baik memiliki pengaruh besar dalam

keberhasilan peternakan karena berperan pada stabilitas produktivitas dan

1
kesehatan kelinci. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai
perkandangan kelinci.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana sistem perkandangan kelinci?

2) Bagaimana konstruksi kandangn kelinci pada dareah tropis?

3) Bagaimana pengaruh suhu dan kepadatan kandang terhadap pertumbuhan

kelinci?

4) Bagaimana tinggi atap, ventilasi dan luas lantai yang baik untuk kandang
kelinci?

1.3. Maksud dan Tujuan

1) Mengetahui sistem perkandangan kelinci

2) Mengetahui konstruksi kandangn kelinci pada dareah tropis

3) Mengetahui pengaruh suhu dan kepadatan kandang terhadap pertumbuhan

kelinci

4) Mengetahui tinggi atap, ventilasi dan luas lantai yang baik untuk kandang
kelinci?

2
II

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci sangat peka terhadap suhu lingkungan tinggi, terutama kalau

kelembaban udara juga tinggi. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) suhu

ideal bagi kelinci adalah 15 sampai 20°C. Jika suhu lebih dari 27 sampai 32°C dapat

mengganggu kesehatan dan produktivitas. Sistem perkandangan merupakan faktor

yang sangat penting karena berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam kandang

tersebut sehingga akan mempengaruhi stress panas pada kelinci (Finzi et al., 1992).

Jenis bangunan kandang dan peralatan yang digunakan untuk memelihara kelinci

tergantung dari lokasi, iklim, keperluan pemeliharaan dan biaya yang dimiliki oleh

peternak. Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan kelinci terdapat beberapa

jenis seperti kandang sistem postal, kandang sistem battery, kandang bibit dan

kandang model ranch. Kandang sistem postal, mempunyai ruangan agak luas dan

diisi 4 – 6 ekor kelinci dengan ukuran ideal 100 cm x 100 cm x 55 cm. Kandang

sistem battery seperti sangkar berderet biasanya satu sangkar untuk satu ekor dengan

ukuran 1 m x 60 cm x 60 cm, kandang bibit berukuran panjang 1 m x 75 cm x 60 cm,

sedangkan kandang model ranch yang dilengkapi halaman umbaran biasanya berisi

satu jantan satu betina dan anak-anaknya (Gunawan, 2008).

Kepadatan kandang yang tinggi dapat memunculkan sifat agresif dan hal itu

merupakan permasalahan yang dihadapi terutama pada saat mendekati dewasa

kelamin. Kandang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan namun

berpengaruh terhadap tingkah laku kelinci (Verga et al., 2004). Ternak yang

dikandangan pada kepadatan yang rendah memperlihatkan keragaman tingkah laku

3
alami yang tinggi. Lingkungan tersebut mempengaruhi tingkah laku dan bukan pada

performa produksi. Kepadatan kandang 15 ekor/m2 (38 kg/m2) dapat digunakan

sebagai batasan untuk menjaga kenyamanan kelinci yang ditempatkan dalam kandang

koloni. Pada kepadatan kandang tersebut menunjukkan tingkah laku yang normal

(Morrise dan Maurice, 1996).


Lantai kandang yang digunakan juga penting untuk merawat kelinci, menjaga
sanitasi, dan mudah dibersihkan. Lantai kandang ada yang berupa papan, bambu dan
kawat. Pada peternak kelinci komersial biasanya tidak menggunakan kandang bambu,
tetapi menggunakan kandang dari kawat. Kandang yang tebuat dari kawat ini
memiliki kelebihan yaitu vantilasi udara yang baik dan sistem pembersihan kotoran
yang mudah (Cheek et al., 2000). Menurut Krisdianto (2007) bahan bambu dikenal
oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain
batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah
dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah
dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar
pemukiman pedesaan. Sekam padi merupakan bagian terluar dari butir padi (kulit
padi) dan merupakan salah satu hasil sampingan yang dihasilkan dari industri
penggilingan padi. Sekam padi dapat digunakan dalam berbagai hal, diantaranya
yaitu untuk alas kandang pada tipe ternak tertentu, sebagai pupuk dan sebagai
penunjang media bagi sayuran hidroponik.

