Anda di halaman 1dari 168

9 7 8 9 7 9 8 4 5 2 5 7 4

ISBN: 978-979-8452-57-4

ATLAS KAYU INDONESIA


JILID IV
PENYUSUN:
Mohammad Muslich
Marfuah Wardani
Titi Kalima
Sri Rulliaty
Ratih Damayanti
Nurwati Hadjib
Gustan Pari
Sihati Suprapti
M.I. Iskandar
Abdurachman
Efrida Basri
Ika Heriansyah
Hesti Lestari Tata

EDITOR:
Krisdianto
Barly
Sasa Abdurrohim
Y.I. Mandang

STAFF EDITOR:
Syarif Hidayat
Ayit Taufik Hidayat
Juli Jajuli

GAMBAR MORFOLOGI DAUN, BUNGA DAN BUAH:


Subari
Wahyudi Santoso
Anne Kusumawati

Dipublikasikan oleh :
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN
DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN (PUSTEKOLAH)
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia
Telp. : (0251) 8633378, 8633413, Fax. (0251) 8633413
E-mail : publikasi@pustekolah.org, info@pustekolah.org
Website : www.pustekolah.org

KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN
DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BOGOR, 2013
SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN

Salah satu penyebab menurunnya industri kehutanan di Indonesia adalah semakin


sulitnya diperoleh bahan baku. Oleh karenanya pembangunan kehutanan harus berdasarkan
pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. Dari sisi pemanfaatan, hal ini dapat dilakukan
melalui pemanfaatan sumber bahan baku yang efektif dan efisien sesuai karekteristiknya.
Penerbitan Buku Atlas Kayu Indonesia yang memuat informasi mengenai informasi sifat
dasar, kegunaan kayu, silvikultur dan berbagai informasi lain mengenai jenis-jenis kayu
Indonesia diharapkan dapat memenuhi informasi yang diperlukan sebagaimana dimaksud
diatas. Saya menilai buku ini sangat bermanfaat tidak saja bagi peneliti, akademisi, perencana
dan pelaksana pembangunan kehutanan, tetapi bermanfaat bagi masyarakat luas termasuk
para pengusaha yang bergerak di bidang industri kehutanan.
Sehubungan dengan itu, saya menyambut baik terbitnya buku Atlas Kayu Indonesia Jilid
IV ini, yang akan melengkapi informasi kayu yang telah ada sebelumnya yang termuat dalam
Atlas Kayu Indonesia Jilid I sampai III. Akhirnya saya sampaikan selamat kepada Tim penyusun
dan jajaran Pustekolah atas keberhasilan dalam menyelesaikan buku ini. Semoga hasil kerja
Saudara dapat bermanfaat terutama bagi masyarakat pencinta dan pengguna kayu.

Bogor, September 2013


Kepala Badan Litbang Kehutanan,

Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) iii


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya kami dapat
menyelesaikan Buku Atlas Kayu Indonesia Jilid IV ini. Buku ini merupakan seri lanjutan dari
Atlas Kayu Indonesia sebelumnya yang disusun berdasarkan kompilasi hasil penelitian tim
peneliti terkait dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER).
Substansi informasi pada buku ini menyajikan risalah ringkas 30 jenis kayu, tujuannya
untuk memperkenalkan sifat dan kegunaan kayu baik kayu perdagangan maupun kayu yang
selama ini kurang dikenal masyarakat. Dengan mengetahui sifat dan kegunaan kayu secara
komprehensif diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan dan pemanfaatan
jenis kayu tersebut secara komersial.
Pada Atlas Kayu Indonesia Jilid I dan II telah disajikan risalah kayu secara ringkas
sebanyak 62 kelompok jenis kayu perdagangan meliputi 179 jenis pohon, Jilid III sebanyak 30
jenis dan Jilid IV sebanyak 30 jenis. Dengan demikian baru 239 jenis kayu Indonesia yang telah
dipublikasikan dalam media Atlas Kayu Indonesia Jilid I s/d IV dari total ± 4.000 jenis kayu yang
ada di Indonesia, sehingga masih banyak jenis kayu yang perlu diteliti dan dipublikasikan ke
masyarakat.
Oleh karenanya segala kritik dan saran yang membangun terhadap buku ini sangat kami
harapkan untuk perbaikan penulisan seri selanjutnya, dan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan hingga terbitnya buku ini disampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

Bogor, September 2013

Tim Penyusun

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) v


I. PENDAHULUAN

Sudah disebutkan dalam Jilid I, dari sudah bertambah. Dalam Jilid I dan II disajikan
4.000 jenis pohon yang diperkirakan terdapat di risalah mengenai 62 kelompok jenis kayu
Indonesia, 400 jenis mempunyai peran penting perdagangan meliputi 179 jenis pohon. Dalam
sebagai penghasil kayu perdagangan (Anonim, jilid III disajikan risalah 30 jenis pohon,
1952). Dari 400 jenis pohon itu 259 jenis sudah sehingga berjumlah 209 jenis.
dikenal dalam perdagangan dan dikelompokkan Dalam jilid IV, disajikan 30 jenis pohon
menjadi 120 jenis kayu perdagangan. kayu yang kurang dikenal dalam perdagangan
Pengelompokkan tersebut kurang sesuai lagi seperti Neolitsea triplinervia, Garcinia celebica
karena jumlah kayu yang diperdagangkan dan Pouteria duclitan.

II. PENJELASAN ISI RISALAH

Risalah yang disajikan dalam Bab III C. Nama Daerah


mengikuti pola yang dipakai dalam Jilid I. Nama
Cara pemilihan dan penetapan nama
kayu meliputi nama botani, nama perdagangan, daerah untuk masing-masing jenis pohon sama
nama daerah dan nama di negara lain. Ciri dengan yang dipakai dalam jilid sebelumnya.
umum berisi deskripsi warna, tekstur, arah Nama daerah diperoleh dari kartu data
serat, kesan raba, kilap dan gambar. Struktur PUSKONSER, Soerianegara dan Lemmens
kayu memuat data pembuluh, parenkim, jari-jari (1994), Lemmens et al. (1995) dan Sosef et al.
dan serat. (1998).
Sifat kayu berisi data sifat fisis, mekanis,
kimia, keawetan, keterawetan, pengeringan, D. Nama di Negara Lain
venir, kayu lapis, pemesinan dan kegunaan
Nama di negara lain sama dengan yang
kayu. Silvikultur meliputi aspek tempat tumbuh,
dipakai dalam Atlas Kayu Indonesia jilid
permudaan, buah, hama dan penyakit.
Data yang digunakan dari hasil penelitian sebelumnya, yaitu nama jenis kayu
dalam bentuk arsip dan publikasi Pusat perdagangan yang berlaku di luar Indonesia,
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan khususnya negara di Asia Tenggara yang
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan menghasilkan jenis kayu yang bersangkutan.
(PUSTEKOLAH) serta Pusat Penelitian dan Sumber informasi untuk pemilihan dan
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi penetapan nama jenis kayu di negara lain
(PUSKONSER). digunakan pustaka Soerianegara dan
Lemmens (1994), Lemmens et al. (1995) dan
A. Nama Botani Sosef et al. (1998).
Jenis kayu yang disajikan ditulis nama
E. Daerah Persebaran
botani berikut nama author dan sukunya. Nama
botani yang digunakan didasarkan pada
pustaka yang sudah dipublikasikan.

B. Nama Perdagangan
Nama kayu yang diperkenalkan dalam
risalah ini dipakai nama yang sudah lazim
dalam perdagangan. Dalam hal ini perlu
dibedakan antara nama perdagangan dan F. Morfologi
nama botani, karena nama perdagangan sering
Penyajian ciri morfologi pohon mengikuti
kali merupakan nama kelompok untuk
pola yang dipakai dalam jilid sebelumnya, yaitu
risalah habitus, bentuk batang, warna pepagan
(kulit luar), sifat permukaan pepagan, bentuk
kayu berasal dari jenis botani yang berbeda banir bagi pohon yang berbanir, panjang
mempunyai ciri, sifat dan kegunaan yang batang bebas cabang, diameter pohon pada
hampir sama. Misalnya ”medang” merupakan ketinggian 130 cm bagi pohon yang tidak
nama perdagangan untuk sekelompok jenis berbanir atau 20 cm di atas banir bagi pohon
botani dalam marga Litsea dan Neolitsea. yang berbanir, dan sifat morfologi seranting

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 1


daun yang dilengkapi dengan perbungaan. Ciri Data hasil pengujian dan klasifikasi daya
lain yang dianggap penting disajikan dalam tahan kayu terhadap rayap kayu kering
bentuk lukisan hitam putih mengenai bangun (Cryptotermes cynocephalus Light.) dan rayap
dan kedudukan daun, bunga dan buah dalam tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
seranting daun. dikutip dari laporan hasil penelitian Puslitbang
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
G. Ciri Umum dan Anatomi Kayu Hutan sejak tahun 2003.
Ciri umum, anatomi kayu dan foto Data ketahanan kayu terhadap jamur
mikroskopik seperti disajikan pada Atlas Kayu (Dacryopinax spathularia, Polyporus sp.,
Indonesia Jilid III. Data yang disajikan dikutip Pynoporus sanguineus, dan Schizophyllum
dari Krisdianto (2006, 2007), Damayanti (2008) commune) diambil dari Djarwanto dan Suprapti
dan laporan hasil penelitian di Pusat Penelitian (2004), Suprapti et al. (2009, 2011), Djarwanto
dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan (2010), Suprapti dan Djarwanto (2008,
dan Pengolahan Hasil Hutan. 2012).Data daya tahan kayu terhadap
organisme perusak kayu di laut dikutip dari
H. Sifat Fisis Muslich dan Rulliaty (2011) dan laporan hasil
Sifat fisis yang disajikan dalam risalah penelitian Puslitbang Keteknikan Kehutanan
ini seperti yang disajikan dalam terbitan Atlas dan Pengolahan Hasil Hutan.
Kayu Indonesia Jilid sebelumnya. Data berat
jenis dan penyusutan dikutip dari laporan hasil Keterawetan
penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sifat keterawetan yang disajikan dalam
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
risalah ini sama dengan dalam jilid sebelumnya.
Hutan.
Data dikutip dari laporan hasil penelitian
I. Sifat Mekanis Abdurrohim dan Sudika (2009). Pusat
Sifat mekanis dalam risalah ini sama Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
seperti dalam jilid sebelumnya. Data keteguhan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
lentur statik, keteguhan pukul, keteguhan tekan,
kekerasan, keteguhan geser, keteguhan belah L. Pengeringan
dan keteguhan tarik tegak lurus arah serat Sifat pengeringan kayu yang disajikan
dikutip dari Oey (1990) dan laporan hasil dalam risalah ini hanya berkenaan dengan
penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
pengeringan alami dan pengeringan dalam
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
dapur pengering konvensional sesuai dengan
Hutan.
jilid sebelumnya. Data dan informasi sifat
J. Sifat Kimia pengeringan kayu yang disajikan dikutip dari
Abdurrohim et al. (2009) dan laporan hasil
Sifat kimia dalam risalah ini sama penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
seperti pada Atlas Kayu Indonesia jilid Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
sebelumnya. Data kadar selulosa, lignin, Hutan.
pentosan, kadar abu dan silika, kelarutan dalam
alkohol benzen, kelarutan dalam air dingin dan M. Venir dan Kayu Lapis
panas, kelarutan dalam NaOH 1% serta nilai
kalor dikutip dari laporan hasil penelitian Sifat venir dan kayu lapis, disajikan
Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan dalam risalah ini sama dengan dalam jilid
Pengolahan Hasil Hutan. sebelumnya. Data dan informasi sifat venir dan
kayu lapis yang disajikan dikutip dari laporan
K. Keawetan dan Keterawetan hasil penelitian Puslitbang Keteknikan
Keawetan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.

Sifat keawetan yang disajikan dalam N. Pemesinan


risalah ini sama dengan dalam jilid sebelumnya.
Data keawetan kayu ditambah dengan data Sifat pemesinan disajikan dalam risalah
ketahanan terhadap empat jenis jamur perusak ini sama dengan dalam jilid sebelumnya. Data
kayu secara laboratoris dan organisme perusak penyerutan, pemboran, pembentukan, pem-
kayu di laut. Data keawetan kayu mengacu bubutan, dan pengampelasan dikutip dari
pada laporan Oey (1990). Uraian mengenai laporan hasil penelitian Puslitbang Keteknikan
cara penetapan kelas awet kayu dan rincian Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
mengenai kriteria kelas awet dapat dilihat
dalam jilid I.

2 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


O. Kegunaan P. Silvikultur
Kegunaan setiap jenis kayu disajikan Uraian mengenai silvikultur meliputi
dalam risalah ini sama dengan dalam jilid aspek tempat tumbuh, permudaan, buah dan
sebelumnya. Data diambil dari Kartasujana dan hama penyakit. Sumber yang diacu adalah
Martawijaya (1979), Soerianegara dan Soerianegara et al. (1994), Lemmens et al.
Lemmens (1994), Lemmens et al. (1995) dan (1995) dan Sosef et al. (1998).
Sosef et al. (1998) serta Mandang dan Barly
(1996).

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 3


DAFTAR ISI

PENYUSUN DAN EDITOR ............................................................................................................ i


SAMBUTAN ................................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
II. PENJELASAN ISI RISALAH ..................................................................................................... 1

1. Acer laurinum Hassk. ex Miq. – Aceraceae ........................................................................... 4


2. Albizia lebbeck (Linn.) Benth. – Fabaceae ............................................................................ 9
3. Albizia procera (Roxb.) Benth. – Fabaceae ........................................................................... 14
4. Azadirachta indica A.Juss – Meliaceae ................................................................................. 19
5. Castanopsis acuminatissima (Blume A.DC.) – Fagaceae ...................................................... 24
6. Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC. – Fagaceae ................................................................ 29
7. Cinnamomum iners Reinw. ex Blume – Lauraceae ................................................................. 34
8. Erythrina fusca Lour. – Fabaceae ........................................................................................... 39
9. Ficus nervosa B. Heyne ex Roth – Moraceae ....................................................................... 44
10. Ficus variegata Blume – Moraceae ........................................................................................ 49
11. Ficus vasculosa Wall. ex Miq. – Moraceae ............................................................................. 54
12. Garcinia celebica Linn. – Clusiaceae ...................................................................................... 59
13. Horsfieldia glabra (Blume) Warb. – Myristicaceae ................................................................. 64
14. Litsea angulata Blume – Lauraceae ....................................................................................... 69
15. Litsea calophylla (Miq.) Mansf. – Lauraceae ........................................................................... 74
16. Litsea elliptica Blume – Lauraceae ......................................................................................... 79
17. Maesopsis eminii Engl. – Rhamnaceae .................................................................................. 84
18. Magnolia candollii (Blume) H. Keng – Magnoliaceae .............................................................. 89
19. Manglietia glauca Blume – Magnoliaceae ............................................................................... 94
20. Melaleuca cajuputi Powell – Myrtaceae .................................................................................. 99
21. Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley – Rutaceae ................................................... 104
22. Michelia champaca Linn. – Magnoliaceae .............................................................................. 109
23. Nauclea orientalis (Linn.) – Rubiaceae ................................................................................... 114
24. Neolitsea triplinervia (Blume) Merr. – Meliaceae .................................................................... 119
25. Ochroma grandiflora Rowlee – Bombacaceae ...................................................................... 124
26. Pouteria duclitan (Blanco) Baehni – Sapotaceae ................................................................... 129
27. Semecarpus albicans Lauterb. – Anacardiaceae ................................................................... 134
28. Sloanea sigun (Blume) K. Schumann – Elaeocarpaceae ....................................................... 139
29. Sterculia cordata Blume – Sterculiaceae ............................................................................... 144
30. Turpinia sphaerocarpa Hassk. – Staphyleaceae ................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 154
GLOSARI ..................................................................................................................................... 157

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) vii


1. Acer laurinum Hassk. ex Miq. - Aceraceae
Nama Botanis Buah bersayap berukuran 3,5-7,5 cm, lokulus
Acer laurinum Hassk. ex Miq. - Aceraceae licin di dalam, berbiji dua disebarkan oleh
Sinonim: Acer caesium (Reinw. ex Blume) angin.
Kosterm., Acer decandrum Merr., Acer garettii
Craib, Acer niveum Blume. Ciri Umum
Warna kayu teras kuning cokelat sampai
Nama Perdagangan cokelat pucat dengan kesan merah jambu atau
Maple (Inggris), medang putih, huru kapas, kelabu, tidak jelas batasnya dengan kayu gubal
madang alu, walik sana, huru kembang Corak polos
(Indonesia). Tekstur agak halus
Arah serat lurus
Nama Daerah
Kilap mengkilap
Medang putih (Melayu, Sumatera), belah kayu,
karumbuk, lemuru gading, pancur mas, robah- Kesan raba agak kesat
robah (Batak, Sumatera), camin dayang, Kekerasan agak lunak
madang kapeh panji, madang alu, tinggiran
punai (Minangkabau, Sumatera), huru kacang,
huru madang, huru minyak, jalupang kuning,
huru kapas, ki cawenesore, mangprang, ki
endog (Sunda, Jawa Barat), dodo putih, lik
putih, putih dodo, walik sana, wuru kembang,
wuru nila (Jawa), kumai (Melayu, Kalimantan),
tangkira, tina, kau (Sulawesi), landong,
pelmetan, pena hau, wawi, welemasa (Timor).

Nama di Negara Lain


Kuam (Thailand), Himalayan maple (Myanmar),
perdu (Serawak, Malaysia), baliag, laing
(Tagalog, Filipina).

Daerah Persebaran
a
Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat dan Filipina.

Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi mencapai
40 m, diameter batang dapat mencapai 80–150
cm, bentuk silindris, batang bebas cabang
hingga 20m, berbanir tinggi, mencapai 2m.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
b
kecokelatan atau merah kecokelatan, batang
tua berlekah longitudinal atau bersisik. Acer laurinum Hassk. ex Miq. – Aceraceae
a. Kayu (wood)
Daun tunggal, kedudukan berhadapan; helaian b. Kulit (bark)
permukaan bawah berwarna hijau keputih-
putihan atau hijau kebiruan, bentuk bulat telur Ciri Anatomi
atau jorong atau bulat memanjang berukuran Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
7–23 cm x 3–6 cm, pangkal bulat atau bentuk parenkim pita marjinal. Pembuluh baur,
baji, ujung meluncip, pinggir rata, pertulangan bergabung radial hingga 3 pembuluh. Diameter
pada pangkal menjari tiga atau kadang menjari berkisar antara 50-100 mikron. Frekuensi 5
lima. Panjang tangkai 2–7 cm, silindris kecil. buah/mm2 atau kurang. Bidang perforasi
Perbungaan majemuk malai, pada ketiak daun, sederhana, ceruk antar pembuluh selang-seling
panjang hingga 10cm; mahkota berwarna dengan ukuran sedang (7-10 mikron). Ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
kuning pucat.
yang jelas, ukuran dan bentuk ceruk serupa
dengan ceruk antar pembuluh.

4 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Parenkim aksial apotrakea tersebar dan pita Keteguhan geser (kg/cm2)
marjinal panjang dua sel per untai. Radial (b) 73
Jari-jari 1-4 seri, homoseluler dengan komposisi (k) 59
seluruhnya sel baring. Frekuensi 4-12 buah/ Tangensial (b) 77
mm. (k) 51
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat tanpa sekat dijumpai. Ceruk berhalaman
Radial (b) 30
yang jelas. Terdapat penebalan ulir pada
(k) 43
Tangensial (b) 43
(k) 52
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Radial (b) 453
kertas: Kelas II. (k) 576
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam Tangensial (b) 470
parenkim aksial berbilik. (k) 532
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Sifat Fisis Radial (b) 15
Berat jenis 0,54 (min - maks) dan kelas kuat III (k) 25
(Oey, 1990) Tangensial (b) 23
(k) 31
Penyusutan (%)
Penyusutan dari basah sampai kering udara Sifat Kimia
2,5 (R) ; 4,9 (T) Kadar
Penyusutan dari basah sampai kering oven Holoselulosa 78,08%
3,9 (R) ; 7,2 (T) Lignin 23,13%
Pentosan 15,20%
Sifat Mekanis Abu 0,59%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Silika 0,54%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Kelarutan
dengan berat jenis basah (b) 0,43 pada kadar Alkohol-benzena 3,18%
air 63%, dan berat jenis kering udara (k) 0,52 Air dingin 2,95%
pada kadar air 13%. Air panas 4,33%
Keteguhan lentur statis NaOH 1% 12,83%
Nilai kalor 4.416 kal/g
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2)
(b) 336 Keawetan
(k) 393
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV/V (Oey,
(b) 464 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 628 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(b) 75,7 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 85.9 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Keteguhan pukul (kgm/dm3) spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas III,
Radial (b) 14 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 15 Schizophyllum commune kelas IV.
Tangensial (b) 15 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 15 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 271 Masuk kelas I (mudah)
(k) 310
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Pengeringan
(b) 71 Pengeringan alami
(k) 81 Kayu mengering agak cepat (50 hari) dari kadar
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 air 41% hingga mencapai kadar air kering
Ujung (b) 353 udara (16%) dengan mutu sedang.
(k) 402 Pengeringan dalam dapur pengering
Sisi (b) 176 konvensional
(k) 268 Belum ada data.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 5


Venir dan Kayu Lapis kotak pembungkus dan tongkat kayu. Selain itu,
baik untuk mebel indah, kabinet, dan alat
Venir
musik.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Silvikultur
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh berkelompok atau
Perekatan venir kayu ini dengan urea terpencar di hutan primer. Kadang-kadang di
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis jumpai di hutan sekunder perbukitan dan
tahan air yang memenuhi syarat Standar pegunungan, pada ketinggian 800-2.550 m.dpl.
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tumbuh selalu hijau dengan tinggi pohon
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan mencapai 40 m. Batang berbentuk bulat lurus,
Jerman (DIN) No. 68705-1983. kulit bersisik berwarna merah kecokelatan.

Pemesinan Permudaan
Bebas cacat Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.
Sifat pemesinan Kelas
% Dalam 1 kg terdapat 4.900 biji dan bersifat
ortodoks. Untuk berkecambah memerlukan
Penyerutan 80 Sangat baik (I)
waktu lama hingga 365 hari. Biji perlu
Pembentukan 80 Sangat baik (II)
distratifikasi sebelum dikecambahkan.
Pembubutan 74 Baik (II)
Penanaman bibit sebaiknya dilakukan di bawah
Pemboran 61 Baik (II)
naungan
Pengampelasan 90 Sangat baik (I)
Buah
Kegunaan Berbunga pada bulan April–Agustus. Pada saat
berbunga, biasanya daun ber-guguran. Polinasi
Kayu ini mudah dikerjakan dan mudah kering,
dilakukan oleh lebah madu. Buah matang pada
tetapi jarang dijumpai sehingga jarang
bulan Juli-November.
digunakan. Kegunaannya untuk konstruksi,

6 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Acer laurinum Hassk. ex Miq.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 7


200 µm

A B

C D

Acer laurinum Hassk. ex Miq.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

8 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


2. Albizia lebbeck (L.) Benth. - Fabaceae

Nama Botanis Corak bergaris kehitaman pada permukaan


radial kayu teras karena adanya perbedaan
kepadatan jaringan serat.

Nama Perdagangan
Albizia

Nama Daerah
Tekik (Jawa); tarisi, ki toke (Sunda Jawa Barat).

Nama di Negara Lain


Walnut, oriang (Myanmar, Thailand), langil
(Filipina), kokko (Myanmar), chres, ka’se’
(Laos), cha khan, phruek, snek (Thailand),
hoan (Vietnam).

Daerah Persebaran
Australia, Bangladesh, India, Indonesia,
Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Thailand.

Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 25 m. Batang
berdiameter 50 cm atau mencapai 100 cm, a
bentuk silindris. Permukaan pepagan berwarna
abu-abu kecokelatan, kasar, agak beretak dan
berlentisel.
Daun majemuk menyirip ganda dengan 1-5
pasang helai anak daun, masing-masing helai
anak daun terdiri dari 3-11 pasang; helaian
anak daun gundul berwarna hijau terang hingga
hijau kusam, bentuk lonjong, asimetris,
berukuran 1,5-4,5 cm x 0,8- 2,2 cm, pasangan
anak daun saling melipat pada malam hari. b
Perbungaan majemuk malai, muncul tunggal Albizia lebbeck (L.) Benth. - Fabaceae
atau berkelompok, pada ketiak daun atau ujung a. Kayu (wood)
ranting, panjang 5 cm; mahkota bunga b. Kulit (bark)
berwarna putih dengan benangsari berwarna
hijau kekuningan, bunga harum.
Ciri Anatomi
Biji pipih, oval berwarna cokelat.
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah polong, memipih, berukuran 15-26 cm x
Pembuluh baur dengan sebaran diagonal atau
3-5 cm, dalam polong terdapat 6-12 biji. Biji
radial. Hampir seluruhnya soliter, bergabung
bundar lonjong memipih, berukuran 8-10 x 6-7
radial 4 atau bergerombol. Bidang perforasi
mm, berwarna cokelat.
sederhana. Ceruk antar pembuluh selang-
Ciri Umum seling, ukurannya kecil dan berumbai. Ceruk
Warna kayu teras dan gubal jelas dapat antar pembuluh dan jari-jari ada dua ciri,
dipisahkan. Kayu teras berwarna cokelat tua pertama dengan halaman yang jelas, serupa
agak kekuningan dengan garis berwarna dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
kehitaman karena adanya perbedaan pembuluh, serta dengan halaman sempit
kepadatan jaringan serat. Kayu gubal berwarna sampai sederhana, ceruk bundar atau
putih, lebar sekitar 4-6,5 cm. bersudut. Diameter lumen sekitar 100-200
mikron dan 200 mikron; frekuensi 5 buah/mm2
Tekstur agak halus dan tidak merata. atau kurang.
Arah serat berpadu.
Kilap agak mengkilap. Parenkim aksial paratrakea vaskisentrik hingga
Kesan raba agak licin. aliform. Panjang untai empat (3-4) sel per-untai.
Kekerasan agak keras.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 9


Jari-jari lebar 1-3 seri dan ditemukan jari-jari Tangensial (b) 90
besar umumnya 3-6 seri, komposisi sel jari-jari (k) 129
seluruhnya sel baring.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat bersekat ditemui. Panjang serat 1.365 ±
Radial (b) 50
76 mikron, diameter 26,5 ± 2,3 mikron, lebar
(k) 46
lumen 19,8 ± 2,1 mikron, dinding serat tipis
Tangensial (b) 56
sampai tebal 3,3 ± 0,7 mikron.
(k) 48
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
Keteguhan tarik sejajar arah serat
kertas: Kelas I.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Inklusi mineral kristal primatik dijumpai dalam Radial (b) 351
parenkim aksial berbilik. (k) 358
Tangensial (b) 300
Sifat Fisis (k) 422
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis dan kelas kuat menurut Oey (1990)
Radial (b) 38
0,69; kelas kuat II (k) 28
Penyusutan (%) Tangensial (b) 38
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 40
1,7 (R) ; 2,8 (T)
Sifat Kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
3,2 (R) ; 5,5 (T) Kadar
Holoselulosa 70,8%
Sifat Mekanis Lignin 27,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 20,3%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,54 pada kadar Silika 0,1%
air 103%, dan berat jenis kering udara (k) 0,63 Kelarutan
pada kadar air 12%. Alkohol-benzena 4,9%
Air dingin 7,1%
Keteguhan lentur statis Air panas 8,1%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 10,4%
(b) 352 Nilai kalor 4.120 kal/g
(k) 314
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 496
Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
(k) 597
1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2)
(Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I ,
(b) 37,3
dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 78,9
curvignathus Holmgren) kelas III.
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 17
spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 17
Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Tangensial (b) 20
Schizophyllum commune kelas II.
(k) 19
Keteguhan tekan sejajar serat
Ketahanan terhadap organisme perusak
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
kayu di laut termasuk kelas V.
(b) 317
(k) 367
Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 154 Masuk kelas I (mudah)
(k) 157
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 466 Pengeringan alami
(k) 546 Kayu mengering agak cepat (30 hari) dari kadar
Sisi (b) 474 air 60% hingga mencapai kadar air kering
(k) 447 udara (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
Keteguhan geser (kg/cm2)
Radial (b) 93 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 110 sional

10 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- daerah dataran rendah (dekat laut) sampai
gunakan suhu 40-65°C dan Rh 83-21%. dataran tinggi (2.150 m.dpl.) dengan kisaran
suhu mulai -4-25,6°C. Jenis ini tidak dapat
tumbuh pada tanah dengan kadar liat yang
Venir dan Kayu Lapis
tinggi atau tanah tergenang.
Venir Meskipun sebaran jenis ini berasal dari daerah
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik dengan curah hujan rata-rata 1.300-1.500 mm/
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut tahun, tetapi tumbuh baik di areal dengan curah
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. hujan 600-2.500 mm/tahun. Sangat tahan
Kayu Lapis terhadap kekeringan karena masih dapat
Perekatan venir kayu ini dengan urea tumbuh pada curah hujan 300-400 mm/tahun.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Permudaan
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Perbanyakan dilakukan dengan biji.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Penanaman dapat langsung dengan biji,
Jerman (DIN) No. 68705-1983. melalui pembibitan atau stump. Mulai
pembibitan sampai penanaman memerlukan
cahaya yang banyak karena bersifat intoleran.
Pemesinan
Penyebaran alami oleh angin atau aliran air
Bebas cacat permukaan. Jenis ini telah dibudidayakan
Sifat pemesinan Kelas dengan luas oleh petani di lahan milik sebagai
%
hutan rakyat.
Penyerutan 90 Sangat baik (I)
Pembentukan 85 Sangat baik (II) Buah
Pembubutan 83 Sangat baik (I)
Pembungaan terjadi pada akhir musim
Pemboran 90 Sangat baik (I)
kemarau sampai sepanjang musim hujan.
Pengampelasan 90 Sangat baik (I)
Polinasi bunga dengan bantuan serangga.
Buah tua dapat dipanen pada awal musim
Kegunaan kemarau, berbuah setiap tahun dan dimulai
Kayu ini dapat digunakan sebagai konstruksi pada umur pohon sekitar 10 bulan. Terdapat
rumah berupa tiang, rangka, daun pintu dan 7.000-12.000 biji per kg. Biji berkecambah
jendela, jembatan, pertambangan, bangunan sangat cepat.
kapal, kano, jari-jari dan roda gerobak, mebel,
lantai parket, panel, partisi, tong, alat pertanian, Hama penyakit
pahatan, alat musik, pigura, bubutan, popor Tidak mempunyai hama dan penyakit yang
senapan, kotak perhiasan, anak dan kotak serius, namun demikian marga Heteropsylla
korek api. Selain itu dapat digunakan untuk dilaporkan mulai menyerang bibit jenis ini. Di
venir dan kayu lapis. India dapat diantisipasi dengan penyemprotan
0,05% Nuvacron setiap minggu. Hama rayap
Silvikultur juga dapat merusak bibit, demikian juga dengan
Tempat tumbuh jamur daun. Di Australia, penggerek batang
dapat menyerang percabangan, tetapi tidak
Secara alami tumbuh dengan baik pada tanah sampai mengurangi hasil kayu secara
berdrainase baik, kesuburan sedang sampai signifikan.
tinggi, pH asam sampai basa dan cukup toleran
terhadap tanah bergaram. Dapat tumbuh pada

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 11


Daun, bunga dan buah Albizia lebbeck (L.) Benth.

