SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
SKRIPSI
Disusun Oleh:
ANANDA RIZKY UTAMI
NIM : 201711029
ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan Institut
Teknologi PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan ini
tidak benar.
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Program Studi S1 Teknik Elektro Dosen Pembimbing
Digitally signed by Tony Koerniawan Digitally signed by Adri Senen
DN: OU=Fakultas Ketenagalistrikan DN: C=ID, OU=FKET, O=Institut
dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Adri Senen,
Teknologi PLN, CN=Tony E=adrisenen@itpln.ac.id
Koerniawan, Reason: I am the author of this
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id document
Reason: I am the author of this Location: your signing location
document here
Date: 2021.07.18 18:25:08+07'00'
Location: Jakarta
Foxit PhantomPDF Version:
Date: 2021-09-14 13:54:11 10.1.0
iv
Digitally signed by Tony
Koerniawan
DN: OU=Fakultas
Ketenagalistrikan dan Energi
Terbarukan, O=Institut Teknologi
PLN, CN=Tony Koerniawan,
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this
document
Location: Jakarta
Date: 2021-09-14 13:54:31
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada yang terhormat:
Yang telah mengijinkan, memberi semangat dan ilmu yang berguna dalam
melaksanakan kegiatan kerja magang dan penelitian di PT. PLN (Persero) UP3
Palembang.
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih media /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pem ilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 19 Juli 2021
Yang menyatakan,
vii
ANALISA KONTINGENSI TERHADAP PERFORMANCE INDEX
SISTEM TENAGA LISTRIK 20KV DI PT. PLN UP3 PALEMBANG
ABSTRAK (Indonesia)
viii
CONTINGENCY ANALYSIS OF PERFORMANCE INDEX ON 20KV
ELECTRICITY POWER SYSTEM IN PT. PLN UP3 PALEMBANG
ABSTRACT (Inggris)
The electric power system must be able to cope with any possible disruptions
that can occur. Disruptions can lead to decreased reliability as well as performance
in electrical power systems. There have been 546 disruptions that resulted in outages
at the Betung substation during March 2021 - June 2021. Therefore, contingency
analysis efforts are required on the operation of betung substation. Contingency
analysis is an analysis technique to model any possible disruption scenario.
Contingency analysis is aimed at determining the value of active power and voltage
during normal conditions or when contingency occurs, as well as to determine the
representation of the performance index (PI) sequence. PI is a magnitude that
represents how much impact if there is a disruption event in the system. Contingency
analysis with performance index method is done by making the order of PI priority
based on the calculation of active power and voltage after the contingency in ETAP
16.0 application. Thus, each contingency scenario can be sorted by the largest to the
smallest PI values. Greater value of PI, greater impact of interference. From the
simulation result of ETAP 16.0. the largest PIV is obtained in skenario 2 with a value
of 5.67. While the largest PIMW is obtained in skenario 3 with a value of 0.17. To
improve system reliability, were made to install capacitor banks on several feeders,
Bakwan feeder of 4061.31 kVAR, Pempek feeder of 447.94 kVAR, and the Tempoyak
feeder of 445.43 kVAR. The results of the PIV obtained after mitigation with the
addition of a capacitor bank make the representation of the PIV for each feeder
lower, with the value of 5.58.
Keywords : Interference, Contingency Analysis, Performance Index, Voltage, and
Active Power.
ix
DAFTAR ISI
x
2.2.4 Keandalan Sistem Tenaga Listrik ....................................................... 22
2.2.5 Kontingensi ........................................................................................ 27
2.2.6 Analisa Kontingensi ........................................................................... 28
xi
LAMPIRAN .......................................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 13 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 2. ........................... 59
Tabel 4. 14 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 2 ............................................ 60
Tabel 4. 15 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 3. ........................... 61
Tabel 4. 16 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 3. ........................................... 62
Tabel 4. 17 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 4. ........................... 63
Tabel 4. 18 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 4. ........................................... 64
Tabel 4. 19 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 5. ........................... 65
Tabel 4. 20 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 5. ........................................... 66
Tabel 4. 21 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 6. ........................... 67
Tabel 4. 22 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 6. ........................................... 68
Tabel 4. 23 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 7. ........................... 69
Tabel 4. 24 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 7 ............................................ 70
xiii
Tabel 4. 25 Urutan Performance Index Daya Aktif ................................................. 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 4. 14 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 4 ............. 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
3
1.5 Ruang Lingkup Masalah
Guna tercapainya sasaran penelitian yang tepat dan terarah, serta
terhindar dari meluasnya permasalahanayang akan dibahas, makaapenulis
membatasi ruangalingkup permasalahan terkait skripsi yang akanadibahas
adalah sebagai berikuta:
1. Skenario ini dilakukan untuk mengetahui nilai indeks performa saluran
berdasarkan urutan yang paling merugikan. Sehingga, tidak akan
menyebabkan pemutusan daya skala besar, meluas dan mengakibatkan
pelepasan yang bertingkat atau pemadaan total.
2. Fungsi objektif yang akan diambil yaitu nilai profil tegangan, daya
aktif, dan indeks performa pada masing-masing skenario kontingensi.
3. Tujuan objektif penelitian difokuskan pada nilai performance index
saluran pada masing-masing penyulang di tiap transformator.
4. Aplikasi perangkat lunak atau software yangaakan digunakanauntuk
mensimulasikan kontingensi dalam tugas akhir iniaadalah ETAP 16.0.
4
yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam
penelitian untuk mencapai tujuan. Metode penelitian mencakup waktu
dan tempat penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data,
metode analisa data
4. BAB IV KONSEP TEORI DAN PENERAPAN
Bab ini menjelaskan hasil dari penerapan teori yang diajukan untuk
memecahkan masalah serta pembahasannya terkait topik permasalahan
yang diambil dalam skripsi.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan penelitian di masa mendatang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dalam International Journal of Innovative Research in Science,
Engineering and Technology. Vol. 5, Issue 9, (2016) yang berjudul
“Contingency Analysis of 5 Bus Sub-Station System: A Case Study”.
Pada penelitian tersebut dilakukan perhitungan terkait Analisa
kontingensi dengan metode performance index dengan menggunakan
aplikasi MATLAB. Untuk menentukan tingkat keparahan sistem akibat
terjadinya kontingensi (n-1) atau skenario gangguan pada saluran
transmisi ditentukan dua indikator kinerja utama (daya aktif dan daya
reaktif). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat perhitungan
kontingensi berdasarkan urutan nilai performance index, adimana
skenario kontingensi yang menghasilkan nilai performance index
tertinggi memiliki resiko terjadinya kontigensi tertinggi dalam sistem.