4
III
PEMBAHASAN

3.1 Sistem Perkandangan Kelinci

Kandang merupakan struktur atau bangunan sebagai tempat tinggal ternak

yang memberikan rasa aman dan memberikan rasa nyaman untuk melakukan

berbagai aktifitas bagi ternak. Fungsi kandang dalam pemeliharaan kelinci yaitu

sebagai tempat beristirahat, memudahkan dalam pemeliharaan, melindungi kelinci

cuaca lingkungan yang buruk, melindungi kelinci dari predator, serta memudahkan

dalam seleksi bibit dan ternak yang sakit. munurut Sudono et al (2003), yaitu sebagai

tempat berlindungi ternak terhadap gangguan luar yang merugikan, dan

berlangsungnya aktifitas ternak. Tipe kandang kelinci Menurut Sarwono (2001),

dibagi menjadi tiga yaitu kandang postal, kandang baterai, dan kandang ranch. Dalam

beternak kelinci, terdapat dua sistem perkandangan yang sering digunakan, yaitu

sistem perkandangan tertutup dan sistem perkandangan terbuka yang memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing.

1. Kandang Kelinci Sistem Tertutup

Sistem kandang tertutup banyak digunakan oleh perusahaan ternak yang

intensif. Hal tersebut disebabkan karena sistem kandang tertutup memiliki kelebihan

seperti kebutuhan lahan yang relatif kecil, perkembangan ternak kelinci lebih

terkontrol, dan lebih memudahkan pekerja untuk memberikan pakan dan penanganan

penyakit. Sistem kandang tertutup memerlukan dua tipe kandang yaitu kandang tipe

postal dan tipe baterai.


a. Kandang tipe postal

5
Kandang kelinci tipe postal merupakan kandang tanpa halaman pengumbaran

yang diletakan didalam ruangan. Kandang tipe postal digunakan untuk proses

perkawinan dan membesarkan anak kelinci sebelum disapih. Anak-anak kelinci

biasanya disapih dari induknya setelah berumur 8 minggu.

b. Kandang tipe baterai

Kandang kelinci tipe baterai merupakan kandang yang berbentuk sangkar

berderet dimana satu sangkar terisi satu ekor kelinci. Kandang kelinci tipe baterai
paling cocok digunakan untuk pembesaran. Pada ukuran kandang lebih baik

disesuaikan dengan jenis kelinci yang diternakan. Kandang tipe baterai dibuat

bertingkat atau bersusun seperti rak. Oleh karena itu alas kandang harus memiliki

sekat untuk menampung kotoran dan air kencing kelinci. Sekat sebaiknya bisa
dicopot dengan mudah untuk membersihkan kotoran.

2. Sistem Kandang Kelinci Terbuka

Sistem kandang terbuka banyak digunakan oleh peternak tradisional. Hal ini

karena sistem perkandangan terbuka memerlukan biaya pembangunan kandang dan

perawatannya relatif lebih murah dengan kontruksi kandang yang sangat sederhana

dengan memberikan pagar setinggi 0,5-1 meter di sekeliling areal yang akan

dijadikan kandang agar kelinci tidak bisa loncat keluar dari kandang. Dalam sistem

perkandangan terbuka kelinci dibiarkan lepas bebas di areal kandang. Areal kandang

ini berupa tanah terbuka, yang disediakan kandang tertutup yang berfungsi sebagai

tempat berteduh dan beristirahat bagi kelinci. Kandang harus tersedia tempat minum

dan pakan. Permukaan lantai kandang harus memiliki drainase baik agar kondisi tetap

kering. Kekurangan dari sistem kandang terbuka yaitu memerlukan lahan yang luas
dan pertumbuhan kurang optimal, dan proses reproduksi kurang bisa diarahkan.