12 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Albizia lebbeck (L.) Benth.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 13


3. Albizia procera (Roxb.) Benth. - Fabaceae

Nama Botanis gubal yang berwarna keputihan dengan lebar


Albizia procera (Roxb.) Benth. - Fabaceae gubal sekitar 3-4 cm.
(Leguminosae) Sinonim: Acacia procera Tekstur agak halus dan tidak merata.
(Roxb.) Wild. Arah serat berpadu.
Kilap permukaan kayu agak mengkilap.
Nama Perdagangan
Kesan raba agak licin.
Weru
Kekerasan keras.
Nama Daerah Corak bergaris kehitaman pada permukaan
Beungkal (Madura); ki hiang (Sunda); wangkal, radial kayu teras.
weru (Jawa ); wangkal (Madura); kehiang
(Melayu); birik (Dayak); bilalang (Bugis); sauntiti
(Muna), sasalmoyo (Maluku); dalu, endalu,
endaru, kaladu, katu, kelanir, kuma, lanu, rua
(Timor)

Nama di Negara Lain


Akleng parang (Filipina), kokko-sit, sitpen
(Myanmar), tramkang (Kamboja), tho’n (Laos),
suan, thing thon (Thailand), mungxanh
(Vietnam), brown albizia (Papua New Guinea).

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Timor, Nusa Tenggara, Papua New
Guinea, Queensland (Australia), Filipina, India,
China, Myanmar, Indochina, Thailand.

Morfologi
a
Pohon sedang, tinggi sampai 35 m. Batang
diameter 50-70 cm, tinggi bebas cabang 8-15
m, batang lurus atau bengkok. Permukaan
pepagan berwarna abu-abu kehijauan atau
abu-abu kecokelatan, halus atau beralur
dangkal dan mengelupas kecil.
Daun majemuk menyirip ganda dengan 2–5
pasang helai anak daun, masing-masing helai
anak daun terdiri dari 5-11 pasang; helaian
anak daun gundul, bentuk bundar telur hingga
b
membundar, asimetris, berukuran 2-4 cm x 0,8-
1,6 cm, daun muda berwarna merah. Albizia procera (Roxb.) Benth. – Fabaceae
Perbungaan majemuk berbentuk kepala jarang a. Kayu (wood)
malai, pada ketiak daun atau dekat ujung b. Kulit (bark)
ranting, panjang 8-25 cm; mahkota bunga
berwarna kuning kehijauan atau keputihan. Ciri Anatomi
Bunga bisexual sampai buah tua. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah polong, memipih, berukuran 10-20 cm x Pembuluh baur, sebaran pembuluh cenderung
1,8-2,5 cm, dalam polong terdapat 6-12 biji. Biji pola diagonal atau radial, hampir seluruhnya
bundar lonjong memipih, berukuran 7,5-8 x 4,5- soliter, walau kadang ditemui bergabung radial
6,5 mm, berwarna coklat. hingga dua sel, bidang perforasi sederhana,
ceruk antar pembuluh selang-seling dengan
Ciri Umum ukuran besar (>10 mikron). Ceruk antar
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Warna kayu teras cokelat tua agak kemerahan
jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
dengan garis kehitaman berbeda dengan kayu
ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh

14 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


sekitar 200 mikron atau lebih, frekuensi 5 Ujung (b) 512
buah/mm2 atau kurang. Ditemukan endapan (k) 634
berwarna merah atau kuning gelap pada Sisi (b) 431
pembuluh. (k) 582
Parenkim aksial paratrakea vaskisentrik dan
Keteguhan geser (kg/cm2)
aliform. Dijumpai juga parenkim apotrakea pita
Radial (b) 91
sempit ≤ 3 lapis sel panjang dua dan empat sel
(k) 132
per untai.
Tangensial (b) 86
Jari-jari 1-3 seri dan jari-jari besar umumnya 4- (k) 131
10 seri. Komposisi sel jari-jari seluruhnya sel Keteguhan belah (kg/cm)
baring. Radial (b) 46
(k) 46
Serat panjang 1.267 ± 73 mikron, diameter 25,9 Tangensial (b) 48
± 3,1 mikron, lebar lumen 18,2 ± 2,9 mikron, (k) 43
dinding tipis sampai tebal, 3,9 ± 0,8.
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Tegangan maksimum (kg/cm 2)
kertas: Kelas I. Radial (b) 378
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam (k) 329
parenkim aksial berbilik. Tangensial (b) 366
(k) 406
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis (Oey, 1990): Radial (b) 31
0,77 dan kelas kuat II (k) 44
Penyusutan (%) : Tangensial (b) 39
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 47
1,7 (R) ; 3,9 (T) Sifat Kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
3,4 (R) ; 7,1 (T) Kadar
Holoselulosa 68,8%
Sifat Mekanis Lignin 25,4%
Pentosan 17,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 0,7%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 0,04%
dengan berat jenis basah (b) 0,59 kadar air Kelarutan
83%, dan berat jenis kering udara (k) 0,71 Alkohol-benzena 4,3%
pada kadar air 12%. Air dingin 5,5%
Keteguhan lentur statis Air panas 8,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 9,3%
(b) 383 Nilai kalor 4.204 kal/g
(k) 385
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 548 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
(k) 652 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III ,
(b) 67,4] dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 81,3 curvignathus Holmgren) kelas III.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 19 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 17 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Tangensial (b) 19 Schizophyllum commune kelas II.
(k) 15 Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut te rmasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 268 Keterawetan
(k) 381 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 161
Pengeringan
(k) 174
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 15


Kayu cepat mengering (31 hari) dari kadar air pada tanah alluvial basah atau tanah
60% hingga mencapai kadar air kering udara berlempung dengan pH 5,5-7,5. Cepat tumbuh
(13%) dengan mutu sedang. dan dapat menghambat pertumbuhan alang-
alang, sehingga sesuai untuk penghutanan
Pengeringan dalam dapur pengering konven-
kembali lahan kritis atau ditanam dalam sistem
sional
agroforestry.
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng-
gunakan suhu 40-50°C dan Rh 83-18%.
Permudaan
Venir dan Kayu Lapis Permudaan dapat dilakukan secara generatif
dan vegetatif . Penanaman langsung dengan
Venir
biji lebih baik daripada melalui bibit. Secara
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
vegetatif dapat dilakukan dengan stump, stek
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
batang atau akar. Penambahan hormon IAA
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
atau IBA dengan konsentrasi 10-100 ppm
Kayu Lapis dilaporkan dapat meningkatkan persen
Perekatan venir kayu ini dengan urea perakaran pada stek batang.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Buah
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Pembungaan terjadi sepanjang tahun dan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan memerlukan waktu 8 bulan. Musim berbunga
Jerman (DIN) No. 68705-1983. terjadi pada bulan Januari sampai Maret. Buah
masak/tua dapat dipanen pada bulan Mei -
Pemesinan Agustus. Germinasi benih sangat cepat, tetapi
Bebas cacat benih dapat disimpan sampai 10 tahun pada
Sifat pemesinan Kelas suhu kamar. Untuk memelihara viabilitas,
%
benih sebaiknya disimpan dalam hermetic
Penyerutan 81 Sangat baik (I) storage pada suhu 13°C dengan kelembaban
Pembentukan 87 Sangat baik (II) 2%.
Pembubutan 67 Baik (II)
Pemboran 77 Baik (II) Hama penyakit
Pengampelasan 86 Sangat baik (I)
Kumbang Bruchus bilineatopygus merupakan
hama penggerek biji. Larva Lepidoptera, seperti
Kegunaan Ascostis selenaria, Rhesala imperata, R.
Kayu ini dapat digunakan untuk konstruksi inconcinnalis dan R. moestalis dapat
rumah (tiang dan bentang), rangka, daun pintu menyebabkan defoliasi. Oxyrhachis tarandus
dan jendela, jembatan, pertambangan, dan O. mangiferana menyerang semai sampai
bangunan kapal, jari-jari dan roda gerobak, pancang. Indarbela quadrinotata merupakan
mebel, lantai parket, panel, partisi, tong, alat pemakan kulit kayu dan Zeuzera coffeae
pertanian, pahatan, alat musik, pigura, bubutan, pengerek yang dapat merusak batang dan
popor senapan, kotak perhiasan, anak dan cabang pada tingkat pancang. Rayap
kotak korek api. Selain itu dapat digunakan Coptotermes curvignathus dan Ancistrotermes
untuk venir dan kayu lapis. amphidon merupakan hama bagi tanaman
muda.
Silvikultur Penyakit kanker batang biasanya disebabkan
Tempat tumbuh oleh Fusarium solani dan Nectria haemato-
cocca. Fusarium oxysporum f.sp. perniciosum
Tumbuh pada ketinggian antara 0-1.500 m.dpl., menginvasi akar rambut yang dapat menyebab-
pada suhu 1-46°C dan curah hujan 1.000-5.000 kan gummosis pada rongga sel dan kematian
mm/tahun. Toleran terhadap berbagai jenis dan tanaman.
keasaman tanah, tetapi tumbuh dengan baik

16 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Albizia procera (Roxb.) Benth.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 17


A B

C D

Albizia procera (Roxb.) Benth.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

18 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


4. Azadirachta indica A. Juss - Meliaceae

Nama Botanis Ciri Umum


Azadirachta indica A. Juss - Meliaceae Warna kayu teras cokelat, dipisahkan secara
Sinonim: Melia azadirachta L., Melia indica jelas dengan kayu gubal yang kekuningan.
(A.H.L. Juss) Brandis, Antelaea azadirachta (L.) Corak bergaris.
Adelb.
Tekstur agak kasar.
Nama Perdagangan Arah serat lurus.
Mimba Kilap agak kusam.
Kesan raba kesat.
Nama Daerah Kekerasan keras.
Imba, mimba (Indonesia), membha, mempheuh
(Madura), intaran (Bali).

Nama di Negara Lain


Neem, arya veppu, azad dirakht, nimba, vembu
(India), bao tamaka, tamabin, tamar (Myanmar),
sau dau, xoan an do (Vietnam), Paraiso
(Spanyol), indian lilac, margosa, neem (Inggris),
margosier (Belanda), sentang, limpaga (Sabah,
Malaysia), ranggu (Sarawak, Malaysia),
azadirachta (Papua New Guinea), Maranggo,
birds-eye, kalantas, danggo (Filipina), khiwinin,
thiam, sadao-thiam (Thailand), baypay, mambu,
veppam (Malaysia), kokumba, nimba, veppam
(Singapura), ka dao (Laos).

Daerah Persebaran
Myanmar (alami), dan ditanam di Negara sub
tropis dan tropis termasuk Indonesia
a
Morfologi
Pohon sedang, tinggi 15-20 m, kadang-kadang
dijumpai antara 35-40 m. Batang utama
silindris, tidak lurus, banyak percabangan,
diameter 30-45 cm, jarang mencapai 100 cm.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
kecokelatan atau abu-abu kehitaman, kasar,
berlekah dangkal.
Daun majemuk menyirip genap, kedudukan
tersebar atau mengumpul pada ujung ranting;
panjang daun majemuk 20-40 cm, terdiri atas 7- b
17 anak daun; helaian anak daun bentuk jorong Azadirachta indica A. Juss - Meliaceae
atau lonjong, berukuran 3-8 x 1-3 cm, tepi a. Kayu (wood)
bergerigi, ujung meluncip, pangkal lancip. b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk malai, pada ketiak daun,
panjang perbungaan 10-30 cm; mahkota Ciri Anatomi
berwarna putih hingga krem. Lingkaran tumbuh jelas.
Pembuluh pengelompokan bergabung radial 2
Buah bulat telur hingga hampir bulat, berwarna
hingga 4 serta bergerombol biasa dijumpai.
hijau hingga kekuningan, berukuran 1,4-2,8 x
Diameter berkisar antara 100-200 mikron.
1,0-1,5 cm. Biji satu, jarang berbiji dua atau
Frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
tiga, berwarna cokelat.
perforasi sederhana ceruk antar pembuluh
selang-seling, ukuran kecil (4-7 mikron). Ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
yang jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 19


dengan ceruk antar pembuluh. Terdapat getah Sisi (b) 520
dan endapan dalam pembuluh. (k) 629
Parenkim aksial paratrakea jarang dan pita
Keteguhan geser (kg/cm2)
sempit ≤ 3 lapis sel.
Radial (b) 101
Jari-jari 1-3 seri, jari-jari besar umumnya 4-10
(k) 75
seri. Komposisi sel jari-jari homoseluler dengan
Tangensial (b) 87
seluruhnya sel baring. Frekuensi jari-jari 4-12
(k) 77
buah/mm.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat memiliki ceruk sederhana sampai Radial (b) 35
berhalaman sangat kecil. Panjang 1.165 ± 106 (k) 49
mikron, diameter 24,8 ± 1,3 mikron, lebar lumen Tangensial (b) 38
19,7 ± 1,2 mikron, dinding tipis sampai tebal, (k) 50
2,6 ± 0,1 mikron. Kualitas serat untuk bahan Keteguhan tarik sejajar arah serat
baku pulp dan kertas: Kelas II. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 345
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam (k) 531
parenkim aksial berbilik. Tangensial (b) 588
(k) 671
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis dan kelas kuat menurut Oey (1990) Radial (b) 23
0,82 ; kelas kuat II (k) 40
Penyusutan (%) Tangensial (b) 24
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 40
2,5 (R) ; 3,9 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
4,4 (R) ; 7,1 (T) Kadar
Holoselulosa 72,4%
Sifat Mekanis Lignin 24,0%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 16,2%
berdasarkan pada pengukuran pada contoh Abu 1,2%
kayu dengan berat jenis basah (b) 0,62 pada Silika 1,0%
kadar air 48%,dan berat jenis kering udara (k) Kelarutan
0,73 pada kadar air 12%. Alkohol-benzena 3,6%
Air dingin 6,8%
Keteguhan lentur statis Air panas 8,5%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 21,6%
(b) 403 Nilai kalor 4.346 kal/g
(k) 371
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 692 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III (Oey,
(k) 759 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,
(b) 77,4 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 82,7 curvignathus Holmgren) kelas III.
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
Radial (b) 30 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 24 spathularia kelas I, Polyporus sp. kelas I,
Tangensial (b) 28 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
(k) 24 Schizophyllum commune kelas II.
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas II.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 432 Keterawetan
(k) 448
Masuk kelas III (sukar)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 172
Pengeringan
(k) 194
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 606 Belum ada data
(k) 711

20 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering dan kotak cerutu. Di Papua New Guinea untuk
konvensional pintu dan kano.
Belum ada data
Silvikultur
Venir dan Kayu Lapis
Tempat tumbuh
Venir Jenis pohon ini resisten terhadap kekeringan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik dan suhu tinggi serta dapat tumbuh pada
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut daerah dengan curah hujan dibawah 400
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm. mm/tahun. Tumbuh pada berbagai tipe tanah,
Kayu Lapis optimal pada tanah berpasir dengan drainase
Perekatan venir kayu ini dengan urea baik pada suhu 21-32°C sampai ketinggian
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis 3.500 m.dpl. Pertumbuhan optimal pada
tahan air yang memenuhi syarat Standar ketinggian 0-700 m/dpl, mimba dapat tumbuh
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, pada pH 5-8, tetapi optimal pada pH 6,2-7,0.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Permudaan
Permudaan dapat dilakukan secara generatif
Pemesinan dan vegetatif. Di beberapa tempat, teknik
permudaan dengan stump lebih popular karena
Bebas cacat mudah dan murah dalam transportasi dan
Sifat pemesinan Kelas
% distribusi serta mempunyai persen tumbuh
Penyerutan 83 Sangat baik (I) yang tinggi. Selain itu dapat dibudidayakan
Pembentukan 92 Sangat baik (II) dengan stek, grafting, kultur jaringan dan air
Pembubutan 7 Sangat baik (II) layering.
Pemboran 82 Sangat baik (II)
Pengampelasan 85 Sangat baik (I) Buah
Musim berbunga terjadi pada bulan Februari-
Kegunaan April dan buah masak pada bulan Mei-Juli
Kayu ini dapat digunakan untuk konstruksi
Hama penyakit
dalam ruangan, papan lantai, rangka pintu
jendela, mebel, moulding, mainan anak, Hama atau penyakit yang serius, diantaranya
boneka, barang bubutan, dan korek api. Di Palvinaria maxima dan Aspidiotus orientalis.
Filipina digunakan untuk kotak piano, ukiran Jenis ini dapat dijadikan bahan pestisida nabati.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 21


Daun, bunga dan buah Azadirachta indica A. Juss

22 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Azadirachta indica A. Juss


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 23


5. Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC. - Fagaceae

Nama Botanis Corak polos hingga garis selang-seling warna


Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC. - cokelat.
Fagaceae. Tekstur kasar dan tidak rata.
Sinonim: Quercus junghuhnii Miq., Quercus Arah serat lurus sampai berpadu.
fagiformis Jungh., Castanopsis schlenkerae
Kilap mengkilap.
Bailey.
Kesan raba licin.
Nama Perdagangan Kekerasan keras.
Pasang Bau tidak ada bau khas

Nama Daerah
Barangan, barangan pipit, empili, mempening,
ukam (Kalimantan), ki hiur, ki riung, riung anak
(Sunda), meranak, pasang robyong (Jawa).

Nama di Negara Lain


New Guinea oak, Papua New Guinea oak,
white oak (Papua New Guinea); Ko-duai
(Thailand), ko-soi (Chiang Mai), ko-mat
(Petchabun, Loei), white oak (Inggris),
barangan (Malaysia).

Daerah Persebaran
India, Burma, China, Indo-China, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Kalimantan Utara (Sarawak), Sulawesi, Papua
New Guinea hingga Kepulauan New Britain.
a
Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi 40 m.
Batang utama silindris tegak, diameter batang
30–90 cm, pohon tua berbanir tinggi 2 m.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
kecokelatan, kasar, berlekah dangkal dan
berlentisel.
Daun penumpu bundar telur meruncing,
berukuran 3–4 x 1 mm, mudah luruh. Daun
tunggal, kedudukan spiral atau menyebar; b
helaian mengertas tipis, berukuran 4–17 cm x Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC. -
2,5–6 cm, ujung meluncip, panjang ujung 1–2,5 Fagaceae
cm, pangkal bundar atau tumpul, kadang a. Kayu (wood)
meluncip, pertulangan sekunder 10–14 pasang. b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk malai pada ketiak daun
atau ujung ranting, panjang bunga jantan dan Ciri Anatomi
bunga betina 5–10 cm, bunga warna putih Lingkaran tumbuh tidak jelas.
kekuningan. Pembuluh baur; sebaran pola diagonal atau
Buah bulat telur, kulit luar berduri, berukuran dendritik, pengelompokan hampir seluruhnya
1,5-2 x 1-1,5 cm, buah muda berwarna hijau, soliter. Diameter 200 mikron lebih (sekitar 300
terdapat 1-2 biji. Biji bulat telur meruncing di mikron). Bidang perforasi sederhana. Ceruk
ujung, sedikit berbulu. antar pembuluh selang-seling. Ceruk antar
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Ciri Umum sempit sampai sederhana, ceruk horisontal
Warna kayu teras berwarna kuning atau vertikal. Tilosis umum banyak dijumpai.
kecokelatan, agak mudah dibedakan dari gubal Terdapat trakeida vaskisentrik dan vaskuler.
yang berwarna kuning pucat.

24 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Parenkim berbentuk pita sempit ≤3 lapis sel Sisi (b) 559
dan atau bentuk tangga. Panjang untai 5–8 sel (k) 378
per-untai. Keteguhan geser (kg/cm2)
Jari-jari ada dua ukuran yang jelas. Jari-jari Radial (b) 63
yang sempit seluruhnya uniseriate dan yang (k) 137
besar, multiseriate hingga >10 seri. Jari-jari Tangensial (b) 83
homoseluler, seluruhnya sel baring. (k) 150

Keteguhan belah (kg/cm)


Radial (b) 34
(k) 49
dinding serat 4,15 ± 0,7 mikron.
Tangensial (b) 58
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan (k) 52
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Inklusi mineral kristal primatik dijumpai, Tegangan maksimum (kg/cm 2)
berderet radial dalam sel baring serta dalam Radial (b) 831
parenkim aksial berbilik. (k) -
Tangensial (b) 913
Sifat Fisis (k) -
Berat jenis 0,73 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) Radial (b) 23
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 33
1,6 (R) ; 5,5 (T) Tangensial (b) 22
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 20
4,7 (R) ; 11,3 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis Holoselulosa 81,9%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 25,0%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 14,6%
dengan berat jenis basah (b) 0,79 pada kadar Abu 0,8%
air 62%, dan berat jenis kering udara (k) 0,83 Silika 0,3%
pada kadar air 15%. Kelarutan
Alkohol-benzena 0,7%
Keteguhan lentur statis
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 2,9%
(b) 442 Air panas 4,7%
NaOH 1% 13,1%
(k) 435
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.776 kal/g
(b) 736
(k) 842 Keawetan
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III (Oey,
(b) 86,6 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 132,3 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Keteguhan pukul (kgm/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 29 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 38 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 30 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
(k) 28 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 418 kayu di laut termasuk kelas IV.
(k) 493
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 164 Masuk kelas I (mudah)
(k) 157
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 632
Pengeringan alami
(k) 727
Kayu cepat mengering; yaitu 24 hari, dari kadar
air 60% hingga mencapai kadar air kering

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 25


udara yaitu 14% dengan mutu sedang sampai Kegunaan
baik. Kayu ini digunakan untuk tiang rumah,
Pengeringan dalam dapur pengering konven- bangunan jembatan, mebel, papan lantai, venir,
sional kayu lapis, papan panel, kotak pembungkus,
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- bangunan kapal dan bangunan di instalasi
gunakan suhu 45–70°C dan Rh 83-23%. tambang.

Venir dan Kayu Lapis Silvikultur


Venir Tempat tumbuh
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik Secara alami tumbuh di hutan pegunungan,
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut pada ketinggian antara 900-2000 m.dpl. Pohon
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. ini dapat dijumpai pada elevasi yang lebih
Kayu Lapis rendah pada punggung bukit dan berasosiasi
Perekatan venir kayu ini dengan urea dengan Hopea papua.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Permudaan
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Perbanyakan secara generatif dilakukan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan dengan mengecambahkan biji.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Buah
Pemesinan Biji digemari oleh binatang seperti tupai dan
Bebas cacat babi hutan yang berperan sebagai penyebar
Sifat pemesinan Kelas alami di hutan alam.
%
Penyerutan 78 Sangat baik (I)
Pembentukan 80 Baik (II)
Pembubutan 65 Baik (II)
Pemboran 86 Sangat baik (II)
Pengampelasan 85 Sangat baik (I)

26 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 27


A B

C D

Castanopsis acuminatissima (Blume) A.DC.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

28 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


6. Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC. - Fagaceae

Nama Botanis Ciri Umum


Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC. - Warna kayu teras kuning pucat kecokelatan,
Fagaceae susah dibedakan dari gubal yang berwarna
Sinonim: Castanea tungurrut Blume, kekuningan.
Castanopsis ridleyi Gamble, Castanopsis Corak polos.
conspersispina Merr. Tekstur agak kasar hingga kasar dan kurang
rata.
Nama Perdagangan
Arah serat lurus sampai agak berpadu.
Saninten, pasang, berangan
Kilap mengkilap saat baru ditebang namun
Nama Daerah memudar seiring dengan pertambahan waktu.
Karakah (Batak, Sumatera), karamayo Kesan raba licin.
(Simalur, Sumatera), rasak bulu (Minangkabau, Kekerasan keras.
Sumatera), kalimorot, tangongo, tunggeureuh, Bau tidak khas, namun saat baru ditebang
tunggeureut, tungurut, karaka (Sunda, Jawa tercium bau penyamak kulit.
Barat)

Nama di Negara Lain


Malayan chesnut (Malaysia), Jertek tangga
(Semenanjung Malaya), Kata (Sabah), New
Guinea oak, White oak (Papua New Guinea),
Filipina chesnut (Filipina), Ko (Laos), Ko, Ko-
nam (Thailand), C[af] [oo]i (Vietnam)

Daerah Persebaran
Semenanjung Malaya, Sumatera, Simalur
(Simeulu-Aceh), Bangka, Jawa Barat

Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi 20-25 m
atau kadang mencapai 40 m. Batang utama
silindris tegak, diameter batang mencapai 60
cm atau 100 cm. Permukaan pepagan kasar
dan berlekah, warna abu-abu kehitaman.
a
Daun penumpu bentuk perahu, bundar telur
atau segitiga, berukuran 4-6 x 2–3 mm. Daun
tunggal, kedudukan spiral atau menyebar, daun
muda berbulu kuning keemasan, helaian
bentuk jorong hingga lonjong berukuran 8–15 x
3–9 cm, ujung meruncing atau lancip, pangkal
bundar atau runcing kadang asimetrik, tepi rata.
Pertulangan sekunder berjumlah 11-19
pasang. Tangkai silindris dan memipih, panjang
0,5-2 cm.
Perbungaan majemuk malai, pada ketiak daun b
atau ujung ranting, malai jantan berukuran 10-
25 cm, malai betina berukuran 5-15 cm. Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC. -
Fagaceae
Buah yang matang berwarna kecokelatan, kulit
a. Kayu (wood)
luar berduri tajam dengan panjang 15-25 mm
b. Kulit (bark)
dan memiliki 1-3 lapis cangkang biji.
Ciri Anatomi
Lingkaran tumbuh tidak jelas hingga agak jelas.
Pembuluh baur, sebaran pola diagonal atau
radial dan hampir seluruhnya soliter. Diameter

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 29


200 mikron lebih. Frekuensi 5 buah/mm2 atau Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
kurang. Bidang perforasi sederhana, ceruk (b) 53
antar pembuluh selang-seling serta ceruk antar (k) 280
pembuluh dan jari-jari dengan halaman sempit Kekerasan (JANKA), kg/cm2
sampai sederhana, ceruk horisontal atau Ujung (b) 147
vertikal. Tilosis umum dijumpai. Terdapat (k) 184
trakeida vaskikentrik dan vaskular. Sisi (b) 146
Parenkim paratrakea selubung jarang dan (k) 188
apotrakea pita sempit ≤3 lapis sel dengan tipe
aksial 3-8 sel per untai. Keteguhan geser (kg/cm2)
Radial (b) 57
Jari-jari umumnya uniseriat, kadang ditemui (k) 43
biseriate, homoseluler dengan komposisi Tangensial (b) 61
seluruhnya sel baring. Frekuensi jari-jari 4-12 (k) 43
buah/mm. Keteguhan belah (kg/cm)
Radial (b) 16
(k) 27
Tangensial (b) 28
(k) 39

Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Keteguhan tarik sejajar arah serat
kertas: Kelas I. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 194
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam (k) 335
parenkim aksial berbilik. Tangensial (b) 211
(k) 325
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis dan kelas kuat menurut Oey (1990) Radial (b) 14
0,78 ; kelas kuat II-III (k) 17
Penyusutan (%) Tangensial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 18
1,9 (R) ; 4,4 (T)
Sifat Kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
3,0 (R) ; 6,7 (T) Kadar
Holoselulosa 79,0%
Sifat Mekanis Lignin 27,7%
Pentosan 15,0%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 1,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 1,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,39 pada kadar
Kelarutan
air 100%, dan berat jenis kering udara (k) 0,47 Alkohol-benzena 2,6%
pada kadar air 13%. Air dingin 3,9%
Keteguhan lentur statis Air panas 5,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 17,8%
(b) 291 Nilai kalor 4.776 kal/g
(k) 339
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 412 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet (II)-III-IV
(k) 518 (Oey, 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) kering (Cryptotermes cynocephalus Light.)
(b) 64,9 kelas II, dan terhadap rayap tanah
(k) 70,2 (Coptotermes curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 6 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 12 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Tangensial (b) 7 Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 12 Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 233
(k) 321

30 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Keterawetan Kegunaan
Masuk kelas I (mudah) Kayu ini banyak digunakan untuk tiang rumah,
jembatan, mebel, papan lantai, venir, kayu
Pengeringan lapis, papan panel, kotak pembungkus,
Pengeringan alami bangunan kapal dan bangunan di instalasi
Kayu mengering agak cepat (50 hari) dari kadar tambang.
air 41% hingga kadar air kering udara (16%)
dengan mutu sedang. Silvikultur
Tempat tumbuh
Pengeringan dalam dapur pengering
Secara alami tumbuh di hutan alam tropika
konvensional
basah dataran tinggi hingga pegunungan, pada
Belum ada data.
berbagai tipe tanah, kecuali tanah berkapur.
Tumbuh secara bergerombol di sepanjang
Venir dan Kayu Lapis aliran sungai dan daerah berawa.
Venir
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik Permudaan
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Permudaan alam dilakukan oleh binatang,
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
seperti tupai, rodensia, rusa dan babi hutan.
Kayu Lapis Perbanyakan dilakukan melalui biji. Biji bersifat
Perekatan venir kayu ini dengan urea ortodoks, sehingga memerlukan waktu yang
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis lama dalam perkecambahan.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Buah
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Musim berbunga biasanya terjadi pada bulan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Pebruari-Juli, buah masak Agustus-Oktober.
Pohon berbuah setiap tahun dengan musim
Pemesinan buah raya berinterval antara 2-5 tahun. Dalam
Bebas cacat 1 kg biji berukuran agak besar terdapat 1.800-
Sifat pemesinan Kelas 2.400 benih.
%
Penyerutan 78 Baik (II)
Pembentukan 85 Sangat baik (I)
Pembubutan 65 Baik (II)
Pemboran 69 Baik (II)
Pengampelasan 92 Sangat baik (I)

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 31


Daun, bunga dan buah Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC.

32 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Castanopsis tungurrut (Blume) A.DC.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 33


7. Cinnamomum iners (Reinw. ex Nees & T. Nees) Blume -
Lauraceae

Nama Botanis Kesan raba licin


Cinnamomum iners (Reinw. ex Nees & T. Kekerasan keras
Nees) Blume - Lauraceae. Bau harum
Sinonim: Cinnamomum eucalyptoides T. Nees,
Cinnamomum nitidum Blume, Cinnamomum
paraneuron Miq.

Nama Perdagangan
Medang teja

Nama Daerah
Huru pedes (Sunda), medang kalong (Belitung)

Nama di Negara Lain


Hmanthin (Myanmar), qu ees owi (Vietnam),
kradangnga (Thailand), kayu manis hutan
(Malaysia).

