Anda di halaman 1dari 115

Halaman Sampul

SKRIPSI

ANALISA KONTINGENSI TERHADAP PERFORMANCE


INDEX SISTEM TENAGA LISTRIK 20KV DI PT. PLN
UP3 PALEMBANG

DISUSUN OLEH :

ANANDA RIZKY UTAMI


NIM : 201711029

PROGRAM STUDI STRATA SATU TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
aTERBARUKANa
INSTITUTaTEKNOLOGIaPLN
JAKARTA 2021
ANALISA KONTINGENSI TERHADAP PERFORMANCE
INDEX SISTEM TENAGA LISTRIK 20KV DI PT. PLN UP3
PALEMBANG
Halaman Judul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Disusun Oleh:
ANANDA RIZKY UTAMI
NIM : 201711029

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA 2020

ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Ananda Rizky Utami


NIM : 201711029
Program Studi : Strata-1
Fakultas : Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan
Judul Skripsi : Analisa Kontingensi Terhadap Performance Index Sistem
Tenaga Listrik 20KV di PT. PLN (Persero) UP3 Palembang

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan Institut
Teknologi PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan ini
tidak benar.

Jakarta, 19 Juli 2021

(Ananda Rizky Utami)

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SKRIPSI

ANALISA KONTINGENSI TERHADAP PERFORMANCE INDEX


SISTEM TENAGA LISTRIK 20KV DI PT. PLN UP3
PALEMBANG

Disusun Oleh:

ANANDA RIZKY UTAMI


NIM : 201711029

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Jakarta, 19 Juli 2021

Mengetahui, Disetujui,
Kepala Program Studi S1 Teknik Elektro Dosen Pembimbing
Digitally signed by Tony Koerniawan Digitally signed by Adri Senen
DN: OU=Fakultas Ketenagalistrikan DN: C=ID, OU=FKET, O=Institut
dan Energi Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN=Adri Senen,
Teknologi PLN, CN=Tony E=adrisenen@itpln.ac.id
Koerniawan, Reason: I am the author of this
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id document
Reason: I am the author of this Location: your signing location
document here
Date: 2021.07.18 18:25:08+07'00'
Location: Jakarta
Foxit PhantomPDF Version:
Date: 2021-09-14 13:54:11 10.1.0

Tony Koerniawan, S.T., M.T. Adri Senen, S.T., M.T.


NIP : 1984201009A NIDN : 198104062005011003

iv
Digitally signed by Tony
Koerniawan
DN: OU=Fakultas
Ketenagalistrikan dan Energi
Terbarukan, O=Institut Teknologi
PLN, CN=Tony Koerniawan,
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this
document
Location: Jakarta
Date: 2021-09-14 13:54:31
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada yang terhormat:

(Adri Senen, S.T., M.T.) Selaku Dosen Pembimbing

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga skripsi


ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :


1. Bapak drs. H. Fardiman
2. Ibu Hj. Nyayu Noviyanti
3. Bapak Nanang Prasetyo
4. Bapak Marwan Masalan
5. Bapak Kresna

Yang telah mengijinkan, memberi semangat dan ilmu yang berguna dalam
melaksanakan kegiatan kerja magang dan penelitian di PT. PLN (Persero) UP3
Palembang.

Jakarta, 19 Juli 2021

Ananda Rizky Utami


201711029

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Ananda Rizky Utami
NIM : 201711029
Program Studi : Strata-1 Teknik Elektro
Fakultas : Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Teknologi - PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISA KONTINGENSI TERHADAP PERFORMANCE INDEX SISTEM


TENAGA LISTRIK 20KV DI PT. PLN UP3 PALEMBANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih media /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pem ilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 19 Juli 2021
Yang menyatakan,

(Ananda Rizky Utami)

vii
ANALISA KONTINGENSI TERHADAP PERFORMANCE INDEX
SISTEM TENAGA LISTRIK 20KV DI PT. PLN UP3 PALEMBANG

Ananda Rizky Utami, 201711029


Dibawah bimbingan Adri Senen, S.T., M.T.

ABSTRAK (Indonesia)

Sistem tenaga listrik harus mampu mengatasi segala kemungkinan gangguan


yang dapat terjadi. Gangguan dapat menyebabkan penurunan keandalan serta kinerja
dalam sistem tenaga listrik. Tercatat telah terjadi 546 gangguan yang mengakibatkan
pemadaman pada penyulang di gardu induk Betung selama bulan Maret 2021 - Juni
2021. Untuk itu diperlukan upaya analisa kontingensi pada pengoperasian gardu
induk Betung. Analisa kontingensi merupakan teknik analisis untuk memodelkan
setiap skenario gangguan yang mungkin terjadi. Analisa kontingensi yang dilakukan
bertujuan untuk menentukan nilai daya aktif dan tegangan pada kondisi normal
ataupun saat terjadi kontingensi, serta untuk menentukan representasi urutan
performance index (PI). PI merupakan suatu besaran yang mewakilkan seberapa
besar dampak apabila terjadinya peristiwa gangguan di dalam sistem. Analisa
kontingensi dengan metode performance index dilakukan dengan membuat urutan
prioritas PI berdasarkan perhitungan daya aktif dan tegangan setelah terjadinya
kontingensi pada aplikasi ETAP 16.0. Sehingga, setiap skenario kontingensi dapat
diurutkan berdasarkan nilai PI yang terbesar hingga yang terkecil. Semakin besar
nilai PI yang didapatkan, maka dampak yang ditimbulkan dari gangguan akan
semakin besar. Dari hasil simulasi ETAP 16.0. yang didapatkan, nilai PIV terbesar
didapatkan pada skenario 2 dengan nilai sebesar 5,67. Sedangkan PIMW terbesar
didapatkan pada skenario 3 dengan nilai sebesar 0,17. Untuk memperkecil nilai PIV,
dilakukan pemasangan kapasitor bank pada beberapa penyulang, yaitu penyulang
Bakwan dengan kapasitas kapasitor sebesar 4061,31kVAR, penyulang Pempek
sebesar 447,94 kVAR, dan penyulang Tempoyak sebesar 445,43 kVAR. Hasil
performance index tegangan yang didapatkan setelah adanya mitigasi dengan
penambahan kapasitor bank membuat representasi PIV pada masing-masing
penyulang menjadi lebih rendah, yaitu sebesar 5.58.
Kata kunci : Gangguan, Analisa Kontingensi, Performance Index, Tegangan, dan
Daya Aktif.

viii
CONTINGENCY ANALYSIS OF PERFORMANCE INDEX ON 20KV
ELECTRICITY POWER SYSTEM IN PT. PLN UP3 PALEMBANG

Ananda Rizky Utami, 201711029


Under the Guidance of Adri Senen, S.T., M.T.