6
3.2 Konstruksi Kandang Kelinci Pada Daerah Tropis

Kontruksi kandang kelinci meliputi atap kandang, ventilasi, dinding kandang,

cahaya, lantai kandang, dan ukuran kandang.

a. Atap kandang

Atap kandang yang digunakan sebaiknya dapat menyerap panas. Pengunaan


bahan atap yang tidak menyerap panas akan menyebabkan suhu kandang menjadi

tinggi dan berdampak pada fisiologis kelinci seperti stres akibat panas yang akan

menurunkan produktivitas ternak kelinci. Menurut Sarwono (2001), menyatakan

bahwa ternak kelinci sangat produktif jika dipelihara di kandang atau lingkungan

yang sejuk dengan suhu 15-20 °C dan kelembaban 60%- 90%.

b. Ventilasi

Ventilasi pada kandang kelinci harus cukup. Udara yang masuk kedalam

kandang yang cukup akan menghilangkan udara busuk akibat menguapnya air

kencing dari kotoran yang dapat menganggu ternak kelinci.

c. Dinding kandang

Dinding kandang berfungsi untuk menghindari angin dan air hujan secara

langsung. Dinding kandang kelinci dapat terbuat dari bambu atau papan dengan harga

yang disesuaikan dengan keadaan ekonomi peternak.

d. Cahaya

Sinar matahari harus langsung masuk kedalam kandang. Sinar matahari yang

masuk langsung ke dalam kandang bertujuan untuk membunuh kuman atau bakteri

yang ada di dalam kandang kelinci dan membunuh kuman yang ada ditubuh kelinci.
Selain itu, menurut Sari (2007), sinar matahari pagi penghasil pro vitamin D dan

7
dapat juga menghangatkan tubuh kelinci. Sebaiknya kandang kelinci mengarah ke

timur agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang serta memenuhi lama

pencahayaan pada kelinci sekitar kurang lebih 12 jam.

e. Lantai kandang

Lantai kandang kelinci dapat terbuat dari bambu, kawat, tanah, batu merah,

dan lain-lain. Menurut Basuki (1985), pembuatan lantai kandang dapat menggunakan

bahan–bahan seperti bahan dari kawat, bambu, papan, dan tanah. Pembutan lantai
kandang tergantung pada jenis bangunan kandang dan keperluan peternak.

f. Ukuran kandang

Ukuran kandang bergantung pada ukuran kelinci. Hal ini sejalan dengan teori

Subroto (2001), yang menyatakan bahwa ukuran kandang sangat tergantung pada

besar kecilnya kelinci dan jumlah kelinci yang dipelihara. Ukuran kandang

berdasarkan ukuran tubuh kelinci adalah sebagai berikut :

 Kelinci ukuran kecil : panjang, lebar = 90 x 60 cm.

 Kelinci ukuran sedang: panjang, lebar = 120 x 60 cm.

 Kelinci ukuran besar: panjang, lebar = 180 x 60 cm.

3.3 Pengaruh Kepadatan Suhu dan Kepadatan Kandang Terhadap

Pertumbuhan Kelinci

Ternak kelinci memiliki faktor penghambat yaitu sensitif terhadap perubahan

faktor lingkungan terutama cekaman panas (hyperthermia) dan kualitas ransum.

Temperatur ideal ternak kelinci adalah 15℃ sampai 20℃. Bali termasuk beriklim

tropika basah, dengan temperatur berkisar 21,87℃ sampai 31.13℃ dan kelembaban
udara berada pada rentang 79%-86% (BMKG, 2013) yang sesungguhnya kurang

8
ideal untuk pengembangan ternak kelinci. Penggunaan luas lantai kandang dan

pemberian imbangan energi dan protein yang tidak sesuai dengan kebutuhan

optimum akan berdampak tidak baik terhadap temperature humidity index dan

performans ternak kelinci. Hasil penelitian Obasilar (2007) mendapatkan berat badan

akhir dan konsumsi ransum kelinci yang dipelihara 3 ekor dalam satu petak kandang

( 4200 cm2) lebih baik daripada 1 ekor (1400 cm2) dan 5 ekor (8400 cm2). Zucca

dkk. (2012) mendapatkan bahwa kelinci yang dipelihara dengan jumlah 3 dan 4 ekor
dalam satu petak kandang menyebabkan behavior kelinci lebih baik daripada 2 ekor

dan 1 ekor dalam satu petak kandang.