(Raj & Gupta, 2016)
4. Penelitianayang dilakukanaoleh Satyanarayana Burada, Deepak Joshi
dan Khyati D. Mistry dalam jurnal IEEE International Conference on
Power Electronics, Intelligent Control and Energy Systems (ICPEICES-
2016) yang berjudul “Contingency Analysis of Power System by using
Voltage and Active Power Performance Index”. Pada penelitian
tersebut dilakukan skenario kontingensi pada sistem 6 bus dan
menghintung nilai performance index berdasarkan tegangan dan aliran
dayanya. Berdasarkan performance index tersebut dapat menunjukkan
peringkat keparahan pada tiap bus. Analisa kontingensi ini bertujuan
untuk mengetahui saluran mana yang memiliki dampak paling
berbahaya ke sistem jika terjadi pemadaman dan tindakan apa yang
harus diambil untuk meminimalkan efek pemadaman tersebut. (Burada,
Joshi, & Mistry, 2016)
7
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Operasi Sistem Tenaga Listrik
8
Pada sistemapembangkit tenagaalistrik terdiriadari satu ataualebih unit
pembangkitayang akan mengubah energi mekanik menjadiaenergi listrik.
Sistem transmisiaberfungsi menyalurkan energi listrikadari sistem pembangkit
ke sistemadistribusi, sedangkan sistemadistribusi berfungsiauntuk menyalurkan
energialistrik menuju konsumen, seperti yang ditunjukkanapada diagram garis
di bawahaini.
9
Gambar 2. 3 Tipe Jaringan Radial
10
dibawah ini, terlihat pada kedua sisi penyulang terpasang pemutus tenaga
sehingga jika terjadi gangguan maka dapat dialihkan ke penyulang lainnya
sehingga pemadaman dapat diminimalisasikan.
Adapun spesifikasi dari jaringan tie line ini adalah sebagai berikut :
Bentuk jaringan yang relative kompleks dikarenakan menggunakan
perangkat tambahan kontrol otomatis pada 2 penyulang sekaligus yaitu
Automatic Transfer Switch yang akan difungsikan jika salah satu
penyulang mengalami gangguan sehingga arus listrik langsung dialihkan
ke penyulang lainnya.
Investasi yang relative mahal.
Kualitas listrik yang baik, dikarenakan beban yang dikendalikan
jumlahnya.
Keandalan sistem yang baik, dikarenakan minim terjadinya gangguan
yang mempengaruhi pelanggan untuk terjadinya pemadaman.
3. Tipe Ring/Loop
Tipe jaringan ini merupakan tipe jaringan yang tersambung secara utuh
dari penyulang satu dengan penyulang lainnya. Pada gambar dibawah ini dapat
terlihat bahwa pelanggan atau beban dapat dilayani dari dua arah atau
11
penyulang. Jika terjadi gangguan atau pemadaman pada salah satu penyulang
dapat dialihkan ke penyulang lainnya dan daerah yang mengalami gangguan
dapat di batasi dengan adanya sakelar seksi otomatis sehingga luas area
pemadaman dapat diminimalisasi. Selain area pemadaman yang minim,
kualitas energi listrik yang diterima oleh pelanggan pun baik seperti nilai
tegangan yang baik yang dikarenakan oleh adanya dua arah suplai listrik
tersebut. Ada dua bentuk yang dimiliki oleh jaringan tipe ini, yaitu :
Open Loop, bentuk ini terdapat pada jaringan yang dilengkapi dengan
normally open switch yang posisinya terletak pada salah satu bagian
gardu distribusi, dalam keadaan normal jaringan ini dalam kondisi
terbuka.
Close Loop, bentuk ini terdapat pada jaringan yang dilengkapi dengan
normally close switch yang posisinya terletak pada salah satu bagian
gardu distribusi, dalam keadaan normal jaringan ini dalam kondisi
tertutup.
12
Adapun spesifikasi dari jaringan ring/loop ini adalah sebagai berikut :
Bentuk jaringan yang sederhana dan dilengkapi dengan sakelar – sakelar
otomatis yang digunakan untuk meminimalisasi area pemadaman.
Investasi yang cukup mahal.
Dapat digunakan untuk daerah yang padat
Dapat diterapkan pada daerah yang memerlukan tingkat keandalan
system yang tinggi.
Kualitas dan kontinuitas energi listrik yang baik dikarenakan drop
tegangan dan rugi daya yang rendah.
4. Tipe Spindel
Tipe jaringan ini merupakan tipe jaringan yang menggabungkan tipe
ring/loop dan radial. Jaringan spindle terbentuk dari beberapa penyulang yang
setiap salurannya terdapat gardu distribusi untuk menyuplai listrik ke
pelanggan. Pada ujung masing- masing saluran/penyulang akan terhubung
dengan gardu hubung. Pada jaringan ini terdapat penyulang langsung/cadangan
(express feeder) yang juga dihubungkan dengan gardu hubung. Dengan adanya
penyulang langsung/cadangan (express feeder) ini maka keandalan system
tinggi, dikarenakan penyulang ini akan langsung menyuplai penyulang lain
yang mengalami gangguan. Pada kondisi normal masing-masing penyulang
akan beroperasi secara radial dan posisi penyulang langsung/cadangan (express
feeder) tidak teraliri atau terhubung dengan beban. Tipe jaringan ini sesuai
dangan kondisi kota-kota besar yang padat dan kontinuitas energi yang tinggi.
Jika terjadi gangguan pada salah satu penyulang maka sisi dari penyulang
tersebut yang mendapat suplai dari gardu induk akan terbuka dan membatasi
area yang mengalami gangguan, lalu sisi penyulang yang terhubung dengan
gardu hubung akan tertutup dan mendapat suplai dari gardu hubung melalui
penyulang langsung (express feeder).
13
Gambar 2. 6 Tipe Jaringan Spindle
Jika pembangkit listrik jauh dari pusat beban, sistem distribusi tidak
langsung akan diterapkan. Oleh karena itu, untuk menyalurkan listrik,
jaringan transmisi harus digunakan sebagai perantara sebelum
disambungkan ke jaringan distribusi.
15
Gambar berikut menunjukkan diagram skema sistem distribusi
tenaga listrikasecaraalangsung dan sistem distribusi tenagaalistrikasecara
tidak langsung.