ABSTRACT (Inggris)

The electric power system must be able to cope with any possible disruptions
that can occur. Disruptions can lead to decreased reliability as well as performance
in electrical power systems. There have been 546 disruptions that resulted in outages
at the Betung substation during March 2021 - June 2021. Therefore, contingency
analysis efforts are required on the operation of betung substation. Contingency
analysis is an analysis technique to model any possible disruption scenario.
Contingency analysis is aimed at determining the value of active power and voltage
during normal conditions or when contingency occurs, as well as to determine the
representation of the performance index (PI) sequence. PI is a magnitude that
represents how much impact if there is a disruption event in the system. Contingency
analysis with performance index method is done by making the order of PI priority
based on the calculation of active power and voltage after the contingency in ETAP
16.0 application. Thus, each contingency scenario can be sorted by the largest to the
smallest PI values. Greater value of PI, greater impact of interference. From the
simulation result of ETAP 16.0. the largest PIV is obtained in skenario 2 with a value
of 5.67. While the largest PIMW is obtained in skenario 3 with a value of 0.17. To
improve system reliability, were made to install capacitor banks on several feeders,
Bakwan feeder of 4061.31 kVAR, Pempek feeder of 447.94 kVAR, and the Tempoyak
feeder of 445.43 kVAR. The results of the PIV obtained after mitigation with the
addition of a capacitor bank make the representation of the PIV for each feeder
lower, with the value of 5.58.
Keywords : Interference, Contingency Analysis, Performance Index, Voltage, and
Active Power.

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................................... i

Halaman Judul ....................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ..........................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................... vii

ABSTRAK (Indonesia) ....................................................................................... viii

ABSTRACT (Inggris) ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................3
1.5 Ruang Lingkup Masalah ....................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................6


2.1 Penelitian yang Relevan .....................................................................................6
2.2 Landasan Teori ..................................................................................................8
2.2.1 Operasi Sistem Tenaga Listrik ..............................................................8
2.2.2 Tipe Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ................................................9
2.2.3 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ...................................................... 14

x
2.2.4 Keandalan Sistem Tenaga Listrik ....................................................... 22
2.2.5 Kontingensi ........................................................................................ 27
2.2.6 Analisa Kontingensi ........................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 30


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 30
3.2 Desain Penelitian ............................................................................................. 30
3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 32
3.3.1 Sumber Data dan Jenis Data Yang Dibutuhkan ................................... 32
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................32
3.4 Metode Analisa Data ....................................................................................... 33
3.4.1 Kontingensi dengan Metode Performance Index................................. 33
3.4.2 Electrical Transient Analyser Program (ETAP) ................................. 35
3.4.3 Analisa Kontingensi dengan Menggunakan ETAP 16.0. ..................... 36
3.5 Jadwal Penelitian............................................................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 38


4.1. Hasil ................................................................................................................ 38
4.1.1. Hasil Pengumpulan Data .................................................................... 38
4.1.1.1. Data Diagram Garis Tunggal Gardu Induk Betung ............................. 38
4.1.1.3. Data Diagram Garis Tunggal ETAP Gardu Induk Betung ................... 39
4.1.1.3. Data Beban Puncak Gardu Induk Betung ............................................ 39
4.1.1.4. Data Transformator Gardu Induk Betung ............................................ 40
4.1.1.5. Data Panjang Saluran dan Impedansi Saluran Gardu Induk Betung ..... 40
4.1.2. Hasil Simulasi Aliran Daya ................................................................ 45
4.1.2.1. Hasil Simulasi Aliran Daya Sebelum Kontingensi Dengan ETAP ....... 45
4.1.2.2. Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Dengan ETAP ......... 46
4.1.3. Hasil Performance Index Saluran Setelah Kontingensi ....................... 51
4.1.3.1. Hasil Performance Index Saluran Setelah Mitigasi ............................. 51
4.2. Pembahasan..................................................................................................... 53
4.2.1. Pembahasan Masalah dan Objek Penelitian ........................................ 53
4.2.2. Aliran Daya pada Kondisi Normal Sebelum Kontingensi .................... 54
4.2.3. Aliran Daya Pada Gardu Induk Betung Setelah Kontingensi ............... 56
4.2.4. Performance Index Masing-masing Saluran........................................ 71
4.2.5. Performance Index Masing-masing Saluran Setelah Mitigasi.............. 74

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 78


5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 78
5.2. Saran ............................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 80

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 81

xi
LAMPIRAN .......................................................................................................... 82

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI ...................................................................... 94

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian .................................................................................... 37

Tabel 4. 1 Data Beban Puncak Gardu Induk Betung ................................................ 40


Tabel 4. 2 Data Transformator ................................................................................ 40
Tabel 4. 3 Data Penghantar ..................................................................................... 41
Tabel 4. 4 Performance Index Saluran Setelah Kontingensi .................................... 51
Tabel 4. 5 Peringkat Performance Index Saluran Setelah Mitigasi ........................... 52
Tabel 4. 6 Riwayat Pemadaman Gardu Induk Betung .............................................. 53

Tabel 4. 7 Riwayat Pemadaman Masing-Masing Penyulang .................................... 54


