Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL DISKUSI KASUS SAMBUNGAN LAS

MATERIAL ALUMINIUM SERI 6061 YANG DILAS


MENGGUNAKAN TEKNIK PENGELASAN FRIKSI FILLER
SENG, KUNINGAN dan TANPA FILLER

Anggota Kelompok :

I0420091 Muhammad Rizky Arga Wijaya [ketua]


I0420092 Muhammad Rizqan Qinthara [sekretaris]
I0420096 Muhammad Taufiq Maulana Rizki
I0420099 Nabiel Alfarrazi Rachmat
I0420103 Naufal Nur Saifullah
I0420104 Naufal Rizky Sayyid
I0420119 Reza Abdul Rahman

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2021
Daftar Isi

Daftar Isi 1
1. Dasar Teori 2
1.1.1 Definisi Aluminium 6061 2
1.1.2 Pemanfaatan Aluminium Alloy 6061 3
1.1.3 Pengertian Las Friksi 4
1.1.4 Pemanfaatan Las Friksi 4
2. Metode Persiapan 6
2.1 Skema Pengelasan 6
2.2 Alat Penunjang 6
2.3. Alat Pengujian 6
2.4. Bahan 6
2.5. Proses pengelasan 7

3. Hasil dan Pembahasan 8


3.1. Hasil pengelasan 8
3.2 Analisis Struktur Mikro 9

4. KESIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

1
1. Dasar Teori

1.1.1 Definisi Aluminium 6061


Aluminium Alloy 6061 (Alloy 6061) merupakan paduan aluminium dari
grup 6XXX yang paling sering dipakai. Paduan ini termasuk paduan yang tahan
terhadap panas. Setelah aluminium, magnesium dan silikon merupakan komposisi
utama dalam material ini. Kombinasi antara Aluminium, magnesium, dan silikon
pun menghasilkan material yang sangat reaktif terhadap oksigen. Beberapa
produsen juga menambahkan sedikit krom dan tembaga untuk memperoleh sifat
tertentu.

Ketika permukaan Alloy 6061 terkena udara, akan segera terbentuk lapisan
tipis yang melindungi logam paduan ini dari karat. Apabila lapisan ini terkelupas,
logam paduan yang terbuka juga akan segera bereaksi membentuk lapisan baru.
Hasilnya, ketahanan paduan ini terhadap korosi menjadi begitu tinggi.

Aluminium Alloy (AA) 6061 merupakan paduan Aluminium yang


umumnya diaplikasikan untuk automotif maupun alat-alat konstruksi. Paduan
Aluminium 6061 mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan seperti tahan
terhadap korosi, dapat di perlaku-panaskan, ketangguhan baik, serta sifat mampu
las yang baik, sehingga banyak indusri maju menggunakan material ini sebagai
bahan utama dalam perancangan alat maupun konstruksi. Seperti dikutip dari
Bloomberg (17/6/2015) Brian Aranha, Kepala Bisnis Otomotif Arcelormittal
mengatakan bahwa banyak penemuan dalam teknologi pengelasan yang
menjadikan Aluminium mulai digemari pabrikan otomotif terutama untuk bodi
(www.otomotif.kompas.com). Dengan demikian perkembangan proses pengelasan
untuk bahan paduan Aluminium menjadi sangat penting.
Paduan Aluminium 6061 juga di aplikasikan pada pembangunan struktur
pesawat seperti sayap dan badan pesawat. Dalam perancangan konstruksinya
banyak melibatkan unsur pengelasan dengan sambungan las sebagai alternatif
untuk menyambung bagian-bagian tertentu. Pembuatan sambungan las secara
teknis memerlukan keterampilan yang tinggi bagi pengelasan agar diperoleh

2
sambungan dengan kualitas baik. Salah satu sambungan las cacat lambat laun
akan menimbulkan rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya konstruksi dapat
runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban
jiwa. Kualitas pengelasan yang baik tentunya juga digunakan suatu metode
pengelasan yang sesuai