16
Gambar 2. 8 Gardu Induk
17
3. Gardu Pembagi atau Gardu Distribusi
Pada sistem tenaga listrik gardu pembagi bisa disebut juga gardu
distribusi. Fungsi gardu distribusi dalam sistem tenaga listrik yaitu untuk
merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi
tegangan terpakai yang disalurkan ke konsumen (distribusi skunder).
Besar kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu distribusi
bergantung pada permintaan beban konsumen dan luas daerah yang akan
dialiri listrik. Transformator yang digunakan pada gardu distribusi yaitu
transformator satu fasa ataupun transformator tiga fasa.
2) Cadangan panas
Cadangan yang tersimpan sesuai dengan kondisi pembangkit
tenagaatermis, yang selalu dipanasi olehaPLTA denganakapasitas
air yang tersediaasetiap saat mampu untuk menggerakkannya.
3) Cadangan diam
Cadangan listrik yang tersimpan pada pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk
setiap saataguna menanggulangi kekurangan daya listrik.
a. Setiap gangguan yang terjadi dapatadengan mudah dilacak
dan diisolir sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk
itu diperlukan alat- alat pengaman dan alat pemutus tegangan
(air break switch).
b. Sistem proteksiadan pengamanajaringan harus tetapadapat
bekerjaadengan baikadan cepat.
20
c. Kualitas peralatan listrik yang dipasang di jaringan dapat
menahan tegangan berlebih (over voltage) dalam waktu singkat.
22
d. Kondisi Operasi
Kondisi opetasi yang dimaksud disini adalah kondisi lingkungan kerja
jaringan, seperti pengaruh suhu, kelembaban dan getaran yang akan
mempengaruhi kondisi kerja.
23
Saat membahas keandalanasistem, hal pertama yang perlu dilakukan ialah
mengidentifikasi malfungsi atau gangguan yang mencegah peralatan berfungsi
seperti yang diharapkan. Konsep reliabilitas meliputi:
b. Kegagalan
Kegagalan adalah akhir dari kemampuan perangkat untuk
menjalankan fungsi yang diperlukan.
c. Alasan kegagalan
Kondisi lingkungan selama desain, proses pembuatan atau kondisi
yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan.
d. Mode gagal
Efek yang dapat diamati dari kesalahan yang diketahui (seperti
keadaan sirkuit terbuka atau sirkuit pendek).
e. Mekanisme kegagalan
Proses fisik, kimia, atau lainnya yang menyebabkan kegagalan.
24
Berbagai tingkat keandalan layanan dapat dibagi menjadi 3a (tiga) jenis,
antaraalain :
1. Keandalan sistemayang tinggia (HighaReliabilityaSystem).
Dalam kondisi normal, asistem akan menyediakan kapasitasayang cukup
untuk memberikan dayaadengan perubahan tegangan yangabaik di bawah
beban puncak. Dan dalam keadaan darurat, jika jaringan terputus, tentu saja
sistem akan membutuhkan banyak peralatan dan tindakan perlindungan untuk
menghindari segala bentuk gangguan pada sistem.
2. Sistem Keandalan Sedang
Dalam kondisi normal, asistem akan menyediakan kapasitas yangacukup
untuk memberikanadaya dengan perubahan tegangan yang baik di bawah
beban puncak. Dan dalam keadaan darurat, jika jaringan terputus, bahkan
dalam kondisi beban puncak, sistem tetap dapat menyediakan layanan untuk
sebagian beban. Oleh karena itu, sistem membutuhkan banyak peralatan untuk
mengatasi gangguanatersebut.
3. Sistem Keandalan Rendah
Dalam kondisi normal, asistem akan menyediakanakapasitas yang cukup
untukamemberikan dayaadengan perubahan tegangan yangabaik di bawah
beban puncak. Namun, jika terjadi gangguanapada jaringan, sistem tidak dapat
melayaniabeban sama sekali. Karena itu perlu dilakukannya perbaikan sistem
untuk mengatasi hal tersebut. Tentunya dalam sistem dengan tingkat keandalan
yang rendah jumlah perangkat pengaman relatif sedikit.
25
A. Gangguan PadaaSistem Distribusi
Gangguan padaasistem distribusi daya merupakan gangguanapada
sistem tenagaalistrik yang menyebabkan pengoperasian relai pengaman
feeder membuka pemutus arus gardu induk, sehingga menyebabkan pasokan
listrik terputus. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan yang
dilalui arus gangguan tidakamengalamiakerusakan. Oleh karena itu fungsi
alat pengamanaadalah mencegahakerusakan peralatan tanpa menghilangkan
gangguan.
26
2. Penurunanategangan yang cukupabesar akan menyebabkan penurunan
kualitasadaya danamengganggu operasi peralatan sistem yang
digunakan dalam kondisi normal.
3. Stabilitasasistem distribusiadayaaberkurang.
4. Rusaknyaaperalatan di tempat terjadinyaagangguan.
2.2.5 Kontingensi
27
Masalah terpenuhi atau tidak terpenuhinya tingkat keandalan yang
dinyatakan oleh sekuriti (n-1) sesungguhnya tidak hanya tergantung kepada
masalah kesiapan operasi unit pembangkit serta peralatan lainnya dalam
sistem, tetapi bergantung pula kepada besarnya cadangan berputar serta
penyetelan governor unit pembangkit dalam kaitannya dengan penggunaan
cadangan berputar. Makin tinggi cadangan berputar yang tersedia makin tinggi
keandalan sistem. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sekuriti (n-1)
adalah indeks keandalan yang mempermasalahkan konfigurasi sistem.
(Marsudi, 2016)
1. AnalisaaKontingensiaTunggal (N-1)
Analisaakontingensi tunggal (single contingency) merupakan peristiwa
kegagalan sistem yang disebabkan oleh kegagalan bagian tertentu dari
sistem. Ini berarti hanya boleh ada satu sistem yang terlepas dalam satu
waktu. Pemutusan elemen dapat terjadi di salah satu generator, saluran
transmisi, saluran distribusi atau pun pada transformator.