Tabel 4. 8 Tegangan Pada Kondisi Normal Sebelum Kontingensi ........................... 55
Tabel 4. 9 Daya Aktif Dan Reaktif Pada Kondisi Normal ........................................ 56
Tabel 4. 10 Skenario Kontingensi ........................................................................... 57
Tabel 4. 11 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 1. ........................... 57
Tabel 4. 12 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 1. ........................................... 58

Tabel 4. 13 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 2. ........................... 59
Tabel 4. 14 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 2 ............................................ 60
Tabel 4. 15 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 3. ........................... 61
Tabel 4. 16 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 3. ........................................... 62
Tabel 4. 17 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 4. ........................... 63
Tabel 4. 18 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 4. ........................................... 64

Tabel 4. 19 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 5. ........................... 65
Tabel 4. 20 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 5. ........................................... 66
Tabel 4. 21 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 6. ........................... 67
Tabel 4. 22 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 6. ........................................... 68
Tabel 4. 23 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 7. ........................... 69
Tabel 4. 24 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 7 ............................................ 70
xiii
Tabel 4. 25 Urutan Performance Index Daya Aktif ................................................. 71

Tabel 4. 26 Tabel Perhitungan PIMW Skenario 3 (Penyulang Kroket) ................... 72


Tabel 4. 27 Perhitungan PIV Skenario 3 (Penyulang Kroket) ................................. 73
Tabel 4. 28 Nilai Tegangan Setelah Pemasangan Kapasitor Bank ............................ 76
Tabel 4. 29 Penurunan Performance Index Tegangan Sebelum Dan Sesudah
Mitigasi. ................................................................................................................. 77

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik...................................................8

Gambar 2. 2 Diagram Garis Sistem Tenaga Listrik ...................................................9


Gambar 2. 3 Tipe Jaringan Radial ........................................................................... 10
Gambar 2. 4 Tipe Jaringan Tie Line ........................................................................ 11
Gambar 2. 5Tipe Jaringan Ring/Loop ...................................................................... 12
Gambar 2. 6 Tipe Jaringan Spindle .......................................................................... 14
Gambar 2. 7 Sistem Distribusi Langsung dan Tak Langsung ................................... 16
Gambar 2. 8 Gardu Induk........................................................................................ 17
Gambar 2. 9 Jaringan Distribusi Primer 20 kV ........................................................ 17
Gambar 2. 10 Gardu Distribusi Jenis Tiang ............................................................. 18
Gambar 2. 11 Jaringan Distribusi Sekunder 220 V .................................................. 19
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah.................................................... 31
Gambar 4. 1 Diagram Garis Tunggal Gardu Induk Betung ...................................... 38

Gambar 4. 2 Diagram Garis Tunggal ETAP ............................................................ 39


Gambar 4. 3 Data Mapsources Penyulang Pempek .................................................. 41
Gambar 4. 4 Data Mapsources Penyulang Bakwan ................................................. 42
Gambar 4. 5 Data Mapsources Penyulang Model .................................................... 42
Gambar 4. 6 Data Mapsources Penyulang Lenggang............................................... 43
Gambar 4. 7 Data Mapsources Penyulang Tempoyak ............................................. 43

Gambar 4. 8 Data Mapsources Penyulang Celimpungan ........................................ 44


Gambar 4. 9 Data Mapsources Penyulang Kroket .................................................. 44
Gambar 4. 10 Hasil Simulasi Aliran Daya Sebelum Kontingensi ............................ 45
Gambar 4. 11 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 1 ............ 46
Gambar 4. 12 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 2 ............ 47
Gambar 4. 13 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 3 ............. 47

xv
Gambar 4. 14 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 4 ............. 48

Gambar 4. 15 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 5 ............. 49


Gambar 4. 16 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 6 ............. 50
Gambar 4. 17 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 7 ............. 50
Gambar 4. 18 Pemasangan Kapasitor Bank Pada Penyulang Pempek dan Bakwan ..74
Gambar 4. 19 Pemasangan Kapasitor Bank Pada Penyulang Tempoyak .................. 75
Gambar 4. 20 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Pemasangan Kapasitor Bank ..... 76

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Repot ETAP Kondisi Normal ..................................................... 82


Lampiran 2. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 1 ............................. 84
Lampiran 3. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 2 ............................. 85
Lampiran 4. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 3 ............................ 86

Lampiran 5. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 4 ............................ 87


Lampiran 6. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 5 ............................ 88
Lampiran 7. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 6 ............................ 89
Lampiran 8. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 7 ............................ 90
Lampiran 9. Hasil Repot ETAP Setelah Mitigasi Pemasangan Kapasitor ................ 91
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Memenuhi Persyaratan Akademik dan
Keuangan................................................................................................................ 93

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya penggunaan listrikasebagai kebutuhanapokok


