Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 2

Mata Kuliah : Materi pembelajaran Quran Hadist

Dosen Pengampu : Ade Wawan,M.Pd.I

Topik Pembahasan : Mengena hadist secara global(Pengertian, sejarah


singkat,periwayatan,takhrij, dan fungsi hadist)

Hari/Tanggal : Jumat 24 september 2021

Jam : 13.00-14.20

Kelas/Semester : D/5

Jurusan : Pendidikan agama islam

Pemakalah :

1. Dwi Rahmadiana Putri Muslimah ( 1911010053)

2. Nuraini Latifah ( 1911010146)

Moderator : Dwi suci rahma putri (1911010054)

1. Penanya : Julia Mustika (1911010095)

Apa saja tingkatan-tingkatan hadist shahih ?

Dijawab Oleh : Dwi rahmadiana putri muslimah (1911010053)

Pertama : Yang paling tinggi adalah apa yang diriwayatkan denan sanad yang paling
shahih,seperti riwayat dengan sanad dari malik dari Nafi’ dari ibnu umar

Kedua : Yang dibawah tingkatan itu adalah yang diriwayatkan dari jalur para perawi yang
mereka lebih rendah kedudukan nya dibandingkan para perawi yang pertama. Seperti riwayat
hammad bin salamah rahimahullah dan tsabit rahimahullah dari anas bin malik radiyallahu’anhu.

Ketiga : Yang lebih rendah tingkatanya dari itu adalah apa yang diriwayatkan oleh para perawi
yang pada dirinya terdapat sifat tsiqah yang paling rendah tingkatan nya.
Ditambah oleh :Jumiyati (1911010096)

1. Hadist shahih yang disepakati/dikeluarkan oleh al-bukhari dan muslim. Ini adalah tingkat
hadist yang paling tinggi.

2. Hadist shahih yang dikeluarkan oleh al-bukhari namun tidak dikeluarkan oleh muslim

3. Hadist shahihyang dikeluarkan oleh muslim namum tidak dikeluarkan oleh al-bukhari

4. Hadist shahih yang sesuai dengan syarat al-bukhari dan muslim namun mereka berdua tidak
mengeluarkan nya

5. Hadist shahih yang sesuai dengan syarat al-bukhari saja namun beliau tidak
mengeluarkannya.

6. Hadist shahih yang sesuai dengan syarat muslim saja , namun beliau tidak mengeluarkannya

7. Hadist yang dishahihkan oleh imam-imam ahli hadist selain al-bukhari dan muslim yang
tidak memenuhi syarat al-bukhari dan muslim atau salah satu diantara keduanya ini adalah
tingkatan hadis shahih yang paling rendah.

2. Penanya : Sri ratnawati (1911010451)

Bagaimana cara kita menanggapi hadist yang kurang shahih ?

Dijawab oleh : Nuraini latifah (1911010146)

Pendapat yang melarang secara mutlak menurut sekelompok ulama, hadist dhoif tidak
digunakan dalam fadho’il a’mal (menjelaskan keutamaan amal) dan juga tidak dalam masalah
lainnya . diantara ulama yang berpendapat seperti ini adalah al imam muslim dalam
muqodimmah kitab shahihnya.

Imam muslim rahimahullah berkata ,’’ketahuilah semoga allah memberikan taufiq


kepadamu bahwasannya wajib setiap orang yang mengerti pemilahan antara riwayat yang shahih
dari riwayat yang lemahdan antara perawi yang tsiqoh (terpercaya) dari perowi yang tertuduh
(berdusta) agar tidak meriwayatkan dari riwayat-riwayat tersebut melainkan yang dia ketahui
keshohihan riwayatnya dan terpercya nya para penukilnya dan hendaknya ia menjauhi riwayat-
riwayat yang berasal dari orang-orang yang tertuduh dan para ahli bid’ah (yang sengit
permusuhannya terdahap ahlus sunnah) Dalil dari perkataan kami ini adalah firman Allah yang
artinya ‘’Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan
itu’’(Q.S. AL-Hujurat:6)
Ayat yang kami sebutkan ini menunjukan bahwa berita orang yang fasik gugur dan tidak
diterima dan persaksian orang yang tidak adil adalah tertolak.’’(muqodimah shohih muslim,
dinukil dari majalah al-furqon) maka dapat disimpulkan bahwa hadist dhoif tidak boleh djadikan
sandaran hukum karena periwayat hadist dhoif termasuk orang yang fasik.

Ditambah oleh : Talsania Cornela Hidayat (1911010458)

Berikut ini kutipan beberapa pendapat ulama terkait hal tersebut. Pertama, imam nawawi
dalam fatawa-nya menyebutkan adanya konsesus (ijmak) di kalangan ulama terkait kebolehan
mengamalkan hadist dhoif untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan akidah dan hukum halal
dan haram. Kedua, boleh mengamalkannnya secara mutlak dalam persoalan hukum ketika tidak
ditemukan lagi hadits sahih yang bisa dijadikan sebagai sandaran. Pendapat ini dinisbatkan
kepada imam ahmad dan abu daud. Selain itu imam abu hanifah dan ibnul qayyimil jauziyah
juga mengutip pendapat tersebut .

Ditambah oleh : Syintia Purnama (1911010213)

Hadits terbagi menjadi empat macam berdasarkan derajat kualitasnya :

Yang pertama hadits shahih : hadits yang sehat dan tanpa cacat. Artinya para ulama hadits
menilai bahwa suatu hadits betul-betul bersumber dari Rasullah SAW.

Yang kedua Hadis hasan : hadis yang baik . artinya para ulama menilai bahwa suatu hadits ada
sedikit kelemahan tetapi secara keseluruhan baik. Hal ini juga berarti para ulama hadits yakin
bahwa suatu hadits bersumber dari Rasullah SAW .

Yang ketiga Hadis dhaif : Hadis yang lemah, artinya para ulama menilai bahwa suatu hadits
memiliki kelemahan yang cukup serius sehingga menyebabkan mereka kurang yakin bahwa
hadits tersebut bersumber dari Rasullah SAW .

Yang keempat Hadits maudhu’: Hadits palsu artinya para ulama yakin bahwa suatu hadits tidak
bersumber dari Rasullah SAW bahkan dibuat-buat

3. Penanya : Suci rahayu (1911010452)

Tolong jelaskan mengenai Hadits Rafa’ ?

Dijawab oleh : Dwi Rahmadiana Putri Muslimah(1911010053)

Pertama mengandung gugurnya pengaruh wadh’I atau taklif sebagian amalan , kedua
mencakup penafian taklif atau tertentu. Dalam ungkapan dan perbedaan dalam jumlah contoh
syiah baik dulu dan sekarang , sesuai nukilan dari al-ridha As, riwayat dari Rasullah Saw secara
muktabar dari sisi sanad .

Anda mungkin juga menyukai