28
2. Analisa Kontingensi Jamak (N-k)
Analisa kontingensi jamak (multiple contingency) merupakan suatu
kejadian kegagalan sistem yang disebabkan oleh terputusnya aliran listrik
(outage) secara berurutan atau lebih dari satu komponen yang terlepas dari
sistem. Dengan kata lain, kontingensi jamak merupakan kontingensi tunggal
yang terjadi lebih dari satu kali. Perhitungan aliran arus pada tiap saluran
dapat dihitung dengan memperhitungkan faktora-afaktor distribusi dari
skenario kontingensiatunggal yang sudah dihitung lebihadahulu pada analisa
kontingensiatunggal.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
30
A
Identifikasiadaya aktif
dan tegangan bus
Simulasiaskenario
kontingensiapenyulang i
Identifikasiadaya aktif
dan teganganabus
Nilai PI
sesuai TIDAK Pemilihan penyulang yang
batas a akan dipasang kapasitor
toleransi?
Simulasi penentuan kapasitas
kapasitor pada aplikasi ETAP 16.0
YA
Pemasangan kapasitor pada penyulang
SELESAI
a
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah
31
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data dan Jenis Data Yang Dibutuhkan
33
Berdasarkan persamaanaPerformance Index di atas digunakanauntuk
melakukanaperhitungan masing-masing penyulang saataterjadinya keadaan
kontingensi. Hasilaperhitungan tersebut dapatamenunjukkan keandalanadan
kondisi sistem tenaga listrik, semakinabesar nilai Performance Index
makaasemakin besar resikoabahaya pada sistematersebut.
Kedua, aPerformance Index penyulang yang ditinjau berdasarkan nilai
tengangan bus yang dirumuskan melalui persamaan :
𝑉𝑗 𝑚𝑖𝑛 𝑉𝑗,𝑖
𝐼𝑃𝑉𝑖 = ∑𝑁
𝑖=1( ) + ∑𝑁
𝐿=1(𝑉 ) (3.2)
𝑉𝑗,𝑖 𝑗 𝑚𝑎𝑥
Keterangan :
𝐼𝑃𝑉𝑖 = IndeksaPerformaateganganakontingensi 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖
𝑉𝑗 𝑚𝑖𝑛 = Batasaminimal nilaiategangan padaabus ja (kV)
𝑉𝑗 𝑚𝑎𝑥 = Batasamaksimal nilaiategangan padaabus ja (kV)
𝑉𝑗,𝑖 = Nilaiategangan padaabus jasaatakontingensi
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖 a(kV)
34
Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa kontingensi akan
menyebabkan ENS (Energy Not Supplied) sistem semakin besar. ENS
merupakan indeks keandalan yang menyatakan total energi listrik yang tidak
tersalurkan oleh sistem kepada pelanggan selama periode satu tahun. Dengan
kata lain ENS merupakan salah satu dampak yang diakibatkan karena
terjadinya gangguan (kontingensi).
Secara sistematis ENS dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
ENS = Energy Not Suplied (KWh)
Pgangguan = Daya beban yang tidak tersalurkan pada saat gangguan (KW)
t = Durasi pemadaman saat terjadi gangguan (h)
35
Adapun beberapa pemodelan analisa sistem tenaga listrik yang dapat
dilakukan dengan menggunakan ETAP antara lain:
1. aliran daya,
2. hubung singkat,
3. starting motor,
4. transient stability,
5. koordinasi relay proteksi dan
6. sistem harmonisasi.
Proyek sistem tenaga listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian
yang dapat diubah langsung dari diagram satu garis dan atau jalur sistem
pentanahan.
36
Analisa kontingensi yang dilakukan dengan bantuan aplikasi ETAP
menerapkan prinsip dasar metode 1P1Q. Pada metode tersebut aliran daya
yang ditinjau berdasarkan akumulasi perubahan daya aktif dan tegangan
sebelum dan setelah kontingensi. Analisa aliran daya yang digunakan pada
simulasi kontingensi yaitu metode fast decouple. Pada metode Fast Decoupled
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perhitungan aliran daya dengan
per iterasi nya lebih cepat dan akurat dibanding metode aliran daya lainnya.
Namun, hal ini tidak luput akan menyebabkan jumlah iterasi aliran daya
menjadi lebih banyak.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Pengumpulan Data
4.1.1.1. Data Diagram Garis Tunggal Gardu Induk Betung
Diagram garis tunggal dari gardu induk Betung dalam bentuk visio dapat
digambarkan sebagai berikut :
Struktur jaringan distribusi pada gardu induk Betung dalam keadaan normal
beroperasi secara radial. Sehingga keandalan sistem distribusi pada gardu induk
Betung lebih rendah dibanding dengan jaringan distribusi lain di wilayah Palembang
yang sudah menggunakan struktur jaringan Spindel. Hal ini disebabkan karena pada
38
struktur jaringan radial hanya memiliki satu jalur sumber yang menyuplai listrik ke
seluruh beban dalam saluran. Sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu titik
percabangan maka akan terjadi pemadaman pada saluran selama gangguan tersebut
belum selesai teratasi.
Diagram garis tunggal dari gardu induk Betung dalam bentuk ETAP dapat
digambarkan sebagai berikut:
Beban puncak pada jaringan distribusi gardu induk Betung umumnya terjadi
pada malam hari. Dengan beban terbesar ditanggung oleh penyulang Kroket dengan
beban puncak sebesar 7 MW dan beban terkecil yang ditanggung berada pada
penyulang Tempoyak, yaitu sebesar 1,19 MW. Berikut data beban puncak pada
periode Maret 2021 dapat dilihat pada tabel 4.3.
39
Tabel 4. 1 Data Beban Puncak Gardu Induk Betung
BEBAN PUNCAK
N0 Gardu Induk / Penyulang KAPASITAS Siang Malam
Amp Teg MW % Amp Teg MW %
GI BETUNG
TD-1 60 MVA/150-20 kV 60 325 22 10.44 19.34% 457 22 14.73 27.28%
1 Pempek 134 4.30 189 6.09
Kopel-1
TD-2 60 MVA/150-20 kV 60 267 22 8.61 15.95% 294 22 9.57 17.72%
Transformator
Daya #2 BETUNG 60 MVA ABB IZ2635 150/22 1732 50
4.1.1.5. Data Panjang Saluran dan Impedansi Saluran Gardu Induk Betung
40
Tabel 4. 3 Data Penghantar
41
Gambar 4. 4 Data Mapsources Penyulang Bakwan
42
Gambar 4. 6 Data Mapsources Penyulang Lenggang
43
Gambar 4. 8 Data Mapsources Penyulang Celimpungan
44
4.1.2. Hasil Simulasi Aliran Daya
Analisa aliran daya disimulasikan terjadi pada beban puncak yang umumnya
terjadi pada malam hari dengan total beban sebesar 25,35MW.