Daerah Persebaran
India, Burma (Myanmar), Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Filipina.
a
Morfologi
Pohon sedang hingga besar, tinggi 24-30 m.
Batang utama silindris, diameter 60-180 cm.
Permukaan pepagan berwarna abu-abu
kecokelatan, licin, berlenti sel; kulit kayu warna
merah jambu, berbau aromatik tajam.
Daun tunggal, kedudukan berhadapan atau
hampir berpasangan. Daun muda berwarna
merah, helaian tua agak kaku, bentuk lonjong
hingga jorong, ukuran helaian bervariasi, 7,5– b
30 cm x 2,5–9 cm; ujung tumpul atau meluncip;
Cinnamomum iners (Reinw. ex Nees & T.
pangkal luncip atau membundar; pertulangan
Nees) Blume - Lauraceae
menjari tiga, permukaan bawah helai daun
a. Kayu (wood)
sering ada bintik-bintik dalam helaian
b. Kulit (bark)
(glaucous). Panjang tangkai 1–2 cm.
Perbungaan majemuk malai, pada ujung Ciri Anatomi
ranting atau ketiak daun, panjang majemuk 10–
18 cm, berbulu; mahkota berwarna krem, Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
berbau harum aromatik. penebalan dinding serat.
Buah berbentuk oval dengan panjang 1–1,5 Pembuluh baur bidang perforasi sederhana dan
cm, berwarna hijau dengan bintik-bintik kuning bentuk tangga. Diameter 100-200 mikron.
pada waktu muda dan ungu kehitaman Ceruk antar pembuluh selang-seling, ceruk
sesudah tua. antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
yang sempit sampai sederhana ceruk horisontal
Ciri Umum atau vertikal. Tilosis umum dijumpai.
Warna kayu teras cokelat muda kekuningan, Parenkim apotrakea tersebar; paratrakea
mudah dibedakan dengan gubal vaskisentrik dan aliform. Panjang setiap untai 3-
Corak polos 8 sel.
Tekstur halus dan rata
Arah serat lurus hingga berpadu
Kilap tidak mengkilap

34 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi satu Keteguhan geser (kg/cm2)
hingga 2-4 jalur sel tegak dan atau sel bujur Radial (b) 53
sangkar marjinal. (k) 88
Tangensial (b) 62
Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana
(k) 82
sampai berhalaman sangat kecil. Panjang
Keteguhan belah (kg/cm)
1.460 ± 222 mikron, diameter 38,26 ± 3,3
Radial (b) 28
mikron, lebar lumen 33,2 ± 3,2 mikron, dinding
(k) 35
tipis sampai tebal, 2,5 ± 0,4 mikron.
Tangensial (b) 37
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
(k) 34
kertas: Kelas I.
Inklusi mineral tidak dijumpai. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Sel minyak dijumpai, bergabung dengan jari-jari Tegangan maksimum (kg/cm 2)
dan parenkim aksial. Radial (b) 425
(k) -
Sifat Fisis Tangensial (b) 732
Berat jenis 0,57 dan kelas kuat III - II (Oey, (k) -
1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) Radial (b) 23
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 22
1,6 (R) ; 5,2 (T) Tangensial (b) 23
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 25
3,7 (R) ; 9,2 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 76,7%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 23,3%
dengan berat jenis basah (b) 0,52 pada kadar Pentosan 15,2%
air 75%, dan berat jenis kering udara (k) 0,56 Abu 0,4%
pada kadar air 13%. Silika 0,2%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Alkohol-benzena 4,3%
(b) 248 Air 4,9%
(k) 450 Air panas 3,9%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 19,5%
(b) 437 Nilai kalor 4.295 kal/g
(k) 441
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 61,1 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV/V (Oey,
(k) 89.9 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Radial (b) 22 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 21 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 23 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 21 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 109 kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 408
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 65 Masuk kelas I (mudah)
(k) 63
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 335
Pengeringan alami
(k) 414
Kayu cepat mengering dalam 26 hari dari kadar
Sisi (b) 237
air 60% hingga mencapai kadar air kering
(k) 294
udara, yaitu 14% dengan mutu sedang sampai
baik.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 35


Pengeringan dalam dapur pengering Lendirnya digunakan dalam pembuatan
konvensional kumparan obat anti nyamuk dan batang hio.
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50-
75°C dan Rh 28-81%. Silvikultur
Tempat tumbuh
Venir dan Kayu Lapis
Secara alami tumbuh mulai dataran rendah
Venir
sampai dataran tinggi sampai 3.300 m.dpl.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Pertumbuhan optimal pada ketinggian 600-
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
2.000 m.dpl. Jenis ini mensyaratkan
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
kelembaban tinggi dan bersifat toleran
Kayu Lapis sehingga memerlukan naungan dalam per-
Perekatan venir kayu ini dengan urea tumbuhannya.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Permudaan
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan biasanya dilakukan dengan biji. Biji
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan dikeringkan secara singkat dan ditanam dalam
Jerman (DIN) No. 68705-1983. bedeng semai atau langsung di lapangan di
bawah naungan. Persentase tumbuh biji
Pemesinan sebesar 40% dan dapat ditingkatkan dengan
Bebas cacat stump.
Sifat pemesinan Kelas
%
Hama penyakit
Penyerutan 79 Baik (II)
Pembentukan 74 Baik (II) Kematian pohon biasanya disebabkan oleh
Pembubutan 65 Baik (II) jamur Aecidium cinnammomi yang menyerang
Pemboran 80 Sangat baik (I) daun dan ranting. Ciri dari serangan jamur ini
Pengampelasan 79 Baik (II) adalah terjadinya spot hitam cokelat pada daun
dan ranting.

Kegunaan
Kayu ini digunakan untuk perlengkapan interior
yaitu panel, mebel, kabinet, lemari pakaian.
Kayu yang harum cocok untuk dibuat peti.

36 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Cinnamomum iners (Reinw. ex Nees & T. Nees) Blume

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 37


A B

C D

Cinnamomum iners (Reinw. Ex Nees & T. Nees) Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

38 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


8. Erythrina fusca Lour. - Fabaceae

Nama Botanis Arah serat lurus, bergelombang hingga


Erythrina fusca Lour. - Fabaceae berpadu.
(Leguminosae) Kilap permukaan kayu kusam.
Sinonim: Erythrina atrosanguinea Ridley, Kesan raba kesat.
Erythrina glauca Willd., E. ovalifolia Roxb.
Kekerasan lunak.
Nama Perdagangan
Dadap cangkring

Nama Daerah
Cangkring (Jawa), cangkring, dadap (Sunda),
galada anyer (Melayu), rase (Bugis), kane
(Makasar), rope (Sasak)

Nama di Negara Lain


Anii, korung-korung (Filipina), rolouohs pong
(Kamboja), thong’lang (Laos), thong lang nam
(Thailand); voong doong (Vietnam)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua
New Guinea

Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 25 a
m. Batang bebas cabang sampai 17 m, bulat
dan lurus, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat keabu-
abuan, licin, beretak. Batang muda,
percabangan batang dan ranting berduri,
panjang duri 1-2 cm.
Daun penumpu berbentuk bundar atau bentuk
jarum, mudah luruh. Daun majemuk menjari
tiga, kedudukan berselang-seling, bentuk
helaian bundar telur hingga jorong, berukuran
18-45 cm x 10-20 cm, pangkal bundar, tumpul b
atau meruncing, ujung tumpul, tepirata,
pertulangan menyirip. Panjang tangkai sampai Erythrina fusca Lour. - Fabaceae
25 cm, kadang berduri. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk tandan, pada ujung
ranting, mahkota bunga warna merah
mencolok. Ciri Anatomi
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Pembuluh baur, sebagian besar soliter, dan
ada beberapa ditemui bergabung radial hingga
dua, diameter sekitar 200 mikron atau lebih,
frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
perforasi sederhana, ceruk antar pembuluh
Ciri Umum selang-seling dan berumbai. Ceruk antar
Warna kayu teras berwarna putih jerami hingga pembuluh dan jari-jari ada dua macam yaitu
kuning muda, susah dibedakan dari gubal yang dengan halaman yang jelas, serupa dalam
berwarna sama. ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
Corak polos. pembuluh, serta dengan halaman yang sempit
sampai sederhana, ceruk bundar atau
Tekstur kasar. bersudut.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 39


pembuluh, serta dengan halaman yang sempit Kekerasan (JANKA), kg/cm2
sampai sederhana, ceruk bundar atau Ujung (b) 171
bersudut. (k) 156
Sisi (b) 116
Parenkim aksial paratrakea vaskisentrik, aliform
(k) 115
hingga konfluen. Dijumpai juga parenkim pita
Keteguhan geser (kg/cm2)
bentuk jala. Panjang dua sel per untai.
Radial (b) 34
Jari-jari besar umumnya 4–10 seri hingga lebih (k) 32
dari 10 seri. Komposisi satu jalur hingga 2–4 Tangensial (b) 36
jalur sel tegak atau sel bujursangkar marjinal. (k) 35
Serat. Pada jaringan serat dasarnya terdapat Keteguhan belah (kg/cm)
penebalan ulir. Panjang 2.033 ± 269 mikron, Radial (b) 25
diameter 37,1 ± 4,7 mikron, lebar lumen 27,3 ± (k) 21
3,4 mikron, dinding serat tipis sampai tebal 4,9 Tangensial (b) 25
± 1,3 mikron. Kualitas serat untuk bahan baku (k) 22
pulp dan kertas: Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Inklusi mineral tidak dijumpai. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Ciri lain terdapat sel seludang serta ada Radial (b) 174
susunan bertingkat dari parenkim aksial atau (k) 324
unsur pembuluh. Tangensial (b) 239
(k) 314
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis dan kelas kuat menurut Oey (1990) Radial (b) 22
0,29 ; kelas kuat V (k) 12
Penyusutan (%) Tangensial (b) 19
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 13
0,7 (R) ; 2,4 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
2,0 (R) ; 5,5 (T) Kadar
Holoselulosa 80,6%
Sifat Mekanis Lignin 29,5%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,9%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,4%
dengan berat jenis basah (b) 0,73 pada kadar Silika 1,3%
air 21%, dan berat jenis kering udara (k) 0,88 Kelarutan
pada kadar air 16%. Alkohol-benzena 3,1%
Air dingin 2,5%
Keteguhan lentur statis
Air panas 4,5%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2)
NaOH 1 11,4%
(b) 91
Nilai kalor 4.327 kal/g
(k) 174
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
Keawetan
(b) 256
(k) 267 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(b) 18,7 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
(k) 38,5 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3) curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 16 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 19 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Tangensial (b) 16 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 23 Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak
Tegangan maksimum (kg/cm 2) kayu di laut te rmasuk kelas V.
(b) 165
(k) 149 Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 38
(k) 44

40 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan Kegunaan
Pengeringan alami Kayu ini dapat digunakan kotak pembungkus,
Kayu cepat mengering (7 hari) dari kadar air pegangan sikat dan korek api. Selanjutnya
50% hingga mencapai kadar air kering udara dapat juga digunakan venir dan kayu lapis,
(15%) dengan mutu pengeringan tergolong pelampung jala, papan selancar, cadik perahu,
sedang. perisai, lembing, helm, bahan insulator, kelom,
barang kerajinan pahatan dan ukiran serta
Pengeringan dalam dapur pengering konven-
perabot dapur.
sional
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50-
Silvikultur
75°C dan Rh 28-80%.
Tempat tumbuh
Venir dan Kayu Lapis Secara alami tumbuh di daerah beriklim
Venir monsoon, tanah berpasir dan lembab, seperti
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik hutan rawa, sepanjang aliran sungai dan tanah
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut yang drainasenya buruk, pada ketinggian
kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm. sampai dengan 2.000 m.dpl.
Kayu Lapis
Permudaan
Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Permudaan alami termasuk sangat mudah,
tahan air yang memenuhi syarat Standar karena di beberapa lokasi dijumpai dalam
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, bentuk tegakan murni. Perbanyakan dapat
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan dilakukan dengan biji dan vegetatif, berupa stek
Jerman (DIN) No. 68705-1983. batang. Perbanyakan dilakukan dengan
memilih batang atau cabang yang cukup tua
Pemesinan sepanjang 2-3 cm, berdiameter 2-10 cm. Stek
akan bertunas dengan mudah dalam waktu 2-4
Bebas cacat minggu. Jenis ini digunakan sebagai tanaman
Sifat pemesinan Kelas
% reboisasi dan rehabilitasi.
Penyerutan 70 Baik (II)
Pembentukan 52 Sedang (III) Benih
Pembubutan 53 Sedang (III) Dalam 1 kg terdapat 1.450-5.000 biji dengan
Pemboran 57 Sedang (III) daya berkecambah 80-95%.
Pengampelasan 68 Baik (II)
Hama penyakit
Tanaman ini dapat diserang busuk akar (belum
diketahui penyebabnya) dan penggerek pucuk
oleh belalang (Terastia meticulosalis).

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 41


Daun, bunga dan buah Erythrina fusca Lour.

42 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Erythrina fusca Lour.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 43


9. Ficus nervosa Heyne ex Roth - Moraceae

Nama Botanis Ciri Umum


Ficus nervosa B. Heyneex Roth–Moraceae Warna kayu teras berwarna putih kekuningan,
Sinonim: Ficus angustifolia Roxb., Ficus sukar dibedakan dari gubal
pubinervis Blume, Ficus similis Merr. Ficus Corak polos, pada bidang tangesial terdapat
magnoliifolia Blume, Ficus apoensis Elmer, tanda kerinyut
Ficus edelfeltii auct. Non King, Ficus nervosa
Tekstur kasar, kurang rata akibat adanya
auct. Non Heyne ex Roth.
parenkim aksial yang berlimpah
Nama Perdagangan Arah serat lurus sampai sangat berpadu
Kilap kusam
Nama Daerah
Kesan raba kesat
Baira etem (Simalur, Sumatera), ki kanteh
(Sunda, Jawa Barat), apole (Sulawesi). Kekerasan lunak

Nama di Negara Lain


Kanapai (Filipina), ficus, fig (Inggris), neer-aal
(Tamil, India), eechamaram, eeccha
(Malayalam, India).

Daerah Persebaran
Taiwan hingga Malaysia: Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara
(Sumbawa, Flores, Timor, Wetar), Kepulauan
Maluku (Buru, Halmahera, Sula, Aru).

Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi 20-40 m.
Batang utama silindris, tegak, berbanir, tinggi
banir 2,5 m, berakar jangkang. Permukaan
pepagan berwarna cokelat keabuan, licin, atau
berlentisel dan mengelupas kecil; bergetah
putih. a
Daun penumpu panjang 2-4 cm, berbulu tipis
warna kuning kecokelatan, mudah luruh. Daun
tunggal, kedudukan spiral atau selang-seling,
melingkar pada ujung ranting. Helaian lonjong
hingga bundar telur terbalik, berukuran 4-19 cm
x 1,5-8,5 cm, mengertas, ujung meluncip,
pangkal meluncip atau tumpul, tepi rata;
permukaan helai tidak berbulu, daun kering
berwarna hijau pucat, permukaan bawah helai
muda berbulu tipis warna keputihan hingga
kekuningan; pertulangan sekunder berjumlah b
(5) 8-10 pasang, terdapat domatia (glands)
pada ketiak pertulangan pangkal. Panjang Ficus nervosa Heyne ex Roth - Moraceae
tangkai (0,5) 1-2 cm. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
pada ketiak daun, diameter bunga majemuk
0,8-1,5 cm. Ciri Anatomi
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
Diameter 200 mikron lebih. Ceruk antar
pembuluh selang-seling bersegi banyak,ceruk
antara pembuluh dengan jari-jari berhalaman
jelas, serupa dalam ukuran dan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit

44 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


sampai sederhana, ceruk bundar atau ber- Sisi (b) 117
sudut, dan bergabung searah kasar. (k) 201
Keteguhan geser (kg/cm2)
Parenkim paratrakea jarang hingga vaskisen-
Radial (b) 30
trik, bentuk pita >3 lapis sel.
(k) 71
Jari-jari multiseriate 1-10 seri, komposisi 1
Tangensial (b) 36
hingga >4 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar
(k) 70
marjinal.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana Radial (b) 20
sampai berhalaman sangat kecil. Panjang (k) 31
1.419 ± 140 mikron, diameter 40,6 ± 4,7 Tangensial (b) 21
mikron, lebar lumen 35,7 ± 4,6 mikron, dinding (k) 34
serat tipis sampai tebal,2,5 ± 0,5 mikron.
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Keteguhan tarik sejajar arah serat
kertas: Kelas I. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 268
Inklusi mineral tidak dijumpai. (k) -
Ciri lain terdapat susunan bertingkat dari Tangensial (b) 299
parenkim dan serat.
(k) -
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Sifat Fisis Radial (b) 8
Berat jenis 0,35 dan kelas kuat IV (Oey, 1990) (k) 16
Penyusutan (%) Tangensial (b) 8
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 15
1,8 (R) ; 3,9 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
3,6 (R) ; 7,4 (T)
Kadar
Sifat Mekanis Holoselulosa 74,6%
Lignin 25,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 13,6%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,9%
dengan berat jenis basah (b) 0,52 pada kadar Silika 1,0%
air 90%, dan berat jenis kering udara (k) 0,55 Kelarutan
pada kadar air 13%. Alkohol-benzena 1,7%
Keteguhan lentur statis Air dingin 5,4%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air panas 7,6%
(b) 188 NaOH 1% 14,7%
(k) 418 Nilai kalor 4.305 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 285 Keawetan
(k) 526 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III (Oey,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(b) 41,1 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
(k) 69.1 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3) curvignathus Holmgren) kelas III.
Radial (b) 10 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 10 spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas III,
Tangensial (b) 23 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 14 Schizophyllum commune kelas IV.
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 169 Keterawetan
(k) 367 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
(b) 43
Pengeringan
(k) 49
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 299 Kayu cepat mengering (13 hari) dari kadar air
(k) 352 60% hingga mencapai kadar air kering

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 45


udara(14%) dengan mutu pengeringan Kegunaan
tergolong baik. Kayu ini dapat digunakan untuk bangunan
Pengeringan dalam dapur pengering konven- sementara, molding, perlengkapan interior,
sional pelapis, venir muka kayu lapis, laci, perahu,
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 - kano, wadah tempat cucian, peti buah,
75°C dan Rh 28 - 81%. pelampung jala, dan kayu bakar. Kayunya
menyala terus menerus untuk pembakaran
Venir dan Kayu Lapis kapur. Sebagai bahan baku pulp dan kertas
Venir cukup baik, dan mungkin juga cocok untuk
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik papan serat.
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm. Silvikultur

Kayu Lapis Tempat tumbuh


Perekatan venir kayu ini dengan urea Secara alami tumbuh di hutan hujan dataran
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis rendah, umumnya di hutan sekunder dan di
tahan air yang memenuhi syarat Standar tempat terbuka pada ketinggian sampai dengan
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, 1.500 m.dpl.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Permudaan
Dilakukan secara generatif, dengan biji. Biji
Pemesinan yang kecil disemai dalam pasir halus dan
Bebas cacat berkecambah dalam waktu 10-30 hari. Selain
Sifat pemesinan Kelas itu dapat pula dilakukan secara vegetatif,
%
dengan stek batang ataupun stek pucuk.
Penyerutan 85 Sangat baik (I) Penanaman di lapangan dapat dilakukan
Pembentukan 80 Sangat baik (I) dengan jarak tanam 3 m x 3 m, 3 m x 4 m dan 3
Pembubutan 80 Sangat baik (I) m x 5 m.
Pemboran 89 Sangat baik (I)
Pengampelasan 82 Sangat baik (I) Benih
Dalam 1 kg terdapat 1,9–2,3 juta biji kering.
Buah yang masak berwarna kuning kemerahan
dengan musim berbuah sepanjang tahun.
Viabilitas biji dapat dijaga hingga 80% apabila
disimpan dalam ruang kedap udara dan
berpendingin.

Hama penyakit
Tanaman muda mudah diserang gulma, serta
rusa atau kijang.

46 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Ficus nervosa Heyne ex Roth

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 47


A B

C D

Ficus nervosa Heyne ex Roth


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

48 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


10. Ficus variegata Blume - Moraceae

Nama Botanis Kesan raba permukaan agak licin.


Ficus variegata Blume - Moraceae Kekerasan agak lunak.
Sinonim: Ficus cordifolia Blume, Ficus laevigata
Blanco, Ficus sum Gagnep.

Nama Perdagangan
Nyawai
Nama Daerah
Kundang, gondang (Jawa, Bali), kondang
(Sunda), ara, arah, aro, barai silai uding, haru
kucing (Sumatera), hara, lua, nyawi
(Kalimantan), aga, andarahi montaha, bunta,
rolli (Sulawesi), akau, andei yeva, gondal,
sesem, kabato (Maluku), ganalang, kanjilu
(Sumba).

Nama di Negara Lain


Ara kelepong, ara kelumpong (Malaysia),
tangisang bayauak (Filipina), phuuk (Thailand)

Daerah Persebaran
a
Myanmar, China Selatan, Malaysia, Filipina,
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku,
Sulawesi, Solomon, Queensland

Morfologi
Pohon besar, tinggi mencapai 30-40 m. Batang
silindris, tegak, diameter 85-100 cm atau lebih
dan berbanir tinggi sampai 2 m. Permukaan
pepagan warna cokelat bercak putih, licin dan
tidak beralur.
Daun tunggal, kedudukan tersebar, bentuk
helaian bundar telur dengan pangkal membulat
sampai bentuk hati, ujung meruncing; helaian
b
tipis, berukuran 9-25 cm x 4,5-12,5 cm; urat
sekunder berjumlah 4-8 pasang, pada pangkal Ficus variegata Blume - Moraceae
kadang tersusun seperti menjari. Panjang a. Kayu (wood)
tangkai 2,5-18 cm. b. Kulit (bark) dan buah (fruits)
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
Ciri Anatomi
pada batang dan cabang, dalam kedudukan
berkas dengan tangkai berkayu pendek. Lingkaran tumbuh tegas, ditandai oleh adanya
parenkim pita marjinal yang berjarak teratur.
Pembuluh baur, soliter dan bergabung radial 2-
3 (4) sel, diameter 219 ± 63 mikron; frekuensi
2 ± 1 per mm2; bidang perforasi sederhana.
Ceruk antar pembuluh berhalaman, diameter
Ciri Umum 10 ± 0,8 mikron, bentuk polygonal bersusun
Warna kayu teras dan gubal hampir sama selang seling. Ceruk antara pembuluh dan jari-
cokelat pucat tanpa batas yang tegas. jari sederhana, bundar, bersudut, horizontal
Corak polos kadang bergaris-garis. sampai vertikal; tilosis ada tapi jarang ditemui,
Tekstur agak kasar sampai kasar dan tidak endapan tidak dijumpai.
merata. Parenkim apotrakeal bentuk pita marjinal
Arah serat lurus. berjarak teratur dengan ketebalan mencapai 6 -
Kilap agak mengkilap. 10 (12) lapis sel.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 49


Jari-jari heteroseluler dengan 1-4 (6) sel tegak; Keteguhan geser (kg/cm2)
biseriate dengan lebar 2-8 seri sel; tinggi Radial (b) 35
sampai 1.270 mikron, dengan rata-rata 937 ± (k) 19
112 mikron; frekuensi 4 ± 1 jari-jari per mm, sel Tangensial (b) 28
selubung ada. (k) 27
Serat tanpa sekat; dengan ceruk sederhana. Keteguhan belah (kg/cm)
Panjang 1.206 ± 82 mikron, diameter 36,4 ± 5,5 Radial (b) 14
mikron, lebar lumen 30,9 ± 4,9 mikron, tebal (k) 19
dinding 2,8 ± 0,5 mikron. Tangensial (b) 14
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan (k) 21
kertas: Kelas II. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Saluran interseluler radial ada dalam jari-jari. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) -
Inklusi material kristal ada secara sporadis
(k) 11
tersebar dalam sel tegak jari-jari.
Tangensial (b) -
Sifat Fisis (k) 10
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,29 dan kelas kuat V (Oey, 1990) Radial (b) 11
Penyusutan (%) : (k) 11
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 10
1,1 (R) ; 3,0 (T) (k) 13
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,2 (R) ; 5,2 (T) Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 74,4%
Lignin 28,0%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu
dengan berat jenis basah (b) 0,23 pada kadar Pentosan 19,8%
air 124%, dan berat jenis kering udara (k) 0,27 Abu 2,8%
Silika 0,4%
pada kadar air 13%.
Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 3,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 2,7%
(b) 127 Air panas 4,2%
(k) 43 NaOH 1% 15,2%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.225 kal/g
(b) 03
(k) 38 Keawetan
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V-III (Oey,
(b) 38,0 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 07,3 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V
Keteguhan pukul (kgm/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 5 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 4 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 4 spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 4 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 125 kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 161
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 23 Masuk kelas I (mudah)
(k) 32
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 128
Pengeringan alami
(k) 164 Kayu cepat mengering (11 hari) dari kadar air
Sisi (b) 60
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 82 (13%) dengan mutu buruk.

50 (ATLAS KAYU INDONESIA JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Silvikultur
sional
Tempat tumbuh
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50-
80°C dan Rh 81-27%. Untuk kayu tanaman, 60 Tumbuh di hutan hujan dataran rendah
-80°C dan Rh 82-25% untuk kayu dari hutan umumnyadihutan sekunder di tempat terbuka
alam. pada ketinggian sampai dengan1.000 m.dpl.
dan dengan curah hujan 900–2.500 mm/tahun.
Venir dan Kayu Lapis Jenis inidapat tumbuh pada tanah subur dan
berkapur.
Venir
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Permudaan
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. Permudaan dilakukan dengan biji. Penyemaian
dalam pasir halus dan memerlukan waktu 10–
Kayu Lapis 30 hari. Dapat pula dilakukan propagasi
Perekatan venir kayu ini dengan urea vegetatif dengan stek batang atau cabang.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Untuk penanaman dengan stek diambil dari
tahan air yang memenuhi syarat Standar cabang atau batang pohon berukuran diameter
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, 5–10 cm panjang 1,5 m, daunnya dipangkas.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Stek batang ditanam dalam lubang tanam
Jerman (DIN) No. 68705-1983. berukuran lebar 15 cm dan dalam 25 cm. Stek
ditanam langsung di tanah dan dilakukan pada
Pemesinan musim hujan. Stek akan tumbuh dalam waktu
Bebas cacat 12 minggu, dengan persentase keberhasilan
Sifat pemesinan Kelas bertunas sebanyak 75%.
%
Penanaman stek juga dapat dilakukan di
Penyerutan 72 Baik (II)
persemaian pada media campuran tanah dan
Pembentukan 58 Sedang (III)
sekam padi (1:1) ukuran panjang stek 40-50 cm.
Pembubutan 53 Sedang (III)
Penanaman di lapangan dilakukan dengan
Pemboran 55 Sedang (III)
jarak tanam 5-10 m. Jika digunakan sebagai
Pengampelasan 75 Baik (II)
tanaman pagar dapat ditanam dengan jarak
tanam 10 m x 10 m.
Kegunaan
Kayu ini termasuk kayu lunak, dapat digunakan Buah
untuk konstruksi sementara, moulding, Jenis ini mulai berbunga pada umur 5-6 tahun.
perlengkapan interior, pelapis, venir muka kayu Musim berbuah sepanjang tahun. Dalam tiap
lapis, laci, perahu/kano, wadah tempat cucian, gram biji kering terdapat 1.000-2.000 butir.
peti buah, pelampung jala dan kayu bakar.
Kayunya mempunyai nyala api terus menerus Hama penyakit
baik untuk pembakaran kapur. Dapat Tanaman muda mudah diserang gulma, rusa
digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas dan kijang.
serta papan serat.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 51


Daun dan buah Ficus variegata Blume

52 (ATLAS KAYU INDONESIA JILID IV)


A B

C D

Ficus variegata Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 53


11. Ficus vasculosa Wall. ex Miq. - Moraceae

Nama Botanis
Ficus vasculosa Wall. ex Miq.-Moraceae
Sinonim: Ficus championi Benth., Ficus
renitens Miq., Ficus variabilis Miq.

Nama Perdagangan
-

Nama Daerah
Bunut, huru awis, ki kopeng, ki kuya (Sunda).

Nama di Negara Lain


Ara nasi, mentakil, tampang burong (Malaysia),
maduea thong (Thailand)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Indo-china,
Thailand, Malaysia, Singapura
a
Morfologi
Pohon sedang, besar atau raksasa, tinggi 50 m.
Batang silindris, tegak, diameter batang sampai
110 cm. Permukaan pepagan warna cokelat
keputihan atau abu-abu, licin hingga kasar
danberetak.
Daun penumpu bentuk jarum hingga budar
telur, panjang kurang dari 6 mm. Daun tunggal,
kedudukan daun berselang seling, bentuk
helaian jorong, lonjong hingga bundar telur, b
ujung luncip, pangkal lancip hingga
Ficus vasculosa Wall. ex Miq. - Moraceae
membundar, pinggir helaian daun rata,
a. Kayu (wood)
pertulangan sekunder berjumlah 10-12 cm,
b. Kulit (bark)
ujung melengkung saling menyambung.
Panjang tangkai 1-2 cm.
Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk dalam bulatan (syconia),
Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh parenkim
berwarna kuning-oranye-merah, menempel
pita yang lebih tebal.
pada ranting.
Buah semu bentuk bulat, diameter kurang dari Pembuluh baur, soliter, beberapa bergabung
8 mm, berwarna hijau hingga kuning orange radial 2-4 sel, ukuran sedang, diameter 220,07
atau merah kekuningan, menempel pada ± 14,99 mikron; frekuensi sedikit, 3,07 ± 0,36
ranting. Dalam buah terdapat ribuan biji per mm2; panjang 421,9 ± 4,7 mikron, bidang
berukuran kecil. perforasi sederhana. Ceruk antar pembuluh
berhalaman, bentuk bundar sampai lonjong
Ciri Umum bersusun berseling; ukuran 7,46 ± 0,26 mikron.
Ceruk antar pembuluh dan jari-jari sama dan
Warna kayu teras kuning cerah tidak
seukuran dengan ceruk antar pembuluh; tilosis
dipisahkan secara jelas oleh kayu gubalnya.
dan endapan putih kadang dijumpai.
Corak bergaris-garis.
Tekstur kasar. Parenkim pita tebal yang membentuk garis
marjinal tidak terputus.
Arah serat lurus sampai berpadu.
Kilap mengkilap. Jari-jari heteroseluler, dengan tinggi mencapai
Kesan raba agak licin. 1.147,29 mikron, dengan rata-rata 794,2 ± 76,3
mikron, frekuensi 3,9 ± 0,3 jari-jari per mm.
Kekerasan sedang.

