Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BAHAN PAKAN DAN PEMBERIAN RANSUM

BAHAN PAKAN SUMBER MINERAL


“Tepung Tulang, Tepung Kerang, Tepung Kapur dan Garam”

Disusun oleh :

Kelas E
Kelompok 10

MAYLANI HESTIN S SIMATUPANG 200110170083

RANTI NOVIANTI 200110170167

MUHAMMAD FAIQ T 200110170275

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata

kuliah Bahan Pakan dan Pemberian Ransum. Adapun judul dari makalah ini ialah

“Bahan Pakan Sumber Mineral : Tepung Tulang, Tepung Kerang, Tepung Kapur

dan Garam”.

Makalah ini berisikan pembahasan mengenai beberapa bahan pakan mineral

yang biasa digunakan. Makalah ini dibuat dengan bersumber kepada literatur dan

sumber-sumber terpercaya lainnya. Sehingga diharapkan makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu,

kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki

makalah ini.

Sumedang, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Hal

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................. iv

I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1


1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................... 2

II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Tepung Tulang ........................................................................... 3

2.2 Tepung Kerang ............................................................................ 7

2.3 Tepung Kapur .............................................................................. 10

2.4 Tepung Garam ............................................................................. 13

III PENUTUP ........................................................................................ 19


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ vi

LAMPIRAN ........................................................................................... viii

iii
DAFTAR TABEL

Bab Hal

Tabel 1. Kandungan Tepung Kerang ...................................................... 8

Tabel 2. Nutrisi Mineral Makro pada Cangkang Kerang ........................ 9

Tabel 3. Komposisi Batu Kapur Seperti yang Diberikan Atas Dasar Bahan Kering

................................................................................................................. 11

Tabel 4. Hasil Analisa Bahan Pakan Rumput Gajah Dan Jerami Padi ... 16

iv
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Para ahli

mendefinisikan mineral merupakan zat homogen dengan komposisi kimia tertentu,

mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk oleh proses alam yang anorganik,

serta mempunyai susunan atom yang teratur. Baik hewan maupun manusia sama-

sama membutuhkan mineral. Walaupun kebutuhan tubuh akan mineral terbilang

sedikit jika dibandingkan dengan zat lainnya, tetapi sebisa mungkin tubuh tidak

kekungan akan mineral.

Mineral yang dibutuhkan oleh ternak terdiri dari mineral makro (dibutuhkan

dalam jumlah besar) dan mineral mikro (dibutuhkan dalam jumlah sedikit).

Mineral makro diperlukan untuk pembentukan organ di dalam tubuh. Mineral

mikro diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam

jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral makro terdiri dari kalsium (Ca),

Mangaan (Mg), Natrium (Na), serta kalium (K). Mineral mikro terdiri tembaga

(Cu), seng (Zn) dan besi (Fe).

Oleh karena itu, penting bagi kita mengenali bahan pakan apa saja yang

mengandung mineral guna menunjang kesehatan ternak. Selain itu, dengan

banyaknya fungsi dan manfaat dari mineral kita harus tahu berapa kebutuhan ternak

akan mineral. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan kita dapat memberikan

mineral yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan ternak.

1
1.2 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana potensi bahan pakan sumber mineral di Indonesia.

(2) Bagaimana cara atau prosessing untuk mendapatkan bahan pakan sumber

mineral.

(3) Bagaimana kandungan nutrient dan energy dari bahan pakan tersebut.

(4) Bagaimana pemberian yang tepat bagi ternak.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui potensi bahan pakan sumber mineral di Indonesia.

(2) Mengetahui cara atau prosessing untuk mendapatkan bahan pakan sumber

mineral.

(3) Mengetahui kandungan nutrient dan energy dari bahan pakan tersebut.

(4) Mengetahui pemberian yang tepat bagi ternak.

2
II

PEMBAHASAN

2.1 Tepung Tulang

2.1.1 Ketersediaan dan Potensi Produksi

Ketersediaan tepung tulang termasuk tidak sukar, selain dikarenakan selalu

ada di tiap hewan ternak baik ruminansia aves dan pisces, juga menjadi masalah

dari setiap RPH (Rumah Potong Hewan) dalam pengolahan limbah tulang, sehingga

ketersediaan dianggap bukanlah suatu pantangan untuk bahan pakan tepung tulang.
Secara potensi, dapat mencapai potensi maksimal, bermanfaat dalam pengolahan

limbah, pemotongan pengeluaran untuk pakan (apabila dibuat sendiri), Tepung

tulang digunakan sebagai sumber kalsium, terutama bagi unggas yang sedang

bertumbuh dan unggas petelur. Kegunaan tepung tuang didalam ransum sebagai

sumber calcium kerap kali dikombinasikan dengan tepung kerang.Hal ini dilakukan

untuk menjaga palatabilitas ransum. Sebagai sumber kalsium dan fosfor, tepung

tulang mengandung fosfor 12% hingga 15% dan calcium 24% hingga 30% ; jumlah
yang jauh lebih besar dari pada kandungan Ca dan P pada tepung ikan dan limbah

rumah jagal. Tepung ikan bukan berarti ikan utuh yang dikeringkan lalu digiling.

