Anda di halaman 1dari 3

Saat Zakariya di Usia Tua,

Akhirnya Dikarunia Yahya


Pelajaran dari Surat Maryam (seri 3): Saat Zakariya di usia tua, akhirnya
dikaruniai Yahya. Itulah buah hati yang dinanti padahal istrinya sebenarnya
mandul dan ia pun sudah berada dalam usia senja. Namun doa seorang
hamba tak mungkin disia-siakan.

Allah Ta’ala berfirman,
‫) َقا َل‬7( ‫س ِم ًيّا‬ َ ‫س ُم ُه ي َْحيَى لَ ْم َن ْج َع ْل لَ ُه ِمنْ َق ْب ُل‬ ْ ‫شرُ كَ ِب ُغاَل ٍم ا‬
ّ ِ َ‫يَا زَ َك ِريَّا ِإنَّا نُب‬
( ‫ت ِمنَ ا ْل ِكب َِر ِع ِتيًّا‬ ُ ‫ت امْ رَ َأ ِتي عَ ا ِقرً ا وَ َق ْد بَلَ ْغ‬ ِ َ‫ب َأنَّى يَ ُكونُ ِلي ُغاَل ٌم وَ َكان‬ ِ ّ َ‫ر‬
)9( ‫ش ْيئًا‬ َ ُ‫ي َه ِيّنٌ وَ َق ْد خَ لَ ْقتُكَ ِمنْ َق ْب ُل وَ لَ ْم َتك‬ َّ َ‫) َقا َل َك َذ ِلكَ َقا َل رَ بُّكَ ُهوَ عَ ل‬8

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan


(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum
pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. Zakaria berkata: “Ya
Rabbku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang
yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang
sangat tua.” Allah berfirman: “Demikianlah.” Allah berfirman: “Hal itu adalah
mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu,
padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” (QS. Maryam: 7-9).

Akhirnya Dikaruniai Yahya


Allah memberikan kabar gembira pada Zakariya lewat malaikat bahwa ia akan
dikaruniai seorang putra bernama Yahya. Nama tersebut sesuai dengan
namanya yang berarti hidup yang nyata (hayat hissiyah). Itulah nikmat
sempurna yang diberi pada Zakariya. Sedangkan nikmat hidup maknawiyah
yaitu hidupnya hati dengan wahyu, ilmu dan diin (agama).
Hayat (kehidupan) intinya ada dua yaitu yang nampak (disebut hayat hissiyah)
dan yang sifatnya maknawi yaitu kehidupan hati.

Perlu dipahami bahwa tidak ada sebelumnya yang bernama dengan nama
Yahya.

Zakariya Kaget dengan Mendapatkan Anak di Usia Tua


Zakariya kaget dengan mendapatkan anak di usia tua. Ia mengatakan,

ُ ‫ت امْ رَ َأ ِتي عَ ا ِقرً ا وَ َق ْد بَلَ ْغ‬


‫ت ِمنَ ا ْل ِكب َِر ِع ِت ًيّا‬ ِ َ‫ب َأنَّى يَ ُكونُ ِلي ُغاَل ٌم وَ َكان‬
ِ ّ َ‫ر‬

“Ya Rabbku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah
seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur
yang sangat tua”
Kekagetan Zakariya dikarenakan dua sebab: (1) istrinya mandul dan (2)
Zakariya sudah mencapai usia tua.

Ibnu Katsir menyatakan, “Zakariya benar-benar kaget karena doa yang ia pinta
pun terkabul yaitu diberi kabar kembira akan dikarunia anak. Ia gembira riang.
Ia pun bertanya-tanya bagaimana bisa diberi keturunan sedangkan istrinya
saja mandul sejak dulu hingga sepuh seperti saat ini tak juga diberikan
keturunan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 5: 210).

Semuanya Mudah Bagi Allah


Untuk mendapatkan anak di usia tua seperti itu mudah bagi Allah. Segala
sesuatu yang Allah kehendaki pastilah terjadi,

َ ُ‫ي َه ِيّنٌ وَ َق ْد خَ لَ ْقتُكَ ِمنْ َق ْب ُل وَ لَ ْم تَك‬


‫ش ْيئًا‬ َّ َ‫َك َذ ِلكَ َقا َل رَ بُّكَ ُهوَ عَ ل‬

Allah berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku
ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama
sekali.”
Syaikh As Sa’di menyatakan, “Ini hal yang tidak normal terjadi dan jarang
terjadi dalam ketetapan Allah. Akan tetapi jika Allah kehendaki untuk terjadi
tanpa ada sebab apa-apa, maka itu mudah bagi Allah. Allah pun sebelumnya
telah menciptakan dari sesuatu yang belum ada sama sekali.” (Taisir Al Karimir
Rahman, hal. 490).

Sesuatu yang lebih menakjubkan dari apa yang dialami Zakariya sama seperti
disebutkan dalam surat lainnya tentang Nabi Adam ‘alaihis salam,
َ ْ‫َان ِحينٌ ِمنَ ال َّد ْه ِر لَ ْم َي ُكن‬ َ
‫ش ْيئًا َم ْذ ُكورً ا‬ ِ ‫َه ْل أتَى عَ لَى اإْل ِ ْنس‬

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika
itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al Insan: 1).
Itulah bukti bahwa doa tak mungkin disia-siakan.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.


 

Referensi:
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, tahqiq: Abu Ishaq Al Huwaini, terbitan
Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H.
Taisir Al Karimir Rahman,  Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan
Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.

Anda mungkin juga menyukai