54 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat dengan ceruk sederhana sampai Keteguhan belah (kg/cm)
berhalaman sangat kecil, tanpa sekat. Panjang Radial (b) 16
1.535 ± 10,6 mikron, diameter 30,3 ± 0,4 (k) 21
mikron, lebar lumen 25,8 ± 0,0 mikron, tebal Tangensial (b) 16
dinding 2,24 ± 0,05 mikron. (k) 20
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Saluran interseluler tidak dijumpai.
Radial (b) 346
Inklusi material tidak dijumpai.
(k) -
Tangensial (b) 373
Sifat Fisis (k) -
Berat Jenis 0,38 dan kelas kuat IV-V (Oey, Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
1990) Radial (b) 4
Penyusutan (%) : (k) 11
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 4
1,3 (R) ; 2,8 (T) (k) 13
Penyusutan dari basah sampai kering oven
4,0 (R) ; 7,3 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis
Holoselulosa 79,1%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 33,7%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 16,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 pada kadar Abu 1,7%
air 129%, dan berat jenis kering udara (k) 0,51 Silika 0,8%
pada kadar air 17%. Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 3,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 4,0%
(b) 153 Air panas 10,7%
(k) 221 NaOH 1% 21,6%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.414 kal/g
(b) 287
(k) 423 Keawetan
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 32,9 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 48,4 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 17 spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 14 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Tangensial (b) 19 Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 14
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 159 Keterawetan
(k) 243 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 62 Pengeringan
(k) 49
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 252 Kayu agak cepat mengering (31 hari) dari kadar
(k) 155 air 65% hingga mencapai kadar air kering
Sisi (b) 144 udara (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
(k) 157 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Keteguhan geser (kg/cm2) sional
Radial (b) 32 Kayu disarankan dikeringkan dengan meng-
(k) 42 gunakan suhu 55-83°C dan Rh 27-81%.
Tangensial (b) 33
(k) 44

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 55


Venir dan Kayu Lapis produk interior yang memerlukan corak
Venir menarik.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm. Tempat tumbuh
Kayu Lapis Tumbuh di hutan hujan dataran rendah,
Perekatan venir kayu ini dengan urea umumnya di hutan sekunder dan di tempat
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis terbuka, pada ketinggian sampai 1.500 m.dpl.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Permudaan dilakukan dengan biji dan secara
Jerman (DIN) No. 68705-1983. vegetatif dengan stek batang atau pucuk.
Penyemaian pada pasir halus dan ber-
Pemesinan kecambah dalam waktu 10-30 hari.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Buah
%
Penyerutan 54 Sedang (III) Musim berbuah sepanjang tahun. Viabilitas biji
Pembentukan 74 Baik (II) sekitar 80% dapat dijaga dengan menyimpan di
Pembubutan 56 Sedang (III) ruang kedap udara dan berpendingin.
Pemboran 73 Baik (II) Sebaiknya benih segera dikecambahkan.
Pengampelasan 86 Sangat baik (I)
Hama penyakit
Kegunaan Tanaman muda mudah diserang gulma, rusa
dan kijang.
Kayu dapat digunakan sebagai bahan
konstruksi sementara. Coraknya bergaris
menarik sehingga bagus untuk moulding,
barang kerajinan, venir muka kayu lapis dan

56 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Ficus vasculosa Wall. ex Miq.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 57


200 µm

A B

C D

Ficus vasculosa Wall. ex Miq.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

58 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


12. Garcinia celebica L. - Clusiaceae

Nama Botanis
Garcinia celebica L.- Clusiaceae
Sinonim: Garcinia fabrilis Miq., G. jawoera
Pierre, G. rumphii Pierre

Nama Perdagangan
Beruas

Nama Daerah
Cerui, beruwas, kiras; manggis leweung
(Sunda), baros, manggisan (Jawa), baruwas,
beruwa, kiras, sibaruweh sibarueh item
(Sumatera), kirasa (Makasar), ire (Bugis),
tanduk, dambu lotong, kalaero (Muna), kalawet,
manggis, manggis utan, sikup, sungkup
(Kalimantan), baba, dodopa, kafran, sinoreh
(Maluku), perada (Bali/Lombok).
a
Nama di Negara Lain
-

Daerah Persebaran
Tersebar hampir di seluruh Indonesia: Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali,
Lombok dan Maluku.

Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 25 m. Batang b
silindris, tegak, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan warna cokelat, beralur Garcinia celebica L. - Clusiaceae
dangkal dan mengelupas kecil-kecil tebal. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Daun tunggal, kedudukan berhadapan
bersilangan, bentuk lonjong, bundar telur atau Ciri Anatomi
bundar memanjang, ujung meruncing, pangkal
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
membulat, tebal seperti kulit, berukuran 14-22
Pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter,
cm x 6-9 cm, permukaan atas hijau tua
bergabung radial sampai 4 dan pembuluh
mengkilap, permukaan bawah hijau muda.
bergerombol dijumpai, bidang perforasi
Panjang tangkai 1-1,5 cm.
sederhana. Ceruk antar pembuluh selang-
Bunga terletak pada ujung ranting berjumlah 1- seling, berukuran kecil (4-7 mikron).
8, panjang tangkai 1-1,5 cm. Percerukan pembuluh dan jari-jari dengan
Buah bulat, diameter kurang dari 35 mm, halaman yang jelas, serupa dalam ukuran dan
berwarna hijau kuning kemerahan, biji beraril ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
tipis, rasa agak masam. berkisar antara 100-200 mikron, frekuensi 5
buah/mm2 atau kurang.
Ciri Umum Parenkim aksial paratrakea jarang, aliform
Warna kayu teras berwarna cokelat muda agak bersayap, konfluen dan pita >3 lapis sel, pita
kehijauan, sulit dibedakan dengan kayu sempit ≤3 lapis sel. Panjang lebih dari 8 sel per
gubalnya. untai.
Tekstur agak kasar dan tidak merata. Jari-jari 1–3 seri, sedangkan jari-jari yang lebar
Kilap agak kusam. umumnya 4–10 seri. Komposisi jari-jari dengan
Kesan raba kesat. 1 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal
Kekerasan agak keras. serta sel baring, sel bujur sangkar, dan sel
Corak polos. tegak bercampur. Frekuensi jari-jari 4-12 per
mm.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 59


Serat dengan ceruk sederhana sampai Keteguhan belah (kg/cm)
berhalaman sangat kecil. Panjang serat 2.220 ± Radial (b) 53
242 mikron, diameter 30,5 ± 3,8 mikron, lebar (k) 32
lumen 20,5 ± 3,2 mikron, dinding serat tipis Tangensial (b) 56
sampai tebal, 4,9 ± 0,9 mikron. Kualitas serat (k) 39
untuk bahan baku pulp dan kertas: Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Inklusi mineral dijumpai kristal prismatik bentuk
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
druse dalam parenkim aksial.
Radial (b) 633
(k) 287
Sifat Fisis
Tangensial (b) 647
Berat Jenis 0,94 dan kelas kuat I-II (Oey, 1990) (k) 394
Penyusutan (%) : Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan dari basah sampai kering udara Radial (b) 34
1,3 (R) ; 4,1 (T) (k) 33
Penyusutan dari basah sampai kering oven Tangensial (b) 34
2,5 (R) ; 7,2 (T) (k) 34

Sifat Mekanis Sifat kimia


Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Kadar
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Holoselulosa 68,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 kadar air
Lignin 27,3%
128%, dan berat jenis kering udara (k) 0,51 Pentosan 18,7%
pada kadar air 17%. Abu 0,8%
Keteguhan lentur statis Silika 0,1%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Kelarutan
(b) 336 Alkohol-benzena 4,5%
(k) 464 Air dingin 5,2%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Air panas 7,1%
(b) 585 NaOH 1% 9,8%
(k) 826 Nilai kalor 4.150 kal/g
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2)
(b) 83,9 Keawetan
(k) 113,8 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
Keteguhan pukul (kgm/dm3) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Radial (b) 18 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I ,
(k) 13 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Tangensial (b) 20 curvignathus Holmgren) kelas III.
(k) 37 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
Keteguhan tekan sejajar serat Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Schizophyllum commune kelas IV.
(b) 292 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 441 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 215 Keterawetan
(k) 143
Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 445 Pengeringan
(k) 612 Pengeringan alami
Sisi (b) 362 Kayu cepat mengering (18 hari) dari kadar air
(k) 445 60% hingga mencapai kadar air kering udara
Keteguhan geser (kg/cm2) (13%) dengan mutu baik.
Radial (b) 70
(k) 110 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Tangensial (b) 68 sional
(k) 125 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 40 -
65°C dan Rh 80 – 21%.

60 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Venir dan Layu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik konstruksi dalam ruangan, papan lantai, mebel,
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut moulding, kotak pembungkus, pegangan sikat
kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm. dan korek api. Selain itu dapat digunakan untuk
venir dan kayu lapis.
Kayu Lapis
Perekatan venir kayu ini dengan urea
Silvikultur
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Tempat tumbuh
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tumbuh secara alami di hutan tropika dataran
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan rendah, perbukitan dan sub-montana. Struktur
Jerman (DIN) No. 68705-1983. kanopinya pada lapisan kedua (co-dominant).
Jenis ini juga dijumpai di tanah berkapur
Pemesinan (limestone).
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Permudaan
%
Permudaan alam tersebar di lantai hutan.
Penyerutan 90 Sangat baik (I)
Persebaran alami oleh burung pemakan buah,
Pembentukan 86 Sangat baik (I)
codot atau kelelawar dan tupai. Permudaan
Pembubutan 76 Baik (II)
dilakukan dengan biji. Biji berkecambah setelah
Pemboran 86 Sangat baik (I)
3–4 minggu sampai 1,5 bulan. Daya
Pengampelasan 89 Sangat baik (I)
berkecambahhanya 50%. Pembersihan aril
atau selaput biji dapat meningkatkan daya
berkecambah. Jenis ini juga dapat diperbanyak
secara vegetatif melalui stek batang.
Benih
Dalam 1 kg terdapat 200 biji. Biji bersifat
rekalsitran sehingga tidak dapat disimpan lama.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 61


Daun, bunga dan buah Garcinia celebica L.

62 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Garcinia celebica L.
A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 63


13. Horsfieldia glabra (Blume) Warb. - Myristicaceae

Nama Botanis
Horsfieldia glabra (Blume) Warb.-Myristicaceae
Sinonim: Ficus pubinervis Blume, Ficus similis
Merr.

Nama Perdagangan
Penarahan

Nama Daerah
Darah-darah, pendarah (Indonesia), cemending
(Sumatera Selatan), cemending putih, talang,
sumaralah silai delok (Sumatera), kelapa ciung,
ki tungila (Sunda, Jawa Barat), klapa cung, kala
pacung, klapan, nanghan (Jawa)

Nama di Negara Lain


-
a
Daerah Persebaran
India hingga China dan Thailand, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan

Morfologi
Pohon sedang, tinggi 20-30 m. Batang utama
silindris, tegak, diameter 30-50 cm; berbanir
kecil. Permukaan pepagan berwarna cokelat
keabuan, licin, atau berlekah.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau tersebar.
Helaian lonjong hingga bundar telur terbalik,
berukuran 8-14 cm x 4-8 cm, mengertas, ujung b
meluncip, pangkal meluncip hingga tumpul, tepi Horsfieldia glabra (Blume) Warb. -
rata. Myristicaceae
a. Kayu (wood)
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak b. Kulit (bark)
daun.
Buah matang berwarna hijau kekuningan Ciri Anatomi
dengan endosperma agak tebal. Buahnya
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
beraroma, memiliki aril berwarna kuning, yang
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
seluruhnya menyelimuti biji.
Diameter 100-200 mikron. Ceruk antar
pembuluh berhadapan hingga selang-seling.
Ciri Umum Percerukan pembuluh dan jari-jari ada 4 ciri:
Warna kayu teras cokelat muda kemerahan, dengan halaman yang jelas, serupa dalam
tidak ada batas yang jelas dengan gubal yang ukuran dan ceruk antar pembuluh, dengan
berwarna kuning pucat kecokelatan halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
Corak polos bundar atau bersudut, ceruk horisontal, hingga
Tekstur halus dua macam ukuran atau tipe pada sel jejari
yang sama. Tilosis umumnya dijumpai.
Arah serat lurus sampai berpadu
Kilap agak kusam Parenkim bentuk pita sempit < 3 lapis sel dan
marjinal atau tampaknya marjinal, serta
Kesan raba agak kesat paratrakea jarang hingga vaskisentrik. Panjang
Kekerasan agak keras 5-8 sel per untai.

64 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Jari-jari multiseriate, 1-10 seri. Komposisi sel Keteguhan geser (kg/cm2)
jari-jari dengan 1 hingga 2-4 jalur sel tegak atau Radial (b) 43
sel bujur sangkar marjinal, serta sel baring, sel (k) 89
bujur sangkar dan sel tegak bercampur. Tangensial (b) 39
(k) 92
Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana
Keteguhan belah (kg/cm)
sampai berhalaman sangat kecil. Panjang
Radial (b) 26
1.662 ± 154 mikron, diameter 35,8 ± 4,1
(k) 26
mikron, lebar lumen 30,9 ± 3,7 mikron, dinding
Tangensial (b) 31
tipis sampai tebal, 2,4 ± 0,5 mikron. Kualitas
(k) 35
serat untuk bahan baku pulp dan kertas:
Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar serat
Inklusi mineral druse ada dalam sel parenkim Tegangan maksimum (kg/cm 2)
berbilik. Radial (b) 461
(k) -
Sifat Fisis Tangensial (b) 479
(k) -
Berat jenis 0,58 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) Radial (b) 18
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 21
8,9 (R) ; 5,4 (T) Tangensial (b) 21
Penyusutan dari basah sampai kering oven
(k) 23
7,0 (R) ; 10,3 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Kadar
berdasarkan pada pengukuran pada contoh Holoselulosa 74,9%
kayu dengan berat jenis basah (b) 0,53 pada Lignin 26,8%
kadar air 90%, dan berat jenis kering udara (k) Pentosan 15,3%
0,57 pada kadar air 14%. Abu 0,6%
Silika 0,3%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Alkohol-benzena 3,3%
(b) 302 Air dingin 3,6%
(k) 430 Air panas 6,6%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 18,1%
(b) 455 Nilai kalor 4.390 kal/g
(k) 571
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 75,7 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(k) 136,0
1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Radial (b) 13 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 12
curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 13 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 15 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 232
kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 435
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
Keterawetan
(b) 61
(k) 71 Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 315 Pengeringan
(k) 461 Pengeringan alami
Sisi (b) 223 Kayu cepat mengering (12 hari) dari kadar air
(k) 334 60% hingga mencapai kadar air kering udara
(14%) dengan mutu sedang.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 65


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Kegunaan
sional Kayu ini digunakan untuk bahan bangunan
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- sementara atau konstruksi ringan, lantai,
gunakan suhu 45-70°C dan Rh 83-23%. perahu, perlengkapan dalam ruangan, panel,
rak, lis, moulding, alat olah raga, peti pengepak,
Venir dan Kayu Lapis batang dan kotak korek api, papan partikel dan
Venir kayu lapis
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh di dataran rendah sampai
Perekatan venir kayu ini dengan urea pegunungan dengan ketinggian 1.200 m.dpl.,
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis pada tanah mineral kering, rawa dan rawa
tahan air yang memenuhi syarat Standar gambut. Tumbuh sebagai kanopi atau sub-
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, kanopi di hutan primer dan sekunder.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Permudaan
Permudaan alami dapat dijumpai di bawah
Pemesinan
tegakan. Perbanyakan tanaman dapat
Bebas cacat dilakukan dengan biji. Penyebaran alami
Sifat pemesinan Kelas
% dilakukan oleh burung rangkong dan
sejenisnya. Belum ada laporan mengenai
Penyerutan 85 Sangat baik (I)
permudaan buatan. Pada jenis H. fulva
Pembentukan 77 Baik (II)
persentase kecambah sebesar 85% dengan
Pembubutan 90 Sangat baik (I)
waktu perkecambahan 7-13 minggu.
Pemboran 92 Sangat baik (I)
Pengampelasan 87 Sangat baik (I)

66 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Horsfieldia glabra (Blume) Warb.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 67


200 µm

A B

C D

Horsfieldia glabra (Blume) Warb.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

68 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


14. Litsea angulata Blume - Lauraceae

Nama Botanis
Litsea angulata Blume - Lauraceae
Sinonim: Litsea reinwardtii Blume ex Meissn.

Nama Perdagangan
Medang

Nama Daerah
Huru koja, huru koneng, huru madang, huru
manggah, huru minyak (Sunda), wuru kunyit
(Jawa), medang, kalangkola burung, sebulu,
tawalus (Kalimantan).

Nama di Negara Lain


Bollywood (Inggris); Medang padang
(Sarawak); Litsea (Papua New Guinea);
Batikuling (Filipina); ondôn, kyese (Myanmar);
tham-mang, thang-baiyai (Thailand); boi loi a
(Vietnam).

Daerah Persebaran
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa,
Kalimantan (Sarawak, Sabah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur), Nusa Tenggara,
Maluku, Papua New Guinea.

Morfologi
Pohon kecil atau sedang, tinggi 20–28 m. b
Batang utama silindris, tegak, diameter 48 cm;
Litsea angulata Blume - Lauraceae
berbanir kecil. Permukaan pepagan berwarna
a. Kayu (wood)
cokelat keabuan, licin, berlentisel dan berlekah
b. Kulit (bark)
kecil.
Daun tunggal, kedudukan selang seling.
Ciri Anatomi
Helaian muda berwarna merah; bentuk lonjong
hingga bundar telur terbalik, berukuran 8–20 Lingkaran tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
cm x 4-8 cm, mengertas, ujung meluncip, penebalan dinding serat.
pangkal meluncip atau tumpul, tepi rata. Pembuluh baur; bidang perforasi sederhana.
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak Diameter 100-200 mikron hingga 200 mikron
daun. lebih. Ceruk antar pembuluh selang-seling,
Buah berbentuk oblong dengan ukuran panjang ceruk antar pembuluh dan jari-jari berhalaman
0,7-1 cm. sempit sampai sederhana, horisontal atau
vertikal. Tilosis umumnya dijumpai.
Ciri Umum Parenkim paratrakea jarang, vaskisentrik,
Warna kayu teras cokelat keabuan, mudah aliform hingga konfluen. Panjang 3-8 sel per
dibedakan dari gubal yang berwarna lebih untai.
muda
Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi 1
Corak polos hingga 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur
Teksturhalus dan rata sangkar marjinal.
Arah serat lurus sampai agak berpadu Serat tanpa sekat dengan ceruk sederhana
Kilap tidak mengkilap sampai berhalaman sangat kecil. Panjang
Kesan raba agak kesat 1.606,3 ± 116,6 mikron, diameter 39,4 ± 3,2
mikron, lebar lumen 34,2 ± 3,1 mikron, dinding
Kekerasan agak keras

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 69


tipis sampai tebal, 2,6 ± 0,4 mikron.Kualitas Keteguhan tarik sejajar arah serat
serat untuk bahan baku pulp dan kertas: Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Kelas I. Radial (b) 268
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam (k) -
parenkim aksial tak berbilik. Tangensial (b) 299
(k) -
Sel minyak dijumpai, bergabung dengan jari-jari
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
dan parenkim aksial.
Radial (b) 32
(k) 22
Sifat Fisis
Tangensial (b) 24
Berat jenis 0,45 dan kelas kuat III (Oey, 1990) (k) 24
Penyusutan (%)
Penyusutan dari basah sampai kering udara Sifat Kimia
2,7 (R) ; 4,0 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Kadar
4,8 (R) ; 7,4 (T) Holoselulosa 78,4%
Lignin 26,3%
Sifat Mekanis Pentosan 15,2%
Abu 0,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh
Silika 0,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu
Kelarutan
dengan berat jenis basah (b) 0,52 pada kadar
Alkohol-benzena 2,9%
air 90%, dan berat jenis kering udara (k) 0,55
Air dingin 4,1%
pada kadar air 13%.
Air panas 4,3%
Keteguhan lentur statis NaOH 1% 18,1%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Nilai kalor 4.342 kal/g
(b) 397
(k) 424 Keawetan
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV (Oey,
(b) 695 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 582 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(b) 85,8 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 100,5 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Keteguhan pukul (kgm/dm3) spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
Radial (b) 34 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 35 Schizophyllum commune kelas IV.
Tangensial (b) 40 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 33 kayu di laut termasuk kelas V.

Keteguhan tekan sejajar serat Keterawetan


Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 164 Masuk kelas I (mudah)
(k) 436
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2) Pengeringan
(b) 338 Pengeringan alami
(k) 107 Kayu cepat mengering, yaitu 19 hari dari kadar
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 air 60% hingga mencapai kadar air kering
Ujung (b) 422 udara yaitu 14% dengan mutu baik sampai
(k) 534 sangat baik.
Sisi (b) 362 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 414 sional
Keteguhan geser (kg/cm2) Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 -
Radial (b) 44 80°C dan Rh 81 - 27%.
(k) 89
Tangensial (b) 47 Venir dan Kayu Lapis
(k) 88 Venir
Keteguhan belah (kg/cm) Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Radial (b) 38 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
(k) 50 kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Tangensial (b) 43
(k) 40

70 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Kayu Lapis Kegunaan
Perekatan venir kayu ini dengan urea
Kayu ini digunakan untuk perlengkapan interior,
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
panel, loteng, partisi, mebel, kabinet, venir dan
tahan air yang memenuhi syarat Standar
kayu lapis serta peti pengepak.
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000,
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Silvikultur
Tempat tumbuh
Pemesinan Secara alami tumbuh di hutan primer dataran
Bebas cacat rendah sampai ketinggian 300 m.dpl. Di
Sifat pemesinan Kelas sepanjang tepi sungai dan di lereng bukit pada
%
tanah berpasir sampai liat. Di hutan sekunder,
Penyerutan 88 Sangat baik (I) dapat dijumpai terisolir pada lokasi yang tidak
Pembentukan 77 Baik (II) terganggu.
Pembubutan 87 Sangat baik (I)
Pemboran 79 Baik (II) Permudaan
Pengampelasan 79 Baik (II) Perbanyakan dilakukan dengan biji.

Buah
Penyebaran buah dibantu oleh kelelawar.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 71


Daun, bunga dan buah Litsea angulata Blume

72 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm
200 µm

A B

200 µm 200 µm

C D

Litsea angulata Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 73


15. Litsea calophylla (Miq.) Mansf. – Lauraceae
Nama Botanis
Litsea calophylla (Miq.) Mansf. - Lauraceae
Sinonim: Litsea roxburghii (Nees) Hassak.ex
Backer

Nama Perdagangan
Medang

Nama Daerah
Wuru lilin, medang lilin (Jawa), huru tangkalak,
tangkalak (Sunda)

Nama di Negara Lain


Tagutugan, tubhas, batikuling (Filipina),
medang padang (Sarawak, Malaysia), litsea
(Papua New Guinea), ondon, kyese (Myanmar)

Daerah Persebaran a
Jawa, Kalimantan, Malaka

Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 25
m. Batang bebas cabang sampai 17 m, bulat
dan lurus, diameter mencapai 50 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat keabu-
abuan, licin, beretak.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling,
bentuk helaian lonjong, berukuran 18-45 cm x
10-20 cm, pangkal helaian runcing, ujung b
helaian tumpul, tepi helaian rata, pertulangan Litsea calophylla (Miq.) Mansf. - Lauraceae
menyirip. Daun penumpu berbentuk jarum. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Buah berukuran kecil (±1 cm) berwarna merah,
berbiji tunggal.
Ciri Anatomi
Ciri Umum
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Warna kayu teras putih jerami hingga kuning Pembuluh semi tata lingkar. Bentuk soliter
muda, susah dibedakan dari gubal yang bersudut. Diameter 100-200 mikron; frekuensi
berwarna sama atau berwarna lebih muda. sekitar 5 buah/mm2 atau kurang. Bidang
Corak polos. perforasi sederhana.Ceruk antar pembuluh
Tekstur kasar. selang-seling, ukurannya kecil, sedang hingga
besar. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari ada
Arah serat lurus hingga berpadu. dua ciri, pertama dengan halaman yang jelas,
Kilap agak mengkilap. serupa dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk
Kesan raba licin. antar pembuluh, serta dengan halaman sempit
Kekerasan agak keras. sampai sederhana, ceruk horisontal atau
vertikal.
Parenkimaksial paratrakea sepihak, vaski-
sentrik, hingga aliform. Panjang 3-4 sel per-
untai.
Jari-jari lebar 1-3 seri, komposisi 1 jalur sel
tegak atau sel bujursangkar marjinal.

74 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Keteguhan belah (kg/cm)
Radial (b) 23
(k) 24
Tangensial (b) 28
(k) 28
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Inklusi mineral kristal primatik tidak dijumpai.
Radial (b) 251
Sel minyak ditemui bergabung dengan
(k) 273
parenkim aksial.
Tangensial (b) 264
(k) 256
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis 0,34 (0,28–0,45) dan kelas kuat Radial (b) 12
(Oey, 1990) (k) 14
Penyusutan (%) Tangensial (b) 14
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 11
1,0 (R) ; 2,8 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
2,3 (R) ; 5,4 (T)
Kadar
Holoselulosa 75,2%
Sifat Mekanis Lignin 30,0%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,7%
berdasarkan pada pengukuran pada contoh Abu 0,9%
kayu dengan berat jenis basah (b) 0,29 pada Silika 0,3%
kadar air 152%, dan berat jenis kering udara (k) Kelarutan
0,34 pada kadar air 14%. Alkohol-benzena 1,5%
Keteguhan lentur statis Air dingin 3,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air panas 5,3%
(b) 171 NaOH 1% 16,4%
(k) 191 Nilai kalor 4.402 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 291 Keawetan
(k) 315 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(b) 42.0 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
(k) 44.8 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3) curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 18 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 24 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Tangensial (b) 17 Pycnoporus sanguineus kelas III dan
(k) 23 Schizophyllum commune kelas II.
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas V.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 146 Keterawetan
(k) 172 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 30 Pengeringan
(k) 30
Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 116 Kayu cepat mengering (7 hari) dari kadar air
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 112
Sisi (b) 99 (15%) dengan mutu pengeringan tergolong
(k) 86 agak baik.
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Radial (b) 32 sional
(k) 28 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50-
Tangensial (b) 33 80°C dan Rh 30-83%.
(k) 28

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 75


Venir dan Kayu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini digunakan untuk perlengkapan interior,
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik panel, loteng, partisi, mebel, kabinet, venir dan
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kayu lapis, serta peti pengepak.
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Kayu Lapis Silvikultur
Perekatan venir kayu ini dengan urea Tempat tumbuh
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Secara alami tumbuh di hutan hujan tropika
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, dataran rendah sampai ketinggian 1200 m.dpl.
Biasanya tumbuh di kaki bukit pada tanah yang
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. berpasir. Di hutan sekunder dijumpai sebagai
salah satu dari jenis yang tersisa/ditinggalkan.
Pemesinan
Permudaan
Bebas cacat Permudaan dijumpai di hutan primer dan
Sifat pemesinan Kelas
% sekunder. Perbanyakan jenis dilakukan dengan
Penyerutan 85 Sangat baik (I) biji yang dikecambahkan atau dari cabutan
Pembentukan 72 Baik (II) anakan alam. Di Jawa ditanam di hutan kota
Pembubutan 68 Baik (II) sebagai jenis yang mampu menjerap debu
Pemboran 76 Baik (II) semen.
Pengampelasan 84 Sangat baik (I)

76 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Litsea callophyla (Miq.) Mansf.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 77


200 µm

A B

C D

Litsea callophyla (Miq.) Mansf.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

78 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


16. Litsea elliptica Blume - Lauraceae

Nama Botanis Kesan raba kesat.


Litsea elliptica Blume - Lauraceae Kekerasan agak keras.
Sinonim: Litsea petiolata Hook.f., Litsea
nigricans (Meissn.) Boerl., Litsea odorifera Val.,
Litsea clarissae (Teschner) Kosterm.

Nama Perdagangan
Medang, Huru gading

Nama Daerah
Trawas, prawas (Melayu), ajau galung,
medang, medang pasir, medang pawas,
medang pirawas, medang selampate, pirawas,
tonsod onsod (Kalimantan).

Nama di Negara Lain


Medang perawas, medang terawas, medang
tandok (Malaysia), batikuling-surutan (Filipina),
thammang (Thailand)

Daerah Persebaran
a
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua, PNG, Malaysia dan Filipina

Morfologi
Pohon sedang, tinggi sampai 70 m. Batang
silindris, tegak, diameter 45 cm. Ranting
silindris, dengan bagian ujung sedikit memipih
dan licin. Permukaan pepagan warna cokelat
keputihan, kasar, beretak.
Daun tunggal, kedudukan tersebar,
mengelompok pada ujung ranting, bentuk
helaian daun bundar telur sungsang atau
jorong, berukuran 5-8 cm x 3-4 cm. Helaian
daun tebal licin, permukaan atas hijau, bawah b
hijau kekuningan, ujung luncip pendek atau Litsea elliptica Blume - Lauraceae
tumpul. Daun muda berwarna merah dan a. Kayu (wood)
tangkai daun silindris langsing dengan panjang b. Kulit (bark)
1-2,5 cm.
Bunga putih-kuning.
Ciri Anatomi
Buah berbentuk bulat oval dengan diameter
Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
0.5 cm. Buah muda berwarna hijau dan
perbedaan warna jaringan serat yang berbeda
berwarna kehitaman pada buah masak.
ketebalan.
Ciri Umum Pembuluh baur, soliter dan bergabung radial 2–
Warna kayu teras kuning kecokelatan, terpisah 3 sel, ukuran sedang, diameter 153 ± 9 mikron;
samar-samar dengan kayu gubalnya yang frekuensi 7 ± 0,2 per mm2; panjang pembuluh
berwarna kuning. 679 ± 46 mikron,bidang perforasi sederhana.
Ceruk antar pembuluh berhalaman, bentuk
Corak polos.
bundar sampai lonjong bersusun berseling
Tekstur agak halus dan merata. sampai berpasangan; ukuran 13,8 ± 0.6 mikron.
Arah serat lurus. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari sama dan
Kilapmengkilap. seukuran dengan ceruk antar pembuluh; tilosis
dan endapan ada.
Baukhas.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 79


Parenkim apotrakea difus, paratrakea Sisi tangensial (b) 225
vaskisentrik, jarang, hingga berbentuk selubung (k) 231
sebagian. Keteguhan geser (kg/cm)
Jari-jari heteroseluler, biseriate dengan lebar 2- Radial (b) 55
3 sel; tinggi sampai 836 mikron, dengan rata- (k) 81
rata 519 ± 66 mikron; frekuensi agak jarang 4 ± Tangensial (b) 53
0,4 jari-jari per mm. (k) 82
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat tanpa sekat. Panjang 1.253 ± 169 mikron, Radial (b) 28
diameter 39,4 ± 4,9 mikron, lebar lumen 28,6 ± (k) 29
0,0 mikron, tebal dinding 3,63 ± 0,47 mikron. Tangensial (b) 30
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan (k) 28
kertas: Kelas II. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Ciri lain sel minyak dan atau sel lendir Tegangan maksimum (kg/cm 2)
bergabung dengan parenkim aksial. Radial (b) 110
(k) 625
Sifat Fisis Tangensial (b) 122
(k) 638
Berat Jenis 0,51 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 16
1,5 (R) ; 3,4 (T) Tangensial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 19
2,6 (R) ; 5,9 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Kadar
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Holoselulosa 73,0%
dengan berat jenis basah (b) 0,42 pada kadar Lignin 25,5%
air 95%, dan berat jenis kering udara (k) 0,51 Pentosan 17,1%
pada kadar air 13%. Abu 1,7%
Silika 0,2%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Alkohol-benzena 3,0%
(b) 321 Air dingin 1,0%
(k) 391 Air panas 2,0%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 14,3%
(b) 487 Nilai kalor 4.191 kal/g
(k) 617
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 62,0 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III-IV (Oey,
(k) 72,3 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I ,
Radial (b) 28 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 23 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 26 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 25 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 259 kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 364
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 68
(k) 85 Masuk kelas II (sedang)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 314 Pengeringan
(k) 325 Pengeringan alami
Sisi radial (b) 220 Kayu cepat mengering (25 hari) dari kadar air
(k) 230 50% hingga mencapai kadar air kering udara
(13%) dengan mutu buruk.