Pada penelitian Permana,dkk (2016), yang berjudul “Pertumbuhan Kelinci

Peranakan New Zealand White Lepas Sapih yang Dipelihara dengan Kepadatan

Kandang Berbeda” diberikan 3 perlakuan, perlakuan A: 4 ekor/kandang (16

ekor/m2), perlakuan B: 5 ekor/kandang (20 ekor/m2), dan perlakuan C: 6

ekor/kandang (24 ekor/m2). Setiap perlakuan dilakukan 4 ulangan sehingga jumlah

kandang yang digunakan adalah 12 unit kandang dengan jumlah kelinci 60 ekor.

Hasil dari penelitian tersebut kepadatan kandang tidak berpengaruhnya terhadap

pertumbuhan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, konsusmsi air minum
dan mortalitas

3.4 Tinggi Atap Kandang, Ventilasi dan Luas Lantai Kandang

Pembuatan kandang hendaknya memperhitungkan bahan, kondisi, konstruksi

dan perlengkapannya sehingga kandang dapat digunakan sebagai tempat tinggal dan

berkembang biak bagi kelinci (Sarwono, 2002). Pembuatan kandang dengan

ketinggian kaki kandang dan bahan atap yang berbeda akan memberikan pengaruh

9
terhadap mikro klimat kandang, yang akhirnya berpengaruh terhadap status fisiologis

dan produksi (pertambahan bobot badan) ternak kelinci. Penelitian ini menggunakan

metode percobaan rancangan tersarang. Ada dua faktor perlakuan yaitu bahan atap

(seng dan genteng) dan ketinggian kandang (30, 80 dan 130 cm dari permukaan

tanah). Ternak dibagi dalam 6 kelompok dan diletakkan dalam kandang berukuran

50x30x40 cm secara individu. Periode pendahuluan selama 2 minggu dilakukan

sebelum periode pengambilan data.


Suhu udara dalam kandang selama penelitian cukup ideal untuk pemeliharaan

ternak kelinci yaitu berkisar antara 25-26℃. Kelinci dapat hidup dan berkembang

baik pada suhu ideal 15-20℃ dan kelembaban ideal 60- 90% (Sarwono, 2002). Hasil

uji statistik juga menunjukkan bahwa perlakuan bahan atap dan ketinggian kandang

berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi total pakan dan nyata terhadap

pertambahan bobot badan selama penelitian. Kisaran normal suhu rektal kelinci

menurut Trisunuwati (1989) adalah 38-39,5℃ sedangkan menurut Swenson (1970)

berkisar 38,6-40,1℃.

Bahan atap dan ketinggian kandang tidak mempengaruhi fisiologi kelinci

jantan lokal lepas sapih, kecuali untuk denyut jantung. Ketinggian kandang 30 cm
memberikan status fisiologis ternak kelinci dalam penelitian menjadi terburuk. Pada

bahan atap seng, semakin tinggi ketinggian kandang maka pertambahan bobot badan

kelinci lokal lepas sapih semakin menurun. Sebaliknya untuk bahan atap genteng,

semakin tinggi ketinggian kandang maka pertambahan bobot badan dan konsumsi

pakan kelinci jantan lokal lepas sapih semakin meningkat. Kombinasi terbaik untuk

bahan atap dan ketinggian kandang terhadap parameter fisiologis dan pertambahan

10
bobot badan kelinci jantan lokal lepas sapih adalah bahan atap genteng dengan

ketinggian 130 cm.

11
IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Dalam beternak kelinci, terdapat dua sistem perkandangan yang sering

digunakan, yaitu sistem perkandangan tertutup dan sistem perkandangan


terbuka

2. Kontruksi kandang kelinci meliputi atap kandang, ventilasi, dinding kandang,


cahaya, lantai kandang, dan ukuran kandang.

3. Ternak kelinci memiliki faktor penghambat yaitu sensitif terhadap perubahan

faktor lingkungan terutama cekaman panas (hyperthermia) dan kualitas

ransum. Kepadatan kandang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot


badan, konsumsi pakan, konversi pakan, konsusmsi air minum dan mortalitas.