di kehidupan sehari-hari, sistematenagaalistrikamemiliki perananayang sangat
pentingadalam penyediaan danapenyaluran energialistrikayang efisien ke
pelanggan. Pada operasi sistematenagaalistrikaterdapatabeberapaahalayang
perlu diperhatikanayaituamutu listrik, keandalan dan ekonomi. Mutu listrik
meliputiakualitasateganganadanafrekuensiadariatenagaalistrikayangadijagaaseh
inggaaberadaapadaastandar yangaditetapkan. Keandalan meliputi angka padam
baik dari segi durasi pemadaman maupun jumlah frekuensi pemadaman.
Sedangkan pada aspek ekonomi dititik beratkan pada biaya operasi sistem yang
rendah tanpa melanggar batasan keandalan dan mutunya.
Tingkat keandalan sistem tenaga listrik di UP3 Palembang pada tahun
2020 dapat ditunjukkan berdasarkan nilai SAIDI dan SAIFI. Besar nilaiaSAIDI
sistem yangadidapatkanasebesar 19,59ajam/pelanggan/tahun. Sedangkan, besar
nilai SAIFI sistem yang didapat yaitu sebesar 9,79 kali/pelanggan/tahun.
Pengoperasian sistem tenaga listrik telah dianggap andal jika memiliki indeks
nilai SAIDI dan SAIFI yang tidak lebih dari batas maksimum yang telah
ditetapkan PLN. Batas maksimum SAIDI yang telah ditetapkan PLN
yaituasebesara21,09 jam/pelanggan/tahun dan SAIFI yaituasebesar 3,2a
kali/pelanggan/tahun (SPLN 68 – 2 : 1986). Untuk memberikan pelayanan
yang andal dan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Sistematenaga
listrikaharus mampuamengatasi segala kemungkinan gangguan yangadapat
terjadi. Gangguanadapat menyebabkan penurunan kualitas serta keandalan
dalam sistem pengoperasian tenaga listrik.
Gardu induk Betung merupakan gardu induk dengan jumlah gangguan
terbanyak berdasarkan akumulasi data gangguan di PT. PLN (Persero) pada
tahun 2020. Tercatat pada aplikasi C-Panel telah terjadi 546 gangguan yang
mengakibatkan pemadaman pada penyulang di gardu induk Betung. Hal ini
1
disebabkan karena tidak adanya manuver jaringan yang dapat dilakukan
apabila terjadi gangguan pada penyulang di wilayah gardu induk Betung.
Selain itu, jarak saluran distribusi pada gardu induk Betung yang relatif lebih
Panjang dibandingkan gardu induk lain di wilayah Palembang.
Untuk meningkatan keandalan dan kinerja sistem tenaga listrik di UP3
Palembang khususnya pada gardu induk Betung, dapat dilakukan dengan
melakukan analisa kontingensi. Analisa kontingensi bertujuan untuk melihat
ketangguhan sistem terhadap gangguan yang terjadi. Dengan menggunakan
software ETAP 16.0, peristiwa terjadinya gangguan pada penyulang dapat
disimulasikan. Analisa kontingensi dapat dilakukan dengan berbagai metode,
salah satunya metode performance index (1P1Q).
Performance index merupakan suatu besaran yang mewakilkan
seberapa besar dampak apabila terjadinya peristiwa gangguan di dalam sistem
tenaga listrik. Analisa kontingensi dengan metode performance index
dilakukan dengan membuat skenario terjadinya gangguan (kontingensi) dan
membuat urutan prioritas performance index berdasarkan perhitungan daya
aktif dan tegangan setelah terjadinya kontingensi. Sehingga, setiap skenario
kontingensi dapat diurutkan dari nilai performance index terbesar hingga yang
terkecil. Semakin besar nilai performance index yang didapatkan, maka
dampak yang ditimbulkan dari gangguan akan semakin besar. Data-data
berdasarkan urutan prioritas performance index tersebutadapat digunakan
sebagaiaacuan untuk untuk mencegah segala kemungkinan terjadinya keadaan
kontingensi yang paling merugikan. Seperti pemutusan daya skala besar,
meluas dan mengakibatkan pemadaan total (blackout).

2
1.2 Rumusan Masalah

Adapunarumusan masalah yangadirumuskan berdasarkan latar belakang


permasalahanaskripsi yangaakan dibahasaadalah sebagaiaberikut :
1. Bagaimanakah nilai tegangan dan daya aktif dalam kondisi normal
sebelum adanya kontingensi ?
2. Bagaimanakah nilai tegangan dan daya aktif pada sistem setelah
dilakukan kontingensi ?
3. Berapakah nilai performance index yang didapat setelah dilakukannya
skenario kontingensi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapunatujuan dilakukannyaa peneltiana terkaitaaskripsi ayangaaakan


dibahas adalahasebagai berikut :
1. Untuk mengetahui nilai beban puncak dan beban rendah pada kondisi
normal
2. Untuk mengetahui perubahan nilai profil tegangan dan daya aktif pada
sistem sebelum dan sesudah dilakukan kontingensi.
3. Untuk mengetahui urutan nilai representasi tingkat performance index
pada masing-masing skenario kontingensi (N-1).

1.4 Manfaat Penelitian


Adapunamanfaatayang dapat diambil dari dilakukannya penelitian
terkait skripsi yang akan dibahas adalah sebagaiaberikuta:
1. Dapat menambahapengetahuan mengenai metode performance index
yangadapat digunakan untuk melakukan analisa kontingensi.
2. Dapat menentukan urutan prioritas performance index berdasarkan
dampak terbesar hingga terkecil apabila terjadi kontingensi.
3. Dapat menjadi acuan untuk merencanakan dan mengoperasikan sistem
tenaga listrik dalam peningkatan keandalan sistem tenaga listrik di masa
depan.

3
1.5 Ruang Lingkup Masalah
Guna tercapainya sasaran penelitian yang tepat dan terarah, serta
terhindar dari meluasnya permasalahanayang akan dibahas, makaapenulis
membatasi ruangalingkup permasalahan terkait skripsi yang akanadibahas
adalah sebagai berikuta:
1. Skenario ini dilakukan untuk mengetahui nilai indeks performa saluran
berdasarkan urutan yang paling merugikan. Sehingga, tidak akan
menyebabkan pemutusan daya skala besar, meluas dan mengakibatkan
pelepasan yang bertingkat atau pemadaan total.
2. Fungsi objektif yang akan diambil yaitu nilai profil tegangan, daya
aktif, dan indeks performa pada masing-masing skenario kontingensi.
3. Tujuan objektif penelitian difokuskan pada nilai performance index
saluran pada masing-masing penyulang di tiap transformator.
4. Aplikasi perangkat lunak atau software yangaakan digunakanauntuk
mensimulasikan kontingensi dalam tugas akhir iniaadalah ETAP 16.0.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam sistematika penulisan skripsi yang saya buat, diuraikan menjadi
lima bab yang disusun secara singkat. Adapun uraian penulisan skripsi adalah
sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan yang
dilakukan dalam penulisan skripsi.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang mengenai dasar teori, landasan terkait
penemuan atau penelitian yang mendukung topik permasalahan yang
dapat dijadikan referensi,
3. BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah sistematis atau metode

