Anda di halaman 1dari 7

MODUL IV

STANDARDISASI SISTEM KERJA

4.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum pada modul IV adalah:
1. Mampu melakukan pengukuran waktu kerja yang mencakup pemilihan
elemen-elemen operasi, pengukuran waktu siklus, pengolahan data hingga
menentukan waktu baku untuk suatu kegiatan perakitan.
2. Mampu melakukan perancangan stasiun kerja permesinan untuk operator
berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi dan rekayasa sistem kerja.

4.2 Luaran Praktikum


Luaran dari modul praktikum ini adalah:
1. Waktu baku
2. Operation Process Chart
3. Peta Tangan Kanan Tangan Kiri
4. Peta Pekerja dan Mesin

4.3 Landasan Teori


4.3.1 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu kerja (time study) dilakukan untuk mendapatkan waktu
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal secara wajar untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dalam suatu sistem kerja terbaik. Pengukuran waktu terdiri dari 2
jenis, yaitu pengukuran waktu langsung dan pengukuran waktu tidak langsung
(Wignjosoebroto, 2008).
Pengukuran waktu secara langsung merupakan pengukuran yang dilakukan
secara langsung di tempat dilaksanakannya pekerjaan tersebut. Metode yang
digunakan dalam pengukuran waktu secara langsung, yaitu dengan menggunakan
jam henti (stopwatch) dan sampling pekerjaan. Sedangkan pengukuran waktu
secara tidak langsung merupakan pengukuran waktu yang tanpa harus berada di
tempat pekerjaan berlangsung. Metode yang digunakan dalam melakukan
pengukuran waktu secara tak langusng, yaitu dengan menggunakan tabel-tabel
yang tersedia dengan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen
pekerjaan atau elemen-elemen gerakan untuk memperoleh data waktu baku dan
waktu gerakan. Cara pengolahan data untuk pengukuran waktu baku secara tak
langsung, yaitu MTA (Motion Time Analysis), MTM (Motion Time
Measurement), MOST (Maynard Operation Sequence Technique), WF (Work
Factor), MTS (Motion Time Standard), DMT (Dimention Motion Time), dan
BMT (Basic Motion Time) (Sutalaksana, 2006).
Tahapan dalam melakukan pengukuran waktu secara langsung untuk
mendapatkan waktu baku adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Tahapan perhitungan waktu baku


Keterangan:
P = faktor penyesuaian
L = faktor kelonggaran
Berikut merupakan tahapan perhitungan waktu baku berdasarkan data yang
diperoleh saat praktikum:
1. Uji Kecukupan Data
2. Uji Keseragaman Data
3. Penyesuaian dan Kelonggaran
Faktor penyesuaian (P) atau performance rating merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dalam
keadaan tidak wajar sehingga hasil perhitungan waktu siklus perlu
dinormalkan terlebih dahulu agar mendapatkan waktu siklus rata-rata yang
wajar. Kelonggaran (L) adalah waktu yang diberikan kepada operator utuk
hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan fatique, dan gangguan-
gangguan yang tidak dapat dihindarkan oleh operator.
4. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk
pada satu stasiun kerja.

Ws 
X i

n
5. Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh
pekerja dengan mempertimbangkan faktor penyesuaian.

Wn  Ws .(1  p)
6. Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja dengan
kondisi normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam
sistem kerja terbaik.

100%
Wb  Wn .
100%  allowance (%)
4.3.2 Perancangan Stasiun Kerja
Perancangan stasiun kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan
yang dilakukan. Stasiun kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
berdasarkan posisi tubuh pada saat bekerja adalah sebagai berikut:
1. Stasiun kerja untuk operator duduk
Stasiun kerja untuk operator duduk sesuai dalam situasi sebagai berikut:
 Semua obyek (material, alat, dan lain-lain) yang dibutuhkan dalam bekerja
dapat diambil dengan mudah dan berada pada jangkauan tangan dalam
posisi duduk
 Pekerjaan tidak membutuhkan tenaga yang besar
 Pekerjaan memerlukan control yang teliti pada bagian kaki dan tangan
 Obyek yang dipegang tidak lebih dari 15 cm jauhnya dari landasan kerja
 Pekerjaan dilakukan dalam waktu yang lama
Gambar 4.2 Stasiun kerja operator duduk (1)
Sumber: Eastman Kodak Company, 2003

Gambar 4.3 Stasiun kerja operator duduk (2)


2. Stasiun kerja untuk operator berdiri
Stasiun kerja untuk operator berdiri sesuai dalam situasi sebagai berikut:
 Tidak tersedia tempat untuk menyangga kaki dan lutut
 Sering dilakukan penanganan untuk obyek yang berat (lebih dari 4.5 kg)
 Sering dilakukan gerakan menjangkau yang terlalu jauh atau dekat
 Sering dilakukan pekerjaan dengan aktivitas menekan ke bawah
 Mobilitas untuk bergerak di sekitar stasiun kerja tinggi
Gambar 4.4 Stasiun kerja operator berdiri
Sumber: Niebel, 2012
Beberapa rekomendasi ergonomi mengenai ketinggian landasan kerja posisi
berdiri didasarkan pada ketinggian siku berdiri adalah:
1. Pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi: rekomendasi landasan kerja
adalah 5 - 10 cm di atas tinggi siku berdiri
2. Pekerjaan yang melibatkan banyak peralatan dan material: rekomendasi
tinggi landasan kerja adalah 10 - 15 cm di bawah tinggi siku berdiri
3. Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat: rekomendasi tinggi
landasan kerja adalah 15 - 40 cm di bawah tinggi siku berdiri
3. Stasiun kerja untuk operator duduk berdiri
Clark (1996) mengkombinasikan perancangan stasiun kerja untuk posisi
duduk dan berdiri menjadi satu perancangan dengan batasan sebagai berikut:
1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada saat tertentu dan dalam posisi
berdiri pada saat yang lainnya, maka perubahan posisi kerja dilakukan
bergantian
2. Pekerja perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm ke depan dan atau 15
cm di atas landasan kerja
3. Tinggi landasan kerja antara 90 - 120 cm adalah ketinggian yang paling
tepat untuk posisi duduk dan berdiri
Gambar 4.5 Stasiun kerja operator duduk berdiri
Sumber: Eastman Kodak Company, 2003

4.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum:
1. Stopwatch atau webcam
2. Tabel penyesuaian Westinghouse
3. Tabel kelonggaran
4. Data antropometri
5. Peta Pekerja Mesin (PPM)
Daftar Pustaka

Anonim. 2015. Standardisasi Sistem Kerja. Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan
Ergonomi Teknik Industri. ITB: Bandung.

Eastman Kodak Company. 2003. Ergonomic Design for People at Work.


Belmont, California: Lifetime Learning Publications

Niebel, B.W., Freivalds, A. 2012. Methods, Standard and Work Design Edition
12th. Mc-Graw Hill : New York.

Sutalaksana, Z.I., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, J.H. 2006. Teknik Tata Cara
Kerja. ITB: Bandung.

Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya:


Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai