ISBN: 978-979-8452-57-4
EDITOR:
Krisdianto
Barly
Sasa Abdurrohim
Y.I. Mandang
STAFF EDITOR:
Syarif Hidayat
Ayit Taufik Hidayat
Juli Jajuli
Dipublikasikan oleh :
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN
DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN (PUSTEKOLAH)
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia
Telp. : (0251) 8633378, 8633413, Fax. (0251) 8633413
E-mail : publikasi@pustekolah.org, info@pustekolah.org
Website : www.pustekolah.org
KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN
DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BOGOR, 2013
SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya kami dapat
menyelesaikan Buku Atlas Kayu Indonesia Jilid IV ini. Buku ini merupakan seri lanjutan dari
Atlas Kayu Indonesia sebelumnya yang disusun berdasarkan kompilasi hasil penelitian tim
peneliti terkait dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER).
Substansi informasi pada buku ini menyajikan risalah ringkas 30 jenis kayu, tujuannya
untuk memperkenalkan sifat dan kegunaan kayu baik kayu perdagangan maupun kayu yang
selama ini kurang dikenal masyarakat. Dengan mengetahui sifat dan kegunaan kayu secara
komprehensif diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan dan pemanfaatan
jenis kayu tersebut secara komersial.
Pada Atlas Kayu Indonesia Jilid I dan II telah disajikan risalah kayu secara ringkas
sebanyak 62 kelompok jenis kayu perdagangan meliputi 179 jenis pohon, Jilid III sebanyak 30
jenis dan Jilid IV sebanyak 30 jenis. Dengan demikian baru 239 jenis kayu Indonesia yang telah
dipublikasikan dalam media Atlas Kayu Indonesia Jilid I s/d IV dari total ± 4.000 jenis kayu yang
ada di Indonesia, sehingga masih banyak jenis kayu yang perlu diteliti dan dipublikasikan ke
masyarakat.
Oleh karenanya segala kritik dan saran yang membangun terhadap buku ini sangat kami
harapkan untuk perbaikan penulisan seri selanjutnya, dan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan hingga terbitnya buku ini disampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Tim Penyusun
Sudah disebutkan dalam Jilid I, dari sudah bertambah. Dalam Jilid I dan II disajikan
4.000 jenis pohon yang diperkirakan terdapat di risalah mengenai 62 kelompok jenis kayu
Indonesia, 400 jenis mempunyai peran penting perdagangan meliputi 179 jenis pohon. Dalam
sebagai penghasil kayu perdagangan (Anonim, jilid III disajikan risalah 30 jenis pohon,
1952). Dari 400 jenis pohon itu 259 jenis sudah sehingga berjumlah 209 jenis.
dikenal dalam perdagangan dan dikelompokkan Dalam jilid IV, disajikan 30 jenis pohon
menjadi 120 jenis kayu perdagangan. kayu yang kurang dikenal dalam perdagangan
Pengelompokkan tersebut kurang sesuai lagi seperti Neolitsea triplinervia, Garcinia celebica
karena jumlah kayu yang diperdagangkan dan Pouteria duclitan.
B. Nama Perdagangan
Nama kayu yang diperkenalkan dalam
risalah ini dipakai nama yang sudah lazim
dalam perdagangan. Dalam hal ini perlu
dibedakan antara nama perdagangan dan F. Morfologi
nama botani, karena nama perdagangan sering
Penyajian ciri morfologi pohon mengikuti
kali merupakan nama kelompok untuk
pola yang dipakai dalam jilid sebelumnya, yaitu
risalah habitus, bentuk batang, warna pepagan
(kulit luar), sifat permukaan pepagan, bentuk
kayu berasal dari jenis botani yang berbeda banir bagi pohon yang berbanir, panjang
mempunyai ciri, sifat dan kegunaan yang batang bebas cabang, diameter pohon pada
hampir sama. Misalnya ”medang” merupakan ketinggian 130 cm bagi pohon yang tidak
nama perdagangan untuk sekelompok jenis berbanir atau 20 cm di atas banir bagi pohon
botani dalam marga Litsea dan Neolitsea. yang berbanir, dan sifat morfologi seranting
Daerah Persebaran
a
Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat dan Filipina.
Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi mencapai
40 m, diameter batang dapat mencapai 80–150
cm, bentuk silindris, batang bebas cabang
hingga 20m, berbanir tinggi, mencapai 2m.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
b
kecokelatan atau merah kecokelatan, batang
tua berlekah longitudinal atau bersisik. Acer laurinum Hassk. ex Miq. – Aceraceae
a. Kayu (wood)
Daun tunggal, kedudukan berhadapan; helaian b. Kulit (bark)
permukaan bawah berwarna hijau keputih-
putihan atau hijau kebiruan, bentuk bulat telur Ciri Anatomi
atau jorong atau bulat memanjang berukuran Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
7–23 cm x 3–6 cm, pangkal bulat atau bentuk parenkim pita marjinal. Pembuluh baur,
baji, ujung meluncip, pinggir rata, pertulangan bergabung radial hingga 3 pembuluh. Diameter
pada pangkal menjari tiga atau kadang menjari berkisar antara 50-100 mikron. Frekuensi 5
lima. Panjang tangkai 2–7 cm, silindris kecil. buah/mm2 atau kurang. Bidang perforasi
Perbungaan majemuk malai, pada ketiak daun, sederhana, ceruk antar pembuluh selang-seling
panjang hingga 10cm; mahkota berwarna dengan ukuran sedang (7-10 mikron). Ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
kuning pucat.
yang jelas, ukuran dan bentuk ceruk serupa
dengan ceruk antar pembuluh.
Pemesinan Permudaan
Bebas cacat Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.
Sifat pemesinan Kelas
% Dalam 1 kg terdapat 4.900 biji dan bersifat
ortodoks. Untuk berkecambah memerlukan
Penyerutan 80 Sangat baik (I)
waktu lama hingga 365 hari. Biji perlu
Pembentukan 80 Sangat baik (II)
distratifikasi sebelum dikecambahkan.
Pembubutan 74 Baik (II)
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan di bawah
Pemboran 61 Baik (II)
naungan
Pengampelasan 90 Sangat baik (I)
Buah
Kegunaan Berbunga pada bulan April–Agustus. Pada saat
berbunga, biasanya daun ber-guguran. Polinasi
Kayu ini mudah dikerjakan dan mudah kering,
dilakukan oleh lebah madu. Buah matang pada
tetapi jarang dijumpai sehingga jarang
bulan Juli-November.
digunakan. Kegunaannya untuk konstruksi,
A B
C D
Nama Perdagangan
Albizia
Nama Daerah
Tekik (Jawa); tarisi, ki toke (Sunda Jawa Barat).
Daerah Persebaran
Australia, Bangladesh, India, Indonesia,
Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Thailand.
Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 25 m. Batang
berdiameter 50 cm atau mencapai 100 cm, a
bentuk silindris. Permukaan pepagan berwarna
abu-abu kecokelatan, kasar, agak beretak dan
berlentisel.
Daun majemuk menyirip ganda dengan 1-5
pasang helai anak daun, masing-masing helai
anak daun terdiri dari 3-11 pasang; helaian
anak daun gundul berwarna hijau terang hingga
hijau kusam, bentuk lonjong, asimetris,
berukuran 1,5-4,5 cm x 0,8- 2,2 cm, pasangan
anak daun saling melipat pada malam hari. b
Perbungaan majemuk malai, muncul tunggal Albizia lebbeck (L.) Benth. - Fabaceae
atau berkelompok, pada ketiak daun atau ujung a. Kayu (wood)
ranting, panjang 5 cm; mahkota bunga b. Kulit (bark)
berwarna putih dengan benangsari berwarna
hijau kekuningan, bunga harum.
Ciri Anatomi
Biji pipih, oval berwarna cokelat.
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah polong, memipih, berukuran 15-26 cm x
Pembuluh baur dengan sebaran diagonal atau
3-5 cm, dalam polong terdapat 6-12 biji. Biji
radial. Hampir seluruhnya soliter, bergabung
bundar lonjong memipih, berukuran 8-10 x 6-7
radial 4 atau bergerombol. Bidang perforasi
mm, berwarna cokelat.
sederhana. Ceruk antar pembuluh selang-
Ciri Umum seling, ukurannya kecil dan berumbai. Ceruk
Warna kayu teras dan gubal jelas dapat antar pembuluh dan jari-jari ada dua ciri,
dipisahkan. Kayu teras berwarna cokelat tua pertama dengan halaman yang jelas, serupa
agak kekuningan dengan garis berwarna dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
kehitaman karena adanya perbedaan pembuluh, serta dengan halaman sempit
kepadatan jaringan serat. Kayu gubal berwarna sampai sederhana, ceruk bundar atau
putih, lebar sekitar 4-6,5 cm. bersudut. Diameter lumen sekitar 100-200
mikron dan 200 mikron; frekuensi 5 buah/mm2
Tekstur agak halus dan tidak merata. atau kurang.
Arah serat berpadu.
Kilap agak mengkilap. Parenkim aksial paratrakea vaskisentrik hingga
Kesan raba agak licin. aliform. Panjang untai empat (3-4) sel per-untai.
Kekerasan agak keras.
C D
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Timor, Nusa Tenggara, Papua New
Guinea, Queensland (Australia), Filipina, India,
China, Myanmar, Indochina, Thailand.
Morfologi
a
Pohon sedang, tinggi sampai 35 m. Batang
diameter 50-70 cm, tinggi bebas cabang 8-15
m, batang lurus atau bengkok. Permukaan
pepagan berwarna abu-abu kehijauan atau
abu-abu kecokelatan, halus atau beralur
dangkal dan mengelupas kecil.
Daun majemuk menyirip ganda dengan 2–5
pasang helai anak daun, masing-masing helai
anak daun terdiri dari 5-11 pasang; helaian
anak daun gundul, bentuk bundar telur hingga
b
membundar, asimetris, berukuran 2-4 cm x 0,8-
1,6 cm, daun muda berwarna merah. Albizia procera (Roxb.) Benth. – Fabaceae
Perbungaan majemuk berbentuk kepala jarang a. Kayu (wood)
malai, pada ketiak daun atau dekat ujung b. Kulit (bark)
ranting, panjang 8-25 cm; mahkota bunga
berwarna kuning kehijauan atau keputihan. Ciri Anatomi
Bunga bisexual sampai buah tua. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah polong, memipih, berukuran 10-20 cm x Pembuluh baur, sebaran pembuluh cenderung
1,8-2,5 cm, dalam polong terdapat 6-12 biji. Biji pola diagonal atau radial, hampir seluruhnya
bundar lonjong memipih, berukuran 7,5-8 x 4,5- soliter, walau kadang ditemui bergabung radial
6,5 mm, berwarna coklat. hingga dua sel, bidang perforasi sederhana,
ceruk antar pembuluh selang-seling dengan
Ciri Umum ukuran besar (>10 mikron). Ceruk antar
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Warna kayu teras cokelat tua agak kemerahan
jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
dengan garis kehitaman berbeda dengan kayu
ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
C D
Daerah Persebaran
Myanmar (alami), dan ditanam di Negara sub
tropis dan tropis termasuk Indonesia
a
Morfologi
Pohon sedang, tinggi 15-20 m, kadang-kadang
dijumpai antara 35-40 m. Batang utama
silindris, tidak lurus, banyak percabangan,
diameter 30-45 cm, jarang mencapai 100 cm.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
kecokelatan atau abu-abu kehitaman, kasar,
berlekah dangkal.
Daun majemuk menyirip genap, kedudukan
tersebar atau mengumpul pada ujung ranting;
panjang daun majemuk 20-40 cm, terdiri atas 7- b
17 anak daun; helaian anak daun bentuk jorong Azadirachta indica A. Juss - Meliaceae
atau lonjong, berukuran 3-8 x 1-3 cm, tepi a. Kayu (wood)
bergerigi, ujung meluncip, pangkal lancip. b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk malai, pada ketiak daun,
panjang perbungaan 10-30 cm; mahkota Ciri Anatomi
berwarna putih hingga krem. Lingkaran tumbuh jelas.
Pembuluh pengelompokan bergabung radial 2
Buah bulat telur hingga hampir bulat, berwarna
hingga 4 serta bergerombol biasa dijumpai.
hijau hingga kekuningan, berukuran 1,4-2,8 x
Diameter berkisar antara 100-200 mikron.
1,0-1,5 cm. Biji satu, jarang berbiji dua atau
Frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
tiga, berwarna cokelat.
perforasi sederhana ceruk antar pembuluh
selang-seling, ukuran kecil (4-7 mikron). Ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
yang jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk
A B
C D
Nama Daerah
Barangan, barangan pipit, empili, mempening,
ukam (Kalimantan), ki hiur, ki riung, riung anak
(Sunda), meranak, pasang robyong (Jawa).
Daerah Persebaran
India, Burma, China, Indo-China, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Kalimantan Utara (Sarawak), Sulawesi, Papua
New Guinea hingga Kepulauan New Britain.
a
Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi 40 m.
Batang utama silindris tegak, diameter batang
30–90 cm, pohon tua berbanir tinggi 2 m.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
kecokelatan, kasar, berlekah dangkal dan
berlentisel.
Daun penumpu bundar telur meruncing,
berukuran 3–4 x 1 mm, mudah luruh. Daun
tunggal, kedudukan spiral atau menyebar; b
helaian mengertas tipis, berukuran 4–17 cm x Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC. -
2,5–6 cm, ujung meluncip, panjang ujung 1–2,5 Fagaceae
cm, pangkal bundar atau tumpul, kadang a. Kayu (wood)
meluncip, pertulangan sekunder 10–14 pasang. b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk malai pada ketiak daun
atau ujung ranting, panjang bunga jantan dan Ciri Anatomi
bunga betina 5–10 cm, bunga warna putih Lingkaran tumbuh tidak jelas.
kekuningan. Pembuluh baur; sebaran pola diagonal atau
Buah bulat telur, kulit luar berduri, berukuran dendritik, pengelompokan hampir seluruhnya
1,5-2 x 1-1,5 cm, buah muda berwarna hijau, soliter. Diameter 200 mikron lebih (sekitar 300
terdapat 1-2 biji. Biji bulat telur meruncing di mikron). Bidang perforasi sederhana. Ceruk
ujung, sedikit berbulu. antar pembuluh selang-seling. Ceruk antar
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Ciri Umum sempit sampai sederhana, ceruk horisontal
Warna kayu teras berwarna kuning atau vertikal. Tilosis umum banyak dijumpai.
kecokelatan, agak mudah dibedakan dari gubal Terdapat trakeida vaskisentrik dan vaskuler.
yang berwarna kuning pucat.
C D
Daerah Persebaran
Semenanjung Malaya, Sumatera, Simalur
(Simeulu-Aceh), Bangka, Jawa Barat
Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi 20-25 m
atau kadang mencapai 40 m. Batang utama
silindris tegak, diameter batang mencapai 60
cm atau 100 cm. Permukaan pepagan kasar
dan berlekah, warna abu-abu kehitaman.
a
Daun penumpu bentuk perahu, bundar telur
atau segitiga, berukuran 4-6 x 2–3 mm. Daun
tunggal, kedudukan spiral atau menyebar, daun
muda berbulu kuning keemasan, helaian
bentuk jorong hingga lonjong berukuran 8–15 x
3–9 cm, ujung meruncing atau lancip, pangkal
bundar atau runcing kadang asimetrik, tepi rata.
Pertulangan sekunder berjumlah 11-19
pasang. Tangkai silindris dan memipih, panjang
0,5-2 cm.
Perbungaan majemuk malai, pada ketiak daun b
atau ujung ranting, malai jantan berukuran 10-
25 cm, malai betina berukuran 5-15 cm. Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC. -
Fagaceae
Buah yang matang berwarna kecokelatan, kulit
a. Kayu (wood)
luar berduri tajam dengan panjang 15-25 mm
b. Kulit (bark)
dan memiliki 1-3 lapis cangkang biji.
Ciri Anatomi
Lingkaran tumbuh tidak jelas hingga agak jelas.
Pembuluh baur, sebaran pola diagonal atau
radial dan hampir seluruhnya soliter. Diameter
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Keteguhan tarik sejajar arah serat
kertas: Kelas I. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 194
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam (k) 335
parenkim aksial berbilik. Tangensial (b) 211
(k) 325
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis dan kelas kuat menurut Oey (1990) Radial (b) 14
0,78 ; kelas kuat II-III (k) 17
Penyusutan (%) Tangensial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 18
1,9 (R) ; 4,4 (T)
Sifat Kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
3,0 (R) ; 6,7 (T) Kadar
Holoselulosa 79,0%
Sifat Mekanis Lignin 27,7%
Pentosan 15,0%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 1,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 1,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,39 pada kadar
Kelarutan
air 100%, dan berat jenis kering udara (k) 0,47 Alkohol-benzena 2,6%
pada kadar air 13%. Air dingin 3,9%
Keteguhan lentur statis Air panas 5,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 17,8%
(b) 291 Nilai kalor 4.776 kal/g
(k) 339
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 412 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet (II)-III-IV
(k) 518 (Oey, 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) kering (Cryptotermes cynocephalus Light.)
(b) 64,9 kelas II, dan terhadap rayap tanah
(k) 70,2 (Coptotermes curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 6 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 12 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Tangensial (b) 7 Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 12 Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 233
(k) 321
C D
Nama Perdagangan
Medang teja
Nama Daerah
Huru pedes (Sunda), medang kalong (Belitung)
Daerah Persebaran
India, Burma (Myanmar), Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Filipina.
a
Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi 24-30 m.
Batang utama silindris, diameter 60-180 cm.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
kecokelatan, licin, berlenti sel; kulit kayu warna
merah jambu, berbau aromatik tajam.
Daun tunggal, kedudukan berhadapan atau
hampir berpasangan. Daun muda berwarna
merah, helaian tua agak kaku, bentuk lonjong
hingga jorong, ukuran helaian bervariasi, 7,5– b
30 cm x 2,5–9 cm; ujung tumpul atau meluncip;
Cinnamomum iners (Reinw. ex Nees & T.
pangkal luncip atau membundar; pertulangan
Nees) Blume - Lauraceae
menjari tiga, permukaan bawah helai daun
a. Kayu (wood)
sering ada bintik-bintik dalam helaian
b. Kulit (bark)
(glaucous). Panjang tangkai 1–2 cm.
Perbungaan majemuk malai, pada ujung Ciri Anatomi
ranting atau ketiak daun, panjang majemuk 10–
18 cm, berbulu; mahkota berwarna krem, Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
berbau harum aromatik. penebalan dinding serat.
Buah berbentuk oval dengan panjang 1–1,5 Pembuluh baur bidang perforasi sederhana dan
cm, berwarna hijau dengan bintik-bintik kuning bentuk tangga. Diameter 100-200 mikron.
pada waktu muda dan ungu kehitaman Ceruk antar pembuluh selang-seling, ceruk
sesudah tua. antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
yang sempit sampai sederhana ceruk horisontal
Ciri Umum atau vertikal. Tilosis umum dijumpai.
Warna kayu teras cokelat muda kekuningan, Parenkim apotrakea tersebar; paratrakea
mudah dibedakan dengan gubal vaskisentrik dan aliform. Panjang setiap untai 3-
Corak polos 8 sel.
Tekstur halus dan rata
Arah serat lurus hingga berpadu
Kilap tidak mengkilap
Kegunaan
Kayu ini digunakan untuk perlengkapan interior
yaitu panel, mebel, kabinet, lemari pakaian.
Kayu yang harum cocok untuk dibuat peti.
C D
Nama Daerah
Cangkring (Jawa), cangkring, dadap (Sunda),
galada anyer (Melayu), rase (Bugis), kane
(Makasar), rope (Sasak)
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua
New Guinea
Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 25 a
m. Batang bebas cabang sampai 17 m, bulat
dan lurus, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat keabu-
abuan, licin, beretak. Batang muda,
percabangan batang dan ranting berduri,
panjang duri 1-2 cm.
Daun penumpu berbentuk bundar atau bentuk
jarum, mudah luruh. Daun majemuk menjari
tiga, kedudukan berselang-seling, bentuk
helaian bundar telur hingga jorong, berukuran
18-45 cm x 10-20 cm, pangkal bundar, tumpul b
atau meruncing, ujung tumpul, tepirata,
pertulangan menyirip. Panjang tangkai sampai Erythrina fusca Lour. - Fabaceae
25 cm, kadang berduri. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk tandan, pada ujung
ranting, mahkota bunga warna merah
mencolok. Ciri Anatomi
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Pembuluh baur, sebagian besar soliter, dan
ada beberapa ditemui bergabung radial hingga
dua, diameter sekitar 200 mikron atau lebih,
frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
perforasi sederhana, ceruk antar pembuluh
Ciri Umum selang-seling dan berumbai. Ceruk antar
Warna kayu teras berwarna putih jerami hingga pembuluh dan jari-jari ada dua macam yaitu
kuning muda, susah dibedakan dari gubal yang dengan halaman yang jelas, serupa dalam
berwarna sama. ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
Corak polos. pembuluh, serta dengan halaman yang sempit
sampai sederhana, ceruk bundar atau
Tekstur kasar. bersudut.
A B
C D
Daerah Persebaran
Taiwan hingga Malaysia: Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara
(Sumbawa, Flores, Timor, Wetar), Kepulauan
Maluku (Buru, Halmahera, Sula, Aru).
Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi 20-40 m.
Batang utama silindris, tegak, berbanir, tinggi
banir 2,5 m, berakar jangkang. Permukaan
pepagan berwarna cokelat keabuan, licin, atau
berlentisel dan mengelupas kecil; bergetah
putih. a
Daun penumpu panjang 2-4 cm, berbulu tipis
warna kuning kecokelatan, mudah luruh. Daun
tunggal, kedudukan spiral atau selang-seling,
melingkar pada ujung ranting. Helaian lonjong
hingga bundar telur terbalik, berukuran 4-19 cm
x 1,5-8,5 cm, mengertas, ujung meluncip,
pangkal meluncip atau tumpul, tepi rata;
permukaan helai tidak berbulu, daun kering
berwarna hijau pucat, permukaan bawah helai
muda berbulu tipis warna keputihan hingga
kekuningan; pertulangan sekunder berjumlah b
(5) 8-10 pasang, terdapat domatia (glands)
pada ketiak pertulangan pangkal. Panjang Ficus nervosa Heyne ex Roth - Moraceae
tangkai (0,5) 1-2 cm. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
pada ketiak daun, diameter bunga majemuk
0,8-1,5 cm. Ciri Anatomi
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
Diameter 200 mikron lebih. Ceruk antar
pembuluh selang-seling bersegi banyak,ceruk
antara pembuluh dengan jari-jari berhalaman
jelas, serupa dalam ukuran dan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit
Hama penyakit
Tanaman muda mudah diserang gulma, serta
rusa atau kijang.
C D
Nama Perdagangan
Nyawai
Nama Daerah
Kundang, gondang (Jawa, Bali), kondang
(Sunda), ara, arah, aro, barai silai uding, haru
kucing (Sumatera), hara, lua, nyawi
(Kalimantan), aga, andarahi montaha, bunta,
rolli (Sulawesi), akau, andei yeva, gondal,
sesem, kabato (Maluku), ganalang, kanjilu
(Sumba).
Daerah Persebaran
a
Myanmar, China Selatan, Malaysia, Filipina,
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku,
Sulawesi, Solomon, Queensland
Morfologi
Pohon besar, tinggi mencapai 30-40 m. Batang
silindris, tegak, diameter 85-100 cm atau lebih
dan berbanir tinggi sampai 2 m. Permukaan
pepagan warna cokelat bercak putih, licin dan
tidak beralur.
Daun tunggal, kedudukan tersebar, bentuk
helaian bundar telur dengan pangkal membulat
sampai bentuk hati, ujung meruncing; helaian
b
tipis, berukuran 9-25 cm x 4,5-12,5 cm; urat
sekunder berjumlah 4-8 pasang, pada pangkal Ficus variegata Blume - Moraceae
kadang tersusun seperti menjari. Panjang a. Kayu (wood)
tangkai 2,5-18 cm. b. Kulit (bark) dan buah (fruits)
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
Ciri Anatomi
pada batang dan cabang, dalam kedudukan
berkas dengan tangkai berkayu pendek. Lingkaran tumbuh tegas, ditandai oleh adanya
parenkim pita marjinal yang berjarak teratur.
Pembuluh baur, soliter dan bergabung radial 2-
3 (4) sel, diameter 219 ± 63 mikron; frekuensi
2 ± 1 per mm2; bidang perforasi sederhana.
Ceruk antar pembuluh berhalaman, diameter
Ciri Umum 10 ± 0,8 mikron, bentuk polygonal bersusun
Warna kayu teras dan gubal hampir sama selang seling. Ceruk antara pembuluh dan jari-
cokelat pucat tanpa batas yang tegas. jari sederhana, bundar, bersudut, horizontal
Corak polos kadang bergaris-garis. sampai vertikal; tilosis ada tapi jarang ditemui,
Tekstur agak kasar sampai kasar dan tidak endapan tidak dijumpai.
merata. Parenkim apotrakeal bentuk pita marjinal
Arah serat lurus. berjarak teratur dengan ketebalan mencapai 6 -
Kilap agak mengkilap. 10 (12) lapis sel.
C D
Nama Botanis
Ficus vasculosa Wall. ex Miq.-Moraceae
Sinonim: Ficus championi Benth., Ficus
renitens Miq., Ficus variabilis Miq.
Nama Perdagangan
-
Nama Daerah
Bunut, huru awis, ki kopeng, ki kuya (Sunda).
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Indo-china,
Thailand, Malaysia, Singapura
a
Morfologi
Pohon sedang, besar atau raksasa, tinggi 50 m.
Batang silindris, tegak, diameter batang sampai
110 cm. Permukaan pepagan warna cokelat
keputihan atau abu-abu, licin hingga kasar
danberetak.
Daun penumpu bentuk jarum hingga budar
telur, panjang kurang dari 6 mm. Daun tunggal,
kedudukan daun berselang seling, bentuk
helaian jorong, lonjong hingga bundar telur, b
ujung luncip, pangkal lancip hingga
Ficus vasculosa Wall. ex Miq. - Moraceae
membundar, pinggir helaian daun rata,
a. Kayu (wood)
pertulangan sekunder berjumlah 10-12 cm,
b. Kulit (bark)
ujung melengkung saling menyambung.
Panjang tangkai 1-2 cm.
Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh parenkim
berwarna kuning-oranye-merah, menempel
pita yang lebih tebal.
pada ranting.
Buah semu bentuk bulat, diameter kurang dari Pembuluh baur, soliter, beberapa bergabung
8 mm, berwarna hijau hingga kuning orange radial 2-4 sel, ukuran sedang, diameter 220,07
atau merah kekuningan, menempel pada ± 14,99 mikron; frekuensi sedikit, 3,07 ± 0,36
ranting. Dalam buah terdapat ribuan biji per mm2; panjang 421,9 ± 4,7 mikron, bidang
berukuran kecil. perforasi sederhana. Ceruk antar pembuluh
berhalaman, bentuk bundar sampai lonjong
Ciri Umum bersusun berseling; ukuran 7,46 ± 0,26 mikron.
Ceruk antar pembuluh dan jari-jari sama dan
Warna kayu teras kuning cerah tidak
seukuran dengan ceruk antar pembuluh; tilosis
dipisahkan secara jelas oleh kayu gubalnya.
dan endapan putih kadang dijumpai.
Corak bergaris-garis.
Tekstur kasar. Parenkim pita tebal yang membentuk garis
marjinal tidak terputus.
Arah serat lurus sampai berpadu.
Kilap mengkilap. Jari-jari heteroseluler, dengan tinggi mencapai
Kesan raba agak licin. 1.147,29 mikron, dengan rata-rata 794,2 ± 76,3
mikron, frekuensi 3,9 ± 0,3 jari-jari per mm.
Kekerasan sedang.
A B
C D
Nama Botanis
Garcinia celebica L.- Clusiaceae
Sinonim: Garcinia fabrilis Miq., G. jawoera
Pierre, G. rumphii Pierre
Nama Perdagangan
Beruas
Nama Daerah
Cerui, beruwas, kiras; manggis leweung
(Sunda), baros, manggisan (Jawa), baruwas,
beruwa, kiras, sibaruweh sibarueh item
(Sumatera), kirasa (Makasar), ire (Bugis),
tanduk, dambu lotong, kalaero (Muna), kalawet,
manggis, manggis utan, sikup, sungkup
(Kalimantan), baba, dodopa, kafran, sinoreh
(Maluku), perada (Bali/Lombok).
a
Nama di Negara Lain
-
Daerah Persebaran
Tersebar hampir di seluruh Indonesia: Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali,
Lombok dan Maluku.
Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 25 m. Batang b
silindris, tegak, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan warna cokelat, beralur Garcinia celebica L. - Clusiaceae
dangkal dan mengelupas kecil-kecil tebal. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Daun tunggal, kedudukan berhadapan
bersilangan, bentuk lonjong, bundar telur atau Ciri Anatomi
bundar memanjang, ujung meruncing, pangkal
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
membulat, tebal seperti kulit, berukuran 14-22
Pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter,
cm x 6-9 cm, permukaan atas hijau tua
bergabung radial sampai 4 dan pembuluh
mengkilap, permukaan bawah hijau muda.
bergerombol dijumpai, bidang perforasi
Panjang tangkai 1-1,5 cm.
sederhana. Ceruk antar pembuluh selang-
Bunga terletak pada ujung ranting berjumlah 1- seling, berukuran kecil (4-7 mikron).
8, panjang tangkai 1-1,5 cm. Percerukan pembuluh dan jari-jari dengan
Buah bulat, diameter kurang dari 35 mm, halaman yang jelas, serupa dalam ukuran dan
berwarna hijau kuning kemerahan, biji beraril ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
tipis, rasa agak masam. berkisar antara 100-200 mikron, frekuensi 5
buah/mm2 atau kurang.
Ciri Umum Parenkim aksial paratrakea jarang, aliform
Warna kayu teras berwarna cokelat muda agak bersayap, konfluen dan pita >3 lapis sel, pita
kehijauan, sulit dibedakan dengan kayu sempit ≤3 lapis sel. Panjang lebih dari 8 sel per
gubalnya. untai.
Tekstur agak kasar dan tidak merata. Jari-jari 1–3 seri, sedangkan jari-jari yang lebar
Kilap agak kusam. umumnya 4–10 seri. Komposisi jari-jari dengan
Kesan raba kesat. 1 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal
Kekerasan agak keras. serta sel baring, sel bujur sangkar, dan sel
Corak polos. tegak bercampur. Frekuensi jari-jari 4-12 per
mm.
C D
Garcinia celebica L.
A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron
Nama Botanis
Horsfieldia glabra (Blume) Warb.-Myristicaceae
Sinonim: Ficus pubinervis Blume, Ficus similis
Merr.
Nama Perdagangan
Penarahan
Nama Daerah
Darah-darah, pendarah (Indonesia), cemending
(Sumatera Selatan), cemending putih, talang,
sumaralah silai delok (Sumatera), kelapa ciung,
ki tungila (Sunda, Jawa Barat), klapa cung, kala
pacung, klapan, nanghan (Jawa)
Morfologi
Pohon sedang, tinggi 20-30 m. Batang utama
silindris, tegak, diameter 30-50 cm; berbanir
kecil. Permukaan pepagan berwarna cokelat
keabuan, licin, atau berlekah.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau tersebar.
Helaian lonjong hingga bundar telur terbalik,
berukuran 8-14 cm x 4-8 cm, mengertas, ujung b
meluncip, pangkal meluncip hingga tumpul, tepi Horsfieldia glabra (Blume) Warb. -
rata. Myristicaceae
a. Kayu (wood)
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak b. Kulit (bark)
daun.
Buah matang berwarna hijau kekuningan Ciri Anatomi
dengan endosperma agak tebal. Buahnya
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
beraroma, memiliki aril berwarna kuning, yang
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
seluruhnya menyelimuti biji.
Diameter 100-200 mikron. Ceruk antar
pembuluh berhadapan hingga selang-seling.
Ciri Umum Percerukan pembuluh dan jari-jari ada 4 ciri:
Warna kayu teras cokelat muda kemerahan, dengan halaman yang jelas, serupa dalam
tidak ada batas yang jelas dengan gubal yang ukuran dan ceruk antar pembuluh, dengan
berwarna kuning pucat kecokelatan halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
Corak polos bundar atau bersudut, ceruk horisontal, hingga
Tekstur halus dua macam ukuran atau tipe pada sel jejari
yang sama. Tilosis umumnya dijumpai.
Arah serat lurus sampai berpadu
Kilap agak kusam Parenkim bentuk pita sempit < 3 lapis sel dan
marjinal atau tampaknya marjinal, serta
Kesan raba agak kesat paratrakea jarang hingga vaskisentrik. Panjang
Kekerasan agak keras 5-8 sel per untai.
A B
C D
Nama Botanis
Litsea angulata Blume - Lauraceae
Sinonim: Litsea reinwardtii Blume ex Meissn.
Nama Perdagangan
Medang
Nama Daerah
Huru koja, huru koneng, huru madang, huru
manggah, huru minyak (Sunda), wuru kunyit
(Jawa), medang, kalangkola burung, sebulu,
tawalus (Kalimantan).
Daerah Persebaran
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa,
Kalimantan (Sarawak, Sabah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur), Nusa Tenggara,
Maluku, Papua New Guinea.
Morfologi
Pohon kecil atau sedang, tinggi 20–28 m. b
Batang utama silindris, tegak, diameter 48 cm;
Litsea angulata Blume - Lauraceae
berbanir kecil. Permukaan pepagan berwarna
a. Kayu (wood)
cokelat keabuan, licin, berlentisel dan berlekah
b. Kulit (bark)
kecil.
Daun tunggal, kedudukan selang seling.
Ciri Anatomi
Helaian muda berwarna merah; bentuk lonjong
hingga bundar telur terbalik, berukuran 8–20 Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
cm x 4-8 cm, mengertas, ujung meluncip, penebalan dinding serat.
pangkal meluncip atau tumpul, tepi rata. Pembuluh baur; bidang perforasi sederhana.
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak Diameter 100-200 mikron hingga 200 mikron
daun. lebih. Ceruk antar pembuluh selang-seling,
Buah berbentuk oblong dengan ukuran panjang ceruk antar pembuluh dan jari-jari berhalaman
0,7-1 cm. sempit sampai sederhana, horisontal atau
vertikal. Tilosis umumnya dijumpai.
Ciri Umum Parenkim paratrakea jarang, vaskisentrik,
Warna kayu teras cokelat keabuan, mudah aliform hingga konfluen. Panjang 3-8 sel per
dibedakan dari gubal yang berwarna lebih untai.
muda
Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi 1
Corak polos hingga 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur
Teksturhalus dan rata sangkar marjinal.
Arah serat lurus sampai agak berpadu Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana
Kilap tidak mengkilap sampai berhalaman sangat kecil. Panjang
Kesan raba agak kesat 1.606,3 ± 116,6 mikron, diameter 39,4 ± 3,2
mikron, lebar lumen 34,2 ± 3,1 mikron, dinding
Kekerasan agak keras
Buah
Penyebaran buah dibantu oleh kelelawar.
A B
200 µm 200 µm
C D
Nama Perdagangan
Medang
Nama Daerah
Wuru lilin, medang lilin (Jawa), huru tangkalak,
tangkalak (Sunda)
Daerah Persebaran a
Jawa, Kalimantan, Malaka
Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 25
m. Batang bebas cabang sampai 17 m, bulat
dan lurus, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat keabu-
abuan, licin, beretak.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling,
bentuk helaian lonjong, berukuran 18-45 cm x
10-20 cm, pangkal helaian runcing, ujung b
helaian tumpul, tepi helaian rata, pertulangan Litsea calophylla (Miq.) Mansf. - Lauraceae
menyirip. Daun penumpu berbentuk jarum. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Buah berukuran kecil (±1 cm) berwarna merah,
berbiji tunggal.
Ciri Anatomi
Ciri Umum
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Warna kayu teras putih jerami hingga kuning Pembuluh semi tata lingkar. Bentuk soliter
muda, susah dibedakan dari gubal yang bersudut. Diameter 100-200 mikron; frekuensi
berwarna sama atau berwarna lebih muda. sekitar 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
Corak polos. perforasi sederhana.Ceruk antar pembuluh
Tekstur kasar. selang-seling, ukurannya kecil, sedang hingga
besar. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari ada
Arah serat lurus hingga berpadu. dua ciri, pertama dengan halaman yang jelas,
Kilap agak mengkilap. serupa dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk
Kesan raba licin. antar pembuluh, serta dengan halaman sempit
Kekerasan agak keras. sampai sederhana, ceruk horisontal atau
vertikal.
Parenkimaksial paratrakea sepihak, vaski-
sentrik, hingga aliform. Panjang 3-4 sel per-
untai.
Jari-jari lebar 1-3 seri, komposisi 1 jalur sel
tegak atau sel bujursangkar marjinal.
A B
C D
Nama Perdagangan
Medang, Huru gading
Nama Daerah
Trawas, prawas (Melayu), ajau galung,
medang, medang pasir, medang pawas,
medang pirawas, medang selampate, pirawas,
tonsod onsod (Kalimantan).
Daerah Persebaran
a
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua, PNG, Malaysia dan Filipina
Morfologi
Pohon sedang, tinggi sampai 70 m. Batang
silindris, tegak, diameter 45 cm. Ranting
silindris, dengan bagian ujung sedikit memipih
dan licin. Permukaan pepagan warna cokelat
keputihan, kasar, beretak.
Daun tunggal, kedudukan tersebar,
mengelompok pada ujung ranting, bentuk
helaian daun bundar telur sungsang atau
jorong, berukuran 5-8 cm x 3-4 cm. Helaian
daun tebal licin, permukaan atas hijau, bawah b
hijau kekuningan, ujung luncip pendek atau Litsea elliptica Blume - Lauraceae
tumpul. Daun muda berwarna merah dan a. Kayu (wood)
tangkai daun silindris langsing dengan panjang b. Kulit (bark)
1-2,5 cm.