1.1.2 Pemanfaatan Aluminium Alloy 6061

Aluminium tipe 6061 adalah salah satu paduan aluminium yang paling
banyak digunakan. Kemampuan las dan kemampuan bentuknya membuatnya
cocok untuk banyak aplikasi dengan berbagai tujuan. Kekuatan tinggi dan
ketahanan korosinya menjadikan paduan tipe 6061 sangat berguna dalam aplikasi
arsitektur, struktural, dan kendaraan bermotor. 6061 biasanya digunakan untuk
berbagai barang berikut ini:
● Konstruksi struktur pesawat , seperti sayap dan badan pesawat , lebih
umum pada pesawat buatan sendiri daripada pesawat komersial atau
militer.
● Konstruksi kapal.
● Suku cadang otomotif, seperti sasis Audi A8 dan Plymouth Prowler.
● Kaleng kemasan makanan dan minuman.
● Tangki scuba dan silinder penyimpanan gas bertekanan tinggi

Sedangkan untuk aluminium tipe 6061-T6 digunakan untuk:


● Frame dan komponen sepeda.
● Ruang sekunder dan sistem penyekat dalam peredam suara senjata api.
● Penerima atas dan bawah dari banyak varian senapan AR-15.
● Bahan yang digunakan di beberapa ruang vakum ultra-tinggi (UHV)
● Drone, terutama komponen rotor helikopter .
● Antena radio.
● Tangga penyelamat Pemadam Kebakaran.

3
1.1.3 Pengertian Las Friksi

Las friksi adalah salah satu jenis pengelasan dalam proses manufaktur,
yang digunakan untuk menyambungkan logam dengan kekuatan tinggi. Proses
pengelasan friksi ditemukan oleh TWI (The Welding Institute) pada tahun 1991.
Pengelasan friksi merupakan proses penyambungan logam tanpa filler dan tanpa
meleleh. Proses penyambungan logam terjadi pada fase padat karena berlangsung
pada temperatur dibawah titik lebur (maksimal 0,8 titik lebur) dari material yang
akan disambung. Proses pengelasan dilakukan dengan memasukkan pin tool ke
material yang akan disambung sampai shoulder menyentuh permukaan atas
material. Panas disebabkan oleh gesekan antara tool dan benda kerja. Karena
panas tersebut material di sekitar sambungan menjadi panas lunak, kemudian tool
akan digerakkan berputar mengaduk bagian tersebut sehingga terbentuklah
sambungan las.

1.1.4 Pemanfaatan Las Friksi


Las friksi dapat digunakan untuk penyambungan besi di dunia
penerbangan dan luar angkasa. Dalam aplikasi tersebut, error yang terbentuk
dalam proses welding tidak boleh ada. Selain itu, las friksi dapat juga digunakan
untuk membangun rol, tabung, dan poros industri yang lebih baik. Proses ini
sering digunakan untuk printer industri, peralatan penanganan material, serta
aplikasi otomotif, dirgantara, kelautan, dan oli. Beberapa kelebihan dari
menggunakan las friksi adalah:
● Mampu menggabungkan material yang sebelumnya tidak dapat digabungkan
dengan metode penyambungan lain
● Zona yang terpengaruh panas dalam proses relatif kecil (HAZ, Heat Affected
Zone).
● Gabungnya material konsisten dan berulang-ulang
● Preparasi saat pembuatan sendi relatif minimal.
● Pembuatan desain bersifat flexibel
● Dapat digunakan untuk kuantitas yang bervariasi, baik jumlah sedikit atau
produksi massal,