4
yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam
penelitian untuk mencapai tujuan. Metode penelitian mencakup waktu
dan tempat penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data,
metode analisa data
4. BAB IV KONSEP TEORI DAN PENERAPAN
Bab ini menjelaskan hasil dari penerapan teori yang diajukan untuk
memecahkan masalah serta pembahasannya terkait topik permasalahan
yang diambil dalam skripsi.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan penelitian di masa mendatang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan


Penelitianaterkait peristiwa kontingensi (n-1) pada sistem tenaga listrik
pernah dilakukan pada beberapa penelitian terdahulu, seperti penelitian-
penelitian dibawah iniaantaraalain :
1. Penelitianayang dilakukanaoleh Ahmed R.aAbul Wafa, Aboul Fotouh
El Garably dan Shazly Nasser dalam jurnal International Journal of
Engineering Research and Technology. Volume 12, Number 11 (2019)
yang berjudul “Power System Security Assessment under N-1 and N-1-1
Contingency Conditions”. Pada penelitian tersebut dilakukan skenario
kontingensi pada sistem 9 bus dengan menggunakan aplikasi Digsilent
Power Factory untuk melakukan analisa aliran daya, dan aplikasi
MATLAB untuk mengidentifikasi urutan nilai IP. Skenario kontingensi
pada sistem 9 bus tersebut dilakukan dengan melepas elemen saluran
transmisi. Lalu, hasil skenario kontingensi dengan nilai IP terbesar akan
dilakukan tindakan dengan menggunakan metode RAS (Remedial
Action Schem). (Abul’Wafa, El’Garably, & Nasser, 2019)
2. Penelitian yang dilakukan oleh Moh Zainul Falah, Sujito, dan I Made
Wirawan dalam jurnal Atlantis Highlights in Engineering, Volume 7
(2019) yang berjudul “Contingency Analysis on 150 kV Electricity
Power System on the Madura Island Based on the 1P1Q Method”. Pada
penelitianatersebut dilakukan berdasarkan tingginya permintaan daya
pada setiap pulau Madura tanpa adanyaapeningkatan kapasitas pada
sistem transmisi. Dengan menghitung nilai indeks kontingensi pada saat
terjadi gangguan atau kegagalan menggunakan metode performance
index dapat menunjukkan dampak terburuk atau indeks kinerja tertinggi
dalam sistem tenaga listrik Madura 150 kV. (Falah, Sujito, & Wirawan,
2019)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nihalkumar Raj dan Dr Ram Jee Gupta

6
dalam International Journal of Innovative Research in Science,
Engineering and Technology. Vol. 5, Issue 9, (2016) yang berjudul
“Contingency Analysis of 5 Bus Sub-Station System: A Case Study”.
Pada penelitian tersebut dilakukan perhitungan terkait Analisa
kontingensi dengan metode performance index dengan menggunakan
aplikasi MATLAB. Untuk menentukan tingkat keparahan sistem akibat
terjadinya kontingensi (n-1) atau skenario gangguan pada saluran
transmisi ditentukan dua indikator kinerja utama (daya aktif dan daya
reaktif). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat perhitungan
kontingensi berdasarkan urutan nilai performance index, adimana
skenario kontingensi yang menghasilkan nilai performance index
tertinggi memiliki resiko terjadinya kontigensi tertinggi dalam sistem.
(Raj & Gupta, 2016)
4. Penelitianayang dilakukanaoleh Satyanarayana Burada, Deepak Joshi
dan Khyati D. Mistry dalam jurnal IEEE International Conference on
Power Electronics, Intelligent Control and Energy Systems (ICPEICES-
2016) yang berjudul “Contingency Analysis of Power System by using
Voltage and Active Power Performance Index”. Pada penelitian
tersebut dilakukan skenario kontingensi pada sistem 6 bus dan
menghintung nilai performance index berdasarkan tegangan dan aliran
dayanya. Berdasarkan performance index tersebut dapat menunjukkan
peringkat keparahan pada tiap bus. Analisa kontingensi ini bertujuan
untuk mengetahui saluran mana yang memiliki dampak paling
berbahaya ke sistem jika terjadi pemadaman dan tindakan apa yang
harus diambil untuk meminimalkan efek pemadaman tersebut. (Burada,
Joshi, & Mistry, 2016)

7
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Operasi Sistem Tenaga Listrik

Proses penyaluran tenaga listrikake konsumen (beban), meliputi


beberapa tahapan proses yang harus dilalui, mulai dari pembangkitan tenaga
listrik yang dihasilkan oleh pembangkit yang kemudian disalurkan menuju
jaringanatransmisia(SUTET) dan langsung diteruskan menuju garduainduk
(GI). Kemudian dari GI, energi listrikadisalurkanake jaringan distribusi
primera(SUTM), yang kemudian disalurkan lagi ke jaringan distribusi
sekunder (SUTR). Sehingga tenagaalistrik dapat tersalurkan ke konsumen.
Sistem distribusi tenaga listrik memegang fungsi penting dalam upaya
penyaluran listrik ke konsumen melalui jaringan tegangan rendah (SUTR),
sedangkan sistem transmisi memegang fungsi dalam upaya penyaluran tenaga
litrik tegangan ekstra tingga ke pusat beban. (suswanto, 2009)
Proses penyaluran tenaga listrikadari pusat pembangkitan tenagaalistrik,
hinggaadapat diterima oleh pelanggan dapat diamatiapada gambaradi bawah
ini.

Gambar 2. 1 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik

8
Pada sistemapembangkit tenagaalistrik terdiriadari satu ataualebih unit
pembangkitayang akan mengubah energi mekanik menjadiaenergi listrik.
Sistem transmisiaberfungsi menyalurkan energi listrikadari sistem pembangkit
ke sistemadistribusi, sedangkan sistemadistribusi berfungsiauntuk menyalurkan
energialistrik menuju konsumen, seperti yang ditunjukkanapada diagram garis
di bawahaini.

