2 PB
2 PB
Volume 15 Nomor 1 45
ABSTRAK
Nanopartikel adalah partikel berukuran 1-100 nanometer. Nanopartikel bertujuan untuk
mengatasi kelarutan zat aktif yang sukar larut, memperbaiki bioavailabilitas yang buruk,
memodifikasi sistem penghantaran obat, meningkatkan stabilitas zat aktif dan memperbaiki absorbsi.
Kelebihan nanopartikel adalah kemampuan untuk menembus ruang-ruang antar sel yang dapat
ditembus oleh partikel koloidal. Pembuatan nanopartikel bergantung pada polimer dan sifat obat.
Secara konvensional nanopartikel dibuat dengan dua metode, yaitu polimerisasi monomer sintesis
dan dispersi polimer sintesis. Pembuatan nanopartikel dapat diklasifikasikan secara luas menjadi dua
kategori yaitu proses top-down dan bottom up. Karakteristik nanopartikel antara lain dengan cara
mengamati sifat organoleptis, ukuran dan Distribusi Ukuran Nanopartikel, pengamatan morfologi,
potensial zeta serta persen transmitan.
menurut bidang farmasi yaitu senyawa obat dan nanocarrier. Terdapat bermacam-macam
dengan cara tertentu dibuat berukuran nanocarrier seperti nanotube, liposom, misel,
Pada dasarnya, monomer yang tidak larut air Pembuatan nanopartikel dengan sistem polimer
didispersikan dalam air kemudian polimerisasi memiliki dua metode yang umum digunakan.
dikendalikan dengan penambahan inisiator Metode polimerisasi monomer sintesis dan
kimia. Senyawa obat akan terjerat dalam dispersi polimer (Schmidt and Lamprecht,
dinding polimer ketika ditambahkan dalam 2009).
medium polimerisasi atau diabsorpsi di 1 Polimerisasi Monomer Sintesis
permukaan partikel (Delie, 2005). Nanopartikel yang terbentuk didapatkan
Pembuatan nanopartikel dapat dengan menginduksi reaksi polimerisasi dari
diklasifikasikan secara luas menjadi dua monomer agar menjadi polimer sebagai
kategori yaitu: suatu pembawa (Schmidt and Lamprecht,
1. Proses top-down 2009). Prosesnya yaitu dengan
Proses top-down terdiri atas pengurangan mendispersikan suatu monomer yang tidak
ukuran partikel dari partikel obat yang besar larut air ke dalam fase pendispersi air,
menjadi partikel yang lebih kecil dengan kemudian diinduksi dan diberi pengendali
menggunakan teknik penggilingan yang reaksi berupa inisiator kimia, variasi pH, dan
bervariasi seperti penggilingan media, stabilizer (Delie and Blanco-Prieto, 2005).
mikrofluidisasi dan homogenisasi tekanan 2 Dispersi Polimer
tinggi. Tidak ada pelarut keras yang digunakan Pembuatan nanopartikel menggunakan
dalam teknik ini. Walaupun demikian, semua polimer memiliki prinsip presipitasi. Pada
proses penggilingan media membutuhkan dasarnya proses ini dibuat dengan
energi yang tinggi dan tidak efisien. pembentukan emulsi dari fase organik yang
Pertimbangan terhadap banyaknya panas yang terlarut polimer di dalamnya dengan fase air,
dihasilkan dalam metode ini membuat kemudian untuk pembentukan partikel maka
pengolahan material yang termolabil menjadi fase organik harus dihilangkan (Delie and
sulit (Patravale, 2004). BlancoPrieto, 2005). Beberapa jenis metode
2. Proses bottom-up dispersi polimer:
Pembuatan bottom-up berupa a. Metode Penguapan Pelarut
pembentukan nanostruktur atom demi atom Polimer dilarutkan dalam pelarut organik
atau molekul demi molekul. Pada pendekatan seperti etil asetat yang digunakan sebagai
bottom-up, obat dilarutkan dalam pelarut dalam melarutkan obat yang
pelarut organik dan kemudian diendapkan pada bersifat hidrofob. Campuran polimer dan
penambahan antisolvent dalam adanya larutan obat lalu diemulsifikasi dalam
stabilizer (Patravale, 2004). larutan yang mengandung surfaktan dan
Metode Pembuatan Nanopartikel Sistem menjadi bentuk emulsi minyak dalam air
Polimer (o/w). Setelah terbentuk emulsi yang
Farmaka
Volume 15 Nomor 1 49
stabil, pelarut organik kemudian diuapkan dengan pengerasan tetesan cair yang
dengan ditekan atau diputar secara terus didispersikan pada fase minyak atau
menerus menggunakan pengaduk organik. Prosedur meliputi pencampuran
magnetik. Ukuran partikel dipengaruhi dua fase cair, fase yang satu mengandung
oleh tipe dan konsentrasi penstabil yang kitosan dan fase yang satu mengandung
digunakan, kecepatan homogenizer, dan anion multivalen (Mohanraj and Chen,
konsentrasi polimer (Mohanraj and Chen, 2006).
2006). d. Spray Drying
b. Emulsifikasi Spontan Polimer dilarutkan dalam pelarut organik,
Merupakan metode modifikasi dari obat didispersikan ke dalamnya, kemudian
penguapan pelarut. Dalam metode ini dimasukkan ke dalam alat spray dry.
pelarut yang larut dalam air bersama Sampel menjalani proses penyemprotan
dengan sejumlah kecil pelarut organik melalui aliran udara panas tersebut, pelarut
yang tidak larut air, digunakan sebagai fase akan menguap sehingga menyisakan
minyak. Karena difusi spontan dari pelarut partikel padat berukuran nanometer (Delie
menyebabkan turbulensi antarmuka antara and Blanco-Prieto, 2005).
dua fase yang membentuk partikel kecil. Ilustrasi matriks yang terbentuk dengan
Semakin banyak konsentrasi air yang larut gelasi ionik dapat dilihat pada Gambar 1.
dalam pelarut, ukuran dari partikel yang
dihasilkan akan semakin kecil (Mohanraj
and Chen, 2006).
c. Gelasi Ionik
Metode ini melibatkan proses sambung
silang antara polielektrolit dengan adanya
pasangan ion multivalennya. Gelasi ionik Gambar 1. Ilustrasi matriks nanopartikel
agregat seiring dengan gaya Van der Waals dengan nilai PDI adalah 1 memiliki distribusi
dalam interaksi partikel (Nanocomposix, ukuran yang sangat luas dan mengandung
2012). partikel besar atau agregat yang dapat
5. Persen Transmitan (%T) mengalami sedimentasi (Malvern Instrument,
Persen transmitan (%T) menunjukkan 2005).
fraksi daya radiasi yang diteruskan oleh sampel, Nilai PDI di bawah 0,05 biasanya dimiliki
dinyatakan sebagai A = - log %T, dimana A oleh sistem monodispersi. Untuk partikel
adalah absorbansi. Transmitan dapat juga berukuran 100-300 nm, nilai PDI umumnya di
𝐼 bawah 0,3 maka dapat dikatakan baik. Partikel
dinyatakan dalam persamaan 𝑇 = (IUPAC,
𝐼𝑜
dengan ukuran di atas 500 nm dan memiliki
1997).
nilai PDI di atas 0,5 dikatakan besar dan
teraglomerasi. Saat nilai PDI di atas 0,3. Maka
ukuran rata-rata partikel tidak dapat digunakan
(Nanocomposix, 2012).