45
4.1.2.2. Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Dengan ETAP
46
Gambar 4. 12 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 2
47
Pada skenario 3 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 2. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Kroket. Simulasi kontingensi skenario 3 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Kroket.
Pada skenario 4 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 1. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Lenggang. Simulasi kontingensi skenario 4 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Lenggang.
48
Skenario 5 (Penyulang Model)
Pada skenario 5 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 1. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Model. Simulasi kontingensi skenario 5 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Model.
49
Gambar 4. 16 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 6
50
Pada skenario 7 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 2. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Tempoyak. Simulasi kontingensi skenario 7 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Tempoyak.
51
tiga penyulang yang memiliki tegangan mendekati nilai ambang batas toleransi yang
diperbolehkan, yaitu penyulang Bakwan, penulang Pempek dan penyulang
Tempoyak. Representasi peringkat Performance Index (PI) saluran yang didapatkan
setelah pemasangan kapasitor bank berdasarkan hasil simulasi ETAP dapat dilihat
pada tabel 4.5.
52
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Masalah dan Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil studi di gardu induk Betung yang terletak di
wilayah Palembang. Analisa Kontingensi terkait Performance Index saluran pada
Gardu Induk Betung ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi keandalan sistem
tenaga listrik khususnya saluran distribusi apabila terjadi pelepasan secara tiba-tiba
pada salah satu penyulang yang dapat dilakukan dengan menggunakan kontingensi
(N-1).
Jaringan distribusi tenaga listrik pada gardu induk Betung merupakan salah
satu jaringan dengan tingkat keandalan yang rendah di wilayah UP3 Palembang.
Tercatat per periode 1 Maret 2021 - 1 Juni 2021 telah terjadi 617 kali pemadaman
pada gardu induk Betung dengan pemadaman yang diakibatkan gangguan terjadi
sebanyak 546 kali.
Pada gardu induk Betung disuplai daya oleh dua transformator dengan
kapasitas masing-masing 60 MVA. Transformator 1 menyuplai 4 penyulang yang
beroperasi sejak tahun 2017. yaitu penyulang Pempek, penyulang Bakwan,
penyulang Model, dan penyulang Lenggang. Sedangkan pada transformator 2
menyuplai 3 penyulang yang beroperasi sejak tahun 2019 yaitu penyulang
Celimpungan, penyulang Tempoyak, dan penyulang Kroket. Adapun data
pemadaman yang terjadi pada masing-masing penyulang di gardu induk Betung
dapat dilihat pada tabel 4.7.
53
Tabel 4. 7 Riwayat Pemadaman Masing-Masing Penyulang
Besar tegangan operasi pada sistem tenaga listrik telah diatur berdasarkan
(SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sehingga batasan nilai tegangan yang
diperbolehkan pada pengoperasian sistem tenaga listrik maksimum +10% dari
tegangan nominal dan batas minimum sebesar -10% dari tegangan nominal. Maka,
batas tegangan standar maksimal pada gardu induk Betung 22 kV adalah 24,2 kV
dan batas tegangan standar minimal pada gardu induk Betung 22 kV adalah 19,8 kV.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi normal, dari tujuh penyulang yang beroperasi pada gardu induk
Betung. terdapat satu penyulang yang mengalami jatuh tegangan diluar batas
toleransi yang diperbolehkan, yaitu pada penyulang Bakwan. Besar nilai jatuh
tegangan yang terjadi pada penyulang Bakwan yaitu sebesar 10,13%.
54
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang sebelum
kontingensi, dapat dilihat pada tabel 4.8.
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui besarnya tegangan pada bus penyulang
Bakwan saat tidak ada gangguan (kondisi normal), memiliki nilai tegangan yang
paling kecil sebesar 19,77 kV dan bus penyulang Kroket memiliki tegangan bus
paling besar yaitu sebesar 21,67 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan
diakibatkan Panjang saluran dari gardu induk Betung hingga gardu distribusi pertama
pada penyulang Bakwan memiliki jarak yang relatif jauh dan kapasitas beban yang
ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas beban pada penyulang lainnya.
Semakin jauh jarak saluran maka semakin besar rugi-rugi yang terjadi pada saluran.
Sehingga jatuh tegangan pada penyulang Bakwan melampaui batas toleransi. (SPLN
T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Analisa aliran daya disimulasikan terjadi pada periode beban puncak.
Umumnya beban puncak pada gardu induk Betung terjadi di malam hari dengan total
beban sebesar 25,67 MW dari total beban yang ditampu oleh tujuh penyulang.
Adapun nilai daya aktif dan reaktif hasil simulasi aliran daya pada kondisi normal
sebelum kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada
tabel 4.9.
55
Tabel 4. 9 Daya Aktif Dan Reaktif Pada Kondisi Normal
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
1 Pempek 5,603 3,537 183,3
2 Bakwan 3,030 1,905 104,5
3 Model 3,758 2,403 122,1
4 Lenggang 1,948 1,231 62,0
5 Celimpungan 1,591 1,011 50,4
6 Tempoyak 1,087 0,691 35,8
7 Kroket 6,837 4,368 216,1
Dari Tabel 4.9 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang. Penyaluran daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang paling besar saat tidak ada gangguan (kondisi normal), tersalurkan pada
penyulang Kroket. Hal ini dikarenakan total beban yang ditanggung oleh penyulang
Kroket merupakan total beban yang paling besar dibandingkan dengan kebutuhan
beban yang ditanggung oleh penyulang yang lain. Sehingga, aliran daya aktif, daya
reaktif dan arus yang tersalurkan pada penyulang Kroket lebih besar dibandingkan
penyulang lainnya. Sedangkan penyaluran daya aktif, daya reaktif, dan arus yang
paling kecil tersalurkan pada penyulang Tempoyak. Hal ini dikarenakan total beban
yang ditanggung oleh penyulang Kroket merupakan total beban yang paling kecil
dibandingkan dengan kebutuhan beban yang ditanggung oleh penyulang yang lain.
Sehingga, aliran daya aktif, daya reaktif dan arus yang tersalurkan pada penyulang
Kroket lebih kecil dibandingkan penyulang lainnya.
56
Tabel 4. 10 Skenario Kontingensi
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
1 Bakwan Outage
57
Dari Tabel 4.11 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 1. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 1, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya masih dalam kondisi normal kecuali penyulang Bakwan
atau tidak ada yang mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001:
2013 Tegangan Standar). Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang
setelah kontingensi (skenario 1), dapat dilihat pada tabel 4.12.