Bunga putih-kuning.
Ciri Anatomi
Buah berbentuk bulat oval dengan diameter
Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
0.5 cm. Buah muda berwarna hijau dan
perbedaan warna jaringan serat yang berbeda
berwarna kehitaman pada buah masak.
ketebalan.
Ciri Umum Pembuluh baur, soliter dan bergabung radial 2–
Warna kayu teras kuning kecokelatan, terpisah 3 sel, ukuran sedang, diameter 153 ± 9 mikron;
samar-samar dengan kayu gubalnya yang frekuensi 7 ± 0,2 per mm2; panjang pembuluh
berwarna kuning. 679 ± 46 mikron,bidang perforasi sederhana.
Ceruk antar pembuluh berhalaman, bentuk
Corak polos.
bundar sampai lonjong bersusun berseling
Tekstur agak halus dan merata. sampai berpasangan; ukuran 13,8 ± 0.6 mikron.
Arah serat lurus. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari sama dan
Kilapmengkilap. seukuran dengan ceruk antar pembuluh; tilosis
dan endapan ada.
Baukhas.
A B
C D
Nama Botanis
Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae
Sinonim: Maesopsis berchemoides (Pierre)
Engl.
Nama Perdagangan
Kayu afrika, manii
Nama Daerah
Manii
Nama di Negara Lain
African wood, umbrella tree (Inggris)
Daerah Persebaran
Afrika, dan ditenam di India, Malaysia,
Indonesia, Costarika, Fiji, Puerto Rico
Morfologi
a
Pohon sedang ssampai besar, tinggi 10-43 m.
Batang dengan cabang-cabang yang agak
horisontal. Permukaan kulit batang halus,
kadang-kadang beralur dangkal, warna abu-
abu-cokelat. Diameter batang mencapai
120cm.
Daun bentuk jorong berukuran 6-15 x 2-5cm,
ujung luncip, pangkal berbentuk jantung sedikit
asimetris, tepi bergerigi dan setiap gigi terdapat
kelenjar, susunan berselang seling. Permukaan
bagian atas mengkilap, pada tulang daun
sekunder pada permukaan bawah terdapat
domatia. Panjang tangkai 1-2 cm, tangkai muda b
berwarna merah. Panjang daun penumpu kecil Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae
5–8 cm. a. Kayu (wood)
Perbungaan panjang 1-5 cm, berwarna hijau b. Kulit (bark)
kekuningan.
Buah batu, tunggal berbentuk bulat telur Ciri Anatomi
memanjang 20-35 x 10-18 mm, bagian ujung Lingkaran tumbuh kurang jelas.
buah meruncing, pangkal tumpul, buah mentah Pembuluh semi tata lingkar, bidang perforasi
hijau dan matang menjadi kuning keunguan sederhana, diameter 50-100 µm, frekuensi 5
sampai hitam. Dalam buah terdapat 1-2 biji, buah/mm2 atau kurang. Terdapat getah atau
bentuk lonjong, warna hitam. endapan dalam pembuluh. Ceruk antar
pembuluh selang-seling dan berukuran kecil.
Ciri Umum Percerukan pembuluh dan jari-jari dengan
Warna kayu teras cokelat kemerahan, kurang halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
jelas perbedaannya dengan kayu gubal yang bundar atau bersudut.
berwarna cokelat muda kekuningan. Parenkim paratrakea sepihak hingga konfluen.
Corak garis-garis bergelombang pada sisi Panjang 3–8 sel per untai.
longitudinal dan corak akibat perbedaan warna
Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi sel jari-
terang gelap karena susunan parenkim
jari dengan 1 jalur sel tegak atau sel bujur
konfluen yang berjarak teratur. Tekstur agak
sangkar marjinal. Terdapat jari-jari agregat.
kasar.
Arah serat berpadu. Serat bersekat. Ceruk antar serat dengan
halaman yang jelas. Diameter 1606,3 + 116,6
Kilap permukaan kayu mengkilap
mikron, diameter 39,4 + 3,2 mikron, diameter
Kesan raba licin
Kekerasan keras
A B
C D
Nama Daerah
Kembang tunjung, ketunjung cempaka gonda,
cempaka gunung, cempaka gondoh, cempaka
putih (Jawa), djato, medang abu (Karo), si tek
wok (Kerinci), cempaka telur (Pontianak), talah
uma (Iban), danoan, wasian-batu, wasian watu
(Minahasa), ongkor (Flores)
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Papua New Guinea, Filipina,
Thailand. a
Morfologi
Pohon, tinggi sampai 30 m. Batang silindris,
tegak, diameter sampai 50 cm. Permukaan
pepagan cokelat pucat, keputih-putihan, licin.
Ranting tebal berukuran 3-5(-7) mm, berbulu.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling atau
tersebar, bentuk helaian jorong kadang-kadang
bulat telur atau bulat telur sungsang, ukuran
(-6)13-35(-46) cm x 3-20 cm, tipis, licin atau
mengkilap. Permukaan bawah helaian berbulu, b
ujung helaian luncip, pangkal helaian
meruncing, urat utama menonjol, urat sekunder Magnolia candollii (Blume) H.Keng -
Magnoliaceae
7-20 pasang. Panjang tangkai 1-4,5 cm,
penebalan pada pangkal tangkai daun. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Bunga pada ujung ranting, tunggal, mahkota
warna putih kekuningan, sangat harum seperti Ciri Anatomi
baros atau manglid, panjang bunga 7-8 mm. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah bentuk jorong, berukuran 4-7,5 (-15) cm x Pembuluh baur; bergabung radial sampai 8 sel,
2,5-6 cm, buah masak berwarna cokelat tua. diameter 100-200 mikron, frekuensi 5-20 per
Dalam buah terdapat 1-2 biji. mm. Bidang perforasi bentuk tangga; ceruk
antar pembuluh berhadapan dengan ukuran
Ciri Umum besar (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan
Warna kayu teras cokelat muda keabuan jelas jari-jari dengan halaman yang jelas, serupa
dibedakan dengan kayu gubalnya yang dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit
C D
Nama Botanis
Manglietia glauca Blume - Magnoliaceae.
Sinonim: Magnolia blumei Plantl, Manglietia
singalanensis Agostini, Manglietia sumatrana
Miq.
Nama Perdagangan
Manglid
Nama Daerah
Baros, tempoko baros, cepoko kantil (Jawa);
manglid (Sunda); antuang, bungo, madang
bustak, m. kaladi, m. campago, campago
(Sumatera); manglid (Sulawesi); cimpaka (Bali).
Daerah Persebaran a
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara
(Bali, Sumba, Flores)
Morfologi
Pohon raksasa, tinggi mencapai 50 m. Batang
silindris, tegak, diameter sampai 122 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat pucat
keputihan, licin. Ranting terdapat lingkaran-
lingkaran bekas daun penumpu.
Daun tunggal, kedudukan berselang seling, b
bentuk helaian jorong sampai bulat telur Magnolia candollii (Blume) H.Keng -
sungsang, berukuran 10-35 cm x 5-12 cm, Magnoliaceae
ujung helaian luncip dan pangkal helaian a. Kayu (wood)
runcing sampai luncip, permukaan atas helaian b. Kulit (bark)
licin, permukaan bawah berbulu; urat utama
jelas menonjol, urat sekunder berjumlah
(9-)11-16(-8) pasang. Tangkai licin, panjang Ciri Anatomi
1,5-3(-4,5) cm. Lingkaran tumbuh jelas.
Bunga sangat harum seperti baros atau Pembuluh baur; bergabung radial sampai 6 sel,
cempaka. diameter berkisar antara 100-200 mikron,
frekuensi 5-20 per mm2. Bidang perforasi
Buah berbentuk bulat telur sampai jorong. Buah bentuk tangga (>20-40palang); ceruk antar
masak berwarna hijau kecokelatan, dan biji pembuluh berhadapan dengan ukuran besar
berwarna merah. (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan jari-
jari dengan halaman yang jelas; serupa dalam
Ciri Umum ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
pembuluh.
Warna kayu teras cokelat muda keabuan, jelas
dibedakan dari kayu gubalnya yang berwarna Parenkim bentuk pita >3 lapis sel dan pita
putih krem agak cokelat muda. sempit ≤3 lapis sel, parenkim aksial paratrakea
Tekstur agak kasar dan tidak merata. jarang dan sepihak.
Arah serat berpadu. Jari-jari 1-3 seri dan jari-jari besar umumnya 4-
Kilap agak kusam. 10 seri. Komposisi sel jari-jari dengan 1 jalur sel
Kesan raba agak licin. tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, dan
Kekerasan agak keras. umumnya dengan 2-4 jalur sel tegak atau sel
bujur sangkar marjinal.
Corak polos.
C D
Nama Daerah
Amis-amisan, kayu putih (Jawa), gelam
(Sumatera).
Daerah Persebaran
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, Papua
a
Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 40
m. Batang silindris, tegak, diameter batang 30-
35 cm. Permukaan pepagan berwarna putih,
kuning kecokelatan, mudah mengelupas kasar
seperti lembaran kertas yang sangat tipis dan
lembut; kulit dalam merah. Ranting abu-abu
terang atau cokelat terang, berambut halus.