2.1.2 Processing Perolehan Bahan dari Asal Usul Bahan

Tepung tulang merupakan salah satu bahan baku pembuatan pakan ternak

yangterbuat dari tulang hewan. Tulang yang akan dijadikan tepung haruslah tulang

yang berasal dari hewan ternak dewasa dan biasanya berasal dari tulang hewan

berkaki empat seperti tulang sapi, kerbau, babi, domba, kambing, dan kuda.

Cara pembuatan tepung tulang diawali dengan membersihkan tulang,

kemudian dilanjutkan dengan mengeringkan tulang yang sudah dibersihkan.

3
Tulang tersebut kemudian dihancurkan hingga menjadi tepung kasar, serpihan-

serpihan tulang tadi direndam dalam air kapur 10% selama semalam, kemudian

dicuci dengan air tawar. Hasil perendaman dikeringkan sampai kadar air 5%

sehingga menghasilkan tepung tulang yang berkualitas (Satria, B. S, dkk, 2012).

2.1.3 Kandungan Nutrient dan Energy

Tulang merupakan jaringan penyokong utama tubuh yang struktur

pembentuknya terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari

protein, mukopolisakarida (rantai protein dengan polisakarida berulang), dan

kondroitin sulfat, sedangkan unsur anorganik dalam tulang didominasi oleh ion

kalsium dan fosfor. Selain kalsium dan fosfor, didalam tulang juga terkandung ion

magnesium, karbonat, hidroksil, klorida, fluorida, dan sitrat dalam jumlah yang

lebih sedikit. Sebanyak 65% berat tulang kering terbentuk dari garam-garam

anorganik, sedangkan 35% lainnya terbentuk dari substansi dasar organik dan serat

kolagen. Sebesar 85% dari seluruh garam yang terdapat pada tulang merupakan

kalsium posfat, dan 10% dalam bentuk kalsium karbonat. Lebih kurang 97%

kalsium dan 46% natrium yang ada dalam tubuh terdapat pada tulang (Singh, 1991).

Limbah tulang ternak juga dapat dibuat menjadi tepung tulang untuk

campuran makanan ternak sebagai sumber kalsium (Ca) dan fosfor (P). Dewasa ini,

tulang ternak utamanya sapi telah diolah lanjut menjadi bahan baku pembuatan

gelatin meskipun masih dengan skala kecil (Rugayah, 2014). Barbieri et al (2014)

mengatakan bahwa tepung hewan kaya akan fosfor, kalsium dan alkali oksida.

Tepung tulang banyakmengandunggaram-garam mineral seperti kalsium posfat

58,3% , kalsiumkarbonat 1,0% ,magnesiumposfat 2,1% dan kalsium klorida 1,9%

(Eniza, 2004).

4
2.1.4 Hasil Penelitian yang Menggunakan Bahan yang Dipelajari

Dengan menggunakan masing masing 3 kg sampel berupa : tulang sapi,

tulang ayam, tulang ikan tuna. Dengan proses :

1. Memotong tulang menjadi bagian kecil kecil

2. Menimbang sebanyak 1 kg potongan kecil dari masing masing sampel lalu

direbus kedalam air panas 100oc selama 3 jam

3. Mematikan mesin, dan mengeluarkan sampel

4. Memasukkan sampel kedalam penggiling sampai halus

5. Menghitung dengan parameter

Parameter yang digunakan :

 Kadar Air :

Kadar air adalah perbandingan antara berat bahan yang telah dikeringkan

dengan berat bahan yang belum dikeringkan dikali dengan 100% .

 Rendemen :

Rendemen adalah perbandingan antara berat bahan yang keluar dengan

berat bahan yang masuk dari alat dikali dengan 100% .

 Kehalusan Bahan/partikel :

Kehalusan bahan/partikel adalah perbandingan bahan yang sesudah di ayak

dengan bahan yang sebelum diayak dikali dengan 100%

Hasil pengamatan dengan parameter :

 Tulang sapi :
- Rendemen : 98,22%
- Kadar air : 1,17%
- Kehalusan bahan / partikel : 38,02%
 Tulang ayam :
- Rendemen : 69,39%
- Kadar air : 0,36%
- Kehalusan bahan / partikel : 53,85%

5
 Tulang ikan tuna :
- Rendemen : 32,47%
- Kadar air : 0,35%
- Kehalusan bahan / partikel : 4,01%
Rendemen pada sampel tulang sapi paling tinggi dibandingkan yang lain

dikarenakan tulang sapi lebih padat dan lebih tinggi kadar kalsiumnya. Menurut

Yeldirim (2014), tulang terdiri dari 69% kalsium fosfat, 21% kolagen, 9% air, dan

1 % penyusun lainnya.