1 Bakwan Outage
Dari Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 1, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Pempek, penyulang Model, dan penyulang Lenggang.
Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Bakwan
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
58
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Bakwan. Peningkatan
tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan dan masih dalam batasan normal atau
tidak ada yang mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Sedangkan, untuk
penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal. Nilai tegangan yang paling kecil diantara
enam penyulang yang beroperasi adalah tegangan yang tersalurkan pada penyulang
Tempoyak. Semakin jauh jarak saluran maka semakin besar rugi-rugi yang terjadi
pada saluran. Sehingga jatuh tegangan pada penyulang Bakwan melampaui batas
toleransi.
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
2 Celimpungan Outage
59
Dari Tabel 4.13 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 2. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 2, dari enam penyulang yang
beroperasi, memiliki nilai tegangan yang paling kecil sebesar 19,77 kV pada bus
penyulang Bakwan dan bus penyulang Kroket memiliki tegangan bus paling besar
yaitu sebesar 21,72 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan masih sama
dengan kondisi normal yang diakibatkan oleh panjang saluran dari gardu induk
Betung hingga gardu distribusi pertama pada penyulang Bakwan yang relatif jauh
dan kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas beban
pada penyulang lainnya.
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 2), dapat dilihat pada tabel 4.14.
2 Celimpungan Outage
Dari Tabel 4.14 dapat diketahui nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 2. Meskipun terdapat kenaikan
60
tegangan pada penyulang Tempoyak dan Kroket. Namun pada penyulang Bakwan
masih memiliki nilai tegangan diluar batas toleransi. Kenaikan nilai tegangan pada
penyulang Tempoyak dan penyulang Kroket dikarenakan saluran distribusi yang
dilepas pada penyulang Celimpungan mendapatkan suplai dari transformator 2.
Sehingga, penyulang lain yang mendapatkan suplai daya yang sama dari
transformator 2 tegangannya dapat meningkat karena lepasnya saluran distribusi
pada penyulang Bakwan. Peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Sedangkan, untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 1 tidak
mengalami perubahan tegangan dari kondisi normal. Maka dari itu, nilai tegangan
pada penyulang Bakwan tidak mengalami kenaikan dan masih terjadi jatuh tegangan
di luar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
3 Kroket Outage
61
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 3. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 3, dari enam penyulang yang
beroperasi, memiliki nilai tegangan yang paling kecil sebesar 19,77 kV pada bus
penyulang Bakwan dan bus penyulang Celimpungan memiliki tegangan bus paling
besar yaitu sebesar 21,79 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan masih
sama dengan kondisi normal yang diakibatkan oleh panjang saluran dari gardu induk
Betung hingga gardu distribusi pertama pada penyulang Bakwan yang relatif jauh
dan kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas beban
pada penyulang lainnya. Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang
setelah kontingensi (skenario 3), dapat dilihat pada tabel 4.16.
3 Kroket Outage
Dari Tabel 4.16 dapat diketahui nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 3. Meskipun terdapat kenaikan
62
tegangan pada penyulang Tempoyak dan Celimpungan. Namun pada penyulang
Bakwan masih memiliki nilai tegangan diluar batas toleransi. Kenaikan nilai
tegangan pada penyulang Tempoyak dan penyulang Celimpungan dikarenakan
saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Kroket mendapatkan suplai dari
transformator 2. Sehingga, penyulang lain yang mendapatkan suplai daya yang sama
dari transformator 2 tegangannya dapat meningkat karena lepasnya saluran distribusi
pada penyulang Bakwan. Peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Sedangkan, untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 1 tidak
mengalami perubahan tegangan dari kondisi normal. Maka dari itu, nilai tegangan
pada penyulang Bakwan tidak mengalami kenaikan dan masih terjadi jatuh tegangan
di luar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
4 Lenggang Outage
63
Dari Tabel 4.17 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 4. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 4, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya dalam kondisi normal atau tidak ada yang mengalami
jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 4), dapat dilihat pada tabel 4.18.
4 Lenggang Outage
Dari Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 4, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Pempek, penyulang Model, dan penyulang Bakwan.
Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Lenggang
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
64
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Lenggang. Meskipun
peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan, peningkatan tersebut
membuat nilai tegangan pada penyulang Bakwan dalam kondisi normal atau tidak
mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Dimana pada kondisi normal
sebelum terjadi kontingensi penyulang Bakwan memiliki nilai tegangan diluar batas
tegangan yang diperbolehkan (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sedangkan,
untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal.
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
5 Model Outage
Dari Tabel 4.19 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 5. Penyaluran daya
65
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 5, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya dalam kondisi normal atau tidak ada yang mengalami
jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 5), dapat dilihat pada tabel 4.20.
5 Model Outage
Dari Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 5, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Pempek, penyulang Lenggang, dan penyulang
Bakwan. Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Model
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Model. Meskipun
peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan, peningkatan tersebut
66
membuat nilai tegangan pada penyulang Bakwan dalam kondisi normal atau tidak
mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Dimana pada kondisi normal
sebelum terjadi kontingensi penyulang Bakwan memiliki nilai tegangan diluar batas
tegangan yang diperbolehkan (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sedangkan,
untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal.
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
5 Pempek Outage
Dari Tabel 4.21 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 6. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
67
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 6, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya dalam kondisi normal atau tidak ada yang mengalami
jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 6), dapat dilihat pada tabel 4.22.
6 Pempek Outage
Dari Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 6, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Model, penyulang Lenggang, dan penyulang Bakwan.
Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Model
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Model. Meskipun
peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan, peningkatan tersebut
membuat nilai tegangan pada penyulang Bakwan dalam kondisi normal atau tidak
68
mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Dimana pada kondisi normal
sebelum terjadi kontingensi penyulang Bakwan memiliki nilai tegangan diluar batas
tegangan yang diperbolehkan (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sedangkan,
untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal.
No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
7 Tempoyak Outage
Dari Tabel 4.23 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 7. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
69
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 7, dari enam penyulang yang
beroperasi, memiliki nilai tegangan yang paling kecil pada bus penyulang Bakwan
yaitu sebesar 19,77 kV dan bus penyulang Celimpungan memiliki tegangan bus
paling besar yaitu sebesar 21,79 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan
masih sama dengan kondisi normal yang diakibatkan oleh panjang saluran dari gardu
induk Betung hingga gardu distribusi pertama pada penyulang Bakwan yang relatif
jauh dan kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas
beban pada penyulang lainnya. Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang setelah kontingensi (skenario 7), dapat dilihat pada tabel 4.24.