Gambar 2. 2 Diagram Garis Sistem Tenaga Listrik

2.2.2 Tipe Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Jaringan distribusi tenaga listrik merupakan jaringan listrik yang
digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari busbar 20 kV gardu induk ke
pelanggan. Listrik yang dialirkan ke pelanggan melalui penghantar memiliki
beberapa tipe topologi jaringan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tipe Jaringan Radial


Tipe jaringan ini merupakan tipe jaringan yang sederhana dengan
menarik penghantar atau saluran secara radial dari sumber ke titik – titik beban.
Pada tipe jaringan ini banyak dijumpai titik percabangan dikarenakan tidak ada
sumber lain yang dapat dihubungkan ke beban tersebut. Dengan banyaknya
titik percabangan pada jaringan tersebut maka mengakibatkan nilai tegangan
pada ujung saluran yang menjadi rendah.

9
Gambar 2. 3 Tipe Jaringan Radial

Adapun spesifikasi dari jaringan radial ini adalah sebagai berikut :


 Bentuk jaringan yang sederhana.
 Kualitas listrik kurang baik, dikarenakan nilai tegangan pada ujung-
ujung saluran rendah yang disebabkan oleh rugi-rugi saluran yang
relative besar.
 Investasi yang relatif murah.
 Keandalan system kurang baik, dikarenakan hanya memiliki satu jalur
sumber yang menyuplai listrik ke seluruh beban dalam saluran. Jika
terjadi gangguan pada salah satu titik percabangan maka akan terjadi
pemadaman pada saluran selama gangguan tersebut belum selesai
teratasi.

2. Tipe Tie Line


Tipe jaringan ini merupakan tipe jaringan yang biasa digunakan untuk
pelanggan yang memiliki kebutuhan khusus yang dalam kondisi apapun tidak
dibolehkan terjadinya pemadaman seperti rumah sakit, bandar udara, data
center dan konsumen khusus lainnya. Jika di lihat dari gambar jaringannya

10
dibawah ini, terlihat pada kedua sisi penyulang terpasang pemutus tenaga
sehingga jika terjadi gangguan maka dapat dialihkan ke penyulang lainnya
sehingga pemadaman dapat diminimalisasikan.

Gambar 2. 4 Tipe Jaringan Tie Line

Adapun spesifikasi dari jaringan tie line ini adalah sebagai berikut :
 Bentuk jaringan yang relative kompleks dikarenakan menggunakan
perangkat tambahan kontrol otomatis pada 2 penyulang sekaligus yaitu
Automatic Transfer Switch yang akan difungsikan jika salah satu
penyulang mengalami gangguan sehingga arus listrik langsung dialihkan
ke penyulang lainnya.
 Investasi yang relative mahal.
 Kualitas listrik yang baik, dikarenakan beban yang dikendalikan
jumlahnya.
 Keandalan sistem yang baik, dikarenakan minim terjadinya gangguan
yang mempengaruhi pelanggan untuk terjadinya pemadaman.

3. Tipe Ring/Loop
Tipe jaringan ini merupakan tipe jaringan yang tersambung secara utuh
dari penyulang satu dengan penyulang lainnya. Pada gambar dibawah ini dapat
terlihat bahwa pelanggan atau beban dapat dilayani dari dua arah atau

11
penyulang. Jika terjadi gangguan atau pemadaman pada salah satu penyulang
dapat dialihkan ke penyulang lainnya dan daerah yang mengalami gangguan
dapat di batasi dengan adanya sakelar seksi otomatis sehingga luas area
pemadaman dapat diminimalisasi. Selain area pemadaman yang minim,
kualitas energi listrik yang diterima oleh pelanggan pun baik seperti nilai
tegangan yang baik yang dikarenakan oleh adanya dua arah suplai listrik
tersebut. Ada dua bentuk yang dimiliki oleh jaringan tipe ini, yaitu :
 Open Loop, bentuk ini terdapat pada jaringan yang dilengkapi dengan
normally open switch yang posisinya terletak pada salah satu bagian
gardu distribusi, dalam keadaan normal jaringan ini dalam kondisi
terbuka.
 Close Loop, bentuk ini terdapat pada jaringan yang dilengkapi dengan
normally close switch yang posisinya terletak pada salah satu bagian
gardu distribusi, dalam keadaan normal jaringan ini dalam kondisi
tertutup.

Gambar 2. 5 Tipe Jaringan Ring/Loop

12
Adapun spesifikasi dari jaringan ring/loop ini adalah sebagai berikut :
 Bentuk jaringan yang sederhana dan dilengkapi dengan sakelar – sakelar
otomatis yang digunakan untuk meminimalisasi area pemadaman.
 Investasi yang cukup mahal.
 Dapat digunakan untuk daerah yang padat
 Dapat diterapkan pada daerah yang memerlukan tingkat keandalan
system yang tinggi.
 Kualitas dan kontinuitas energi listrik yang baik dikarenakan drop
tegangan dan rugi daya yang rendah.

4. Tipe Spindel
Tipe jaringan ini merupakan tipe jaringan yang menggabungkan tipe
ring/loop dan radial. Jaringan spindle terbentuk dari beberapa penyulang yang
setiap salurannya terdapat gardu distribusi untuk menyuplai listrik ke
pelanggan. Pada ujung masing- masing saluran/penyulang akan terhubung
dengan gardu hubung. Pada jaringan ini terdapat penyulang langsung/cadangan
(express feeder) yang juga dihubungkan dengan gardu hubung. Dengan adanya
penyulang langsung/cadangan (express feeder) ini maka keandalan system
tinggi, dikarenakan penyulang ini akan langsung menyuplai penyulang lain
yang mengalami gangguan. Pada kondisi normal masing-masing penyulang
akan beroperasi secara radial dan posisi penyulang langsung/cadangan (express
feeder) tidak teraliri atau terhubung dengan beban. Tipe jaringan ini sesuai
dangan kondisi kota-kota besar yang padat dan kontinuitas energi yang tinggi.
Jika terjadi gangguan pada salah satu penyulang maka sisi dari penyulang
tersebut yang mendapat suplai dari gardu induk akan terbuka dan membatasi
area yang mengalami gangguan, lalu sisi penyulang yang terhubung dengan
gardu hubung akan tertutup dan mendapat suplai dari gardu hubung melalui
penyulang langsung (express feeder).