Hasil mineral tertinggi yang didapat ialah dari sampel tulang ikan tuna,

dikarenakan kepadatannya paling rendah dibandingkan tulang ayam dan tulang

sapi. Kehalusan bahan yang terbaik diperoleh pada tepung tulang ayam karena

tulang ayam memiliki struktur tulang yang lebih rapuh dari pada tulang yang

lainnya sehingga menghasilkan lebih banyak hasil gilingan yang halus dan

melewati saringan ayakan. Menurut Khodijah, dkk (2014), Saringan bertingkat

dengan nilai mesh yangsama akan memperbaiki kualitas dan keseragaman hasil.

2.1.5 Rekomendasi Penggunaan Untuk Berbagai Ternak

Tepung tulang sangat disarankan untuk ternak unggas, dikarenakan

teksturnya yang cocok untuk penceranaan unggas, sedangkan untuk ruminansia

tidak direkomendasikan dikarenakan pencernaan ruminansia yang memang

bertujuan untuk mencerna selulosa dalam tumbuhan sebagai sumber energy.

6
2.2 Tepung Kerang

2.2.1 Potensi Produksi dan Ketersediaan Bahan

Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak kepulauan dirasa cukup

memiliki potensi yng besar untuk produk tepung kerang ini, hal ini disebabkan

banyaknya ketersediaan bahan utama pembuatan tepung kerang itu sendiri di

berbagai wilayah yang berada di sekitar perairan laut, contohnya di kabupaten

sidoarjo, pada tahun 2015 dan 2016 didapatkan data penangkapan kerang sebanyak

2.285,3 ton (Faridz R. 2009).

2.2.2 Prosesing Perolehan Bahan dari Asal Usul Bahan

Pembuatan tepung kerang menurut Kurniasih, dkk. Pada jurnal yang

diterbitkan pada tahun 2017 dapat dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain :

1. Cangkang kerang yang sudah dipilih, dibersihkan dari daging yang masih

tersisa dan dilakukan pencucian dengan udara mengalir sampai bersih

2. Cangkang yang sudah bersih, dikeringkan dengan panas matahari selama 6-8

jam.

3. Cangkang kerang kemudian dihancurkan untuk ukuran lebih kecil dengan

hammer mill agar mudah diolah dengan proses selanjutnya.

4. Cangkang kerang dengan ukuran kecil direbus dalam larutan Larutan alami

atau NaOH 0,1 N pada suhu 50°C selama 3 jam. Perebusan dengan Larutan

alami atau NaOH 0,1 N ini untuk menghilangkan bahan- bahan organik yang

ada pada cangkang.

5. Selain menggunakan larutan kimia bisa juga diganti dengan cairan dari abu

sekam. Abu sekam di rendam dalam air. Selanjutnya di biarkan sekitar 15

menit. Setelah itu air disraing dan digunakan untuk merebut serbuk kerang.

6. Setelah direbus kemudian dilakukan netralisasi dengan pencucian.

7
7. Setelah dicuci selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu

121°C selama 15 menit.

8. Atau di jemur selama 6 jam

9. Proses selanjutnya yaitu penggilingan kembali dengan mesin penghalus dan

disaring menjadi tepung.

2.2.3 Kandungan Nutrient dan Energy

Kandungan yang terdapat pada tepung kerang menurut Abdullah A, dkk

dalam journal yang berjudul Karakteristik Fisik Dan Kimia Tepung Cangkang

Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) Pada tahun 2010, antara lain adalah sebagai

berikut;

Tabel 1. Kandungan Tepung Kerang


Parameter (%) Ukuran cangkang Ukuran cangkang
<90mm >90mm
Kadar air 1,19 ± 0,00 1,20±0,01
Kadar abu 93,34 ± 0,09 93,14±0,10
Kadar protein 1,85±0,29 2,31±0,13
Kadar lemak 0,66±0,06 0,72±0,11
Karbohidrat by difference 2,94±0,24 2,62±0,20
pH 8,50±0,05 8,87±0,09
Ca 39,55±22,8 28,97±13,5
Mg 0,01±0,00 0,01±0,00
fosfor 0,28±0,21 0,08±0,03

8
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dialakukan oleh Rizki Rahayu, dkk

tahun 2015, didapatkan tabel 2. Nutrisi Mineral Makro sebagai berikut :

Tabel 2. Nutrisi Mineral Makro pada Cangkang Kerang.


Panjang Ca (%) Na (%) Mg (%) K (%) P (%)
cangkang
(cm)
7–8 31,25±3,03 3,62±0,07 0,29±0,02 3,24±0,18 0,33 ± 0,05
9 – 11 30,46±0,59 3,51±0,01 0,14±0,03 3,14±0,05 0,30 ± 0,00
13 – 14 29,86±0,82 3,39±0,08 0,06±0,01 2,78±0,03 0,13 ± 0,01

Berdasarkan dua hasi penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwasanya

ukurang kerang yang akan dijadikan bahan dalam tepung keng memiliki nilai nutrisi

khususnya kalsium dan fosfor yang berbeda. Semakin kecil ukuran kerang yang

digunakan, semakin besar pula nilai kalsium dan fosfor yang terkandung dalam

cangkang kerang tersebut sehingga saat dijadikan tepung kerang, penggunaan

tepung kerang akan lebih maksimal.