Daun tunggal, bentuk helaian lanset, kadang-
kadang melengkung sebelah, berukuran 5-15 b
cm x 1-3,8 cm, kedua permukaan daun muda Melaleuca cajuputi Powell - Myrtaceae
berambut halus, daun tua tidak berambut, ujung a. Kayu (wood)
membulat - lancip, pangkal meruncing; urat b. Kulit (bark)
menjari 3-7; pertulangan sejajar. Panjang
tangkai sampai 12 mm. Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk bulir panjang 6-17 cm, Lingkaran tumbuh tidak jelas.
berkelompok 3, jarang tunggal.Bunga majemuk, Pembuluh baur; hampir seluruhnya soliter dan
panjang 7-8 cm, mahkota 5 helai, warna putih berkelompok dengan pola diagonal atau radial.
dan harum. Bidang perforasi sederhana. Diameter berkisar
Buah berbentuk kotak atau kapsul, warna antara 50-100 mikron frekuensi pori 5
cokelat keabu-abuan, beruang 3, tiap ruang buah/mm2 atau kurang. Ceruk antar pembuluh
terdapat banyak biji. selang-seling dan berukuran sangat kecil ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
Ciri Umum yang jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk
dengan ceruk antar pembuluh. Ada elemen
Warna kayu teras cokelat muda kemerahan,
trakeida veskisentrik dan vaskular.
agak mudah dibedakan dari kayu gubal yang
berwarna cokelat muda. Parenkim apotrakea tersebar hingga dalam
Corak polos. kelompok paratrakea jarang, sepihak,
A B
C D
Nama Botanis
Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley -
Rutaceae
Sinonim: Euodia aromatica Blume, Euodia lunu-
ankenda (Gaertn.) Merr., Euodia roxburghiana
(Cham) Benth.
Nama Perdagangan
Sampang (Indonesia), euodia (Inggris)
Nama Daerah
Sempayang (Jawa)
Daerah Persebaran a
Srilangka, India, Indo-China, China Selatan,
Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Thailand, Malaysia,
Filipina.
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 18-40 m.
Batang silindris, tegak, kadang berbanir,
berdamar kuning, diameter 24-60 cm. Pepagan
berwarna abu-abu atau abu-abu kecokelatan,
permukaan pepagan licin hingga berlekah
dangkal. Ranting silindris, licin dengan bagian
ujung memipih. Kuncup daun berbulu tipis
berwarna kuning. b
Daun majemuk menjari tiga, kedudukan Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley -
berpasangan silang, bentuk helaian anak daun Rutaceae
jorong hingga bulat telur, berukuran 7-15 cm x a. Kayu (wood)
3-4 cm, helaian anak daun muda berukuran b. Kulit (bark)
lebih besar 15-25 cm x 3-5 cm. Helaian anak
daun tipis, pertulangan menyirip sempurna.
Tangkai silindris langsing, panjang 2,5-6 cm.
Ciri Anatomi
Perbungaan malai, tumbuh di ujung rantai atau Lingkaran tumbuh tidak jelas.
ketiak daun.
Pembuluh baur sebaran pembuluh pola
Buah bentuk kapsul, berukuran kecil, berisi 1-3 diagonal atau radial, bergabung 2-3 sel. Bidang
biji, biji mengkilap berwarna hitam. perforasi sederhana. Diameter pembuluh
berkisar antara 100-200 mikron; frekuensi pori
Ciri Umum 5-20 buah/mm2. Ceruk antar pembuluh selang-
Warna kayu teras dan gubal memiliki warna seling dan berukuran kecil (>4-7 mikron)
yang sukar dibedakan yaitu putih agak sampai sedang (>7-10 mikron) ceruk antar
kekuningan atau kuning jerami. pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Tekstur agak kasar dan merata. jelas serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Arah serat lurus. ceruk antar pembuluh.
Kilap permukaan kayu kusam. Parenkima potrakea tersebar dalam kelompok
Kesan raba agak licin. paratrakea jarang serta marjinal atau
Kekerasan agak keras. tampaknya marjinal. Panjang sel parenkim
Corak polos. adalah 3-4 sampai 5-8 sel per-untai.
C D
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali
Morfologi a
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
35 m.
Batang silindris, tegak, diameter sampai 50 cm.
Permukaan pepagan warna cokelat pucat
keputih-putihan, licin.
Daun tunggal, kedudukan spiral, bentuk jorong
atau bulat telur, berukuran 10-30 cm x 4-10 cm,
permukaan bawah pada urat utama dan
sekunder berbulu, sering tidak berbulu,
berukuran 10-30 cm x 4-10 cm; ujung luncip,
b
pangkal membulat; urat sekunder 14-23
pasang. Panjang tangkai 1,4-3,6 (-4) cm. Michelia champaca L. - Magnoliaceae
Bunga kuning oranye tua dan berbau harum, a. Kayu (wood)
tersusun dalam untaian yang banyak dan daun b. Kulit (bark)
pelindung bunga berbulu.
Buah cokelat kekuningan terdiri atas 2–6 biji
Keterawetan Silvikultur
Masuk kelas I (mudah)
Tempat tumbuh
Pengeringan Tumbuh di hutan hujan tropika dataran rendah
dan pegunungansampaiketinggian 2.800 m.dpl.
Pengeringan alami
Belum ada data Jenis ini tumbuh pada tipe tanah mediteran
merah-kuning dan latosol dengan tekstur liat
Pengeringan dalam dapur pengering
berlempung dengan drainase baik, tetapi
konvensional
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 - kadang-kadang dijumpai di daerah rawa.
75°C dan Rh 85 - 27%.
Permudaan
Venir dan Kayu Lapis Perbanyakan dilakukan secara generatif dan
Venir vegetatif. Biji disemaikan pada media campuran
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik tanah dan pasir (1:1) di bawah naungan 60%.
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Daya berkecambah 20%, dengan periode
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm. 24–86 hari.
Kecambah disapih dalam media campuran
Kayu Lapis pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan
Perekatan venir kayu ini dengan urea 7:2:1 yang disimpan dibawah naungan 40%.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Bibit siap ditanam setelah 2 bulan disapih.
tahan air yang memenuhi syarat Standar Secara vegetatif dilakukan dengan men-
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, cangkok cabang yang sehat. Cangkokan biasa
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan digunakan sebagai bibit untuk tanaman hias.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Buah
Pemesinan
Musim berbunga dan berbuah sepanjang
Bebas cacat tahun. Buah yang masak berwarna cokelat tua.
Sifat pemesinan Kelas
% Ekstraksi dilakukan dengan membersihkan kulit
buah dan biji berwarna hitam. Viabilitas biji
Penyerutan 88 Sangat baik (I)
cepat menurun, sehingga tidak dapat disimpan
Pembentukan 86 Sangat baik (I)
lama.
Pembubutan 81 Sangat baik (I)
Pemboran 79 Baik (II)
Hama penyakit
Pengampelasan 79 Baik (II)
Daun jenis ini dapat diserang hama kutu putih.
Kegunaan
Kayu ini dapat digunakan sebagai konstruksi
ringan, papan lantai, rangka pintu jendela,
gerobak, mebel, moulding, ukiran dan barang
C D
Michelia champaca L.
A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron
Nama Perdagangan
Kayu bengkal
Nama Daerah
Kapinango (Sunda); gempol, kelepul (Jawa);
kay ketek (Madura), bengkal, kelepu
(Sumatera), bance (Bugis), bangkala
(Makasar), bantuli (Tubelo), dongkina, kakuni,
longkida (Muna), maas (Melayu), asihera
(Kambarau), bingku (Mangoli), butape (Toraja),
konar (Aru), mesegu (Buru), bengkel taya
(Bali), klore (Solor), konca (Bima), longira
(Sumba), kusigoro (Papua).
Nama di Negara Lain
Leichhardt pinus, cheesewood kuning (Inggris);
kanluang, krathum khlong, tum khan (Thailand)
a
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Papua, Sri Lanka, Myanmar,
Thailand.
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
35 m.
Batang silindris, tegak, batang bebas cabang 5 b
– 15 m; diameter 50 cm atau lebih. Permukaan Nauclea orientalis L. - Rubiaceae
pepagan warna abu-abu atau kuning cokelat;
a. Kayu (wood)
beralur dangkal, mengelupas besar dan tebal. b. Kulit (bark)
Daun penumpu lonjong membulat, panjang
kurang dari 25 mm.
Ciri Anatomi
Daun tunggal, kedudukan berpasangan silang, Lingkaran tumbuh tidak jelas.
bentuk helaian bulat telur-jorong, berukuran
12-40 cm x 6-21 cm, pangkal helaian membulat Pembuluh baur, soliter dan bergabung sampai
atau sedikit runcing, pertulangan sekunder 7-10 dengan 5 sel. Bidang perforasi sederhana.
pasang. Panjang tangkai 1,5-5 cm. Ceruk antar pembuluh selang-seling dan
berukuran besar >10 mikron. Percerukan
Bunga bentuk kepala, tunggal, berwarna putih,
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
panjang tangkai 1,5-4 cm. jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Buah berbentuk bulat dengan diameter 1-1,5 ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
mm. berkisar antara 50-100 mikron, frekuensi 5-20
buah/mm2. Ditemukan endapan berwarna putih.
Ciri Umum
Parenkim apotrakea tersebar dan tersebar
Warna kayu teras putih agak cokelat muda
dalam kelompok, paratrakea vaskisentrik dan
dapat dibedakan dari kayu gubal yang
sepihak. Panjang 3-4sel per untai sampai 5-8
berwarna putih krem, lebar kayu gubal sekitar
sel per untai.
2-3 cm, 25% dari diameter batang.
Jari-jari lebar 1-3 seri sampai 5 seri.Komposisi
Tekstur halus dan merata.
jari-jari dengan 2 hingga 4 jalur sel tegak atau
Arah serat agak berpadu. sel bujur sangkar marjinal. Sel seludang
Kilap permukaan kayu kusam. dijumpai.