13
Gambar 2. 6 Tipe Jaringan Spindle

Adapun spesifikasi dari jaringan ring/loop ini adalah sebagai berikut :


 Investasi yang cukup mahal.
 Keandalan system yang tinggi.
 Kualitas dan kontinuitas yang baik.
 Perluasan area jaringan yang mudah.
 Dapat digunakan untuk menyuplai beban dengan kerapatan yang tinggi.

2.2.3 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Bagian terdekat dari sistem penyaluran tenaga listrik ke pelanggan
adalah jaringan distribusi. Sistem distribusi tenaga listrik merupakan bagian
dari sistem tenaga listrik yang paling sering terjadi gangguan. Oleh karena itu,
permasalahan utama dalam pengoperasian sistem distribusi tenaga listrik
adalah bagaimana cara mengatasi gangguan distribusi tersebut.
Sistem distribusi tenaga listrik kebanyakan diisi oleh gardu induk (GI).
Jaringan distribusi yang diisi oleh satu GI biasanya tidak terhubung secara
elektrik dengan jaringan distribusi yang diisi GI lain. Sehingga setiap jaringan
distribusi beroperasi secara independen satu sama lain.
14
Pada pengembangan sistem jaringan baru, permintaan beban relatif
masih rendah. Sehingga tidak diperlukan jaringan transmisi dalam sistem
tenaga listrik. Dalam pengoperasian sistem distribusi tenaga listrik, masalah
utama yang dihadapi adalah masalah mengatasi gangguan, karena jumlah
gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik relatif besar dibandingkan
dengan jumlah gangguan pada bagian sistem yang lain. Selain itu,
permasalahan nilai tegangan dalam jaringan, kelebihan beban komponen yang
terpasang, dan kehilangan daya merupakan masalah yang memerlukan
perhatian dan analisa sistem secara terus menerus. Masalah tersebut tidak
hanya dapat digunakan sebagai masukan untuk rencana pengembangan sistem,
tetapi juga langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan
pemeliharaan. dan meningkatkan operasi sistem distribusi. (Marsudi, 2016)

1. Sistem Pendistribusian TenagaaListrika


Sistem distribusiatenaga listrikamerupakan tahapan terakhir dalam
proses penyaluran tenaga listrik dan ini merupakan prosesapenyaluran
tenagaalistrik dari jaringan transmisi menuju keakonsumen listrik.
Ada dua macam sistem pendistribusian tenaga listrik, yaituasistem
pendistribusian yang dilakukan secara langsungadanapendistribusian yang
dilakukan secara tidak langsung.

A. Sistem Pendistribusian Langsunga


Sistem distribusi tenaga listrik dijalankan langsung dari pembangkit
tanpa melalui jaringan transmisi. Pada dasarnya jika pembangkit listrik
terletak tidak jauh dari pusat beban maka digunakan sistem distribusi
langsung.

B. Sistem Pendistribusian TakaLangsung

Jika pembangkit listrik jauh dari pusat beban, sistem distribusi tidak
langsung akan diterapkan. Oleh karena itu, untuk menyalurkan listrik,
jaringan transmisi harus digunakan sebagai perantara sebelum
disambungkan ke jaringan distribusi.

15
Gambar berikut menunjukkan diagram skema sistem distribusi
tenaga listrikasecaraalangsung dan sistem distribusi tenagaalistrikasecara
tidak langsung.

Gambar 2. 7 Sistem Distribusi Langsung dan Tak Langsung

2. Struktur Jaringan Ditribusi


Pada pengoperasian sistem distribusi tenaga listrik tenaga listrik
terdiri dari beberapa struktur bagian, yaitu :
1. Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Pada sistem distribusi langsung, struktur bagian yang pertama adalah
pusat pembangkit tenaga listrik. Pusat pembangkit tenaga listrik
biasamya berada pada pinggiran kota dan umumnya bersumber daya
energi diesel (PLTD). Sedangkan pada sistem pendistribusian tenaga
listrik yang dilakukan secara tidak langsung, struktur bagian yang
pertama adalah gardu induk. Gardu induk pada sistem pendistribusian
yang dilakukan secara tak langsung berfungsi untuk menurunkan
tegangan tinggi dari sistem jaringan transmisi dan menyalurkannya
melalui jaringan distribusi primer.

16
Gambar 2. 8 Gardu Induk

2. Jaringan Distribusi Primer


Jaringan distribusi primer merupakan struktur awal dari bagian
penyaluran sistem tenaga listrik untuk sistem pendistribusian tenaga
listrik yang dilakukan secara langsung. Sedangkan pada sistem
pendistribusian tenaga listrik yang dilakukan secara tidak langsung,
jaringan distribusi primer merupakan bagian lanjutan dari jaringan
transmisi. Jaringan distribusi primer atau bisa juga disebut dengan
jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) beroperasi pada tegangan
sistem 20 kV.

Gambar 2. 9 Jaringan Distribusi Primer 20 kV

17
3. Gardu Pembagi atau Gardu Distribusi
Pada sistem tenaga listrik gardu pembagi bisa disebut juga gardu
distribusi. Fungsi gardu distribusi dalam sistem tenaga listrik yaitu untuk
merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi
tegangan terpakai yang disalurkan ke konsumen (distribusi skunder).
Besar kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu distribusi
bergantung pada permintaan beban konsumen dan luas daerah yang akan
dialiri listrik. Transformator yang digunakan pada gardu distribusi yaitu
transformator satu fasa ataupun transformator tiga fasa.