2.2.4 Hasil Laporan Penelitian yang Menggunakan Bahan yang Dipelajari

Terlampir

2.2.5 Rekomendasi Penggunaan Untuk Berbagai Ternak

Tepung kerang sendiri memiliki kandungan kalsium serta fosfor yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan hewan yang memproduksi cangkang untuk telurnya.

Penambahan tepung keran untuk pakan ternak dapat memperkuat cangkang telur

yang di produksi oleh induk ternak, sehingga tepung kerang ini cocok di konsumsi

oleh ternak yang difokuskan untuk diambil telurnya untuk kebutuhan komersil

maupun pemeliharaan, seperti ayam petelur, itik petelur, bebek petelur serta hewan

ternak lainnya yang lebih di fokuskan untuk produksi telurnya.

9
2.3 Tepung Kapur

2.3.1 Potensi Produksi dan Ketersediaan Bahan

Tepung Kapur adalah hasil dari proses penggilingan batu kapur yang

berperan sebagai sumber mineral. Memiliki ciri ciri berwarna putih kapur, tidak

berbau dan teksturnya berbentuk tepung. Di Indonesi sumber mineral ini

ketersediaannya cukup melimpah, menurut Direktorat Inventarisasi Mineral

jumlahnya diperkirakan sekitar 2.160 milyar ton. Endapannya tersebar di berbagai

pulau seperti Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Irian Jaya, serta pulau-

pulau lainnya. Bagi sebagian orang, batu kapur mungkin bukan merupakan barang

aneh, dan dianggap tidak terlalu bernilai karena mudah memperolehnya serta

harganya relatif murah. Namun bagi sebagian orang lainnya, batu kapur tetap

merupakan sumber daya mineral yang sangat menarik.

2.3.2 Prosesing Perolehan Bahan dari Asal Usul Bahan

Untuk mendapatkan tepung kapur yang siap diberikan kepada ternak, batu

kapur perlu diberikan perlakuan seperti penggilingan. Tepung batu kapur dapat

dibuat dengan jalan menggiling batu kapur menjadi tepung (tepung batu kapur).

Sebagai sumber Ca, tepung batu kapur yang halus dapat dicampur di dalam ransum

ternak, dan tepung batu kapur yang kasar dapat diberikan tersendiri yaitu tidak

dicampur di dalam ransum dan penggunaannya khusus untuk ternak tertentu

(unggas) (Kamal, 1998).

Tepung batu kapur yang biasanya dicampurkan pada pakan yang

dikonsumsi oleh ternak khususnya ayam dan itik petelur ialah Tepung kalsium

karbonat giling (GCC) yang digerus atau digiling sampai berukuran 1,5 - 2 mm.

Produk ini dikenal juga dengan nama kalsium karbonat menir. Bahan baku GCC

harus dipilih yang kandungan besinya rendah karena dapat meninggatkan nilai

10
tambah. Semakin rendah kandungan besi akan membuat derajat warna tepung

semakin putih dan hal inilah yang dapat meningkatkan nilai tambah tersebut.

2.3.3 Kandungan Tepung Kapur

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tepung batu mengandung

Ca sekitar 55% yang terikat dalam bentuk karbonat (CaCO3) (UPK dan UPL

Kab.Agam, 2003). Tepung kapur di samping mineral Ca, juga mengandung unsur

mineral lain yang dibutuhkan oleh ternak, seperti besi (Fe), fosfor (P) dan

magnesium (Mg) (Sarneti, 2004). Komposisi dari batu kapur yang merupakan

bahan baku dari pembuatan tepung kapur dapat dilihat pada tabel 3. berikut.

Tabel 3. Komposisi Batu Kapur Seperti yang Diberikan Atas Dasar Bahan Kering
Komposisi %
Bahan Kering 100
Kalsium (Ca) 34
Klorin (Cl) 0,03
Magnesium (Mg) 2,06
Fosfor (P) 0,02
Kalium (K) 0,12
Natrium (Na) 0,06
Belerang (S) 0,04
Besi (Fe) 0,350
Sumber : Hartadi, H dkk 2005

2.3.4 Hasil Laporan Penelitian yang Menggunakan Bahan Yang Dipelajari


Batuan Bukit Kamang tersusun atas kelompok deposit yang beragam yang
berbeda warna dan teksturnya. Deposit berupa batu gamping yang membentuk
bukit biasanya dipecah atau ditambang dalam bentuk bongkahan. Bongkahan ini
kemudian diolah melalui proses pengecilan ukuran (crushing, grinding dan
milling), sehingga diperoleh produk dalam bentuk tepung dengan ukuran partikel
di atas 60 mesh. Setelah dikemas dengan ukuran kemasan 50 kg, tepung ini dijual
berupa kapur pertanian (Kaptan), kapur tohor (CaO), pupuk dolomit atau batu kapur
(CaCO3). Disamping untuk pupuk, tepung batu ini juga dapat digunakan untuk