4
Proses pengelasan friksi untuk aluminium memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan metode pengelasan yang lain. Karena proses penyambungan
terjadi pada fase padat maka masalah porositas, solidification cracking, dan
liquation cracking dapat dikurangi. Pengelasan friksi akan meningkatkan sifat
mekanik hasil las . Kelebihan lain dari hasil pengelasan friksi adalah heat input,
tegangan sisa dan distorsinya kecil . Selain itu proses pengelasan friksi juga dapat
digunakan untuk menyambung material aluminium yang tidak dapat dilas
(unweldable) dengan las cair . Pada pengelasan FSW, panas yang dibangkitkan
berasal dari adanya gesekan antara tool dengan material yang terjadi akibat
putaran tool dan juga pergerakan material. Jadi panas yang dibangkitkan
tergantung dari kecepatan putar tool dan kecepatan dari pergerakan material

5
2. Metode Persiapan
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelasan Friction
Stir Welding (FSW) dengan variasi material filler yang berbeda, maka diperlukan
tahapan penelitian

2.1 Skema Pengelasan

Gambar 1. Skema pengelasan FSW dengan filler

2.2 Alat Penunjang

2.3. Alat Pengujian


1. Mesin uji tarik merk Instron 3367
2. Mesin uji kekerasan merk Highwood HWMMT-X7
3. Mikroskop merk Olympus untuk foto makro dan merk Euromex Holland
untuk fotomikro

2.4. Bahan

1. Aluminium Paduan 6061-T6


2. Pelat Kuningan
3. Pelat Seng
2.5. Proses pengelasan
1. Memasang backing plate dan spesimen pada meja mesin milling
konvensional.
2. Setting posisi spindle head dengan sudut 1° (tilt angle), rotational
speed = 1250 rpm dan feed rate = 10 mm/menit.
3. Hidupkan mesin milling konvensional.
4. Turunkan tool joint dengan menggunakan erertan sumbu Z sesuai
dengan jarak tool setter hingga ujung pin/probe menyentuh
permukaan material aluminium.
5. Benamkan pin/probe kedalam benda kerja dengan kedalaman 3 mm.
6. Tunggulah ±20 detik agar material aluminium menjadi lunak.
7. menghidupkan langkah otomatis pada eretan sumbu X.
8. Mencatat temperatur dari proses pengelasan.
9. Setelah tool joint berada di akhir pengelasan, mematikan langkah
otomatis.
10. Naikkan tool joint dengan menggunakan eretan sumbu Z.
11. Matikan mesin milling konvensional.
12. Lakukan pengecekan kondisi dari pin/probe
3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Hasil pengelasan

Dari ketiga spesimen pengelasan dengan menggunakan metode Friction


Stir Welding (FSW), secara visual permukaan pengelasan FSW tanpa filler
memiliki permukaan yang kurang begitu halus bila dibandingkan dengan
pengelasan FSW menggunakan filler. Hal ini terjadi karena temperatur pengelasan
FSW tanpa filler tidak cukup untuk melunakkan base metal. Akan tetapi, suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan weld flash pada permukaan atas dari weld
nugget seperti yang terlihat pada pengelasan FSW dengan menggunakan filler.

3.2 Analisis Struktur Mikro


a. Base Metal

Gambar 2. Base Metal Aluminium 6061-T6


Base metal adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan
tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur maupun sifat pada logam
tersebut. Material dari base metal adalah aluminium seri 6xxx yang terdiri dari
paduan aluminium magnesium ditambah silicon (Al-Mg-Si), sehingga pada hasil
uji foto mikro juga menunjukkan adanya batas-batas grain boundaries senyawa
magnesium silisida Mg2Si pada daerah gelap dan Al pada daerah yang terang. b.
HAZ

Gambar 3. Daerah Heat Affected Zone (a.HAZ FSW Al 6061-T6 Tanpa Filler, b.
HAZ FSW Al
6061-T6 Filler Kuningan, c. HAZ FSW Al 6061-T6 Filler Seng)
Hasil uji foto mikro dari pengelasan Friction Stir Welding (FSW) material
6061-T6 menunjukkan bahwa daerah HAZ dari masing-masing variabel
mengalami pembesaran butiran (grain growth) apabila dibandingkan dengan
base metal nya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya temperatur yang
dihasilkan pada saat pengelasan berlangsung. Pengelasan FSW material 6061-T6
filler seng, memiliki grain size yang paling besar. Hal ini sebanding dengan
temperatur yang dihasilkan pada saat pengelasan yaitu sebesar ±255,9 oC, yang
merupakan temperatur tertinggi dari variabel yang lain. Pembesaran butir ini
akibat pengaruh material alumnium heat-treatable yang mengalami over aging
(Ir. Winarto, 2008). c. Weld nugget