7 Tempoyak Outage
Dari Tabel 4.24 dapat diketahui nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 7. Meskipun terdapat kenaikan
tegangan pada penyulang Kroket dan Celimpungan. Namun pada penyulang Bakwan
masih memiliki nilai tegangan diluar batas toleransi. Kenaikan nilai tegangan pada
penyulang Kroket dan penyulang Celimpungan dikarenakan saluran distribusi yang
dilepas pada penyulang Tempoyak mendapatkan suplai dari transformator 2.
70
Sehingga, penyulang lain yang mendapatkan suplai daya yang sama dari
transformator 2 tegangannya dapat meningkat karena lepasnya saluran distribusi
pada penyulang Bakwan. Peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Sedangkan, untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 1 tidak
mengalami perubahan tegangan dari kondisi normal. Maka dari itu, nilai tegangan
pada penyulang Bakwan tidak mengalami kenaikan dan masih terjadi jatuh tegangan
di luar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
71
4 7 Tempoyak 5,65 0,11 5,77
5 6 Model 5,65 0,12 5,77
6 5 Pempek 5,64 0,13 5,77
7 1 Bakwan 5,61 0,12 5,72
Dari Tabel 4.25 dapat diketahui nilai performance index sistem dari nilai
tertinggi sampai terendah. Berdasarkan hasil performance index didapatkan nilai
performance index tertinggi terjadi pada penyulang Kroket yang memiliki nilai
performance index daya aktif sebesar 0,17 dan nilai performance index tegangan
sebesar 5,66. Nilai performance index menunjukkan dampak kejadian kontingensi
apabila terjadi pada penyulang Kroket akan memberikan dampak terburuk pada
sistem sehingga mempengaruhi sistem keamanan pada gardu induk Betung.
Mengingat beban puncak yang ditanggung oleh penyulang Kroket merupakan total
beban yang paling besar dibandingkan dengan beban pada penyulang yang lain.
Berdasarkan aplikasi ETAP 16.0. yang digunakan, perhitungan performance
index sistem yang dihasilkan merupakan hasil iterasi dari performance index sistem
secara keseluran pada masing-masing penyulang. Untuk melihat dampak yang
ditimbulkan terhadap nilai performance index saluran apabila dilakukan kontingensi
pada penyulang kroket secara detail dapat dihitung berdasarkan persamaan (3.1) dan
persamaan (3.2).
KROKET
Bakwan 0.02594 Memenuhi
Celimpungan 0.007378 Memenuhi
Lenggang 0.010722 Memenuhi
Model 0.039902 Memenuhi
Pempek 0.0887 Memenuhi
Tempoyak 0.003444 Memenuhi
TOTAL PIMW 0.176086 Memenuhi
72
Berdasarkan aplikasi ETAP 16.0. didapatkan nilai performance index daya
aktif (PIMW) pada penyulang Kroket sebesar 0.17. Sedangkan untuk persamaan
(3.1) menghasilkan nilai performance index daya aktif (PIMW) sebesar 0.176086.
Dapat diketahui bahwa nilai PIMW sistem yang didapat pada saat terjadi nya
kontingensi pada penyulang Kroket masih berada di bawah batas toleransi. Sehingga,
apabila terjadi pelepasan penyulang Kroket secara tiba-tiba sistem tetap dapat
beroperasi secara normal. Meskipun penyulang Kroket memiliki nilai performance
index sistem yang paling besar dibandingkan performance index penyulang yang
lain.
Tabel 4. 27 Perhitungan PIV Skenario 3 (Penyulang Kroket)
KROKET
Bakwan 1.001517 Tidak Memenuhi Standar
Celimpungan 0.908674 Memenuhi
Lenggang 0.923507 Memenuhi
Model 0.938834 Memenuhi
Pempek 0.94873 Memenuhi
Tempoyak 0.943756 Memenuhi
TOTAL PIV 5.665018 Memenuhi
73
sudah terjadi dari sebelum dilakukannya scenario kontingensi. Maka, dapat dikatakan
apabila terjadi pelepasan pada penyulang Kroket, secara keseluruhan sistem tetap
dapat beroperasi secara normal.
Untuk menjaga sistem jaringan distribusi gardu induk Betung dalam kondisi
optimal pada kondisi normal ataupun kondisi kontingensi. Perlu dilakukan mitigasi
dengan cara melakukan pemasangan kapasitor bank pada penyulang yang memiliki
tegangan diambang batas toleransi yang diperbolehkan. Terdapat tiga penyulang
yang beroperasi dengan tegangan yang nilainya diambang batas toleransi, yaitu
penyulang Bakwan, penyulang Pempek dan penyulang Tempoyak.
Pemasangan kapasitor bank dilakukan dengan melakukan simulasi Optimal
Capacitor Placement pada aplikasi ETAP 16.0. Perhitungan dan letak posisi
pemasangan kapasitor bank yang ditentukan ETAP dapat dilihat pada gambar 4.18
dan 4.19.
74
Gambar 4. 19 Pemasangan Kapasitor Bank Pada Penyulang Tempoyak
75
Gambar 4. 20 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Pemasangan Kapasitor Bank
76
Hasil perhitungan peringkat performance index saluran yang didapatkan
setelah adanya mitigasi dengan penambahan kapasitor bank membuat representasi
performance index saluran pada masing-masing penyulang menjadi lebih rendah.
Semakin kecil nilai performance index yang didapat maka semakin kecil dampak
yang ditimbulkan terhadap sistem jika terjadi kontingensi. Urutan performance index
masing-masing saluran pada gardu induk Betung setelah mitigasi dapat dilihat pada
tabel 4.7. Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa pemasangan kapasitor bank
memberikan penurunan terhadap nilai performance index tegangan. Adapun
penurunan nilai performance index tegangan dapat dilihat pada tabel 4.28.
Untuk performance index daya aktif pada kondisi sebelum dan setelah
mitigasi, tidak menunjukkan adanya perubahan nilai. (Dapat dilihat pada tabel 4.7)
Hal ini disebabkan karena untuk menentukan performance index daya aktif
diperhitungkan berdasarkan aliran daya aktif atau total beban yang mengalami
kontingensi (gangguan). Karena beban puncak sebelum dan setelah mitigasi tidak
terdapat perubahan, maka performance index daya aktif yang didapatkan setelah
mitigasi sama dengan performance index kondisi awal.