11
bahan baku industri pembuatan kertas (pulp), odol dan cat (UPK dan UPL Kab.
Agam, 2003).
Mineral utama yang terkandung dalam tepung batu yang diperoleh dari 4
sumber di Sumatera Barat adalah Ca. Tepung batu asal Bukit Kamang paling cocok
digunakan untuk pakan ternak, karena memiliki kandungan Ca sekitar 38%-40%,
Se 388 ppm, Fe 295 ppm dan Mn 205 ppm. Mineral yang bersifat racun sebagian
besar tidak ditemukan, selain Pb dan Cd dengan kosentrasi sangat rendah,
masingmasing 28 dan 7 ppm. Sebelum digunakan
sebagai pakan ternak, tepung batuan perlu diuji secara biologis untuk mengetahui
respon ternak terhadap perlakukan pemberian mineral dari batuan tersebut.

2.3.5 Rekomendasi Penggunaan Untuk Berbagai Ternak

Bahan pakan sumber mineral digunakan dalam jumlah yang sangat sedikit

(1-4%). Hal ini disebabkan kebutuhan mineral lebih sedikit dibandingkan

kebutuhan zat-zat makanan lainnya. Mineral yang paling penting adalah kalsium

(Ca) dan fosfor (P). Sebagai sumber Ca, tepung batu kapur yang halus dapat

dicampur di dalam ransum ternak, dan tepung batu kapur yang kasar dapat

diberikan tersendiri yaitu tidak dicampur di dalam ransum khusus untuk ternak

tertentu (ayam).

12
2.4 Garam

2.4.1 Ketersediaan dan potensi

Garam yang umum dipakai di dunia peternakan ialah pemakaian garam

berjodium. Garam berjodium ini bertujuan untuk memotong cost (pengeluaran) dan

sebagai additive untuk pakan bertujuan memenuhi nutrient, Penelitian penggunaan

garam berjodium untuk meningkatkan performa sapi potong sering dilakukan,

tetapi level penggunaan garam berjodium masih sangat terbatas., sehingga ambang

batas pemakaian yang dianjurkan masih belum final. Keadaan faktor ini sangat

tergantung dari kebutuhan ternak , perubahan kondisi lingkungan, susunan ransum

yang diberikan, spesies ternak, breed, umur dan jenis kelamin ternak. Bahan pakan

secara umum mengandung sedikit Jodium. Beberapa bahan pakan yang kaya

sumber Jodium antara lain berasal dari laut seperti, tepung ikan dan rumput laut.

Kekurangan/defficiency Jodium dalam tubuh ternak pada tingkat ekstrim akan

mengakibatkan rendahnya produksi tiroksin dan akan menyebabkan terganggunya

proses metabolisme, pembengkakan kelenjar gondok (Tyroidea gld) kegagalan

pertumbuhan, kerdil, cepat lelah dan gangguan-gangguan fungsi organ yang lain.

Gejala deffisiensi Jodium antara lain gangguan reproduksi pada betina, anak yang

dilahirkan tanpa bulu, lemah dan mati. Secara ekonomis akan merugikan usaha

pertenakan untuk memperoleh keuntungan. Pada manusia kebutuhan Jodium

ratarata/hari 1-2 mgr/kg berat badan (Anonymous,2008)

Dari aspek ketersediaan, garam berjodium tidak lah begitu sukar ataupun

mahal sehingga tidak berpengaruh begitu besar.

2.4.2 Processing dan Asal Usul Bahan

Sumber garam biasanya didapat dari air laut, dengan cara penguapan baik

dengan sinar matahari langsung maupun dengan menggunakan uap. Air laut

13
terlebih dahulu dialirkan ke sebuah petakan, lalu dijemur hingga terjadi perubahan

wujud dari cair menjadi padat (dalam konteks ini) Kristal lalu terjadi lah butir butir

garam yang merupakan endapan dari kandungan air laut itu.

2.4.3 Kandungan Nutrient dan Energy

Menurut Awalina (2005) masih banyak unsur unsur mikro yang diperlukan

dalam proses metabolisme tubuh. Unsur mikro disebut pula unsur hara, mikro

mineral atau trace mineral, jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh sangat sedikit.