80 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Kegunaan
sional Kayu ini banyak dimanfaatkan untuk konstruksi
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- ringan, patung, barang kerajinan, ukiran,
gunakan suhu 50- 75°C dan Rh 28-81%. perlengkapan rumah tangga, mebel, partisi
dinding, lemari dan papan panel. Kulitnya dapat
Venir dan Kayu Lapis digunakan bahan pembuat parfum dan sari
Venir rasayang dikenal dengan nama sarsaparilla.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 92° untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Tumbuh di hutan campuran dataran rendah
Perekatan venir kayu ini dengan urea sampai pegunungan pada ketinggian 1.300
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis m.dpl.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
Perbanyakan dilakukan dengan biji. Musim
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
berbunga pada bulan Februari-Maret. Biji
berkecambah setelah 15-45 hari dengan daya
Pemesinan
berkecambah 85%.
Bebas cacat Banyak dijumpai di hutan yang baru dibuka,
Sifat pemesinan Kelas sehingga dapat digunakan untuk reboisasi dan
%
penaung.
Penyerutan 74 Baik (II)
Pembentukan 69 Baik (II)
Pembubutan 69 Baik (II)
Pemboran 76 Baik (II)
Pengampelasan 72 Baik (II)

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 81


Daun, bunga dan buah Litsea elliptica Blume

82 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Litsea elliptica Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 83


17. Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae

Nama Botanis
Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae
Sinonim: Maesopsis berchemoides (Pierre)
Engl.
Nama Perdagangan
Kayu afrika, manii
Nama Daerah
Manii
Nama di Negara Lain
African wood, umbrella tree (Inggris)
Daerah Persebaran
Afrika, dan ditenam di India, Malaysia,
Indonesia, Costarika, Fiji, Puerto Rico

Morfologi
a
Pohon sedang ssampai besar, tinggi 10-43 m.
Batang dengan cabang-cabang yang agak
horisontal. Permukaan kulit batang halus,
kadang-kadang beralur dangkal, warna abu-
abu-cokelat. Diameter batang mencapai
120cm.
Daun bentuk jorong berukuran 6-15 x 2-5cm,
ujung luncip, pangkal berbentuk jantung sedikit
asimetris, tepi bergerigi dan setiap gigi terdapat
kelenjar, susunan berselang seling. Permukaan
bagian atas mengkilap, pada tulang daun
sekunder pada permukaan bawah terdapat
domatia. Panjang tangkai 1-2 cm, tangkai muda b
berwarna merah. Panjang daun penumpu kecil Maesopsis eminii Engl. - Rhamnaceae
5–8 cm. a. Kayu (wood)
Perbungaan panjang 1-5 cm, berwarna hijau b. Kulit (bark)
kekuningan.
Buah batu, tunggal berbentuk bulat telur Ciri Anatomi
memanjang 20-35 x 10-18 mm, bagian ujung Lingkaran tumbuh kurang jelas.
buah meruncing, pangkal tumpul, buah mentah Pembuluh semi tata lingkar, bidang perforasi
hijau dan matang menjadi kuning keunguan sederhana, diameter 50-100 µm, frekuensi 5
sampai hitam. Dalam buah terdapat 1-2 biji, buah/mm2 atau kurang. Terdapat getah atau
bentuk lonjong, warna hitam. endapan dalam pembuluh. Ceruk antar
pembuluh selang-seling dan berukuran kecil.
Ciri Umum Percerukan pembuluh dan jari-jari dengan
Warna kayu teras cokelat kemerahan, kurang halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
jelas perbedaannya dengan kayu gubal yang bundar atau bersudut.
berwarna cokelat muda kekuningan. Parenkim paratrakea sepihak hingga konfluen.
Corak garis-garis bergelombang pada sisi Panjang 3–8 sel per untai.
longitudinal dan corak akibat perbedaan warna
Jari-jari multiseriate, 1-3 seri, komposisi sel jari-
terang gelap karena susunan parenkim
jari dengan 1 jalur sel tegak atau sel bujur
konfluen yang berjarak teratur. Tekstur agak
sangkar marjinal. Terdapat jari-jari agregat.
kasar.
Arah serat berpadu. Serat bersekat. Ceruk antar serat dengan
halaman yang jelas. Diameter 1606,3 + 116,6
Kilap permukaan kayu mengkilap
mikron, diameter 39,4 + 3,2 mikron, diameter
Kesan raba licin
Kekerasan keras

84 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


lumen 34,2 + 3,1 mikron, tebal dinding serat 2,6 Keteguhan tarik sejajar arah serat
+ 0,4 mikron. Dinding tipis sampai tebal. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Terdapat penebalan ulir pada jaringan serat Radial (b) 407
dasar. (k) 466
Tangensial (b) 346
Inklusi mineral kristal prismatik tidak dijumpai.
(k) 546
Ciri lain terdapat sel ubin.
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Sifat Fisis Radial (b) 23
(k) 24
Berat Jenis 0,42 dan kelas kuat IV (Oey, 1990) Tangensial (b) 25
Penyusutan (%) : (k) 32
Penyusutan dari basah sampai kering udara
1,2 (R) ; 3,1 (T) Sifat Kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,8 (R) ; 5,8 (T) Kadar
Holoselulosa 73,5%
Sifat Mekanis Lignin 26,5%
Pentosan 16,5%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 0,5%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 0,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 pada Kelarutan
kadarair 38%, dan berat jenis kering udara (k) Alkohol-benzena 3,5%
0,49 pada kadar air 12%. Air dingin 3,5%
Keteguhan lentur statis Air panas 6,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 21,0%
(b) `267 Nilai kalor 4.060 kal/g
(k) 300
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 294 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV (Oey,
(k) 363 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptoter mes cynocephalus Light.) kelas V
(b) 54,8 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 51,9 curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 40 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 26 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Tangensial (b) 39 Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 29 Ketahanan terhadap organisme perusak
kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 114 Masuk kelas I (mudah diawetkan)
(k) 273
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
Pengeringan
(b) 73
(k) 84 Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Belum ada data
Ujung (b) 261 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 349 sional
Sisi (b) 252 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 49–
(k) 275 78°C dan Rh 33-79%.
Keteguhan geser (kg/cm2) Kayu dengan umur kurang dari 10 tahun
Radial (b) 59 disarankan dikeringkan dengan suhu 40-60°C
(k) 39 dan Rh 47-70%.
Tangensial (b) 71
(k) 87 Venir dan Kayu Lapis
Keteguhan belah (kg/cm) Venir
Radial (b) 35 Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
(k) 75 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Tangensial (b) 34 kupas 90,5° untuk tebal 1,5 mm.
(k) 42

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 85


Kayu Lapis Rootone F dan daun dipangkas. Cabutan
Perekatan venir kayu ini dengan urea ditanam ke dalam kantung plastik, yang berisi
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis media tanah atau campuran tanah dengan
tahan air yang memenuhi syarat Standar kompos dan disimpan di dalam sungkup
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, minimal 2 minggu dan selanjutnya dibuka tutup
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan selama 1 minggu, lalu dapat dibuka secara
Jerman (DIN) No. 68705-1983. penuh. Tumbuhan yang sehat siap ditanam di
lapangan.
Pemesinan Selain itu, perbanyakan dapat dilakukan
dengan biji yang diambil dari buah masak. Kulit
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas buah dikupas dengan cara merendam dalam air
%
selama 24 jam, kemudian buah dicampur kerikil
Penyerutan 71 Baik (II) dengan perbandingan 2:1, dimasukkan ke
Pembentukan 76 Baik (II) mesin pengaduk selama 30 menit. Biji yang
Pembubutan 63 Baik (II) telah bersih dijemur sampai kering dan segera
Pemboran 64 Baik (II) dikecambahkan pada media pasir dalam bak
Pengampelasan 77 Baik (II) kecambah atau media tanah di dalam kantung
plastik supaya persentase hidupnya tinggi.
Diperkenalkan dan ditanam di Pulau Jawa pada
Kegunaan tahun 1920 dan telah dibudidayakan di
Kayu ini dapat digunakan untuk bahan Sumatera dan Kalimantan. Tumpang sari
konstruksi ringan, barang kerajinan, palet, kotak dilakukan dengan tanaman semusim atau
pembungkus, kayu lapis, konstruksi dan pulp. tahunan menggunakan jarak tanam 5x5 m.
Daur 8 tahun dapat dipanen untuk keperluan
Silvikultur kayu pertukangan dan pulp.
Tempat tumbuh Buah
Tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan Dalam 1 kg biji kering terdapat 700-1.000 butir.
pada ketinggian 1.500 m.dpl., curah hujan Biji yang disimpan pada suhu 3°C dengan
tahunan rata-rata 1.200-3.000 mm, dengan kadar air 4-9% viabilitasnya dapat bertahan
musim kering sampai 4 bulan pada suhu 22- sampai 3 bulan.
27°C. Toleran terhadap berbagai tipe tanah
terutama pada tanah bersolum dalam dengan Hama penyakit
drainase baik. Pada tanah yang bersolum tipis
dapat tumbuh, tetapi mensyaratkan pasokan air Pada saat pengumpulan buah biji dapat
yang cukup. diserang ulat Lepidoptera. Penyakit kanker
yang disebabkan oleh jamur Fusarium solani
Permudaan dan Volutella spp. dilaporkan menyerang
batang. Hama Cerambidae (Monohammus
Permudaan alam tumbuh menyebar karena scabiosus) menyerang pembuluh batang yang
buah dimakan oleh burung, monyet, binatang mengakibatkan batang berongga. Belum
pengerat dan kelelawar. diketahui cara penanganan yang tepat untuk
Penanaman dapat melalui cabutan anakan mencegah serangan hama dan penyakit.
alam. Cabutan setinggi 30-40 cm dikumpulkan
dibawah tegakan induk. Sebelum ditanam akar
cabutan direndam dalam larutan hormon

86 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Maesopsis eminii Engl.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 87


200 µm

A B

C D

Maesopsis eminii Engl.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

88 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


18. Magnolia candollii (Blume) H.Keng - Magnoliaceae

Nama Botanis berwarna putih krem, dengan lebar sekitar


Magnolia candollii (Blume) H.Keng - 5-7 cm.
Magnoliaceae. Tekstur agak halus dan tidak merata.
Sinonim: Talauma angatensis (Blanco) S.Vidal, Arah serat berpadu.
Talauma beccarii Ridley,Talauma candollii Kilap agak mengkilap.
Blume, Talauma singapurensis Ridley
Kesan raba agak licin.
Nama Perdagangan Kekerasan agak keras.
Cempaka Corak polos.

Nama Daerah
Kembang tunjung, ketunjung cempaka gonda,
cempaka gunung, cempaka gondoh, cempaka
putih (Jawa), djato, medang abu (Karo), si tek
wok (Kerinci), cempaka telur (Pontianak), talah
uma (Iban), danoan, wasian-batu, wasian watu
(Minahasa), ongkor (Flores)

Nama di Negara Lain


Malapina, petangis (Filipina), cham poon chang
(Thailand), montha ye hup (Semenanjung
Malaysia), ajai dia diwarmom (Papua New
Guinea).

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Papua New Guinea, Filipina,
Thailand. a
Morfologi
Pohon, tinggi sampai 30 m. Batang silindris,
tegak, diameter sampai 50 cm. Permukaan
pepagan cokelat pucat, keputih-putihan, licin.
Ranting tebal berukuran 3-5(-7) mm, berbulu.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling atau
tersebar, bentuk helaian jorong kadang-kadang
bulat telur atau bulat telur sungsang, ukuran
(-6)13-35(-46) cm x 3-20 cm, tipis, licin atau
mengkilap. Permukaan bawah helaian berbulu, b
ujung helaian luncip, pangkal helaian
meruncing, urat utama menonjol, urat sekunder Magnolia candollii (Blume) H.Keng -
Magnoliaceae
7-20 pasang. Panjang tangkai 1-4,5 cm,
penebalan pada pangkal tangkai daun. a. Kayu (wood)
b. Kulit (bark)
Bunga pada ujung ranting, tunggal, mahkota
warna putih kekuningan, sangat harum seperti Ciri Anatomi
baros atau manglid, panjang bunga 7-8 mm. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah bentuk jorong, berukuran 4-7,5 (-15) cm x Pembuluh baur; bergabung radial sampai 8 sel,
2,5-6 cm, buah masak berwarna cokelat tua. diameter 100-200 mikron, frekuensi 5-20 per
Dalam buah terdapat 1-2 biji. mm. Bidang perforasi bentuk tangga; ceruk
antar pembuluh berhadapan dengan ukuran
Ciri Umum besar (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan
Warna kayu teras cokelat muda keabuan jelas jari-jari dengan halaman yang jelas, serupa
dibedakan dengan kayu gubalnya yang dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 89


sampai sederhana, ceruk horisontal atau Sisi (b) 161
vertikal. (k) 161
Parenkim aksial paratrakea jarang dan
paratrakea sepihak, juga dijumpai parenkim Keteguhan geser (kg/cm2)
apotrakea pita >3 lapis sel dan pita sempit ≤ 3 Radial (b) 46
lapis sel. Panjang dua sel per untai. (k) 54
Tangensial (b) 50
Jari-jari 1-3 seri. Komposisi sel jari-jari dengan (k) 56
1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar Keteguhan belah (kg/cm)
marjinal dan 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur Radial (b) 29
sangkar marjinal. (k) 25
Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat Tangensial (b) 30
berhalaman yang jelas, kadang dengan ceruk (k) 26
sederhana sampai berhalaman sangat kecil.
Diameter 24,5 ± 3,4 mikron, lebar lumen 18,7 ± Keteguhan tarik sejajar arah serat
3,4 mikron, tebal dinding 2,9 ± 0,6 mikron. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 495
Ciri lain sel minyak bergabung dengan jari-jari. (k) 343
Tangensial (b) 488
Sifat fisis (k) 422
Berat Jenis 0,57 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 19
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 17
0,8 (R) ; 2,2 (T) Tangensial (b) 20
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 21
1,0 (R) ; 5,8 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 75,8%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 29,7%
dengan berat jenis basah (b) 0,45 pada kadar Pentosan 14,7%
air 94%, dan berat jenis kering udara (k) 0,54 Abu 0,3%
pada kadar air 14%. Silika 0,5%
Kelarutan
Keteguhan lentur statis
Alkohol-benzena 3,1%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2)
Air 3,7%
(b) 268
Air panas 4,4%
(k) 339
NaOH 1% 13,6%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
Nilai kalor 4.374 kal/g
(b) 389
(k) 445 Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2)
(b) 52.7 Kayu ini dimasukkan ke dalam kelas awet III.
(k) 54.7 Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III ,
Radial (b) 17 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 12 curvignathus Holmgren) kelas III.
Tangensial (b) 17 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 13 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas III,
Pycnoporus sanguineus kelas III dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas III.
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 213 kayu di laut termasuk kelas IV.
(k) 250
Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 56 Masuk kelas I (mudah)
(k) 54
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 236 Pengeringan alami
(k) 255 Belum ada data

90 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Silvikultur
sional
Tempat tumbuh
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 –
70°C dan Rh 80 - 27%. Jenis ini tumbuhdi hutan hujan tropika dataran
rendah sampai pegunungan pada ketinggian
Venir dan Kayu Lapis 2.800 m.dpl. Tanah yang digemari mediteran
Venir merah-kuning, latosol, liat berlempung dengan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik drainase baik. Kadang-kadang dijumpai pada
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut daerah rawa.
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
Permudaan
Kayu Lapis Perbanyakan dilakukan secara generatif dan
Perekatan venir kayu ini dengan urea
vegetatif. Secara generatif dengan menabur biji
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis pada media campuran tanah dan pasir (1:1) di
tahan air yang memenuhi syarat Standar
bawah naungan 60%. Daya berkecambah 45%
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, dengan periode kecambah 24-34 hari.
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Penyapihan dilakukan pada campuran pasir,
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
tanah dan kompos dengan perbandingan 7:2:1.
Penyimpanan dilakukan dibawah naungan 40%
Pemesinan dan bibit siap ditanam setelah 2 bulan di
Bebas cacat persemaian.
Sifat pemesinan Kelas Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara
%
mencangkok cabang yang sehat. Bibit yang
Penyerutan 71 Baik (II) berasal dari cangkok biasanya digunakan
Pembentukan 71 Baik (II) sebagai bibit untuk tanaman hias.
Pembubutan 76 Baik (II)
Pemboran 68 Baik (II) Buah
Pengampelasan 76 Baik (II)
Musim berbunga dan berbuah sepanjang
tahun. Ekstraksi benih dilakukan dengan mem-
Kegunaan bersihkan kulit buah. Biji yang masak berwarna
Kayu ini dapat digunakan sebagai konstruksi hitam. Viabilitas cepat menurun sehingga tidak
dalam ruangan, papan lantai, mebel, moulding, dapat disimpan lama.
panel, dinding pemisah, rangka pintu dan
jendela, alat olah raga, alat musik, kano, bilah Hama penyakit
pensil. Selain itu dapat digunakan untuk venir Daun dapat diserang hama kutu putih.
indah dan kayu lapis.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 91


Daun, bunga dan buah Magnolia candollii (Blume) H.Keng

92 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Magnolia candollii (Blume) H.Keng


A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 93


19. Manglietia glauca Blume - Magnoliaceae

Nama Botanis
Manglietia glauca Blume - Magnoliaceae.
Sinonim: Magnolia blumei Plantl, Manglietia
singalanensis Agostini, Manglietia sumatrana
Miq.

Nama Perdagangan
Manglid

Nama Daerah
Baros, tempoko baros, cepoko kantil (Jawa);
manglid (Sunda); antuang, bungo, madang
bustak, m. kaladi, m. campago, campago
(Sumatera); manglid (Sulawesi); cimpaka (Bali).

Nama di Negara Lain


-

Daerah Persebaran a
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara
(Bali, Sumba, Flores)

Morfologi
Pohon raksasa, tinggi mencapai 50 m. Batang
silindris, tegak, diameter sampai 122 cm.
Permukaan pepagan berwarna cokelat pucat
keputihan, licin. Ranting terdapat lingkaran-
lingkaran bekas daun penumpu.
Daun tunggal, kedudukan berselang seling, b
bentuk helaian jorong sampai bulat telur Magnolia candollii (Blume) H.Keng -
sungsang, berukuran 10-35 cm x 5-12 cm, Magnoliaceae
ujung helaian luncip dan pangkal helaian a. Kayu (wood)
runcing sampai luncip, permukaan atas helaian b. Kulit (bark)
licin, permukaan bawah berbulu; urat utama
jelas menonjol, urat sekunder berjumlah
(9-)11-16(-8) pasang. Tangkai licin, panjang Ciri Anatomi
1,5-3(-4,5) cm. Lingkaran tumbuh jelas.
Bunga sangat harum seperti baros atau Pembuluh baur; bergabung radial sampai 6 sel,
cempaka. diameter berkisar antara 100-200 mikron,
frekuensi 5-20 per mm2. Bidang perforasi
Buah berbentuk bulat telur sampai jorong. Buah bentuk tangga (>20-40palang); ceruk antar
masak berwarna hijau kecokelatan, dan biji pembuluh berhadapan dengan ukuran besar
berwarna merah. (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan jari-
jari dengan halaman yang jelas; serupa dalam
Ciri Umum ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
pembuluh.
Warna kayu teras cokelat muda keabuan, jelas
dibedakan dari kayu gubalnya yang berwarna Parenkim bentuk pita >3 lapis sel dan pita
putih krem agak cokelat muda. sempit ≤3 lapis sel, parenkim aksial paratrakea
Tekstur agak kasar dan tidak merata. jarang dan sepihak.
Arah serat berpadu. Jari-jari 1-3 seri dan jari-jari besar umumnya 4-
Kilap agak kusam. 10 seri. Komposisi sel jari-jari dengan 1 jalur sel
Kesan raba agak licin. tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, dan
Kekerasan agak keras. umumnya dengan 2-4 jalur sel tegak atau sel
bujur sangkar marjinal.
Corak polos.

94 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat tanpa sekat dengan ceruk antar serat Keteguhan tarik sejajar arah serat
berhalaman yang jelas. Diameter 34,8 + 5,3 Tegangan maksimum (kg/cm 2)
mikron, lebar lumen 27,8 + 5,2 mikron dan Radial (b) 433
dinding serat tipis sampai tebal, 3,5 + 0,5 (k) 330
mikron. Tangensial (b) 440
(k) 648
Ciri lain sel minyak bergabung dengan jari-jari.
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Sifat Fisis Radial (b) 12
(k) 11
Berat Jenis 0,41 dan kelas kuat III-IV (Oey,
Tangensial (b) 15
1990)
(k) 16
Penyusutan (%) :
Penyusutan dari basah sampai kering udara
Sifat Kimia
1,1 (R) ; 2,6 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Kadar
3,0 (R) ; 5,7 (T) Holoselulosa 76,4%
Lignin 26,6%
Sifat Mekanis Pentosan 15,1%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Abu 0,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Silika 0,3%
dengan berat jenis basah (b) 0,37 pada kadar Kelarutan
air 140%, dan berat jenis kering udara (k) 0,44 Alkohol-benzena 4,2%
pada kadar air 14%. Air dingin 3,7%
Air panas 4,4%
Keteguhan lentur statis NaOH 1% 14,4%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Nilai kalor 4.386 kal/g
(b) 294
(k) 348 Keawetan
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 375 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
(k) 458 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas IV ,
(b) 53,7 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 54,7 curvignathus Holmgren) kelas IV.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 14 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 13 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Tangensial (b) 15 Schizophyllum commune kelas II.
(k) 21 Ketahanan terhadap organisme perusak
kayu di laut termasuk kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 202
(k) 265 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 54 Pengeringan
(k) 53 Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Belum ada data
Ujung (b) 237 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 284 sional
Sisi (b) 151 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 60 –
(k) 177 80°C dan Rh 73 – 26%.
Keteguhan geser (kg/cm2)
Radial (b) 46 Venir dan Kayu Lapis
(k) 53 Venir
Tangensial (b) 48 Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
(k) 59 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Keteguhan belah (kg/cm) kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm.
Radial (b) 27
(k) 23 Kayu Lapis
Tangensial (b) 27 Perekatan venir kayu ini dengan urea
(k) 22 formaldehida cair menghasilkan kayu lapis

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 95


tahan air yang memenuhi syarat Standar Permudaan
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Perbanyakan dilakukan dengan biji. Di Bali
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan banyak di tanam untuk keperluan lokal. Di Jawa
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Barat ditanam untuk reboisasi dan rehabilitasi
lahan. Perbanyakan dengan biji dilakukan di
Pemesinan persemaian. Ekstraksi benih dilakukan dengan
menjemur buah sampai cangkang terbuka.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Setelah kering, buah diketuk-ketuk di atas
%
tampah. Kulit biji yang berwarna merah dikupas
Penyerutan 74 Baik (II) untuk meningkatkan daya berkecambah. Benih
Pembentukan 74 Baik (II) harus segera ditabur pada media
Pembubutan 68 Baik (II) perkecambahan pasir atau campuran tanah
Pemboran 64 Baik (II) dan sekam (1:1). Daya berkecambah 55–75%.
Pengampelasan 76 Baik (II)
Buah
Kegunaan Di Bali musim berbuahpada bulan Oktober -
Kayu ini dapat digunakan untuk konstruksi Desember. Buah berbentuk punjung (cone),
dalam ruangan, papan lantai, rangka pintu dan yaitu satu buah memiliki banyak ruang yang
jendela, mebel, moulding, venir dan kayu lapis. masing-masing berisi satu biji. Biji bersifat
Di Bali digunakan untuk bahan patung dan rekalsitran, hanya dapat disimpan sampai 1
ukiran. bulan. Setiap kilogram biji kering berisi 41.500
biji.
Silvikultur
Hama penyakit
Tempat tumbuh Belum ada laporan mengenai serangan hama
Tumbuh alami di hutan primer dataran rendah penyakit. Ekstrak daun berpotensi sebagai bio-
sampai pegunungan pada ketinggian 450– pestisida. Hasil percobaan in vitro ekstrak daun
2.400 m.dpl., pada tanah yang subur dengan dapat menghambat pertumbuhan bakteri
solum dalam. Bacillus subtilis dan jamur Alternaria solani.

96 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Manglietia glauca Blume

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 97


A B

C D

Manglietia glauca Blume


A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 100 mikron

98 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


20. Melaleuca cajuputi Powell - Myrtaceae

Nama Botanis Tekstur halus sampai agak kasar.


Melaleuca cajuputi Powell-Myrtaceae Arah serat lurus sampai berpadu.
Kilap permukaan kayu kusam.
Kesan raba kesat.
Nama Perdagangan Kekerasan keras.
Kayu putih

Nama Daerah
Amis-amisan, kayu putih (Jawa), gelam
(Sumatera).

Nama di Negara Lain


Smach chanlos (Kamboja), punk tree
(Denmark), swamp tea-tree (Filipina), gelam
(Malaysia), samet-khao (Thailand), cajuput,
cajeput, cajaput (Inggris), kaayaaputi (India),
bai gian ceng (China), chè dong tran, chi cay,
bach thien tang (Vietnam), cajuputier
(Perancis), melalueca (Brasil), cajupute
(Portugal)

Daerah Persebaran
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, Papua
a
Morfologi
Pohon sedang atau besar, tinggi mencapai 40
m. Batang silindris, tegak, diameter batang 30-
35 cm. Permukaan pepagan berwarna putih,
kuning kecokelatan, mudah mengelupas kasar
seperti lembaran kertas yang sangat tipis dan
lembut; kulit dalam merah. Ranting abu-abu
terang atau cokelat terang, berambut halus.
Daun tunggal, bentuk helaian lanset, kadang-
kadang melengkung sebelah, berukuran 5-15 b
cm x 1-3,8 cm, kedua permukaan daun muda Melaleuca cajuputi Powell - Myrtaceae
berambut halus, daun tua tidak berambut, ujung a. Kayu (wood)
membulat - lancip, pangkal meruncing; urat b. Kulit (bark)
menjari 3-7; pertulangan sejajar. Panjang
tangkai sampai 12 mm. Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk bulir panjang 6-17 cm, Lingkaran tumbuh tidak jelas.
berkelompok 3, jarang tunggal.Bunga majemuk, Pembuluh baur; hampir seluruhnya soliter dan
panjang 7-8 cm, mahkota 5 helai, warna putih berkelompok dengan pola diagonal atau radial.
dan harum. Bidang perforasi sederhana. Diameter berkisar
Buah berbentuk kotak atau kapsul, warna antara 50-100 mikron frekuensi pori 5
cokelat keabu-abuan, beruang 3, tiap ruang buah/mm2 atau kurang. Ceruk antar pembuluh
terdapat banyak biji. selang-seling dan berukuran sangat kecil ceruk
antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman
Ciri Umum yang jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk
dengan ceruk antar pembuluh. Ada elemen
Warna kayu teras cokelat muda kemerahan,
trakeida veskisentrik dan vaskular.
agak mudah dibedakan dari kayu gubal yang
berwarna cokelat muda. Parenkim apotrakea tersebar hingga dalam
Corak polos. kelompok paratrakea jarang, sepihak,

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 99


vaskisentrik hingga aliform. Panjang 3–4 sel Keteguhan geser (kg/cm2)
per-untai. Radial (b) 78
(k) 77
Jari-jari umumnya satu seri, beberapa ditemui
Tangensial (b) 85
1–3 seri. Komposisi umumnya dengan 2–4 jalur
(k) 84
sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat dengan ceruk antar serat sederhana Radial (b) 63
sampai berhalaman sangat kecil, ditemui pada (k) 48
dinding radial dan tangensial. Panjang 1.275 ± Tangensial (b) 66
98 mikron, diameter 24,4 ± 2,9 mikron, lebar (k) 61
lumen 15,5 ± 2,6 mikron, dinding tipis sampai
tebal,4,4 ± 0,6 mikron. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan Tegangan maksimum (kg/cm 2)
kertas: Kelas I. Radial (b) 519
(k) 670
Inklusi mineral tidak dijumpai.
Tangensial (b) 674
(k) 675
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis 0,78 dan kelas kuat II (Oey, 1990) Radial (b) 51
Penyusutan (%) (k) 30
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 58
2,6 (R) ; 5,1 (T) (k) 40
Penyusutan dari basah sampai kering oven
6,5 (R) ; 10,3 (T) Sifat Kimia

Sifat Mekanis Kadar


Holoselulosa 78,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 32,0%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 17,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,65 pada Abu 0,9%
kadarair 70%, dan berat jenis kering udara (k) Silika 0,5%
0,81 pada kadar air 15%. Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 4,7%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air 1,1%
(b) 214 Air 4,1%
(k) 413 NaOH 1% 16,1%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.336 kal/g
(b) 621
(k) 666 Keawetan
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet III (Oey,
(b) 49.2 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 88.2 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III,
Keteguhan pukul (kg/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 45 curvignathus Holmgren) kelas II.
(k) 29 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 45 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 26 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Schizophyllum commune kelas III.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak
Tegangan maksimum (kg/cm 2) kayu di laut termasuk kelas III.
(b) 357
(k) 362 Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 138
(k) 143
Pengeringan
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 554 Pengeringan alami
(k) 550 Kayu agak cepat mengering (36 hari) dari kadar
Sisi (b) 456 air 50% hingga mencapai kadar air kering
(k) 425 udara (15%) dengan mutu sedang sampai agak
baik.

100 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- mm/tahun. Jenis ini dapat tumbuh pada
sional ketinggian tempat 5-400 m.dpl., tetapi tumbuh
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 45 - optimal di daerah berawa dan biasa ditemukan
70°C dan Rh 83 -23%. setelah vegetasi mangrove (daerah peralihan
mangrove dan darat). Mampu tumbuh di areal
Venir dan Kayu Lapis tergenang sampai 1 meter dan di areal dengan
Venir drainase buruk dan tidak subur. Jenis ini dapat
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik ditanam di areal terdegradasi dan dapat
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut dikombinasikan dengan ubi kayu, jagung dan
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. kacang tanah pada 2 tahun pertama.