77
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Pada kondisi normal, total beban puncak yang ditanggung oleh gardu induk
Betung sebesar 25,35MW. Sedangkan pada saat beban rendah hanya sebesar
21,49MW.
2. Pada kondisi nomal sebelum kontingensi, terdapat jatuh tegangan sebesar
10,13% pada penyulang Bakwan. Jatuh tegangan pada penyulang Bakwan
diakibatkan karena panjang saluran dari gardu induk Betung hingga gardu
distribusi pertama pada penyulang Bakwan memiliki jarak yang relatif jauh dan
kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas
beban pada penyulang lainnya.
3. Perhitungan PI yang dilakukan menghasilkan 7 urutan performance index
tegangan (PIV) dan performance index daya aktif (PIMW). Untuk PIV terbesar
didapatkan pada skenario 2 dengan nilai PIV sebesar 5,67. Sedangkan PIMW
terbesar didapatkan pada skenario 3 dengan nilai PIMW sebesar 0,17.
4. Perhitungan PI merupakan representasi tingkat keparahan yang ditimbulkan
apabila terjadi peristiwa kontingensi pada gardu induk Betung. Oleh karena itu
informasi tentang jumlah, letak, atau besarnya saluran yang overload dan atau
bus yang undervoltage tidak bisa diperoleh berdasarkan nilai PI tersebut.
5. Dilakukan mitigasi dengan cara pemasangan kapasitor bank pada penyulang
Bakwan dengan kapasitas sebesar 4061,31kVAR, penyulang Pempek sebesar
447,94kVAR, dan penyulang Tempoyak sebesar 445,43 kVAR, membuat
pengoperasian sistem menjadi lebih optimal dan representasi PIV juga
menurun.
6. Jaringan sistem tenaga listrik pada gardu induk Betung memiliki keamanan
yang cukup baik. Dari 7 skenario kontingensi yang dilakukan, sistem tetap
dapat beroperasi dalam keadaan normal.
78
5.2. Saran
1. Melakukan analisa kontingensi pada gardu induk lainnya yang ada di wilayah
UP3 Palembang untuk melihat keandalan pada sistem lainnya.
2. Menjadikan analisa kontingensi sebagai salah satu pertimbangan untuk
penilaian keandalan pada sistem jaringan distribusi di UP3 Palembang.
3. Analisa kontingensi terhadap performance index dapat dikembangkan dengan
menyatukan dua buah gardu induk atau lebih.
4. Analisa kontingensi dapat dilakukan dengan mensimulasikan lebih dari elemen
sistem yang mengalami gangguan (N-k).
79
DAFTAR PUSTAKA
Abul’Wafa, A. R., El’Garably, A., & Nasser, S. (2019). Power System Security Assessment
under N-1 and N-1-1 Contingency. International Journal of Engineering Research
and Technolog, 1-10.
Burada, S., Joshi, D., & Mistry, K. D. (2016). Contingency Analysis of Power System by
using . IEEE International Conference on Power Electronics. Intelligent Control and
Energy Systems (ICPEICES-2016), 1.
Falah, M. Z., Sujito, & Wirawan, d. I. (2019). Contingency Analysis on 150KV Electricity
Power System On Madura Island Based on the 1P1Q Method. Atlantis Highlights in
Engineering, 1.
Guide for Remedial Action Schemes. (2006). WECC remedial Action Scheme Design Guide.
IT PLN. (2020). PEDOMAN TUGAS AKHIR. JAKARTA: IT PLN.
K. Radha Rani, J. Amarnath, and S. Kamakshaiah. (2011). Contingency Analysis under
Deregulated Power Systems. ICGST-ACSE Journal, 11.
K. Verma and K. R. Niazi. (2012). Contingency Constrained Power System Security
Assessment using Cascade Neural Network. J. Electr. Syst, 8.
Marsudi, D. (2016). Operasi Sistem Tenaga Listrik Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu .
Nofendra, Riko. (2008). PENENTUAN STATUS OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
MENGGUNAKAN PERFORMANCE INDEX.. ISSN: 0854-8471, 2.
PLN. (1986). SPLN. JAKARTA: PLN.
Raj, N., & Gupta. (2016). Contingency Analysis of 5 Bus Sub-Station . International Journal
of Innovative Research in Science, 1-6.
Suswanto, d. (2009). SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Padang: Graha Ilmu.
Syukriyadin, Susanti Rahmi. (2010). Analisa Kemampuan Saluran Berdasarkan Metode
Contingency N-1 Analysis. Jurnal Rekayasa Elektrika,9.
T. Guler, G. Gross, M. Liu. (2007). Generalized Line Outage Distribution Factors. Power
Systems, EEE Trans. 22.
Wood, A. J., Wollenberg, B. F., & Sheble, G. B. (2014). Power Generation, Operation, and
Control. Hoboken: y John Wiley & Sons, Inc.
80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. Data Personal
NIM : 201711029
Nama : Ananda Rizky Utami
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 16 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : S1 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Alamat Rumah : Jalan Mayorzen Lorong Mufakat RT/RW 02, No.
81, Sei Selincah, Kalidoni, Palembang.
Kode Pos : 30119
Telp / Hp : 085709651818
Email : anandaaru16@gmail.com
b. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
81
LAMPIRAN
82
83
Lampiran 2. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 1
84
Lampiran 3. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 2
85
Lampiran 4. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 3
86
Lampiran 5. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 4
87
Lampiran 6. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 5
88
Lampiran 7. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 6
89
Lampiran 8. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 7
90
Lampiran 9. Hasil Repot ETAP Setelah Mitigasi Pemasangan Kapasitor
91
92
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Memenuhi Persyaratan Akademik dan
Keuangan
93
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : ANANDA RIZKY UTAMI
NIM : 201711029
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Dosen Pembimbing Magang : Adri Senen, S.T., M.T.
Judul Kerja Magang : Analisa Kontingensi Terhadap
Performance Index Sistem Tenaga
Listrik 20 KV di PT. PLN UP3
Palembang
94
25 April 2021 Konsultasi dan persiapan sidang
skripsi
22 Juni 2021 Pengecekan dan
pembahasan skripsi BAB IV
dan BAB V
09 Juli 2021 Revisi skripsi BAB IV
95