Unsur trace mineral meliputi : Cr, Co, Cu, J, Fe, Mn, Mo, Se dan Zn. Dengan

semakin bertambahnya penelitian, alat-alat yang lebih canggih dan cara-cara baru

untuk memurnikan unsur-unsur yang telah ditemukan, maka daftar unsur ini tentu

akan bertambah panjang. Menurut Anggorodi [1979], dengan menambahkan zat-

zat seperti tiorea dan tiourosil dapat berpengaruh terhadap aktivitas kelenjar

berkerja lebih baik dalam proses-proses metabolik untuk mempercepat

penggemukan ternak. Bondi [1987] Tyroakti iodine protein [iodine casein]

berfungsi untuk mengontrol metabolisme protein sehingga dapat menstimulir pada

pertumbuhan daging, wooll, telur dan produksi susu ternak. Swenson [1972],

apabila di dalam pakan jumlah jodium mencapai 50 sampai 100 kali dari jumlah

kebutuhan tubuh ternak , maka masih belum menimbulkan pengaruh terhadap

gangguan kesehatan pada ternak.

2.4.4 Hasil Pengamatan Dengan Bahan yang Digunakan

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dengan menggunakan 12 ekor sapi

Australian Brahman Cross berumur 1-1,5 tahun [PI0 – PI1] dengan rata-rata berat

badan awal 340,60±14,04 kg. Kemudian sampel diacak kedalam media percobaan

yang menggunakan rancangan percobaan Randomaized Block Design 4x3 [ 4

14
treatment dengan 3 ulangan] [Steel and Torrie, 1981]. Level garam berjodium yang

digunakan dalam treatment penelitian ialah 0 gram [kontrol], 50 gram, 100 gram

dan 150 gram. Komposisi ransum dasar pada semua treatment sama. Ransum dasar

yang diberikan adalah rumput gajah dan jerami padi dengan perbandingan 80% :

20%.

 Treatment A Ransum dasar [kontrol] = 80% rumput gajah + 20 % jerami

padi+0 gram garam berjodium;

 Treatment B = 80% rumput gajah + 20 % jerami padi+50 gram garam

berjodium;

 Treatment C = 80% rumput gajah + 20 % jerami padi+100 gram garam

berjodium;

 Treatment D = 80% rumput gajah + 20 % jerami padi + 150 gram garam

berjodium.

Pemberian ransum kumulatif diberikan 2x kebutuhan kumulatif/hr,

sehingga kebutuhan ransum/hr dapat di ukur dari jumlah ransum kumulatif yang

diberikan - ransum tersisa. Jumlah kenaikan ransum kumulatif/hr yang diberikan

disesuaikan dengan kenaikan berat badan. Pemberian garam berjodium dengan cara

dilarutkan dalam 1 Lt air kemudian dicampur dengan ransum yang telah di choper

secara merata, selanjutnya dibagi 2 bagian sama banyak 1 bagian diberikan pada

pagi hari pkl.09.00 dan sore hari pkl 15.00 . Penimbangan berat badan dilakukan 2

minggu sekali untuk mengurangi stress pada ternak. Variabel yang diamati adalah

kenaikan berat badan dan ransum+Unsur garam berjodium [KIO3].

Jodium terikat dalam atau dihitung sebagai KIO3 dengan kandungan 30

mg/kg. Dengan demikian dapat dihitung tingkat level pemberian garam berjodium

50 gr pada treatment B mengandung KIO3 50/1000x 30 mgr = 1,50 mg, Treatment

C dengan level 100 gr garam berjodium mengandung 3 mgr KIO3 dan treatment

15
D= 150 gr garam dapur berjodium mengandung 4,50 mgr KIO3. Dengan demikian

Kandungan Jodium normal dalam darah pada ternak penelitian dengan berat badan

awal percoban minimal 340±14,04 kg dalam tubuh mengandung kadar Jodium

[KIO3] normal 204 mgr/340 kg – 212,42 mgr/354,04 kg.

Tabel 4. Hasil Analisa Bahan Pakan Rumput Gajah Dan Jerami Padi

No. variabel BK(%) PRK(%) SK(%) LK(%)

1 Rumput gajah 17,5 9,33 15,6 50,4

2 Jerami padi 75 4,5 32,5 38,3

Rata-rata konsumsi ransum berdasarkan BK pada masing-masing treatmet

diketahui sebagai berikut: A: [kontrol] konsumsi BK =10,34±0,08 kg; perlakuan B:

10,34±0,15 kg; perlakuan C: 10,31±0,12 dan perlakuan D:10,45±0,30 kg. Hasil

sidik ragam sesuai dengan rancangan percobaan maka diketahui pada uji jumlah

ratarata kunsumsi BK pada semua treatment tidak berbeda nyata [P0,05].