Kesan raba agak kesat.
Hama penyakit
Larva kumbang Alcidodes cinchonae dapat
menyerang pucuk atau tunas.
C D
Nauclea orientalis L.
A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron
Nama Botanis
Neolitsea triplinervia (Blume)Merr. - Lauraceae
Sinonim: Litsea triplinervia Blume
Nama Perdagangan
Medang
Nama Daerah
Huru kacang, huru minyak (Sunda), huru,
manjangan mangklar, (Jawa), mehau (Papua),
makila (Maluku)
Daerah Persebaran
Srilangka, India, Indo China, China, Taiwan,
Thailand, Jepang, Jawa, Maluku dan Papua. a
Morfologi
Pohon sedang, tinggi 15-20 m.
Batang utama silindris, tegak, diameter 30-40
cm; permukaan pepagan berwarna abu-abu
hingga kehitaman, licin, dan berlentisel.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau
menyebar. Helaian lonjong hingga jorong,
berukuran 8-15 cm x 2,5-6 cm, mengertas, b
ujung meluncip, panjang ujung 1-2 cm, pangkal Neolitsea triplinervia (Blume) Merr. - Lauraceae
meluncip, tepi rata, permukaan bawah helaian a. Kayu (wood)
warna hijau pucat atau keputihan; pertulangan b. Kulit (bark)
sekunder menjari tiga. Ta ngkai silindris kecil,
panjang 1-2 cm. Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak Lingkaran tumbuh agak jelas hingga jelas,
daun. ditandai oleh adanya susunan pembuluh yang
berukuran lebih kecil dan membentuk garis
Buah pada saat masak berwarna merah tua. memanjang.
Biji berukuran panjang 6-9 cm dan lebar 4-6
mm, dengan endocarp tipis. Biji berkulit dengan Pembuluh baur hingga semi tata lingkar; biasa
embrio yang besar, tanpa endosperma dan dijumpai bergabung radial sampai dengan 4
bersifat dorman. sel. Bentuk soliter bersudut. Diameter sekitar
50-100 mikron. Frekuensi 5-20 buah/mm2.
Ciri Umum Bidang perforasi sederhana dan bentuk tangga
hingga lebih dari 20 palang, ceruk antar
Warna kayu teras berwarna kuning keputihan,
pembuluh selang-seling, ukuran sedang (7-10
sukar dipisahkan secara jelas dari kayu mikron). Ceruk antar pembuluh dan jari-jari ada
gubalnya. 3 ciri, dengan halaman jelas, serupa dalam
Corak polos. ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
Tekstur agak halus. pembuluh; dengan halaman sempit sampai
Arah serat lurus sampai berpadu. sederhana, ceruk bulat atau bersudut, serta
ceruk horisontal atau vertikal.
Kilap agak mengkilap.
Kesan raba agak kesat. Parenkim paratrakea jarang dan vaskisentrik,
serta apotrakea tersebar dalam kelompok.
Kekerasan agak lunak Panjang 3-4 sel per untai.
A B
C D
Nama Perdagangan
Balsa
Nama Daerah
Balsa
Daerah Persebaran
Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko
hingga Bolivia, ditanam di Malaysia, Indonesia, a
Filipina,dan Papua New Guinea.
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 30-50 m.
Batang silindris, tegak, kadang berbanir,
berdamar kuning, diameter 100 (-180) cm,
berbanir pendek. Pepagan berwarna abu-abu
dengan bercak putih, permukaan licin.
Daun tunggal, kedudukan tersebar atau spiral,
bentuk helaian bulat dengan pertulangan b
menjari, tepi bercangap, berukuran 15-30 cm x Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb. -
15-20 cm, permukaan bawah berwarna Bombacaceae
keputihan. Tangkai silindris panjang 10-20 cm. a. Kayu (wood)
Daun penumpu bentuk bulat telur, ujung b. Kulit (bark)
meluncip.
Bunga tunggal, bentuk tabung, tumbuh di ketiak Ciri Anatomi
daun, berwarna putih.
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah bentuk kapsul persegi memanjang atau
polong dengan panjang 30 cm, bergaris, kering Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
merekah menjadi 5 bagian. Biji kecil, bentuk Diameter 100-200 µm, frekuensi 5 buah/mm2
melonjong, diselaputi rambut seperti kapas. atau kurang.Ceruk antar pembuluh selang
seling dengan bentuk ceruk bersegi banyak,
Ciri Umum berukuran kecil >4-7 mikron. Percerukan
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Warna kayu teras putih kecokelatan, tidak jelas jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
perbedaannya dengan bagian gubalnya ceruk antar pembuluh, serta dengan halaman
Corak polos, terkadang ditemui lingkaran yang sempit sampai sederhana, ceruk bulat
tumbuh berwarna kecokelatan pada bidang atau bersudut.
longitudinal
Tekstur kasar Parenkim apotrakea tersebar, dan paratrakea
jarang. Panjang 3-4 sel per untai sampai
Arah serat lurus sampai berpadu delapan sel peruntai.
Kilap permukaan kayu kusam
Jari-jari 1-3 seri, dan jari-jari yang lebar
Kesan raba kesat umumnya >4-10 seri. Komposisi jari-jari dengan
Kekerasan agak keras 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar
marjinal. Sel seludang dijumpai.
A B
C D
Nama Botanis
Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae
Sinonim: Planchonella nitida (Blume) Dubard,
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f, Xantolis
nitida (Blume) Baehni
Nama Perdagangan
Nyatoh
Nama Daerah
Karet anjing (Sunda), nyato (Jawa), sambiring
(Sulawesi)
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Papua, a
Sulawesi dan Filipina
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 35 m.
Batang silindris, bengkok, diameter sampai 95
cm, berbanir sampai tinggi 1 m. Permukaan
pepagan warna cokelat, kasar dan beralur.
Ranting silindris, dengan bagian ujung hampir
persegi. Kuncup daun berbulu tipis kekuningan.
Daun tunggal, kedudukan tersebar, menge-
lompok pada ujung ranting, bentuk jorong b
hingga bundar telur atau bundar telur
Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae
sungsang, ukuran 10-28 cm x 5-14 cm. Helaian
a. Kayu (wood)
tebal, permukaan bawah berbulu tipis, ujung
b. Kulit (bark)
lancip, pertulangan menyirip sempurna.
Tangkai silindris langsing, panjang 2,5-5,5 cm.
Bunga hijau keputihan, kecil, dalam kelompok, Ciri Anatomi
tangkai 2-9 mm. Lingkar tumbuh kurang jelas, apabila ada,
Buah bulat telur, panjang 1,2-3,5 cm, gundul, ditandai oleh adanya parenkim pita marjinal dan
buah masak merah kehitaman. Biji berwarna ketebalan dinding serat yang berbeda di sekitar
cokelat mengkilat, kulit biji tebal dan keras lingkaran tumbuhnya.
terutama saat kering.
Pembuluh baur, umumnya bergabung radial 2-6
Ciri Umum
Warna kayu teras kekuning-kuningan, samar- bentuk bulat sampai lonjong, bidang perforasi
samar perbedaannya dengan bagian kayu sederhana. Ceruk antar pembuluh bulat sampai
gubal yang berwarna lebih muda poligonal, seling-seling, ukuran 8 ± 0,2 mikron.
Corak polos. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan
Tekstur agak halus. halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
horizontal sampai vertikal, lebih besar dari
Arah serat lurus. ceruk antar pembuluh. Tilosis dan endapan
Kilap permukaan kayu mengkilap. tidak dijumpai.
Kesan raba licin.
Parenkim apotrakea tersebar, tersebar dalam
Kekerasan keras. kelompok, seakan membentuk garis-garis yang
A B
200 µm 200 µm
C D
Nama Botanis
Semecarpus albicans Lauterb.- Anacardiaceae
Sinonim: Heterophyllus glabercens Kurz.
Nama Perdagangan
Rengas
Nama Daerah
Rengas gunung
Daerah Persebaran
Papua, Papua New Guinea
Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 22 m. a
Batang silindris, tegak, diameter batang 45 cm.
Permukaan pepagan warna kecokelatan,
beretak. Bila batang digores akan keluar getah
berwarna hitam.
Daun tunggal, kedudukan spiral, bentuk helaian
jorong-lonjong, berukuran 5-18 cm x 2-6,5 cm,
ujung tumpul kadang runcing, pangkal bentuk
pasak; uratdaun sekunder 5-10 pasang.
Panjang tangkai 1-3 cm.
Perbungaan malai, dekat ujung ranting atau b
pada ketiak daun, panjang 4-11 cm.
Semecarpus albicans Lauterb. - Anacardiaceae
Buah berbentuk oblong, panjang 2,5-3,8 cm. a. Kayu (wood)
Buah memiliki eksocarp dan mesocarp b. Kulit (bark)
berdaging dengan biji yang memiliki mantel
(testa).
Ciri Anatomi
Ciri Umum Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Warna kayu teras cokelat muda keabu-abuan, Pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter. Ada
dapat dibedakan dengan jelas dari kayu gubal gabungan pori sampai 5 sel. Bidang perforasi
yang berwarna cokelat muda agak kekuningan, sederhana. Diameter berkisar antara 100–200
pada bidang radial tampak warna keperakan, mikron, frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang.
lebar kayu gubal berkisar antara 2-3 cm. Ceruk antar pembuluh selang seling, bentuk
ceruk selang seling bersegi banyak dengan
Tekstur agak halus dan merata. ukuran besar (>10 mikron). Percerukan
Arah serat lurus sampai agak berpadu. pembuluh dan jari-jari ada dua ciri, dengan
Kilap kusam. halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
Kesan raba agak kesat. bulat atau bersudut, dan dengan halaman yang
sempit sampai sederhana ceruk horisontal atau
Kekerasan agak keras. vertikal.