Kayu Lapis Permudaan


Perekatan venir kayu ini dengan urea
Permudaan dilakukan dengan biji, tetapi dapat
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
juga dilakukan dengan stump dan stek batang/
tahan air yang memenuhi syarat Standar
cabang. Pada daerah setelah kebakaran,
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000,
regenerasi terjadi melalui biji, terubusan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan
dan/atau tunas akar.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Buah
Pemesinan
Berbunga pada usia 13–14 bulan dengan
Bebas cacat polinasi umumnya oleh serangga, burung dan
Sifat pemesinan Kelas
% mamalia kecil. Berbunga sepanjang tahun,
biasa terjadi pada bulan Maret-Juni dan
Penyerutan 86 Sangat baik (I)
Agustus-Desember, buah masak pada bulan
Pembentukan 84 Sangat baik (I)
Oktober-November. Biji bersifat ortodok dan
Pembubutan 96 Sangat baik (I)
mudah berkecambah pada kondisi lembab dan
Pemboran 91 Sangat baik (I)
hangat, tetapi mudah rusak jika terlalu basah
Pengampelasan 90 Sangat baik (I)
atau terlalu kering sehingga kelembaban perlu
dijaga pada saat germinasi.
Kegunaan
Kayu ini digunakan untuk bahan bangunan, Hama penyakit
lantai, papan dinding, bantalan, rangka pintu Tanaman biasanya diserang rayap dari jenis
jendela, perkapalan, arang Macrotermes gilvus, M. insperatus dan
Odontotermes grandiceps menyerang bagian
Silvikultur kulit dan kayu tanaman muda. Serangan rayap
Tempat tumbuh ini dapat menyebabkan kematian tanaman,
sehingga seringkali penyulaman dilakukan
Tumbuh di daerah tropika basah pada suhu berkali-kali.
17–33°C dan curah hujan 1.300-1.750

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 101


Daun, bunga dan buah Melaleuca cajuputi Powell

102 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Melaleuca cajuputi Powell


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 103


21. Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley - Rutaceae

Nama Botanis
Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley -
Rutaceae
Sinonim: Euodia aromatica Blume, Euodia lunu-
ankenda (Gaertn.) Merr., Euodia roxburghiana
(Cham) Benth.

Nama Perdagangan
Sampang (Indonesia), euodia (Inggris)

Nama Daerah
Sempayang (Jawa)

Nama di Negara Lain


Pauh-pauh paya, tapak itek, tenggek burong
(Malaysia), saam ngaam, uam (Thailand),
kattushanbagam (India).

Daerah Persebaran a
Srilangka, India, Indo-China, China Selatan,
Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Thailand, Malaysia,
Filipina.

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 18-40 m.
Batang silindris, tegak, kadang berbanir,
berdamar kuning, diameter 24-60 cm. Pepagan
berwarna abu-abu atau abu-abu kecokelatan,
permukaan pepagan licin hingga berlekah
dangkal. Ranting silindris, licin dengan bagian
ujung memipih. Kuncup daun berbulu tipis
berwarna kuning. b
Daun majemuk menjari tiga, kedudukan Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley -
berpasangan silang, bentuk helaian anak daun Rutaceae
jorong hingga bulat telur, berukuran 7-15 cm x a. Kayu (wood)
3-4 cm, helaian anak daun muda berukuran b. Kulit (bark)
lebih besar 15-25 cm x 3-5 cm. Helaian anak
daun tipis, pertulangan menyirip sempurna.
Tangkai silindris langsing, panjang 2,5-6 cm.
Ciri Anatomi
Perbungaan malai, tumbuh di ujung rantai atau Lingkaran tumbuh tidak jelas.
ketiak daun.
Pembuluh baur sebaran pembuluh pola
Buah bentuk kapsul, berukuran kecil, berisi 1-3 diagonal atau radial, bergabung 2-3 sel. Bidang
biji, biji mengkilap berwarna hitam. perforasi sederhana. Diameter pembuluh
berkisar antara 100-200 mikron; frekuensi pori
Ciri Umum 5-20 buah/mm2. Ceruk antar pembuluh selang-
Warna kayu teras dan gubal memiliki warna seling dan berukuran kecil (>4-7 mikron)
yang sukar dibedakan yaitu putih agak sampai sedang (>7-10 mikron) ceruk antar
kekuningan atau kuning jerami. pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Tekstur agak kasar dan merata. jelas serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Arah serat lurus. ceruk antar pembuluh.
Kilap permukaan kayu kusam. Parenkima potrakea tersebar dalam kelompok
Kesan raba agak licin. paratrakea jarang serta marjinal atau
Kekerasan agak keras. tampaknya marjinal. Panjang sel parenkim
Corak polos. adalah 3-4 sampai 5-8 sel per-untai.

104 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Jari-jari 1-3 seri, frekuensi jari-jari > 4-12 per- Keteguhan belah (kg/cm)
mm. Komposisi sel jari-jari umumnya dengan 2- Radial (b) 18
4 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar (k) 27
marjinal. Tangensial (b) 22
(k) 31
Serat dengan ceruk sederhana sampai
berhalaman sangat kecil, serat bersekat
Keteguhan tarik sejajar arah serat
dijumpai. Panjang serat 2.000 ± 195 mikron,
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
diameter 41 ± 3 mikron, lebar lumen 37 ± 3
Radial (b) 176
mikron, dinding serat tipis sampai tebal.
(k) 590
Inklusi mineral tidak dijumpai. Tangensial (b) 117
(k) 610
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,67 dan kelas kuat II-III (Oey, Radial (b) 15
1990) (k) 22
Penyusutan (%) : Tangensial (b) 30
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 27
1,9 (R) ; 4,3 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat Kimia
3,5 (R) ; 7,1 (T) Kadar
Holoselulosa 75,2%
Sifat Mekanis Lignin 27,1%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,6%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,41 kadar air Silika 0,6%
119%, dan berat jenis kering udara (k) 0,50 Kelarutan
pada kadar air 14%. Alkohol-benzena 2,9%
Air dingin 2,1%
Keteguhan lentur statis Air panas 3,7%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 15,0%
(b) 313 Nilai kalor 4.313 kal/g
(k) 388
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
Keawetan
(b) 667
(k) 589 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(b) 53.6 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas I,
(k) 66.6 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3) curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 15 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 15 spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas V,
Tangensial (b) 14 Pycnoporus sanguineus kelas V dan
(k) 12 Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak kayu
Tegangan maksimum (kg/cm 2) di laut termasuk kelas V.
(b) 224
(k) 339 Keterawetan
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 77
(k) 101 Pengeringan
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 320 Kayu cepat mengering (18 hari) dari kadar air
(k) 328 60% hingga mencapai kadar air kering udara
Sisi (b) 208 (13%) dengan mutu baik.
(k) 217
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Radial (b) 53 sional
(k) 80 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 -
75°C dan Rh 85 - 27°C
Tangensial (b) 46
(k) 87

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 105


Venir dan Kayu Lapis tiang rumah, peralatan pertanian, peralatan
Venir rumah tangga, pulp dan kertas serta karbon.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 92° untuk tebal 1,5 mm. Tempat tumbuh
Kayu Lapis Tumbuh secara alami di hutan primer dan
Perekatan venir kayu ini dengan urea sekunder pada ketinggian 1.600–2.200 m.dpl.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Pada hutan rawa juga dapat tumbuh.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Permudaan alami menyebar di lantai hutan.
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Perbanyakan dilakukan dengan biji. Biji bersifat
rekalsitran sehingga tidak bisa disimpan lama.
Pemesinan Pembiakan vegetatif melalui stek pucuk
Bebas cacat mungkin dapat dilakukan karena memiliki
Sifat pemesinan Kelas kemampuan bertunas yang cepat. Pertum-
%
buhannya cepat sehingga direkomendasikan
Penyerutan 77 Baik (II) untuk hutan tanaman, tetapi kayunya tidak
Pembentukan 75 Baik (II) tahan api.
Pembubutan 61 Baik (II)
Pemboran 77 Baik (II) Buah
Pengampelasan 77 Baik (II) Di Pulau Jawa musim buah terjadi pada bulan
Juni, Agustus, September dan November.
Kegunaan Penyebarannya dibantu oleh burung dan
Kayu ini agak keras, dapat digunakan untuk kelelawar.
tiang pancang,mebel, tirai jendela, pin bowling,

106 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun bunga dan buah Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 107


A B

C D

Melicope lunu-ankenda (Gaertn.) T.G. Hartley


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 250 mikron
C. Penampang radial, skala 250 mikron
D. Penampang tangensial, skala 250 mikron

108 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


22. Michelia champaca L. - Magnoliaceae

Nama Botanis Ciri Umum


Warna kayu teras cokelat muda keabuan, dapat
dibedakan dengan jelas terhadap kayu gubal
yang berwarna putih krem, dengan lebar
2-3 cm.
Nama Perdagangan Tekstur agak kasar dan tidak merata.
Cempaka Arah serat lurus dan berpadu.
Kilap agak mengkilap.
Nama Daerah
Kesan raba agak halus.
Kantil, locari, pecari, cempaka, cempaka kuning
(Jawa); kembang koneng, campaka, cempaka Kekerasan agak keras.
koneng, cempaka mera, kantil, locari, petjari Corak polos.
(Madura); cempaka koneng, cempaka (Sunda),
jeumpa (Aceh), jempa, cempa (Gayo),
campaga (Minangkabau), campaka mariri;
bunga eja (Makasar), bunga macela (Bugis),
kupa haja (Seram), kupa pokur, papukur,
pupukuljo, walatol (Halmahera Utara), goraci
(Ternate, Tidore), cempaka barak, cempaka
warangan (Bali).

Nama di Negara Lain


Champa, cempaka (Bengali); mawk-sam-paru
(Burma); sampige (Kanton); champaca harum,
champa emas, chempaka oranye, kuning
champa (Inggris); champaca (Filipina); Ilang-
ilang (Perancis); chempaka (india); Lao (Sino-
Tibet):pa Cham merah cempaka, chempaka,
chempaka (Melayu); champaca (Spanyol);
chambugam, chembuga, chembuga (Tamil);
Champa, Champa khao, Champa, pa
(Thailand); ng [OJ] c lan. Siam: champah
(Vietnam)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali

Morfologi a
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
35 m.
Batang silindris, tegak, diameter sampai 50 cm.
Permukaan pepagan warna cokelat pucat
keputih-putihan, licin.
Daun tunggal, kedudukan spiral, bentuk jorong
atau bulat telur, berukuran 10-30 cm x 4-10 cm,
permukaan bawah pada urat utama dan
sekunder berbulu, sering tidak berbulu,
berukuran 10-30 cm x 4-10 cm; ujung luncip,
b
pangkal membulat; urat sekunder 14-23
pasang. Panjang tangkai 1,4-3,6 (-4) cm. Michelia champaca L. - Magnoliaceae
Bunga kuning oranye tua dan berbau harum, a. Kayu (wood)
tersusun dalam untaian yang banyak dan daun b. Kulit (bark)
pelindung bunga berbulu.
Buah cokelat kekuningan terdiri atas 2–6 biji

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 109


Ciri Anatomi Keteguhan tekan sejajar serat
Lingkaran tumbuh jelas. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 233
Pembuluh baur, bergabung radial 4 atau lebih
(k) 299
biasa dijumpai (3-6 sel). Diameter 100-200
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
mikron, frekuensi 5-20 buah/mm2. Bidang
(b) 73
perforasi bentuk tangga (>20-40 palang),
(k) 75
sedangkan ceruk antar pembuluh bentuk
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
tangga dan berhadapan dengan ukuran yang
Ujung (b) 306
besar (>10 mikron). Ceruk antar pembuluh dan
(k) 355
jari-jari dengan halaman yang jelas dan serupa
Sisi (b) 215
dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
(k) 251
pembuluh.
Keteguhan geser (kg/cm2)
Parenkim bentuk pita >3 lapis sel dan pita Radial (b) 53
sempit ≤3 lapis sel. Parenkim aksial paratrakea (k) 56
jarang dan paratrakea sepihak dijumpai. Tangensial (b) 60
Panjang 3-4 sel per-untai. (k) 60
Keteguhan belah (kg/cm)
Jari-jari lebar 1-3 seri, komposisi umumnya
Radial (b) 31
dengan 2-4 jalur sel tegak dan atau sel bujur (k) 25
sangkar marjinal, frekuensi >4-12 per mm. Tangensial (b) 36
Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat (k) 24
berhalaman yang jelas. Diameter 38,9 + 5,6
mikron, lebar lumen 32,0 + 5,1 mikron, dinding Keteguhan tarik sejajar arah serat
serat tipis sampai tebal, 3,5 + 0,6 mikron. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 506
Ciri laina dasel minyak bergabung dengan jari- (k) 301
jari. Tangensial (b) 651
(k) 636
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,56 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Radial (b) 16
Penyusutan (%) : (k) 21
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 25
0,8 (R) ; 2,5 (T) (k) 22
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,3 (R) ; 5,4 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis
Holoselulosa 76,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 25,6%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 15,6%
dengan berat jenis basah (b) 0,31 pada kadar Abu 0,8%
air 160%, dan berat jenis kering udara (k) 0,38 Silika 0,2%
pada kadar air 14%. Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 4,0%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 4,0%
(b) 347 Air panas 5,1%
(k) 394 NaOH 1% 15,4%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.302 kal/g
(b) 508
(k) 551 Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet II (Oey,
(b) 63,4 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 58,3 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas IV,
Keteguhan pukul (kgm/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 30 curvignathus Holmgren) kelas IV.
(k) 28 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 30 spathularia kelas II, Polyporus sp. Kelas III,
(k) 35 Pycnoporus sanguineus kelas II dan
Schizophyllum commune kelas III.

110 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Ketahanan terhadap organisme perusak bubutan. Selain itu, dapat digunakan untuk
kayu di laut termasuk kelas IV. venir dan kayu lapis.

Keterawetan Silvikultur
Masuk kelas I (mudah)
Tempat tumbuh
Pengeringan Tumbuh di hutan hujan tropika dataran rendah
dan pegunungansampaiketinggian 2.800 m.dpl.
Pengeringan alami
Belum ada data Jenis ini tumbuh pada tipe tanah mediteran
merah-kuning dan latosol dengan tekstur liat
Pengeringan dalam dapur pengering
berlempung dengan drainase baik, tetapi
konvensional
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50 - kadang-kadang dijumpai di daerah rawa.
75°C dan Rh 85 - 27%.
Permudaan
Venir dan Kayu Lapis Perbanyakan dilakukan secara generatif dan
Venir vegetatif. Biji disemaikan pada media campuran
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik tanah dan pasir (1:1) di bawah naungan 60%.
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Daya berkecambah 20%, dengan periode
kupas 90°30’ untuk tebal 1,5 mm. 24–86 hari.
Kecambah disapih dalam media campuran
Kayu Lapis pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan
Perekatan venir kayu ini dengan urea 7:2:1 yang disimpan dibawah naungan 40%.
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Bibit siap ditanam setelah 2 bulan disapih.
tahan air yang memenuhi syarat Standar Secara vegetatif dilakukan dengan men-
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, cangkok cabang yang sehat. Cangkokan biasa
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan digunakan sebagai bibit untuk tanaman hias.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Buah
Pemesinan
Musim berbunga dan berbuah sepanjang
Bebas cacat tahun. Buah yang masak berwarna cokelat tua.
Sifat pemesinan Kelas
% Ekstraksi dilakukan dengan membersihkan kulit
buah dan biji berwarna hitam. Viabilitas biji
Penyerutan 88 Sangat baik (I)
cepat menurun, sehingga tidak dapat disimpan
Pembentukan 86 Sangat baik (I)
lama.
Pembubutan 81 Sangat baik (I)
Pemboran 79 Baik (II)
Hama penyakit
Pengampelasan 79 Baik (II)
Daun jenis ini dapat diserang hama kutu putih.
Kegunaan
Kayu ini dapat digunakan sebagai konstruksi
ringan, papan lantai, rangka pintu jendela,
gerobak, mebel, moulding, ukiran dan barang

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 111


Daun dan buah Michelia champaca L.

112 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Michelia champaca L.
A. Penampang lintang, skala 100 mikron
B. Penampang lintang, skala 100 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 113


23. Nauclea orientalis L. - Rubiaceae

Nama Botanis Kekerasan agak keras.


Corak polos.

Nama Perdagangan
Kayu bengkal
Nama Daerah
Kapinango (Sunda); gempol, kelepul (Jawa);
kay ketek (Madura), bengkal, kelepu
(Sumatera), bance (Bugis), bangkala
(Makasar), bantuli (Tubelo), dongkina, kakuni,
longkida (Muna), maas (Melayu), asihera
(Kambarau), bingku (Mangoli), butape (Toraja),
konar (Aru), mesegu (Buru), bengkel taya
(Bali), klore (Solor), konca (Bima), longira
(Sumba), kusigoro (Papua).
Nama di Negara Lain
Leichhardt pinus, cheesewood kuning (Inggris);
kanluang, krathum khlong, tum khan (Thailand)
a
Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Papua, Sri Lanka, Myanmar,
Thailand.
Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
35 m.
Batang silindris, tegak, batang bebas cabang 5 b
– 15 m; diameter 50 cm atau lebih. Permukaan Nauclea orientalis L. - Rubiaceae
pepagan warna abu-abu atau kuning cokelat;
a. Kayu (wood)
beralur dangkal, mengelupas besar dan tebal. b. Kulit (bark)
Daun penumpu lonjong membulat, panjang
kurang dari 25 mm.
Ciri Anatomi
Daun tunggal, kedudukan berpasangan silang, Lingkaran tumbuh tidak jelas.
bentuk helaian bulat telur-jorong, berukuran
12-40 cm x 6-21 cm, pangkal helaian membulat Pembuluh baur, soliter dan bergabung sampai
atau sedikit runcing, pertulangan sekunder 7-10 dengan 5 sel. Bidang perforasi sederhana.
pasang. Panjang tangkai 1,5-5 cm. Ceruk antar pembuluh selang-seling dan
berukuran besar >10 mikron. Percerukan
Bunga bentuk kepala, tunggal, berwarna putih,
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
panjang tangkai 1,5-4 cm. jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Buah berbentuk bulat dengan diameter 1-1,5 ceruk antar pembuluh. Diameter pembuluh
mm. berkisar antara 50-100 mikron, frekuensi 5-20
buah/mm2. Ditemukan endapan berwarna putih.
Ciri Umum
Parenkim apotrakea tersebar dan tersebar
Warna kayu teras putih agak cokelat muda
dalam kelompok, paratrakea vaskisentrik dan
dapat dibedakan dari kayu gubal yang
sepihak. Panjang 3-4sel per untai sampai 5-8
berwarna putih krem, lebar kayu gubal sekitar
sel per untai.
2-3 cm, 25% dari diameter batang.
Jari-jari lebar 1-3 seri sampai 5 seri.Komposisi
Tekstur halus dan merata.
jari-jari dengan 2 hingga 4 jalur sel tegak atau
Arah serat agak berpadu. sel bujur sangkar marjinal. Sel seludang
Kilap permukaan kayu kusam. dijumpai.
Kesan raba agak kesat.

114 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat dengan ceruk berhalaman yang jelas. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Panjang serat 2.111 ± 127 mikron, diameter Tegangan maksimum (kg/cm 2)
30,7 ± 3,6 mikron, lebar lumen 16,3 ± 2,8 Radial (b) 451
mikron, dinding serat tipis sampai tebal 4,15 ± (k) 422
0,76 mikron. Tangensial (b) 552
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan (k) 668
kertas: Kelas I. Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Radial (b) 27
Sifat Fisis (k) 27
Berat jenis 0,58 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Tangensial (b) 30
Penyusutan (%) (k) 44
Penyusutan dari basah sampai kering udara
2,3 (R) ; 6,5 (T) Sifat kimia
Penyusutan dari basah sampai kering oven
4,1 (R) ; 9,6 (T) Kadar
Holoselulosa 70,6%
Sifat Mekanis Lignin 26,3%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 20,3%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 0,7%
dengan berat jenis basah (b) 0,52 pada kadar Silika 0,1%
air 100%, dan berat jenis kering udara (k) 0,64 Kelarutan
pada kadar air 13%. Alkohol-benzena 2,7%
Air dingin 5,3%
Keteguhan lentur statis Air panas 7,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) NaOH 1% 9,4%
(b) 263 Nilai kalor 4.362 kal/g
(k) 327
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Keawetan
(b) 419
Kayu ini masuk ke dalam kelas awet IV (Oey,
(k) 617
1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2)
(Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas III ,
(b) 64,2
dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 76,2
curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 15
spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas V,
(k) 21
Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Tangensial (b) 24
Schizophyllum commune kelas IV.
(k) 21
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat
kayu di laut termasuk kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 231
Keterawetan
(k) 348
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Masuk kelas I (mudah)
(b) 90
(k) 145 Pengeringan
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan alami
Ujung (b) 384 Kayu cepat mengering (24 hari) dari kadar air
(k) 531 60% hingga kadar air kering udara (13%)
Sisi (b) 327 dengan mutu sedang.
(k) 358
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Radial (b) 61 sional
(k) 105 Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 55 -
Tangensial (b) 65 80°C dan Rh 83 - 30%.
(k) 100
Keteguhan belah (kg/cm) Venir dan kayu lapis
Radial (b) 45 Venir
(k) 40 Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Tangensial (b) 50 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
(k) 44 kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 115


Kayu Lapis Silvikultur
Perekatan venir kayu ini dengan urea Tempat tumbuh
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Tumbuh secara alami di dataran rendah
tahan air yang memenuhi syarat Standar disepanjang tepi sungai dan rawa, sampai
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, perbukitan pada ketinggian 1.100 m.dpl., serta
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan dijumpai di hutan sekunder bekas penebangan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. atau kebakaran. Tanah yang disukai aluvial
dengan curah hujan antara 800-3.800 mm/
Pemesinan tahun.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Permudaan
%
Penyerutan 89 Sangat baik (I) Permudaan alami tersebar di hutan terutama
Pembentukan 89 Sangat baik (I) pada areal terbuka. Perbanyakan dilakukan
Pembubutan 78 Baik (II) dengan biji. Biji dikecambahkan dengan media
tanah halus dalam bak kecambah yang
Pemboran 90 Sangat baik (I)
Pengampelasan 90 Sangat baik (I) disimpan di tempat dengan naungan ringan.
Penyiraman yang teratur dapat mengecambah-
kan biji dalam waktu 15-59 hari.
Kegunaan Jenis ini merupakan tumbuhan pionir yang
Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan dapat digunakan untuk mencegah erosi dan
konstruksi dalam ruangan, papan lantai, sebagai pohon naungan untuk reklamasi lahan.
mebel, moulding, kotak pembungkus, patung
dan ukiran, daun pintu jendela, mainan anak, Buah
dan korek api. Selain itu, dapat digunakan Buah terletak di ketiak daun, di dalamnya
untuk venir dan kayu lapis. mengandung banyak biji.

Hama penyakit
Larva kumbang Alcidodes cinchonae dapat
menyerang pucuk atau tunas.

116 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Nauclea orientalis L.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 117


A B

C D

Nauclea orientalis L.
A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 100 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

118 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


24. Neolitsea triplinervia (Blume) Merr. - Lauraceae

Nama Botanis
Neolitsea triplinervia (Blume)Merr. - Lauraceae
Sinonim: Litsea triplinervia Blume

Nama Perdagangan
Medang

Nama Daerah
Huru kacang, huru minyak (Sunda), huru,
manjangan mangklar, (Jawa), mehau (Papua),
makila (Maluku)

Nama di Negara Lain


Kyese (Myanmar)

Daerah Persebaran
Srilangka, India, Indo China, China, Taiwan,
Thailand, Jepang, Jawa, Maluku dan Papua. a

Morfologi
Pohon sedang, tinggi 15-20 m.
Batang utama silindris, tegak, diameter 30-40
cm; permukaan pepagan berwarna abu-abu
hingga kehitaman, licin, dan berlentisel.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau
menyebar. Helaian lonjong hingga jorong,
berukuran 8-15 cm x 2,5-6 cm, mengertas, b
ujung meluncip, panjang ujung 1-2 cm, pangkal Neolitsea triplinervia (Blume) Merr. - Lauraceae
meluncip, tepi rata, permukaan bawah helaian a. Kayu (wood)
warna hijau pucat atau keputihan; pertulangan b. Kulit (bark)
sekunder menjari tiga. Ta ngkai silindris kecil,
panjang 1-2 cm. Ciri Anatomi
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak Lingkaran tumbuh agak jelas hingga jelas,
daun. ditandai oleh adanya susunan pembuluh yang
berukuran lebih kecil dan membentuk garis
Buah pada saat masak berwarna merah tua. memanjang.
Biji berukuran panjang 6-9 cm dan lebar 4-6
mm, dengan endocarp tipis. Biji berkulit dengan Pembuluh baur hingga semi tata lingkar; biasa
embrio yang besar, tanpa endosperma dan dijumpai bergabung radial sampai dengan 4
bersifat dorman. sel. Bentuk soliter bersudut. Diameter sekitar
50-100 mikron. Frekuensi 5-20 buah/mm2.
Ciri Umum Bidang perforasi sederhana dan bentuk tangga
hingga lebih dari 20 palang, ceruk antar
Warna kayu teras berwarna kuning keputihan,
pembuluh selang-seling, ukuran sedang (7-10
sukar dipisahkan secara jelas dari kayu mikron). Ceruk antar pembuluh dan jari-jari ada
gubalnya. 3 ciri, dengan halaman jelas, serupa dalam
Corak polos. ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
Tekstur agak halus. pembuluh; dengan halaman sempit sampai
Arah serat lurus sampai berpadu. sederhana, ceruk bulat atau bersudut, serta
ceruk horisontal atau vertikal.
Kilap agak mengkilap.
Kesan raba agak kesat. Parenkim paratrakea jarang dan vaskisentrik,
serta apotrakea tersebar dalam kelompok.
Kekerasan agak lunak Panjang 3-4 sel per untai.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 119


Jari-jari 1-3 seri. Susunan jari-jari terdiri dari sel Tangensial (b) 15
baring dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel (k) 24
bujur sangkar marjinal. Frekuensi 4-12 Kekerasan (JANKA), kg/cm2
buah/mm. Ujung (b) 273
(k) 311
Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat sederhana
Sisi (b) 147
sampai berhalaman sangat kecil, ditemui pada
(k) 208
dinding radial dan tangensial. Panjang serat
Keteguhan geser (kg/cm2)
1.566 ± 98 mikron, diameter 35,6 ± 1,9 mikron,
Radial (b) 57
lebar lumen 30,3 ± 1,6 mikron, dan tebal
(k) 54
dinding 2,7 ± 0,1 mikron. Kualitas serat untuk
Tangensial (b) 57
bahan baku pulp dan kertas: Kelas I.
(k) 57
Inklusi mineral tidak dijumpai. Keteguhan belah (kg/cm)
Ciri lain sel minyak dan sel lendir (muscilage) Radial (b) 31
bergabung dengan jari-jari dan parenkim aksial. (k) 40
Terdapat varian kambial dalam bentuk kulit Tangensial (b) 32
tersisip konsentrik. (k) 38

Sifat Fisis Sifat Kimia


Berat jenis 0,56 dan kelas kuat II - III (Oey, Kadar
1990) Holoselulosa 78,1%
Penyusutan (%): Lignin 23,1%
Penyusutan dari basah sampai kering udara Pentosan 15,2%
2,7 (R) ; 5,6 (T) Abu 0,8%
Penyusutan dari basah sampai kering oven Silika 0,6%
4,1 (R) ; 8,5 (T) Kelarutan
Alkohol-benzena 3,0%
Sifat Mekanis Air dingin 3,7%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Air panas 5,4%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu NaOH 1% 17,4%
dengan berat jenis basah (b) 0,40 pada kadar Nilai kalor 4.459 kal/g
air 79% dan berat jenis kering udara (k) 0,49
pada kadar air 13% Keawetan
Kayu ini masuk kelas awet III/IV (Oey, 1990).
Keteguhan lentur statis Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,
(b) 258 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 347 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(b) 409 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 536 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Schizophyllum commune kelas IV.
(b) 66,7 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 75,0 kayu di laut termasuk kelas IV.
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
Radial (b) 14 Keterawetan
(k) 16
Masuk kelas I (mudah)
Tangensial (b) 15
(k) 16 Pengeringan
Pengeringan alami
Keteguhan tekan sejajar serat
Kayu cepat mengering (29 hari) dari kadar air
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(b) 237
(13%) dengan mutu sedang.
(k) 307
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering
(b) 53 konvensional
(k) 59 Belum ada data.
Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Radial (b) 17
(k) 17

120 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Venir dan Kayu Lapis kayu lapis. Kayu ini mempunyai bau yang khas
sehingga dapat digunakan sebagai barang
Venir
kerajinan yang menarik.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.
Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh di dataran tinggi dan
Perekatan venir kayu ini dengan urea hutan pegunungan pada ketinggian antara
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis 1.200-1.700 m.dpl.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.
Jerman (DIN) No. 68705-1983. Secara alami, biji disebarkan oleh burung.
Untuk perbanyakan tanaman, buah yang sudah
Pemesinan masak direndam dalam air sambil diremas-
Bebas cacat remas sehingga biji terpisah dari kulitnya. Biji
Sifat pemesinan Kelas yang bersih dan tenggelam dipisahkan dari
%
kotoran dan dikeringanginkan diatas kertas.
Penyerutan 72 Baik (II) Benih mampu berkecambah dalam waktu 30–
Pembentukan 69 Baik (II) 170 hari.
Pembubutan 67 Baik (II)
Pemboran 46 Sedang (III) Buah
Pengampelasan 81 Sangat baik (I)
Di Jawa musim berbuah jenis kayu ini terjadi
pada bulan Maret-Oktober. Stratifikasi suhu
Kegunaan rendah (4°C) dapat mempercepat laju
Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan perkecambahan, tetapi persentase kecambah
konstruksi ringan, bangunan kapal, venir dan tidak meningkat hingga minggu ke-20.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 121


Daun, bunga dan buah Neolitsea triplinervia (Blume) Merr.

122 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Neolitsea triplinervia (Blume) Merr.


A. Penampang lintang
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 123


25. Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb. - Bombacaceae
Nama Botanis
Ochroma pyramidale (Cav. Ex Lam.) Urb. -
Bombacaceaae
Sinonim: Ochroma bicolor Rowlee, Ochroma
lagopus Sw.

Nama Perdagangan
Balsa

Nama Daerah
Balsa

Nama di Negara Lain


Balsa

Daerah Persebaran
Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko
hingga Bolivia, ditanam di Malaysia, Indonesia, a
Filipina,dan Papua New Guinea.