Morrison [1961], Sapi yang digemukkan pada umur 1 th dengan berat badan 800

lbs [setara BB 363,20 kg] kebuthan BK 17,8 - 20,4 lbs/hr atau setara dengan 8.08 –

9,26 kg BK/hr. Sedangkan umur 2 th dengan berat badan 800 lbs-900lbs [ setara

dengan 363,20 kg – 408,60 kg BB] memerlukan kebutuhan BK 9,988 kg-10,669

kg/hr atau 2,60% - 2,75%. BB kg/hr dengan kulitas ransum yang baik. Kebutuhan

BK pada sapi percobaan cukup baik walaupun kulitas ransum yang diberikan lebih

rendah. Tetapi menurut pendapat lain sapi potong dengan BB 300 kg-450 kg untuk

menaikkan pertambahan berat badan 0,75 kg – 1 kg/ hari dibutuhkan konsumsi

BK/hr antara 7,4 kg-8,5 kg [Anonymous, 1996]. Jadi kebutuhan BK pada sapi

penelitian pada semua treatment masih lebih baikdari ketentuan di atas. Ransum

yang di berikan pada semua treatment adalah ransum dasar, sehingga dengan

demikian dapat diketahui pengaruh pemberian Jodium terhadap perubahan

performa ternak. Dari hasil peneltian penambahan KIO3 dalam ikatan garam

16
berjodium dalam perbedaan level belum memberikan tingkat kenaikan jumlah

konsumsi ransum yang significant. Tidak berbedanya rata-rata jumlah konsumsi

BK pada masing-masing treatment juga ditunjukkan oleh average daily of gain pada

semua treatment percobaan. Rata-rata average of daily gain masing-masing

kelompok treatment sebagai berikut: treatment A= 0,71±0,11 kg; B= 0,80±0,03 kg;

C=0,70±0,20 kg dan treatment D=0,72 ±0,08 kg. Dari hasil analysis of variance,

perbedaan pemberian level KIO3 dalam ransum masing-masing treatment tidak

memberikan pengaruh yang nyata [P0,05] terhadap average of daily gain.

Walupun demikian dilihat dari angka Average daily of gain pada treatment B

[penambahan 50 gr garam berjodium] masih lebih tinggi dibandingkan dengan

reatment yang lain. Secara keseluruhan dapat diambil pengertian bahwa pemberian

KIO3 mulai level 50 gr garam- sampai dengan 150 gram atau setara dengan 1,50

mgr – 4,50 mgr KIO3 belum memberikan pengaruh nyata, baik pada konsumsi BK

maupun Average daily of gain Australian Brahman Cross. Kemungkinan besar

jumlah kecukupan KIO3 dalam tubuh ternak [kandungan Jodium dalam tiroksin di

Tyroidea gld] pada semua kelompok ternak adalah normal, sehingga kelebihan

KIO3 dalam ransum tidak diperlukan lagi dalam proses metabolisme dan

kelebihannya dibuang melalui urine, keringat dan kotoran. Anggorodi [1979] dan

Tillman, Hartadi, Prawirokusumo, Lebdosoekojo [1986], telah diketahui bahwa

kadar Jodium normal dalam tubuh ternak 0,6 mgr/kg BB tetapi sangat penting dalan

fungsi proses metabolisme normal.

2.4.5 Rekomendasi Penggunaan Untuk Berbagai Ternak

Penggunaan garam disarankan untuk hewan ternak ruminansia sebagaimana

tercantum bahwa garam membantu metabolisme dan juga penggemukan hewan

ternak tapi dalam batasan tertentu agar tidak terjadinya penyakit karena

17
penumpukan iodium, dan ioudium juga diperlukan untuk menghindari kelenjar

gondok pada hewan ternak. Perlu diadakan penelitian pemberian garam dapur

berjodium [KIO3] pada tingkat yang lebih tingi dengan kombinasi ransum dasar

yang lebih baik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap performa average daily

gain dan konsumsi ransum harian sapi potong .

18
III

PENUTUP

Kesimpulan yang didapat dari makalah ini sebagai berikut :

(1) Potensi bahan pakan berupa tepung tulang, tepung kerang, tepung kapur dan

garam di Indonesia cukup melimpah.

(2) Proses untuk mendapatkan pakan sumber mineral yang rata-rata berbentuk

tepung ialah dengan cara dilakukan proses penggilingan untuk

menghasilkan tepung tulang, tepung kerang dan tepung kapur.

(3) Kandungan dari setiap bahan pakan tersebut mengandung mineral yang

tinggi sehingga termasuk dalam bahan pakan nomor 6 yakni bahan pakan

sumber mineral.

(4) Pemberian bahan pakan mineral ini dicampurkan dengan ransum sekitar 1%

sampai 4% tergantung pada banyaknya mineral yang terkandung dalam

sumber pakan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka Tepung Tulang

Barbieri, L., Andreola, F., Bellucci, D., Cannillo, V., Lancelloti, I., Lugasari, A.,

Rincon, J. Ma., Romero, M., and Sola, A. (2014). Preliminary Studieson

Thevalorization of Animal Flour Ashfor Theobtainment of Active Glasses.

Ceramics International 40 (2014) 5619- 5628.

Eniza, S. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Jurnal

Universitas Sumatera Utara.