Gambar 4. Daerah Weld Nugget (a. Weld Nugget FSW Al 6061-T6 Tanpa Filler,
b. Weld Nugget
FSW Al 6061-T6 Filler Kuningan, c. Weld Nugget FSW Al 6061-T6 Filler Seng)
Dari pengujian foto mikro, pada daerah Weld nugget pengelasan Friction
Stir Welding (FSW) material 6061-T6 tanpa filler terlihat adanya butiran-butiran
halus dan rapat. Hal ini disebabkan karena adanya deformasi plastis pada
butiran-butiran tersebut saat proses pengadukan shoulder dan pin serta karena
panas yang ditimbulkan pada saat pengelasan. Sedangkan pada daerah weld
nugget pengelasan FSW dengan filler, baik filler kuningan maupun seng terlihat
adanya partikel filler halus yang tersebar kedalam matriks aluminium 6061-T6
sehingga membentuk struktur komposit. Struktur komposit yang terbentuk tidak
seragam, dimana kepadatan partikel meningkat mendekati permukaan atas.

d. Cacat Pengelasan
Gambar 5. Cacat Pengelasan (a. Cacat FSW Al 6061-T6 Tanpa Filler, b. Cacat
FSW Al 6061-T6
Filler Kuningan, c. Cacat FSW Al 6061-T6 Filler Seng)
Pengelasan FSW tanpa filler, terlihat adanya cacat rongga atau void. Hal ini
disebabkan karena proses pengadukan material aluminium 6061-T6 yang kurang
sempurna, sehingga butiran-butiran material menjadi tidak rata penyebarannya
pada seluruh area penyambungan. Pengelasan FSW dengan filler, terlihat adanya
cacat void dan weld flash pada weld nugget. Cacat ini terjadi karena suhu
pengelasan yang terlalu tinggi sehingga material menjadi terlalu lunak dan keluar
dari weld nugget. Akan tetapi pada pengelasan FSW filler seng, juga terlihat
adanya cacat crack yang timbul karena tidak tercampurnya secara sempurna
antara material aluminium 6061-T6 dan filler seng.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan alaisa data dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain :
a. Struktur mikro hasil las dapat dibagi menjadi 4 daerah yaitu logam induk,
daerah HAZ, daerah TMAZ dan daerah las. Tetapi pada hasil penelitian ini
Struktur mikro hasil las relatif sama bentuk dan ukurannya. Daerah-daerah
tersebut dapat dibedakan dengan hasil pengujian kekerasan.
b. Struktur mikro pada daerah HAZ pengelasan FSW aluminium 6061-T6
memiliki luasan butiran yang lebih besar apabila dibandingkan struktur
mikro daerah base metal. Struktur mikro pada daerah weld nugget
pengelasan FSW tanpa filler terlihat adanya butiran-butiran halus dan rapat
sedangkan pengelasan FSW dengan filler ditemukan adanya
butiran-butiran filler yang tersebar ke dalam matrik aluminium yang
membentuk struktur komposit.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, Pungky Eka, Yudy Surya Irawan, and Wahyono Suprapto. "Kekuatan
Tarik dan Porositas Hasil Sambungan Las Gesek Aluminium 6061 dengan
Berbagai Suhu Aging." Rekayasa Mesin 5.2 (2014): 141-148.

Triyoko, Dedi, and Agus Dwi Anggoro. Analisis Sifat Mekanik dan Struktur
Mikro pada Sambungan Las Beda Properties Aluminium dengan Metode Friction
Stir Welding. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.

Anda mungkin juga menyukai