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 30-50 m.
Batang silindris, tegak, kadang berbanir,
berdamar kuning, diameter 100 (-180) cm,
berbanir pendek. Pepagan berwarna abu-abu
dengan bercak putih, permukaan licin.
Daun tunggal, kedudukan tersebar atau spiral,
bentuk helaian bulat dengan pertulangan b
menjari, tepi bercangap, berukuran 15-30 cm x Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb. -
15-20 cm, permukaan bawah berwarna Bombacaceae
keputihan. Tangkai silindris panjang 10-20 cm. a. Kayu (wood)
Daun penumpu bentuk bulat telur, ujung b. Kulit (bark)
meluncip.
Bunga tunggal, bentuk tabung, tumbuh di ketiak Ciri Anatomi
daun, berwarna putih.
Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Buah bentuk kapsul persegi memanjang atau
polong dengan panjang 30 cm, bergaris, kering Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
merekah menjadi 5 bagian. Biji kecil, bentuk Diameter 100-200 µm, frekuensi 5 buah/mm2
melonjong, diselaputi rambut seperti kapas. atau kurang.Ceruk antar pembuluh selang
seling dengan bentuk ceruk bersegi banyak,
Ciri Umum berukuran kecil >4-7 mikron. Percerukan
pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Warna kayu teras putih kecokelatan, tidak jelas jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
perbedaannya dengan bagian gubalnya ceruk antar pembuluh, serta dengan halaman
Corak polos, terkadang ditemui lingkaran yang sempit sampai sederhana, ceruk bulat
tumbuh berwarna kecokelatan pada bidang atau bersudut.
longitudinal
Tekstur kasar Parenkim apotrakea tersebar, dan paratrakea
jarang. Panjang 3-4 sel per untai sampai
Arah serat lurus sampai berpadu delapan sel peruntai.
Kilap permukaan kayu kusam
Jari-jari 1-3 seri, dan jari-jari yang lebar
Kesan raba kesat umumnya >4-10 seri. Komposisi jari-jari dengan
Kekerasan agak keras 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar
marjinal. Sel seludang dijumpai.

124 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Keteguhan tarik sejajar arah serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 122
(k) 110
Sifat Fisis Tangensial (b) 160
Berat Jenis (0,16-,20) dan kelas kuat V (Oey, (k) 131
1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 4
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 6
0,9 (R) ; 4,0 (T) Tangensial (b) 6
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 6
1,8 (R) ; 5,8 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 48,5%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 30,8%
dengan berat jenis basah (b) 0,18 pada Pentosan 16,3%
kadarair 159%, dan berat jenis kering udara (k) Abu 0,8%
0,21 pada kadar air 11%. Silika 0,1%
Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 3,8%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air dingin 1,3%
(b) 59 Air panas 6,0%
(k) 86 NaOH 1% 22,9%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 3.980 kal/g
(b) 71
(k) 83 Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 12.5 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 18.6 (Cryptoter mes cynocephalus Light.) kelas V
Keteguhan pukul (kgm/dm3) dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Radial (b) 6 curvignathus Holmgren) kelas V.
(k) 6 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 7 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 6 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat Ketahanan terhadap organisme perusak
Tegangan maksimum (kg/cm 2) kayu di laut termasuk kelas IV.
(b) 28
(k) 81
Keterawetan
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
(b) 9 Masuk kelas I (mudah diawetkan)
(k) 10
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 71 Pengeringan alami
(k) 71 Belum ada data
Sisi (b) 30
Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 38
sional
Keteguhan geser (kg/cm2)
Belum ada data
Radial (b) 14
(k) 9
Tangensial (b) 18 Venir dan kayu lapis
(k) 19 Venir
Keteguhan belah (kg/cm) Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
Radial (b) 8 tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
(k) 18 kupas 90° untuk tebal 1,5 mm.
Tangensial (b) 10 Kayu Lapis
(k) 11 Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 125


Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Jenis ini merupakan tanaman pionir. Dapat
Jerman (DIN) No. 68705-1983. tumbuh secara alami pada lahan terbuka di
hutan sekunder dan lahan yang diberakan.
Pemesinan Pertumbuhannya sangat cepat. Pada umur 10–
Bebas cacat 15 tahun setelah di tanam tinggi pohon dapat
Sifat pemesinan Kelas mencapai tinggi 30 m.
%
Perbanyakan dengan cabutan atau dari biji
Penyerutan 40 Sedang (III) yang dikecambahkan pada media tanah.
Pembentukan 58 Sedang (III) Kecambah dipindahkan ke kantong plastik dan
Pembubutan 51 Sedang (III) dipelihara di persemaian. Pada awal pertum-
Pemboran 33 Jelek (IV) buhan bibit diperlukan naungan 60-70% dan
Pengampelasan 61 Baik (II) dipelihara selama 4 bulan sebelum ditanam di
lapangan.
Kegunaan Ditanam dengan jarak tanam rapat. Jarak
Kayu ini dapat digunakan untuk pelampung, tanam yang direkomendasikan adalah 4-5 x 5
jaket penyelamat, papan selancar, pesawat m. Pada tumpangsari jarak tanam yang
udara, pesawat model, mainan anak, pola, digunakan 2x3 m. Pemanenan dapat dilakukan
papan tempel serangga, core produk papan setelah umur 6-8 tahun.
rekonstruksi, peralatan kedokteran, pem-
bungkus barang yang mudah pecah dan papan Buah
insulasi panas. Untuk kayu yang memiliki berat Mulai berbunga pada umur 3–4 tahun dan
jenis lebih tinggi dapat digunakan untuk batang dapat berbunga sepanjang tahun. Penyer-
korek api, tusuk gigi dan pulp untuk bahan bukannya dibantu oleh kelelawar. Buah dan biji
kertas. disebarkan oleh angin. Dalam 100 g biji kering
terdapat 15.000-17.000 butir.
Silvikultur
Hama penyakit
Tempat tumbuh
Bibit dapat terserang jamur yang menyebabkan
Tumbuh baik pada ketinggian 0-1.000 m.dpl. penyakit lodoh (rebah kecambah). Ini dapat di
dan optimal pada ketinggian 800 m.dpl. Jenis atasi dengan menambahkan fungisida ke media
ini menyukai tanah subur, berdrainase baik, sapih atau media tanam. Bibit di persemaian
tidak tergenang air, pH netral sampai agak diserang oleh bekicot dan biasanya di atasi
masam, bersolum dalam serta lembab. Untuk secara mekanis.
pertumbuhan yang baik diperlukan curah hujan
tahunan 1.500-3.000 mm dan suhu udara 25 -
29°C.

126 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 127


200 µm

A B

C D

Ochroma pyramidale (Cav. ex Lam.) Urb.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

128 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


26. Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae

Nama Botanis
Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae
Sinonim: Planchonella nitida (Blume) Dubard,
Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f, Xantolis
nitida (Blume) Baehni

Nama Perdagangan
Nyatoh

Nama Daerah
Karet anjing (Sunda), nyato (Jawa), sambiring
(Sulawesi)

Nama di Negara Lain


Duklitan, malayhot, bongalong (Filipina)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Papua, a
Sulawesi dan Filipina

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi 35 m.
Batang silindris, bengkok, diameter sampai 95
cm, berbanir sampai tinggi 1 m. Permukaan
pepagan warna cokelat, kasar dan beralur.
Ranting silindris, dengan bagian ujung hampir
persegi. Kuncup daun berbulu tipis kekuningan.
Daun tunggal, kedudukan tersebar, menge-
lompok pada ujung ranting, bentuk jorong b
hingga bundar telur atau bundar telur
Pouteria duclitan (Blanco) Baehni - Sapotaceae
sungsang, ukuran 10-28 cm x 5-14 cm. Helaian
a. Kayu (wood)
tebal, permukaan bawah berbulu tipis, ujung
b. Kulit (bark)
lancip, pertulangan menyirip sempurna.
Tangkai silindris langsing, panjang 2,5-5,5 cm.
Bunga hijau keputihan, kecil, dalam kelompok, Ciri Anatomi
tangkai 2-9 mm. Lingkar tumbuh kurang jelas, apabila ada,
Buah bulat telur, panjang 1,2-3,5 cm, gundul, ditandai oleh adanya parenkim pita marjinal dan
buah masak merah kehitaman. Biji berwarna ketebalan dinding serat yang berbeda di sekitar
cokelat mengkilat, kulit biji tebal dan keras lingkaran tumbuhnya.
terutama saat kering.
Pembuluh baur, umumnya bergabung radial 2-6
Ciri Umum
Warna kayu teras kekuning-kuningan, samar- bentuk bulat sampai lonjong, bidang perforasi
samar perbedaannya dengan bagian kayu sederhana. Ceruk antar pembuluh bulat sampai
gubal yang berwarna lebih muda poligonal, seling-seling, ukuran 8 ± 0,2 mikron.
Corak polos. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan
Tekstur agak halus. halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
horizontal sampai vertikal, lebih besar dari
Arah serat lurus. ceruk antar pembuluh. Tilosis dan endapan
Kilap permukaan kayu mengkilap. tidak dijumpai.
Kesan raba licin.
Parenkim apotrakea tersebar, tersebar dalam
Kekerasan keras. kelompok, seakan membentuk garis-garis yang

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 129


bergelombang seperti jala. Panjang 3-8 sel per Keteguhan geser (kg/cm2)
untai. Radial (b) 52
(k) 107
Jari-jari heteroseluler, biseriate, lebar 2-3 sel;
Tangensial (b) 58
tinggi sampai 717 mikron, dengan rata-rata
(k) 122
420±50 mikron; frekuensi 6±0,4 jari-jari per mm.
Keteguhan belah (kg/cm)
Serat sebagian bersekat. Ceruk antar serat Radial (b) 19
sederhana. Panjang 1.509 ± 171 mikron, (k) 26
diameter 23,9 ± 2,6 mikron, lumen 16,5 ± 1,9 Tangensial (b) 25
mikron, tebal dinding serat 3,7 ± 0,6 mikron. (k) 35
Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan
kertas: Kelas III. Keteguhan tarik sejajar arah serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Saluran interselular tidak dijumpai. Radial (b) 276
Inklusi material kristal dijumpai 4-10 dalam (k) 710
parenkim aksial berbilik.
Tangensial (b) 288
(k) 822
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis menurut Oey (1990): Radial (b) 19
- (k) 14
Penyusutan (%) : Tangensial (b) 30
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 27
2,5 (R) ; 5,1 (T)
Penyusutan dari basah sampai kering oven Sifat kimia
4,4 (R) ; 8,1 (T)
Kadar
Holoselulosa 75,8%
Sifat Mekanis Lignin 25,2%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Pentosan 17,8%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Abu 1,4%
dengan berat jenis basah (b) 0,59 pada kadar Silika 0,2%
air 49% dan berat jenis kering udara (k) 0,71 Kelarutan
pada kadar air 11% Alkohol-benzena 5,1%
Keteguhan lentur statis Air dingin 4,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air panas 4,5%
(b) 498 NaOH 1% 19,0%
(k) 526 Nilai kalor 4.143 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2 )
(b) 398 Keawetan
(k) 893 Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas
(b) 80,5 II (Oey, 1990), dan terhadap rayap tanah
(k) 85,5 (Coptotermes curvignathus Holmgren) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 35 spathularia kelas III, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 22 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Tangensial (b) 30 Schizophyllum commune kelas III.
(k) 19
Ketahanan terhadap organisme perusak
Keteguhan tekan sejajar serat kayu di laut termasuk kelas III.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 387 Keterawetan
(k) 411 Masuk kelas I (mudah)
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2)
(b) 127 Pengeringan
(k) 152
Pengeringan alami
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Kayu cepat mengering (29 hari) dari kadar air
Ujung (b) 562
50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 512
(13%) dengan mutu sedang.
Sisi (b) 301
(k) 444

130 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Pengeringan dalam dapur pengering konven- Kegunaan
sional Kayunya cocok digunakan untuk ukiran, alat
Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- musik, pigura, kabinet, perkakas dalam rumah,
gunakan suhu 50-75°C dan Rh 81-28%. batang pensil dan korek api. Dapat dipakai
sebagai kayu bahan mebel karena kayunya
Venir dan Kayu Lapis berwarna terang.
Venir
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik Silvikultur
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut
Tempat tumbuh
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm.
Jenis ini tumbuh di dataran rendah sampai
Kayu Lapis sedang, dan banyak dijumpai di hutan sekunder
Perekatan venir kayu ini dengan urea dengan tanah berkapur, pada curah hujan
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis 1.000-3.000 mm/tahun.
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Permudaan
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Permudaan jenis ini dapat dilakukan melalui biji
Jerman (DIN) No. 68705-1983. atau stek. Jenis ini ditanam dengan jarak tanam
10 x 8 m. Setelah mencapai tinggi lebih dari 3
Pemesinan m, percabangan dapat dipangkas untuk
Bebas cacat memelihara bentuk kanopi.
Sifat pemesinan Kelas
%
Hama dan penyakit
Penyerutan 76 Baik (II) Pohon muda dapat diserang hama Amblipelta
Pembentukan 76 Baik (II) spp. dan Ceroplastes rubens.
Pembubutan 77 Baik (II)
Pemboran 76 Baik (II)
Pengampelasan 79 Baik (II)

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 131


Daun, bunga dan buah Pouteria duclitan (Blanco) Baehni

132 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm 200 µm

A B

200 µm 200 µm

C D

Pouteria duclitan (Blanco) Baehni


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 133


27. Semecarpus albicans Lauterb. - Anacardiaceae

Nama Botanis
Semecarpus albicans Lauterb.- Anacardiaceae
Sinonim: Heterophyllus glabercens Kurz.

Nama Perdagangan
Rengas

Nama Daerah
Rengas gunung

Nama di Negara Lain


-

Daerah Persebaran
Papua, Papua New Guinea

Morfologi
Pohon sedang, tinggi mencapai 22 m. a
Batang silindris, tegak, diameter batang 45 cm.
Permukaan pepagan warna kecokelatan,
beretak. Bila batang digores akan keluar getah
berwarna hitam.
Daun tunggal, kedudukan spiral, bentuk helaian
jorong-lonjong, berukuran 5-18 cm x 2-6,5 cm,
ujung tumpul kadang runcing, pangkal bentuk
pasak; uratdaun sekunder 5-10 pasang.
Panjang tangkai 1-3 cm.
Perbungaan malai, dekat ujung ranting atau b
pada ketiak daun, panjang 4-11 cm.
Semecarpus albicans Lauterb. - Anacardiaceae
Buah berbentuk oblong, panjang 2,5-3,8 cm. a. Kayu (wood)
Buah memiliki eksocarp dan mesocarp b. Kulit (bark)
berdaging dengan biji yang memiliki mantel
(testa).
Ciri Anatomi
Ciri Umum Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Warna kayu teras cokelat muda keabu-abuan, Pembuluh baur, hampir seluruhnya soliter. Ada
dapat dibedakan dengan jelas dari kayu gubal gabungan pori sampai 5 sel. Bidang perforasi
yang berwarna cokelat muda agak kekuningan, sederhana. Diameter berkisar antara 100–200
pada bidang radial tampak warna keperakan, mikron, frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang.
lebar kayu gubal berkisar antara 2-3 cm. Ceruk antar pembuluh selang seling, bentuk
ceruk selang seling bersegi banyak dengan
Tekstur agak halus dan merata. ukuran besar (>10 mikron). Percerukan
Arah serat lurus sampai agak berpadu. pembuluh dan jari-jari ada dua ciri, dengan
Kilap kusam. halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk
Kesan raba agak kesat. bulat atau bersudut, dan dengan halaman yang
sempit sampai sederhana ceruk horisontal atau
Kekerasan agak keras. vertikal.
Corak polos.
Parenkim paratrakea aliform (lozenge) dan
konfluen. Panjang 2 sel dan 3-4 sel per untai.
Jari-jari lebar 1-3 sel. Komposisi jari-jari dengan
1 hingga 2–4 jalur sel tegak atau sel bujur
sangkar marjinal, frekuensi >4-2 permm.

134 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat tanpa sekat. Ceruk antar serat sederhana Keteguhan belah (kg/cm)
sampai berhalaman sangat kecil. Panjang Radial (b) 25
1.656,6 ± 137,2 mikron, diameter 43,3 ± 4,2 (k) 31
mikron, lumen 38,4 ± 4,0 mikron, dinding serat Tangensial (b) 29
tipis sampai tebal, 2,5 ± 0,3 mikron. Kualitas (k) 34
serat untuk bahan baku pulp dan kertas:Kelas I.
Keteguhan tarik sejajar arah serat
Inklusi material dijumpai dalam parenkim aksial
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
tak berbilik serta berderet radial dalam
Radial (b) 322
selbaring.
(k) 473
Tangensial (b) 319
Sifat Fisis (k) 456
Berat Jenis 0,45 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) : Radial (b) 22
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 25
2,3 (R) ; 5,5 (T) Tangensial (b) 22
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 25
4,1 (R) ; 8,6 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis
Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 75,3%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 23,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,38 pada kadar Pentosan 15,3%
air 125%, dan berat jenis kering udara (k) 0,46 Abu 0,9%
pada kadar air 12%. Silika 0,1%
Keteguhan lentur statis Kelarutan
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Alkohol-benzena 0,7%
(b) 201 Air dingin 4,7%
(k) 315 Air panas 6,9%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) NaOH 1% 7,5%
(b) 319 Nilai kalor 4.240 kal/g
(k) 444
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Keawetan
(b) 46,7 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(k) 60,5 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kgm/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V ,
Radial (b) 12 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 12 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 11
(k) 12 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas V,
Keteguhan tekan sejajar serat Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Schizophyllum commune kelas IV.
(b) 158 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 284 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 49 Keterawetan
(k) 69
Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 264
(k) 315 Pengeringan
Sisi (b) 143 Pengeringan alami
(k) 208 Kayu cepat mengering (16 hari) dari kadar air
Keteguhan geser (kg/cm2) 60% hingga mencapai kadar air kering udara
Radial (b) 40 (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
(k) 75 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
Tangensial (b) 41 sional
(k) 74
Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 40 -
70°C dan Rh 83-23%.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 135


Venir dan Kayu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik bangunan sementara, moulding, kotak
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut pembungkus, pegangan sikat dan korek api.
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. Selain itu dapat digunakan untuk venir dan
kayu lapis.
Kayu Lapis
Perekatan venir kayu ini dengan urea
Silvikultur
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis
tahan air yang memenuhi syarat Standar Tempat tumbuh
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tumbuh menyebar di hutan sampai ketinggian
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan 2.000 m.dpl., tetapi jarang dijumpai di hutan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. sekunder. Dijumpai juga di hutan rawa gambut,
hutan jati, hutan monsoon, atau pada punggung
Pemesinan bukit tanah berkapur.
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Permudaan
%
Permudaan alam menyebar di lantai hutan. Biji
Penyerutan 87 Sangat baik (I) berkecambah hipogeal, kotiledon tetap, dan
Pembentukan 83 Sangat baik (I) hipokotil tidak memanjang. Benih bersifat
Pembubutan 76 Baik (II) rekalsistran, berkecambah dalam waktu 25 hari.
Pemboran 84 Sangat baik (I) Resinnya beracun yang dapat berakibat fatal.
Pengampelasan 83 Sangat baik (I)
Buah
Buah masak pada bulan Desember-Maret,
berwarna hitam mengkilap.

136 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun, bunga dan buah Semecarpus albicans Lauterb.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 137


A B

C D

Semecarpus albicans Lauterb.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

138 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


28. Sloanea sigun (Blume) K. Schumann - Elaeocarpaceae

Nama Botanis
Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -
Elaeocarpaceae.
Sinonim: Echinocarpus sigun Blume

Nama Perdagangan
Sloanea

Nama Daerah
Beleketebe, ki somang (Sunda), landakan
(Jawa), sibala kayu (Batak Karo, Sum

Nama di Negara Lain


Carabeen (Inggris), ko rian, ngoh pa, sati ton
(Thailand), sala (Filipina).

Daerah Persebaran
Assam (India), Thailand, Semenanjung Malaya, a
Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Morfologi
Pohon tinggi 30 m. Batang utama silindris,
tegak, diameter 40-60 cm. Permukaan pepagan
berwarna abu-abu hingga kehitaman, licin dan
berlentisel.
Daun tunggal, kedudukan spiral atau
menyebar. Helaian jorong atau bulat telur
terbalik, berukuran 12-14 cm x 5-6 cm,
mengertas, ujung meluncip, pangkal meluncip b
atau tumpul, tepi rata, pertulangan sekunder Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -
berjumlah 5-6 pasang. Tangkai silindris, tidak Elaeocarpaceae
berbulu, panjang 2-2,5 cm atau 5 cm. a. Kayu (wood)
Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak b. Kulit (bark)
daun.
Ciri Anatomi
Buah berbentuk kapsul, berduri, terbagi
menjadi 3-4 bagian, dengan aril dan biji berkulit Lingkaran tumbuh tidak jelas.
licin serta keras, aril berwarna merah atau Pembuluh baur; pengelompokan bergabung
orange. Dalam tiap kapsul terdapat 4-5 biji. radial 2-4. Diameter berkisar antara 50-100
mikron. Frekuensi 5–20 buah/mm2. Bidang
Ciri Umum perforasi sederhana; ceruk antar pembuluh
Warna kayu teras cokelat kekuningan berhadapan, ukuran kecil antara 4-7 mikron.
dipisahkan secara jelas dengan kayu gubal Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan
yang cokelat agak kemerahan. halaman yang jelas, ukuran dan bentuk serupa
dengan ceruk antar pembuluh serta ber-
Corak polos. halaman sempit, ceruk bulat, horisontal atau
Tekstur halus. vertikal.
Arah serat lurus. Parenkim aksial apotrakea tersebar dan pita
Kilap agak mengkilap. sempit ≤3 lapis sel.
Kesan raba licin. Jari-jari 1-6 seri. Komposisi sel baring dengan
Kekerasan agak keras. 1-4 jalur sel tegak atau sel bujursangkar
marjinal. Frekuensi 4-12 buah/mm. Tinggi lebih
dari 1 mm.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 139


Serat memiliki ceruk berhalaman yang jelas. Keteguhan belah (kg/cm)
Panjang 1.868 ± 71 mikron, diameter 32 ± 3 Radial (b) 32
mikron, lebar lumen 28 ± 3 mikron, dan dinding (k) 42
tipis sampai tebal dengan tebal 2,4 ± 0,3 Tangensial (b) 37
mikron. (k) 53
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam
Keteguhan tarik sejajar arah serat
sel tegak dan sel baring, namun lebih banyak
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
pada sel tegak.
Radial (b) 570
Ciri lain sel seludang ditemui. (k) 704
Tangensial (b) 510
Sifat Fisis (k) 623
Berat jenis 0,56 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Penyusutan (%) Radial (b) 15
Penyusutan dari basah sampai kering udara (k) 18
2,7 (R) ; 6,4 (T) Tangensial (b) 21
Penyusutan dari basah sampai kering oven (k) 31
4,3 (R) ; 9,5 (T)
Sifat Kimia
Sifat Mekanis Kadar
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Holoselulosa 79,00%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Lignin 27,66%
dengan berat jenis basah (b) 0,66 pada kadar Pentosan 15,02%
air 68%,dan berat jenis kering udara (k) 0,82 Abu 0,59%
pada kadar air 12%. Silika 0,55%
Kelarutan
Keteguhan lentur statis Alkohol-benzena 2,58%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air 2,95%
(b) 405 Air panas 4,33%
(k) 445 NaOH 1% 12,67%
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2) Nilai kalor 4.416 kal/g
(b) 584
(k) 796
Keawetan
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2)
(b) 99,7 Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(k) 120,5 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
Keteguhan pukul (kg/dm3) (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,
Radial (b) 29 dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
(k) 25 curvignathus Holmgren) kelas V.
Tangensial (b) 33 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
(k) 25 spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas III,
Pycnoporus sanguineus kelas V dan
Keteguhan tekan sejajar serat Schizophyllum commune kelas IV.
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
(b) 356 Ketahanan terhadap organisme perusak
(k) 675 kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)
(b) 119 Keterawetan
(k) 437 Masuk kelas I (mudah)
Kekerasan (JANKA), kg/cm2
Ujung (b) 416 Pengeringan
(k) 555 Pengeringan alami
Sisi (b) 381 Belum ada data
(k) 505
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering
Radial (b) 66 konvensional
(k) 53 Belum ada data
Tangensial (b) 73
(k) 57

140 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Venir dan Kayu Lapis Kegunaan
Venir Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik konstruksi yang tidak berhubungan dengan
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut tanah, papan lantai, mebel, moulding, kotak
kupas 91° untuk tebal 1,5 mm. pembungkus, pegangan sikat, mainan anak-
anak dan tangkai korek api. Kayu ini juga dapat
Kayu Lapis digunakan sebagai venir dan kayu lapis.
Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Silvikultur
tahan air yang memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Tempat tumbuh
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Secara alami tumbuh di hutan primer dan hutan
Jerman (DIN) No. 68705-1983. sekunder dataran tinggi, pada ketinggian 2.000-
2.800 m.dpl.
Pemesinan
Permudaan
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.
%
Biji berkecambah dengan cepat dan viabilitas
Penyerutan 74 Baik (II) singkat. Buah sebaiknya dipanen langsung dari
Pembentukan 85 Baik (II) pohon pada saat masak untuk menghindari
Pembubutan 78 Baik (II) serangan hama. Aril dan kapsul dimaserasi
Pemboran 72 Baik (II) serta dibersihkan sebelum dikecambahkan
Pengampelasan 83 Sangat baik (I) untuk meningkatkan perkecambahan. Tipe
perkecambahan epigeal, dengan kotiledon
tetap dan berdaging. Jenis ini belum
dikembangkan secara luas. Secara alami biji
kayu ini disebarkan oleh burung dan kelelawar.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 141


Daun dan buah Sloanea sigun (Blume) K. Schumann

142 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


A B

C D

Sloanea sigun (Blume) K. Schumann


A. Penampang lintang
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 143


29. Sterculia cordata Blume - Sterculiaceae

Nama Botanis
Sterculia cordata Blume-Sterculiaceae
Sinonim: Sterculia montana Merr., Sterculia
borneensis Ridl., Sterculia javanica R.Br.

Nama Perdagangan
Kelumpang

Nama Daerah
Gelumpang padang (Bangka), hantap heulang
(Sunda), kayu binong (Jawa), pimpin bulan
(Kalimantan Timur).

Nama di Negara Lain


Kalumpang, tuntun, pelajau (Malaysia), tapinag-
bundok (Filipina), letkok saw-byu (Myanmar),
samrong, samrang (Kamboja), pho-kanun,
samrong (Thailand), tr[oo]m (Vietnam), a
Daerah Persebaran
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, Papua

Morfologi

berbanir kuncup, tinggi 1 m. Permukaan


pepagan berwarna abu-abu kecokelatan, halus.
Ranting abu-abu kecokelatan, berbulu bintang.
Daun tunggal, kedudukan berselang-seling atau b
mengumpul pada ujung ranting, bentuk helaian Sterculia cordata Blume - Sterculiaceae
bulat telur atau bulat telur terbalik, jorong a. Kayu (wood)
hingga lonjong, berukuran 8-19(-30) cm x 7-9 b. Kulit (bark)
(-19) cm, permukaan bawah berbulu putih
kekuningan, ujung meluncip atau tumpul,
pangkal bulat atau bentuk jantung, pertulangan Ciri Anatomi
sekunder 8-12 pasang. Panjang tangkai
1,5-4(-9) cm berbulu bintang. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana.
Perbungaan malai, panjang 10-27 cm, pada
Diameter berkisar antara 100-200 mikron,
ketiak daun atau dekat ujung ranting, mahkota
frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang. Ceruk antar
berwarna merah muda pucat.
pembuluh berhadapan, berukuran sangat kecil
Buah bentuk kapsul, berukuran 83 mm, warna dan berumbai. Percerukan pembuluh dan jari-
merah kecokelatan, buah kering merekah jari ada dua ciri, dengan halaman yang jelas,
dengan 5-10 biji, aril warna cokelat kehitaman. serupa dalam ukuran dan ceruk antar
pembuluh, serta dengan halaman yang sempit
Ciri Umum sampai sederhana, ceruk horisontal atau
Warna kayu teras putih kecokelatan, sukar vertikal.
dibedakan dari kayu gubalnya. Parenkim paratrakea jarang dan apotrakea pita
Corak polos. sempit <3 lapis sel. Panjang 3-4 sel per untai.
Tekstur kasar.
Jari-jari dengan dua ukuran yang jelas. Jari-jari
Arah serat lurus sampai berpadu. yang sempit uniseriate, sedang jari-jari yang
Kilap permukaan kayu kusam. lebar umumnya >10 seri. Komposisi jari-jari
Kesan raba kesat. dengan 1 hingga 4 jalur sel tegak atau sel bujur
Kekerasan agak keras. sangkar marjinal.