Rugayah, N. 2014. Potensi Kotoran dan Tulang Ternak Sebagai Sumber Produk

Non Pangan. http://repository.ipb.ac.id

Satria, B.S., Agustina, H, S., dan Fatonah, S. 2012. Tepung Tulang Ikan Tuna

sebagai Campuran Pakan Ternak Ayam.http//:uny.ac.id

Sinaga, I. Bonar. , Harahap, A. Lukman. , Ichwan, Nazif. 2016. Karateristik Tepung

Tulang Yang Dihasilkan Berbagai Bahan Dengan Mesin Penggiling.

Universitas Sumatra Utara, Fakultas Pertanian, Medan.

Singh, I., 1991. Histologi Manusia. Binarupa Aksara, Jakarta.

Daftar Pustaka Tepung Kerang

Abdullah A, Nurjanah, Wardhani Y.K. 2010. Karakteristik Fisik Dan Kimia

Tepung Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis). Jurnal Pengolahan

Hasil Perikanan Indonesia, 13(1): 48- 57.

Faridz Rizal Fachri.2009. Menguak Potensi Perikanan Kerang Tangkap Lestari

Melalui Penilaian Awal MSC di Kabupaten Sidoarjo.WWF

Indonesia.Sidoarjo

Kurniasih, Dewi & Basuki Rahmat, Mohammad & Rahmat Handoko, Catur &
Arfianto, Afif Zuhri. (2017). Pembuatan Pakan Ternak dari limbah

v
Cangkang Kerang di Desa Bulak Kenjeran Surabaya. Seminar MASTER

PPNS. 2. 159-164.

Rizki Rahayu, Tjipto Leksono, Desmelati. 2015. Analisis Kandungan Mineral pada

Tepung Cangkang Kerang Air Tawar (Pilsbryoconcha exilis) Berdasarkan

Ukuran Cangkang yang Berbeda. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Vol 2, No 2.

Daftar Pustaka Tepung Kapur

Aziz, Muchtar. 2010. Batu Kapur Dan Peningkatan Nilai Tambah Serta Spesifikasi

Untuk Industri. Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Jurnal

Teknologi Mineral dan Batubara Volume 06, Nomor 3, Juli 2010 : 116 –

131.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, A.D.Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk

Indonesia. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta

Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum. Fakultas Peternakan

Universitas Gajah Mada . Yogyakarta.

Khalil dan Anwar S. 2007. Studi Komposisi Mineral Tepung Batu Bukit Kamang

Sebagai Bahan Baku Pakan Sumber Mineral. Jurnal Vol. 30 No. 1. Jurusan

Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas.

Pertanianku.com. 2015. Pakan Ayam Sebagai Sumber Mineral. Dari

https://www.pertanianku.com/pakan-ayam-sebagai-sumber-mineral/.

[Diakses, 3 Maret 2019].

Sarneti, S. 2004. Pupuk majemuk mineral berbahan baku lokal untuk peningkatan

produksi pangan. Prosiding Seminar Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Pengembangan Sumberdaya Alam Pendukung Ketahanan Pangan. Hal

:195-220.

vi
Unit Kesehatan dan Pemantauan (UPK dan UPL) Kabupaten Agam. 2003. Upaya

pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan bahan galian

golongan C: Usaha pertambangan batu kapur (lime stone) CV. Bukit Raya

di Kec. Kamang Magek, Kab. Agam.

Daftar Pustaka Garam

Anggoridi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Anonymous. 1996. Buku Petunjuk Teknis Penggemukan Sapi Australia Untuk

Peternak Indonesia Dengan Pola Inti Plasma.

Anonymous. 2008. Pentingnya Jodium Bagi Kehidupan. http//woro indowebsite

.eb,id/ swhotherd.php?it=26027.

Awalina Hasugian [2005]. Mineral Mikro. http://awalina hasugian. blogspot. com/

2009/05/mineral_mikro.html

Bondi, A.A. 1987. Animal Nutrition. The Hebrew University of Yerusalem.

Yerusalem.

Morrison, Frank, B. 1961. Feed and Feeding, A Bridged. The Essentials of the

Feeding, Care and Management of Farm Animals, Including Poultry. Ninth

Edition. The Morisson Publishing Co. Ontario. Canada.

Soejosopoetro, Bambang. Pengaruh Pemberian Garam Iodium (KIO3) pada Sapi

Brahman Australia. Produksi Ternak Universitas Brawijaya.

Steel, Robert G. D. and James H.Torrie. 1981. Principles and procedures of

statistics. A Biometrical Approach. Secon Edition. International Student

Edition. Copyright @ 1981.McGraw-Hill International Book Company.

London.

Swenson, Melvin J. [1972]. Dukes Physiology of domestic animals. Eight Edition.

Constock Publishing Associates. Cornel University Press. London.

vii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembagian Tugas


No. Nama NPM Keterangan
1. Maylani Hestin S Simatupang 200110170083 Tepung Kerang
2. Ranti Novianti 200110170167 Tepung Kapur
Menyusun dll
3. Muhammad Faiq T 200110170275 Tepung Tulang
Garam

Lampiran 2. Jurnal Tepung Kerang

viii
ix

Anda mungkin juga menyukai