4. Suhu udara dalam kandang yang ideal untuk pemeliharaan ternak kelinci yaitu

berkisar antara 25-26℃. Kombinasi terbaik untuk bahan atap dan ketinggian

kandang terhadap parameter fisiologis dan pertambahan bobot badan kelinci


jantan lokal lepas sapih adalah bahan atap genteng dengan ketinggian 130 cm.

12
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, P. 1985. Studi tipe kandang kereman, panggung, individual dan kualitas
pakan tehadap performans produksi kelinci. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

BMKG. 2013. Informasi Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi Provinsi Bali. Bulletin.
Tahun III No. 09 September 2011. Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Wilayah III, Denpasar.

Cheeke, P. R., McNitt, J. I., & N. M. Patton. 2000. Rabbit Production. 8th
Edition. Interstate Publisher Inc, Denville, Illionois.

Finzi, A., S. Nyvold & M. El-Agroudi. 1992. Efficiency of three different


housing systems in reducing heat stress in rabbits. J. Appl. Rabbit Res. 15 :
745-750.

Gunawan, D. 2008. Pedoman Budidaya Kelinci yang Baik (Good Farming Practice).
Jakarta:Direktorat Jendral Peternakan.

Morisse, J. P. & R. Maurice. 1996. Influence of the stocking density on the


behavior in fattening rabbits kept in intensive condition. J. 6th World Rabbit
Congress. 2: 425-429.

Onbasilar, E. E and Onbasilar I.. 2007. Effect of cage density and sex food utilization
and some stress parameter of young rabbit. J. Lab. Anim. Sci. 2007. Vol 34
No 3.

Permana RG, A Hendrawati, dan B Malik. 2016. Pertumbuhan Kelinci Peranakan


New Zealand White Lepas Sapih yang Dipelihara Dengan Kepadatan
Kandang Yang Berbeda. Jurnal Peternakan Nusantara.

Sari, K.M. 2007. Pola pembibitan kelinci rakyat di paguyuban peternak kelinci di
Kabupaten Magelang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

13
Sarwono, B. 2001. Kelinci Potong dan Hias. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Sarwono, B. 2002. Kelinci Potong dan Hias. Agro Media Pustakan, Jakarta 7:20-
21:45

Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan


HewanPercobaandi Daerah Tropis. UI press. Jakarta.

Subroto, S. 2001. Beternak Kelinci. Aneka Ilmu, Semarang.

Sudjana, 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi ke -4. Tarsito. Bandung. 273-
277.

Swenson, M. J. 1970. Dukes’ Physiology of Domestic Animals. Eight Edition.


Comstock Publshing Associates. A Division of Cornell University Press.
Ithaca London. 305: 1121-1122.

Trisunuwati, P. 1989. Mengenal Ternak Kelinci. Nuffic. Fakultas Peternakan


Universitas Brawijaya, Malang. 1-5: 16.

Verga, M., I. Zingarelli., E. Heinzl., V. Ferrante., P. A. Martino & F. Luzi. 2004.


Effect of housing and environmental enrichment on performance and
behavior in fatteng rabbits. J. 8th World Rabbit. Congress.

Zucca, D., Marelli S.P., Veronica Redalli, Eugenio Heinzi, Heidi Cardile, Cristian
Ricci, Marina Verga, and Fabio Lazi. 2012. Effect of Environmental
enrichment and group size on behavior and live weight in growing rabbits.
Word Rabbit Science Journal vol. 20 No 2 (2012).

14
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

Nama NPM Pembagian Tugas Nilai

Amalia Nur Fajrina 200110180143 Latar Belakang,


Identifikasi Masalah,
Maksud dan Tujuan

Wulan Anisha 200110180193 Tinjauan Pustaka

Natasha Ramanda 200110180124 Pembahasan I dan II


Aditya

Siti Agniya Sri 200110180026 Pembahasan III dan


Hartati IV

Anisah 200110180054 Cover, Kata


Pengantar, Daftar Isi,
Penutup, Daftar
Pustaka, Editing

Muhammad Rizky 200110180248 Ppt


Fajriawan

15

Anda mungkin juga menyukai