144 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Serat bersekat dijumpai. Ceruk antar serat Tangensial (b) 32
dengan ceruk sederhana sampai berhalaman (k) 31
sangat kecil. Panjang serat 1.903 ± 296 mikron, Keteguhan belah (kg/cm)
diameter 30,0 ± 3,3 mikron, lebar lumen 22,7 ± Radial (b) 17
4,2 mikron, dinding serat tipis sampai tebal 3,7 (k) 15
± 0,8 mikron. Kualitas serat untuk bahan baku Tangensial (b) 22
pulp dan kertas: Kelas I. (k) 23
Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam
Keteguhan tarik sejajar arah serat
parenkim aksial tak berbilik serta berderet radial
Tegangan maksimum (kg/cm 2)
dalam sel baring.
Radial (b) 211
Ciri lain terdapat susunan bertingkat dari (k) 266
parenkim atau unsur serat. Ada sel seludang. Tangensial (b) 202
(k) 336
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat jenis 0,40 dan kelas kuat III-I (Oey, 1990) Radial (b) 7
Penyusutan (%) (k) 8
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 12
1,0 (R) ; 2,9 (T) (k) 11
Penyusutan dari basah sampai kering oven
2,5 (R) ; 5,5 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis Holoselulosa 80,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 21,9%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 18,2%
dengan berat jenis basah (b) 0,27 pada kadar Abu 1,7%
air 178%, dan berat jenis kering udara (k) 0,32 Silika 0,7%
pada kadar air 12%. Kelarutan
Alkohol-benzena 3,5%
Keteguhan lentur statis Air dingin 4,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air panas 7,0%
(b) 75 NaOH 1% 19,4%
(k) 170 Nilai kalor 4.341 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 203 Keawetan
(k) 268
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini dimasukkan ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 37,4 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 43,1 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V,
dan terhadap rayap tanah (Coptotermes
Keteguhan pukul (kgm/dm3)
curvignathus Holmgren) kelas V.
Radial (b) 14
(k) 15 Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Tangensial (b) 14 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas IV,
(k) 16 Pycnoporus sanguineus kelas IV dan
Schizophyllum commune kelas IV.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Ketahanan terhadap organisme perusak
(b) 135 kayu di laut termasuk kelas V.
(k) 155
Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2) Keterawetan
(b) 27 Masuk kelas I (mudah)
(k) 30
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Pengeringan
Ujung (b) 160 Pengeringan alami
(k) 160 Kayu cepat mengering (7 hari) dari kadar air
Sisi (b) 85 50% hingga mencapai kadar air kering udara
(k) 110 (15%) dengan mutu agak baik sampai baik.
Keteguhan geser (kg/cm2) Pengeringan dalam dapur pengering konve-
Radial (b) 28 sional
(k) 28

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 145


Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu 50- Kegunaan
70°C dan Rh 80-23%. Kayu ini digunakan untuk konstruksi ringan di
bawah atap, peti pengepak, venir dan kayu
Venir dan Kayu Lapis lapis, cetakan beton, hak sepatu, dan perahu.
Venir Kayu ini baik juga untuk dibuat pulp dan kertas.
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut Silvikultur
kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm. Tempat tumbuh
Kayu Lapis Secara alami tumbuh di hutan hujan dataran
Perekatan venir kayu ini dengan urea rendah sampai ketinggain 700 m.dpl. Umumnya
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis dijumpai di sepanjang sempadan sungai dan
tahan air yang memenuhi syarat Standar perbukitan pada tanah berpasir dan tanah liat.
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Di hutan sekunder, merupakan salah satu jenis
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan pohon yang tersisa (tidak ditebang).
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Permudaan
Pemesinan Permudaan alami dapat dijumpai di hutan
primer dan sekunder. Perbanyakan dilakukan
Bebas cacat dengan biji.
Sifat pemesinan Kelas
%
Penyerutan 79 Baik (II)
Pembentukan 69 Baik (II)
Pembubutan 57 Sedang (III)
Pemboran 76 Baik (II)
Pengampelasan 82 Sangat baik (I)

146 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Daun dan buah Sterculia cordata Blume

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 147


A B

C D

Sterculia cordata Blume


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

148 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


30. Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae

Nama Botanis
Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae.
Sinonim: Turpinia latifolia Wallich exRidley,
Turpinia laxiflora Ridley, Turpinia pomifera
auct.non (Roxb.) DC., Turpinia sambucifolia
Elmer

Nama Perdagangan
-

Nama Daerah
Ki bancet, bancet (Sunda), langkiang etem
bangkong (Simeulue), bangkongan(Jawa)

Nama di Negara Lain


Geretak, maba, tapong-tapong (Malaysia), laloi
(Filipina)

Daerah Persebaran
Jawa, Sumatera, Malaysia

Morfologi
Pohon sedang sampai besar, tinggi mencapai
30 m.
Batang silindris, tegak, diameter batang
mencapai 70 cm. Permukaan pepagan warna
a
cokelat keputihan dan kasar.
Daun majemuk, kedudukan berhadapan,
bentuk helaian anak daun bulat telur atau bulat
telur terbalik sampai lanset, ujung daun runcing,
pangkal membulat, pinggir bergerigi; urat
berbulu.
Bunga tersusun malai, warna putih-kuning
ungu.
Buah berbentuk bulat lonjong, berwarna ungu
dengan dengan 3 lobus, diameter 14 mm,
berwarna ungu, biji angular dengan b
endosperma. Turpinia sphaerocarpa Hassk. - Staphyleaceae
a. Kayu (wood)
Ciri Umum b. Kulit (bark)
Warna kayu teras kuning pucat tidak jelas
perbedaannya dengan kayu gubal. Ciri Anatomi
Corak polos. Lingkar tumbuh jelas, ditandai oleh adanya
Teksturagak halus. jaringan serat yang padat dan frekuensi
pembuluh jarang.
Arah seratlurus.
Kilapmengkilap. Pembuluh baur, soliter, kadang dijumpai
bergabung radial dan diagonal, diameter
Kesan raba licin. sedang ukuran 122,2±6,9 mikron frekuensi
Kekerasan agak keras. agak banyak 15±0,6 per mm2 bentuk bulat
sampai lonjong bidang perforasi bentuk tangga.
Ceruk antar pembuluh dan jari-jari bersusun
seperti tangga, ukuran 9,9±0,5 mikron, tilosis
dan endapan tidak dijumpai.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 149


Parenkim apotrakea baur dan paratrakea Keteguhan geser (kg/cm2)
jarang. Radial (b) 55
(k) 81
Jari-jari ada 2 macam ukuran, jari-jari besar
Tangensial (b) 53
heteroseluler biseriate 3-6 sel tinggi sampai
(k) 82
2.219 mikron, dengan rata-rata 1.447,9±121,9
Keteguhan belah (kg/cm)
mikron, jari-jari kecil uniseriate frekuensi 8±0,4
Radial (b) 29
per mm.
(k) 29
Serat tanpa sekat,panjang 3.074,5 ± 34,2 Tangensial (b) 30
mikron, diameter 47,1 ± 0,6 mikron, lumen 36,3 (k) 29
± 0,0 mikron, tebal dinding 5,4 ± 6,6
Mikron. Kualitas serat untuk bahan baku pulp Keteguhan tarik sejajar arah serat
dan kertas: Kelas II. Tegangan maksimum (kg/cm 2)
Radial (b) 402
Saluran interseluler tidak dijumpai. (k) 625
Inklusi material tidak dijumpai. Tangensial (b) 457
(k) 638
Sifat Fisis Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)
Berat Jenis 0,45 dan kelas kuat III (Oey, 1990) Radial (b) 16
Penyusutan (%) : (k) 17
Penyusutan dari basah sampai kering udara Tangensial (b) 15
2,6 (R) ; 4,3 (T) (k) 19
Penyusutan dari basah sampai kering oven
4,3 (R) ; 7,9 (T) Sifat Kimia
Kadar
Sifat Mekanis Holoselulosa 75,6%
Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh Lignin 29,9%
berdasarkan pengukuran pada contoh kayu Pentosan 14,1%
dengan berat jenis basah (b) 0,50 pada kadar Abu 0,9%
air 99%, dan berat jenis kering udara (k) 0,42 Silika 0,1%
pada kadar air 13%. Kelarutan
Alkohol-benzena 2,2%
Keteguhan lentur statis Air dingin 3,2%
Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2) Air 4,5%
(b) 321 NaOH 1% 16,8%
(k) 391 Nilai kalor 4.560 kal/g
Tegangan pada batas patah (kg/cm 2)
(b) 486 Keawetan
(k) 616
Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey,
(b) 62,0 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering
(k) 72,3 (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas V.
Keteguhan pukul (kgm/dm3) Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax
Radial (b) 28 spathularia kelas II, Polyporus sp. kelas II,
(k) 24 Pycnoporus sanguineus kelas III dan
Tangensial (b) 26 Schizophyllum commune kelas II.
(k) 25 Ketahanan terhadap organisme perusak
kayu di laut termasuk kelas V.
Keteguhan tekan sejajar serat
Tegangan maksimum (kg/cm 2) Keterawetan
(b) 259 Masuk kelas I (mudah)
(k) 616
Keteguhan tekan tegak lurus serat (kg/cm2) Pengeringan
(b) 87 Pengeringan alami
(k) 86 Kayu agak cepat mengering (40 hari) dari kadar
Kekerasan (JANKA), kg/cm2 air 65% hingga mencapai kadar air kering
Ujung (b) 314 udara (13%) dengan mutu sedang sampai baik.
(k) 325
Sisi (b) 222 Pengeringan dalam dapur pengering konven-
(k) 230 sional

150 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


Kayu disarankan dikeringkan dengan meng- Kegunaan
gunakan suhu 50-80°C dan Rh 77-28%. Kayunya dapat digunakan untuk mebel dan
moulding, perkakas rumah, kotak buah dan peti
Venir dan Kayu Lapis pembungkus. Di Filipina digunakan untuk
Venir kere/tirai, jendela (venetian blinds) , supit dan
Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik sendok es krim. Dilihat dari kualitas seratnya
tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut dapat digunakan sebagai bahan baku pulp dan
kupas 90° untuk tebal 1,5 mm. kertas.

Kayu Lapis Silvikultur


Perekatan venir kayu ini dengan urea
formaldehida cair menghasilkan kayu lapis Tempat tumbuh
tahan air yang memenuhi syarat Standar Tumbuh alami di hutan primer dan sekunder,
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, mulai dataran rendah sampai pegunungan,
Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan pada ketinggian 2.800 m.dpl.
Jerman (DIN) No. 68705-1983.
Permudaan
Pemesinan Permudaan alam banyak ditemukan di lantai
hutan. Perbanyakan jenis dilakukan dengan biji
Bebas cacat
Sifat pemesinan Kelas atau cabutan. Di Jawa, ditanam dalam kegiatan
%
reboisasi dan hutan rakyat.
Penyerutan 69 Baik (II)
Pembentukan 66 Baik (II) Buah
Pembubutan 82 Sangat baik (I) Di Jawa berbunga sepanjang tahun, sedangkan
Pemboran 56 Sedang (III) di Kalimantan, berbunga hanya pada bulan
Pengampelasan 73 Baik (II) November-Mei. Buah muda muncul pada bulan
Desember - Februari. Penyerbukannya dibantu
oleh lebah. Buah masak dalam waktu 5 bulan.
Dalam 1 kg biji kering terdapat 29.000 biji.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 151


Daun, bunga dan buah Turpinia sphaerocarpa Hassk.

152 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


200 µm

A B

C D

Turpinia sphaerocarpa Hassk.


A. Penampang lintang, skala 200 mikron
B. Penampang lintang, skala 200 mikron
C. Penampang radial, skala 200 mikron
D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 153


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim, S. 2003. Aplikasi teknologi pemanfaatan karya ilmiah keperluan domestik. Prosiding
Seminar Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. pp. 103-112.

Abdurrohim, S. Dan D.A. Sudika. 2004. Keterawetan 41 jenis kayu terhadap bahan pengawet CCD.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 22(3): 167-174. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Hasil Hutan Bogor.

Anonim, 1952. Nama-nama kesatuan untuk jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia.
Pengumuman istimewa Balai Penyelidikan Kehutanan No. 6. Bogor.

Basri, E. 2005. Bagan pengeringan dasar 16 jenis kayu Indonesia. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol.
23 (1): 23 –33. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Basri, E. dan S. Hidayat. 1993. Pengeringan alami dan buatan sepuluh jenis kayu Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 11(3): 122-127. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan, Bogor.

Basri, E., E. T. Choong, K. Sofyan and H. Roliadi. 1999. Durability classification of twenty five timber
species of Indonesia. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 12(2): 21-28. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Djarwanto. 2010. Ketahanan lima jenis kayu terhadap fungi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan
3(2): 51-55.

Djarwanto dan S. Suprapti. 2004. Pengujian ketahanan kayu terhadap jamur secara laboratoris.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi tanggal 11-12 Oktober 2004. Hal.:
15-22. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Hadjib, N. 2006. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2007. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2008. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal Andalan
Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2009. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2010. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

_________ 2011. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil Hutan. Bogor.

Iskandar, M.I. 2006. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2007. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2008. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

154 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


_________ 2009. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu
Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2010. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

_________ 2011. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan
Kayu Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil Hutan. Bogor.

Kartasujana, I. dan A. Martawidjaya. 1979. Kayu perdagangan Indonesia, sifat dan kegunaannya.
Terbitan ulang Pengumuman No. 3 dan No. 56. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Krisdianto. 2006. Anatomi dan kualitas serat lima jenis kayu kurang dikenal dari Lengkong, Sukabumi.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 24(3): 201-218. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.

Krisdianto. 2007. Anatomi dan kualitas serat enam jenis kayu kurang dikenal dari Cianjur Selatan,
Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25(3):183-202. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara and W.C. Wo ng. 1995 Plant resources of South East Asia. Vol
5( 3 ). Timber trees: Minor commercial timbers. Vol. 5(3) Bakhuys Publ. Leiden.

Mandang, Y.I dan Barly. 1996. Kemungkinan pemanfaatan jenis kayu Indonesia untuk pengganti
kayu pok. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 14(10) : 405 - 416. Pusat Penelitian Hasil Hutan dan
Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.

Malik, J. 2009. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2010. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

_________ 2011. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
Hutan. Bogor.

Muslich M. dan G. Sumarni. 2008. Kelas awet 25 jenis kayu andalan setempat Jawa Barat dan Jawa
Timur terhadap penggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(1): 70-80. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Muslich M. dan S. Rulliaty. 2011. Kelas awet 15 jenis kayu andalan setempat terhadap rayap kayu
kering, rayap tanah dan penggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(1): 67-77. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Oey, D.S. 1990. Berat jenis kayu kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan
praktek. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Pengumuman No.1 Bogor.

Pari, G. 2006. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2007. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2008. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 155


_________ 2009. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal
Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2010. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu
Potensial Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

_________ 2011. Sifat kimia kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Jawa.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Bogor.

Rachman, O. 2006. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2007. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

_________ 2008. Sifat pemesinan kayu. Laporan Hasil Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang
Dikenal Andalan Setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Sosef, M.S.M., L.T. Hong, and S. Prawirohatmijo. 1998. Plant resources of South East Asia Vol.5(3).
Timber trees: Lesser known timbers. Backhuys Publ. Leiden.

Soerinegara, I and R.H.M.J. Lemmens (Eds) 1994. Plant resources of South East Asia Vol. 5(1)
Timber trees : Major commercial timbers. PROSEA Foundation Bogor.

Suprapti, S. dan Djarwanto. 2008. Ketahanan lima jenis kayu asal Sukabumi terhadap jamur perusak
kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(2): 129-137.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor.

Suprapti, S. dan Djarwanto. 2012. Ketahanan enam jenis kayu terhadap jamur pelapuk. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 30(3): 213-220. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Suprapti, S., Djarwanto dan Hudiansyah. 2007. Ketahanan lima jenis kayu terhadap 13 jamur perusak
kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25(1):75-83. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan.

Suprapti, S., Djarwanto dan Hudiansyah. 2011. Ketahanan lima jenis kayu asal Lengkong Sukabumi
terhadap beberapa jamur pelapuk. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(3): 248-258. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

156 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


GLOSARI

acumen: ujung daun luncip; ujung tetesan.


anak daun (leaflet): satu bagian dari daun majemuk.
anatomi: ilmu yang mempelajari bagian-bagian dalam makhluk hidup, mengenai susunan dan
fungsinya.
apotrakea (parenkima-): parenkim yang tidak berasosiasi dengan pembuluh.
bakal biji (ovule): biji yang belum matang di dalam bakal buah, sebelum terjadi pembuahan.
bakal buah (ovary): bagian putik, biasanya bagian pangkal yang membesar, mengandung bakal biji
dan di kemudian hari menjadi buah.
banir ( buttres): perluasan pangkal batang utama pohon di daerah tropika yang tinggi
menjulang, berkisar dari suatu taji kecil atau benjolan sampai struktur yang sangat besar;
sebagian batang, sebagian akar, tingginya dapat mencapai 10 m dari permukaan tanah; tipis
dan datar sampai tebal, terpilin atau anastomosis.
batang (trunk): batang utama pohon, tidak termasuk akar, cabang dan daun.
benang sari (tamen): organ reproduksi jantan pada bunga, bila lengkap terdiri atas tangkai sari dan
kepala sari; satu satuan dari androesium.
bentuk payung ( umbel): bentuk perbungaan yang tak terbatas, biasanya berpuncak datar, gagang
perbungaan dan gagang-gagang bunganya muncul dari titik yang sama; pada payung majemuk
setiap cabangnya juga berbentuk payung.
berat Jenis kayu merupakan perbandingan kerapatan suatu kayu dengan kerapatan benda standar
pada temperatur dan tekanan tertentu, dalam hal ini air. Karena air pada suhu 4,4 °C
kerapatannya 1 gram/cm3.
berdaun tunggal (unifoliate): dengan satu helai daun saja, pada tangkainya.
berhadapan silang (decussate): untuk daun; tersusun dalam pasangan-pasangan yang berhadapan
pada batang, setiap pasangan tegak lurus pada pasangan yang mendahuluinya.
berkelamin dua ( bisexual): mempunyai dua macam alat kelamin, benang sari dan putik, yang
keduanya berfungsi pada bunga yang sama.
berkelamin satu / tunggal ( unisexual): hanya memiliki satu macam alat kelamin, benang sari saja
atau putik saja.
berseling ( alternate): untuk daun atau organ lainnya; melekat pada tingkatan yang berbeda di
sepanjang batang, dapat dibedakan dari susunan berhadapan atau terpusar; berselang;
berselang-seling.
bersirip (pinnate): untuk daun majemuk; tersusun berpasangan di sepanjang kedua sisi suatu sumbu.
bersirip ganjil ( imparipinnate): untuk daun majemuk; bersirip dengan semua anak daun
berpasangan.
bersirip genap (paripinnate): untuk daun majemuk; bersirip dengan semua anak daun berpasangan.
berumah dua ( dioecious): dengan bunga-bunga berkelamin satu, bunga jantan atau bunga betina
pada pohon atau tanaman yang berbeda.
berumah satu (monoecious): dengan bunga-bunga berkelamin satu, tetapi bunga jantan dan bunga
betina terdapat pada pohon yang sama.
bulat telur (ovoid): bentuk tiga dimensi yang penampang belahannya bundar telur.
bundar telur (ovate): seperti belahan telur ayam; bentuk bidang memanjang dengan bagian terlebar
terletak di bawah tengah-tengah sumbu dan kedua sisinya membundar simetris.
ciri: tanda pengenal.
ciri umum (kayu): meliputi semua ciri yang dapat diamati langsung dengan panca indera tanpa
bantuan alat (misalnya lensa) pembesar bayangan.
cuping (lobed): bagian lakukan atau helaian.
damar ( resin): zat amorf yang padat atau agak padat, mudah lebur dan menyala, diperoleh dari
lelehan atau perasan tumbuhan.
daun kelopak (epal); anggota seri luar dari bagian-bagian hiasan bunga.
daun tenda (tepal): bagian hiasan bunga; istilah ini digunakan bila daun mahkota dan daun kelopak
tidak dapat dibedakan.
empulur: inti pusat dalam batang yang biasanya bersifat jaringan parenkimatik.
gagang bunga (pedicel): tangkai setiap bunga dalam perbungaan.
gagang perbungaan (peduncle): tangkai perbungaan atau bagian perbungaan.
getah (gum): suatu zat polisakarida berbentuk koloid, yang kental jika basah lalu mengeras setelah
kering; wujudnya cair, biasanya putih atau kuning, lengket, keluar dari bagian tumbuhan yang
luka atau patah.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 157


gubal: bagian terluar dari kayu batang pohon, mengandung sel-sel hidup dan berfungsi sebagai
pengantar air, tempat cadangan makanan, sekaligus sebagai penyangga mekanik.
hipogeal (hypogeal): tipe kecambah dengan lembaga biji di atas tanah.
identifikasi: pengenalan suatu makhluk hidup.
inisial (parenkima-): parenkim yang terletak pada awal lingkar tumbuh.
jari-jari: rangkaian jaringan parenkimatik yang pada penampang lintang kayu tampak sebagai garis-
garis pucat memencar dari empular ke luar dan membentang sampai ke pepagan.
jorong (eliptic): bangun helai daun seperti elips.
kadar air: kadar air kayu biasanya dinyatakan dalam persen, merupakan perbandingan antara berat
air di dalam kayu terhadap berat kayunya sendiri.
kambium: suatu lapisan jaringan awal di antara pepagan dan kayu, pembentuk sel-sel baru pada
keduanya.
kayu ( =xylem): jaringan vascular yang menghantarkan air dan garam-garam mineral, yang diserap
akar, ke seluruh bagian tumbuhan dan sekaligus seagai penunjang mekanik.
kayu akhir: lapisan kayu yang relatif lebih padat, dibentuk pada tahap akhir pertumbuhan tahunan.
kayu awal: lapisan kayu relatif kurang padat, dibentuk selama tahap awal pertumbuhan tahunan.
kayu basah : kondisi kayu jika kadar airnya melebihi 25%.
kayu kering tanur: bila kayu tersebut telah dikeringkan di dalam oven/tanur dengan suhu 100°C,
dan beratnya sudah konstan untuk beberapa saat.
kayu kering udara: jika kadar air dalam kayu yang sudah beberapa lama dibiarkan mengering di
udara terbuka dan sudah tidak mengalami perubahan lagi, berkisar antara 12 -19%.
keawetan: secara umum adalah daya tahan kayu terhadap organisme perubah kayu, berupa jamur,
serangga dan binatang laut penggerek kayu.
kekerasan (hardness): Ukuran kemampuan kayu untuk menahan kikisan pada permukaan. Nilai yang
didapat dari hasil pengujian merupakan uji pembanding, yaitu besar gaya yang dibutuhkan
untuk memasukkan bola baja yang berdiameter 0,444 inchi pada kedalaman 0,222 inchi.
kerapatan kayu adalah massa atau berat kayu per unit volume kayu. Kerapatan merupakan faktor
penting untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu.
ketahanan belah (Cleavage resistance): ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang
cenderung untuk memisahkan bagian kayu yang satu terhadap bagian di sebelahnya.
keteguhan geser (Shear strength): adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang
cenderung untuk menggeser bagian-bagian kayu tersebut.
keteguhan lentur patah (Modulus of Rupture, MOR): tegangan (gaya per satuan luas) maksimum
yang terjadi apabila satu benda bertindak terhadap yang lain untuk melaksanakan suatu beban
yang diberikan perlahan atau konstan sampai kayu tersebut mengalami kerusakan. Tegangan
dinyatakan dalam satuan gaya per satuan luas (kg/cm2).
keteguhan lentur statik: merupakan sifat yang digunakan untuk menentukan beban yang dapat
dipikul suatu gel agar. Apabila gelagar dibengkokkan, separuh bagian atas mengalami tekanan
dan separuh bagian bawah mengalami tarikan, sedangkan sumbu netral tidak mengalami
tegangan tekan maupun tegangan tarik.
keteguhan pukul (Toughness): ukuran merupakan kemampuan kayu untuk menahan pukulan
sampai kayu mengalami kerusakan yang ditunjukkan oleh banyaknya kerja dikeluarkan untuk
memecahkan kayu dengan pukulan.
keteguhan tarik (Tensile strength): kemampuan maksimal kayu menahan gaya tarik sebelum terjadi
kerusakan. Ada dua macam pengujian yang dilakukan yaitu keteguhan tarik sejajar serat dan
keteguhan tarik tegaklurus serat.
keteguhan tekan (Crushing strength) maksimum: merupakan kemampuan suatu kayu untuk
menahan beban yang diberikan padanya secara perlahan-lahan yang semakin lama semakin
membesar sampai terjadi kerusakan. Tekanan yang diberikan searah sumbu pohon
menghasilkan keteguhan tekan sejajar serat (Crushing strength parallel to grain), sedangkan
yang diberikan tegaklurus sumbu pohon menghasilkan keteguhan tekan tegaklurus serat
(Crushing strength perpendicular to grain).
keterawetan kayu: mudah tidaknya suatu kayu ditembus bahan pengawet.
konfluen (parenkima-): bercampur atau bersambung menjadi satu.
konsentrik: (lingkaran-lingkaran) sepusat.
lancip (acute): runcing; berakhir pada ujung dengan sisi-sisi lurus atau agak cembung.
lentisel (lenticel): suatu massa sel-sel lepas menyerupai lensa, yang menonjol melalui lekah-lekah
dalam periderm pada batang, buah atau akar; biasanya muncul di bawah stoma dan fungsi
utamanya adalah untuk pertukaran gas.
lintang (bidang-): penampang yang dibuat tegak lurus pada sumbu.

158 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


lingkar tumbuh: gelang kayu pada penampang lintang yang dihasilkan dari pertumbuhan periodik.
lingkar tahun: gelang kayu pada penampang lintang yang dihasilkan selama periode tumbuh satu
tahun.
lonjong (oblong): lebih panjang daripada lebar, dengan sisi-sisi yang sejajar atau hampir sejajar.
luncip (acuminate): berakhir pada ujung yang menyempit dan melancip, dengan sisi-sisi cekung.
lup: gelas/lensa kecil pembesar bayangan.
malesia: kawasan biogeografi yang mencakup Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura, Brunei dan
Papua Nugini.
marjinal (parenkim-): parenkima berbentuk pita horizontal atau busur berjarak teratur pada batas
lingkar tumbuh.
menjari(palmate): seperti telapak tangan.
menyirip (pinnate): untuk pertulangan daun sekunder; tersusun berpasangan di sepanjang kedua sisi
tulang tengah.
modulus elastisitas (Modulus of Elasticity, MOE): ukuran ketahanan kayu terhadap pembengkokan,
yaitu berhubungan dengan kekakuan gelagar. MOE merupakan perbandingan antara tegangan
dan regangan di bawah batas proporsi.
monopodial ( monopodial): pertumbuhan dari sumbu primer yang melanjutkan garis pertumbuhan
aslinya dari meristem ujung yang sama, untuk membentuk cabang-cabang samping secara
berurutan.
noktah: ceruk renik pada dinding sel di mana dinding primer tidak terlapisi oleh dinding sekunder;
menghubungkan dua sel.
noktah halaman: noktah pada dinding sel yang mempunyai rongga di antara membran noktah
dengan dinding sekunder.
noktah (ber)umbai: noktah antar pembuluh yang rongga noktahnya sebagian atau seluruhnya
mengandung tonjolan-tonjolan dari dinding sekunder.
paratrakea (parenkima-): parenkim yang berasosiasi atau berlekatan dengan pembuluh.
parenkima: jaringan yang terdiri dari sel-sel hidup berdinding tipis, yang sering panjang dan lebarnya
hampir sama; berfungsi salah satu atau lebih dari berbagai aktivitas fisiologi dan biokimia.
pembuluh: sel-sel kayu yang berbentuk seperti pipa atau silinder,berhubungan satu sama lain ke
arah yang sejajar dengan sumbu batang pohon; berfungsi sebagai penghantar air dan garam-
garam mineral.
penyusutan kayu: adalah perubahan dimensi atau perubahan volume kayu yang terjadi karena
adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Penyusutan terjadi pada ketiga
sumbu pohon, yaitu arah radial, tangensial dan longitudinal yang besarnya masing-masing
berbeda.
pepagan: istilah bukan teknis, berkenaan dengan semua jaringan di luar kayu; pada pohon dewasa
dapat terdiri dari pepagan luar yang sudah mati dan pepagan dalam yang hidup.
pepagan (bark): jaringan di luar kambium dan pembuluh kayu secara bersama berupa floem
sekunder, korteks dan periderm.
perbungaan (inflorescence): susunan dan cara perkembangan bunga-bunga pada sumbu bunga.
perforasi: dinding yang semula tidak berlubang, pertemuan atau persambungan dua ruas pembuluh.
pertulangan daun (nervation, nerves, venation): susunan tulang-tulang pada helai daun.
pohon (tree): tumbuhan berkayu yang berumur tahunan dengan batang utama tunggal yang jelas.
pori: lubang renik; pada kayu sering dimaksud dengan dengan pembuluh.
radial (bidang-): bidang yang melalui sumbu batang pohon.
rakis (rachis): sumbu utama perbungaan atau daun majemuk.
saluran interseluler: ruang atau terowongan di antara sel, dikelilingi sel-sel epitel, umumnya
mengandung produk sekunder seperti damar, getah, dll., yang disekresikan oleh sel-sel epitel.
sel: bagian atau bentuk terkecil dari organisme, terdiri atas satu atau lebih inti, protoplasma dan zat-
zat mati, yang dikelilingi oleh selaput garing dinding.
serat: setiap sel kayu atau kulit yang panjang langsing, selain pembuluh dan parenkim.
serat berpadu ( interlocked grain): (keadaan) kayu yang terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda
arah bentangan sel-sel aksialnya.
sifat fisis: sifat yang berhubungan dengan kayunya secara fisis. Di sini yang dimaksud sifat fisis
meliputi kerapatan, berat jenis, kadar air, kembang-susut
sifat mekanis kayu: merupakan sifat kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu dan merupakan
ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya dari luar yang bekerja padanya. Sedangkan
yang dimaksud gaya luar adalah gaya-gaya yang datangnya dari luar benda bersangkutan
yang bekerja pada benda tersebut dan gaya ini cenderung untuk merubah ukuran atau bentuk
benda tersebut.

ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV) 159


spiral (spiral): seakan-akan membelit mengelilingi sebuah sumbu.
stipula (stipule): penonjolan menyerupai daun, sisik atau duri pada pangkal tangkai daun; penumpu.
tanda kirinyut: kerut horizontal yang tampak pada permukaan tangensial kayu yang ditimbulkan oleh
susunan bertingkat jari-jari atau sel aksial lainnya.
tangensial (bidang-): bidang yang sejajar dengan sumbu batang pohon.
tangkai daun (petiole): gagang daun tunggal atau daun majemuk.
tata-lingkar (pembuluh-): pembuluh pada kayu-awal yang jelas lebih besar dari pembuluh pada kayu
akhir dan membentuk susunan melingkar.
tegangan pada batas proporsi (Modulus at Proportional limit, MPL) adalah batas tegangan dimana
kita tidak mungkin mengembalikan suatu perubahan bentuk ke bentuk asalnya tanpa adanya
perubahan yang permanen.
teras (kayu-): kayu dari bagian dalam batang pohon, terdiri atas sel-sel yang sudah mati, tidak lagi
berfungsi sebagai penghantar air dan zat hara, tidak juga sebagai tempat penyimpanan
makanan.
tilosis: pertumbuhan lebih dari satu sel parenkima, melalui liang noktah pada dinding pembuluh; pada
penampang lintang kayu biasanya tampak dengan lup sebagai gelembung mengkilap yang
menyumbat pembuluh.
trakeid: sel-sel kayu yang tidak mempunyai bidang perforasi,dihubungkan dengan noktah halaman ke
sel serupa; bentuknya panjang langsing ujung pipih, dengan dinding tebal terlignifikasi;
berfungsi sebagai pengantar air dan penunjang mekanik; primitif dibanding pembuluh;
karakteristik tumbuhan vascular selain yang berbunga.
tulang daun (nerve, vein, vena): seberkas jaringan pembuluh pada daun.
tulang tengah (midrib): tulang utama (primer) daun yang merupakan kelanjutan tangkai daun.
tumpul (obtuse): tidak tajam atau agak membundar di ujung.
ujung (apex, jamak; apices): puncak suatu organ.
vertikal: tegak lurus dari bawah ke atas.
zigomorf ( zygomorphic): tidak teratur dan dapat dibelah menjadi dua bagian yang sama hanya
melalui satu bidang saja.

160 ATLAS KAYU INDONESIA (JILID IV)


RALAT :

No Halaman Tertulis Seharusnya


1 154 Iskandar, M. I. 2006. Sifat Iskandar. M. I. 2006. Sifat
fisis dan mekanik kayu venir dan kayu lapis

2. 155 Iskandar, M. I. 2006. Sifat Iskandar. M. I. 2006. Sifat


fisis dan mekanik kayu venir dan kayu lapis

Anda mungkin juga menyukai