Corak polos.
Parenkim paratrakea aliform (lozenge) dan
konfluen. Panjang 2 sel dan 3-4 sel per untai.
Jari-jari lebar 1-3 sel. Komposisi jari-jari dengan
1 hingga 2–4 jalur sel tegak atau sel bujur
sangkar marjinal, frekuensi >4-2 permm.
C D
Nama Botanis
Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -
Elaeocarpaceae.
Sinonim: Echinocarpus sigun Blume
Nama Perdagangan
Sloanea
Nama Daerah
Beleketebe, ki somang (Sunda), landakan
(Jawa), sibala kayu (Batak Karo, Sum
Daerah Persebaran
Assam (India), Thailand, Semenanjung Malaya, a
Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
Morfologi
Pohon tinggi 30 m. Batang utama silindris,
tegak, diameter 40-60 cm. Permukaan pepagan
berwarna abu-abu hingga kehitaman, licin dan
berlentisel.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau
menyebar. Helaian jorong atau bulat telur
terbalik, berukuran 12-14 cm x 5-6 cm,
mengertas, ujung meluncip, pangkal meluncip b
atau tumpul, tepi rata, pertulangan sekunder Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -
berjumlah 5-6 pasang. Tangkai silindris, tidak Elaeocarpaceae
berbulu, panjang 2-2,5 cm atau 5 cm. a. Kayu (wood)
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak b. Kulit (bark)
daun.
Ciri Anatomi
Buah berbentuk kapsul, berduri, terbagi
menjadi 3-4 bagian, dengan aril dan biji berkulit Lingkaran tumbuh tidak jelas.
licin serta keras, aril berwarna merah atau Pembuluh baur; pengelompokan bergabung
orange. Dalam tiap kapsul terdapat 4-5 biji. radial 2-4. Diameter berkisar antara 50-100
mikron. Frekuensi 5–20 buah/mm2. Bidang
Ciri Umum perforasi sederhana; ceruk antar pembuluh
Warna kayu teras cokelat kekuningan berhadapan, ukuran kecil antara 4-7 mikron.
dipisahkan secara jelas dengan kayu gubal Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan
yang cokelat agak kemerahan. halaman yang jelas, ukuran dan bentuk serupa
dengan ceruk antar pembuluh serta ber-
Corak polos. halaman sempit, ceruk bulat, horisontal atau
Tekstur halus. vertikal.
Arah serat lurus. Parenkim aksial apotrakea tersebar dan pita
Kilap agak mengkilap. sempit ≤3 lapis sel.
Kesan raba licin. Jari-jari 1-6 seri. Komposisi sel baring dengan
Kekerasan agak keras. 1-4 jalur sel tegak atau sel bujursangkar
marjinal. Frekuensi 4-12 buah/mm. Tinggi lebih
dari 1 mm.
C D
Nama Botanis
Sterculia cordata Blume-Sterculiaceae
Sinonim: Sterculia montana Merr., Sterculia
borneensis Ridl., Sterculia javanica R.Br.
Nama Perdagangan
Kelumpang
Nama Daerah
Gelumpang padang (Bangka), hantap heulang
(Sunda), kayu binong (Jawa), pimpin bulan
(Kalimantan Timur).
Morfologi
C D
Nama Botanis
Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae.
Sinonim: Turpinia latifolia Wallich exRidley,
Turpinia laxiflora Ridley, Turpinia pomifera
auct.non (Roxb.) DC., Turpinia sambucifolia
Elmer
Nama Perdagangan
-
Nama Daerah
Ki bancet, bancet (Sunda), langkiang etem
bangkong (Simeulue), bangkongan(Jawa)
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Malaysia
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
30 m.
Batang silindris, tegak, diameter batang
mencapai 70 cm. Permukaan pepagan warna
a
cokelat keputihan dan kasar.
Daun majemuk, kedudukan berhadapan,
bentuk helaian anak daun bulat telur atau bulat
telur terbalik sampai lanset, ujung daun runcing,
pangkal membulat, pinggir bergerigi; urat
berbulu.
Bunga tersusun malai, warna putih-kuning
ungu.
Buah berbentuk bulat lonjong, berwarna ungu
dengan dengan 3 lobus, diameter 14 mm,
berwarna ungu, biji angular dengan b
endosperma. Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae
a. Kayu (wood)
Ciri Umum b. Kulit (bark)
Warna kayu teras kuning pucat tidak jelas
perbedaannya dengan kayu gubal. Ciri Anatomi
Corak polos. Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
Teksturagak halus. jaringan serat yang padat dan frekuensi
pembuluh jarang.
Arah seratlurus.
Kilapmengkilap. Pembuluh baur, soliter, kadang dijumpai
bergabung radial dan diagonal, diameter
Kesan raba licin. sedang ukuran 122,2±6,9 mikron frekuensi
Kekerasan agak keras. agak banyak 15±0,6 per mm2 bentuk bulat
sampai lonjong bidang perforasi bentuk tangga.
Ceruk antar pembuluh dan jari-jari bersusun
seperti tangga, ukuran 9,9±0,5 mikron, tilosis
dan endapan tidak dijumpai.
A B
C D
Abdurrohim, S. 2003. Aplikasi teknologi pemanfaatan karya ilmiah keperluan domestik. Prosiding
Seminar Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. pp. 103-112.
Abdurrohim, S. Dan D.A. Sudika. 2004. Keterawetan 41 jenis kayu terhadap bahan pengawet CCD.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 22(3): 167-174. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Hasil Hutan Bogor.
Anonim, 1952. Nama-nama kesatuan untuk jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia.
Pengumuman istimewa Balai Penyelidikan Kehutanan No. 6. Bogor.
Basri, E. 2005. Bagan pengeringan dasar 16 jenis kayu Indonesia. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol.
23 (1): 23 –33. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.
Basri, E. dan S. Hidayat. 1993. Pengeringan alami dan buatan sepuluh jenis kayu Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 11(3): 122-127. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan, Bogor.
Basri, E., E. T. Choong, K. Sofyan and H. Roliadi. 1999. Durability classification of twenty five timber
species of Indonesia. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 12(2): 21-28. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Djarwanto. 2010. Ketahanan lima jenis kayu terhadap fungi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan
3(2): 51-55.
Djarwanto dan S. Suprapti. 2004. Pengujian ketahanan kayu terhadap jamur secara laboratoris.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi tanggal 11-12 Oktober 2004. Hal.:
15-22. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Hadjib, N. 2006. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2007. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2008. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal Andalan
Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2009. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2010. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
_________ 2011. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil Hutan. Bogor.
Iskandar, M.I. 2006. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2007. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2008. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2010. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
_________ 2011. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil Hutan. Bogor.
Kartasujana, I. dan A. Martawidjaya. 1979. Kayu perdagangan Indonesia, sifat dan kegunaannya.
Terbitan ulang Pengumuman No. 3 dan No. 56. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Krisdianto. 2006. Anatomi dan kualitas serat lima jenis kayu kurang dikenal dari Lengkong, Sukabumi.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 24(3): 201-218. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.
Krisdianto. 2007. Anatomi dan kualitas serat enam jenis kayu kurang dikenal dari Cianjur Selatan,
Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25(3):183-202. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara and W.C. Wo ng. 1995 Plant resources of South East Asia. Vol
5( 3 ). Timber trees: Minor commercial timbers. Vol. 5(3) Bakhuys Publ. Leiden.
Mandang, Y.I dan Barly. 1996. Kemungkinan pemanfaatan jenis kayu Indonesia untuk pengganti
kayu pok. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 14(10) : 405 - 416. Pusat Penelitian Hasil Hutan dan
Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.
Malik, J. 2009. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2010. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
_________ 2011. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
Hutan. Bogor.
Muslich M. dan G. Sumarni. 2008. Kelas awet 25 jenis kayu andalan setempat Jawa Barat dan Jawa
Timur terhadap penggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(1): 70-80. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Muslich M. dan S. Rulliaty. 2011. Kelas awet 15 jenis kayu andalan setempat terhadap rayap kayu
kering, rayap tanah dan penggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(1): 67-77. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Oey, D.S. 1990. Berat jenis kayu kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan
praktek. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Pengumuman No.1 Bogor.
Pari, G. 2006. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2007. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2008. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2010. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
_________ 2011. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Jawa.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Bogor.
Rachman, O. 2006. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2007. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
_________ 2008. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Sosef, M.S.M., L.T. Hong, and S. Prawirohatmijo. 1998. Plant resources of South East Asia Vol.5(3).
Timber trees: Lesser known timbers. Backhuys Publ. Leiden.
Soerinegara, I and R.H.M.J. Lemmens (Eds) 1994. Plant resources of South East Asia Vol. 5(1)
Timber trees : Major commercial timbers. PROSEA Foundation Bogor.
Suprapti, S. dan Djarwanto. 2008. Ketahanan lima jenis kayu asal Sukabumi terhadap jamur perusak
kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(2): 129-137.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.
Suprapti, S. dan Djarwanto. 2012. Ketahanan enam jenis kayu terhadap jamur pelapuk. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 30(3): 213-220. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Suprapti, S., Djarwanto dan Hudiansyah. 2007. Ketahanan lima jenis kayu terhadap 13 jamur perusak
kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25(1):75-83. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan.
Suprapti, S., Djarwanto dan Hudiansyah. 2011. Ketahanan lima jenis kayu asal Lengkong Sukabumi
terhadap beberapa jamur pelapuk. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(3): 248-258. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.