Gambar 2. 10 Gardu Distribusi Jenis Tiang

4. Jaringan Distribusi Sekunder


Jaringan tenaga listrik yang terhubung langsung dengan konsumen
adalah jaringan distribusi sekunder atau bisa juga disebut dengan
jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR). Maka dari itu, nilai
tegangan operasi pada sistem distribusi sekunder yaitu sebesar 130/230V
dan 130/400 V untuk sistem distribusi lama, atau 230/400 V untuk
sistem distribusi baru. Besar nilai tegangan 130 V dan 230 V merupakan
nilai tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan besar nilai tegangan
400 V merupakan nilai tegangan antar fasa.
18
Gambar 2. 11 Jaringan Distribusi Sekunder 220 V

3. Persyaratan Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Persyaratan sistem distribusi tenaga listrik dibutuhkan dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas, keterandalan, dan pelayanan tenaga listrik ke
konsumen, yang harus memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan
sosial sehingga standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik
dapat terpenuhi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sistem distribusi tenaga
listrik tersebut adalah :
1. Faktor Keterandalan Sistem
a. Keberlangsungan penyaluran listrik kepada pelanggan wajib
terlaksana tanpa henti selama 24 jam penuh. Tidak hanya itu,
kapasitas penyediaan sumber energi energi listrik pada pusat
pembangkitan juga wajib memadai kebutuhan sistem. Persyaratan
keterandalan sistem ini lumayan beratauntukadipenuhi, mutu
pembedahan sistem distribusi tenaga listrik ke pelanggan wajib
senantiasa terpelihara keandalannya.
Untukamelindungi keandalan sistem pendistribusian tenaga
listrik, dibutuhkanaadanya cadangan untukamenjaga tidak terjadinya
hal-hal yang tidak di idamkan. Beberapa jenis cadangan tersebut di
antaranya :
19
1) Cadangan siap
Cadangan yang dapat dihasilkan oleh pembangkit jika tidak
terbebani secara penuh dan tidak sedang dioperasikan dengan
pembangkit lain disebut dengan cadangan siap. Cadangan siap
dapat langsung digunakan pada saat terjadinya kekurangan
kapasitas daya listrik yang diminta beban.

2) Cadangan panas
Cadangan yang tersimpan sesuai dengan kondisi pembangkit
tenagaatermis, yang selalu dipanasi olehaPLTA denganakapasitas
air yang tersediaasetiap saat mampu untuk menggerakkannya.
3) Cadangan diam
Cadangan listrik yang tersimpan pada pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk
setiap saataguna menanggulangi kekurangan daya listrik.
a. Setiap gangguan yang terjadi dapatadengan mudah dilacak
dan diisolir sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk
itu diperlukan alat- alat pengaman dan alat pemutus tegangan
(air break switch).
b. Sistem proteksiadan pengamanajaringan harus tetapadapat
bekerjaadengan baikadan cepat.

2. Faktor Kualitas Sistem


a. Kualitas tegangana yanga disalurkana ke titik beban harus
memenuhi persyaratan minimum untuk setiap kondisi dan
karakteristik beban. Oleh karena itu, diperlukan kestabilan
tegangan (voltage regulator) untuk menjamin kestabilan kualitas
tegangan kepada pengguna.
b. Penurunan tegangan setiap area beban dibatasi hingga 10% dari
tegangan nominal sistem (IEC 38/1967). Oleh karena itu, untuk
daerah yang terlalu padat dapat digunakan penstabil tegangan
untuk menstabilkan tegangan.

20
c. Kualitas peralatan listrik yang dipasang di jaringan dapat
menahan tegangan berlebih (over voltage) dalam waktu singkat.

3. Faktor Keselamatan Sistem dan Penggunaa


a. Keamanan pengguna dan jaringan listrik harus dijamin sepenuhnya.
Artinya di kawasan padat penduduk, diperlukan rambu dan
peringatan keselamatan agar warga bisa waspada terhadap bahaya
penggunaan listrik. Selain itu, untuk area yang sering mengalami
gangguan, perlu dipasang alat pengaman agar gangguan dapat cepat
dikurangi secara terintegrasi.
b. Keamanan alat dan perangkat jaringan yang digunakan harus
berkualitas baik, dan jika sistem jaringan terganggu maka
keamanan akan cepat berkurang. Oleh karena itu, diperlukan
rencana kontinu atau jangka panjang yang tertata dengan baik
untuk mengontrol alat dan perangkat jaringan yang digunakan.

4. Faktor Pemeliharaan Sistem


a. Kesinambungan pemeliharaan sistem perlu terus diatur sesuai
dengan rencana awal yang telah ditetapkan guna menjaga
kualitas sistem dengan baik.
b. Pembelian bahan listrik yang dibutuhkan harus sesuai dengan
jenis atauaspesifikasi bahan yang digunakanasehingga dapat
dihasilkan jaringanasistem dengan mutu yang lebih baik dan
murah.

5. Faktor Perencanaan Sistem


Perencanaanaoperasi jaringan distribusi harus dirancang semaksimal
mungkin untuk pengembangan sistem ke masa mendatang. Dengan
biaya operasi (investasi) yang cukup, persyaratan sistem distribusi di atas
dapat terpenuhi. Sehingga sistem tenaga listrik dapat dilengkapi dengan
peralatan berkualitas tinggi. Pemeliharaan sistem juga harus dilakukan
21
secara terus menerus sesuai jadwal yang ditentukan, apabila rencana awal
tidak memenuhi persyaratan karena kelalaian metode pemeliharaan, hal
ini biasanya dapat berakibat fatal pada sistem jaringan.
Untuk sistem tenaga listrik dengan kapasitas yang besar (perusahaan
listrik), biaya sistem pendistribusian tenaga listrik mungkin bisa
mencapai 50% - 60% dari total investasi yang diperlukan untuk sistem
tenaga listrik. (suswanto, 2009)

2.2.4 Keandalan Sistem Tenaga Listrik


Reliabilitas dapat diartikan sebagai probabilitas atau kemungkinan
bahwa sistem akan bekerja secara normal sesuai dengan kondisi operasi sistem
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dengan kata lain keandalan dapat
disebut dengan kecukupan atau ketersediaan.
Dalam mendefenisikan keandalan terhadap gangguan terdapat empat
faktor yang memegang peranan penting yaitu ;
a. Probabilitas
Peluang atau probabilitas digunakan untuk menentukan keandalan secara
kuantitatif. Kegagalan atau keberhasilan peralatan bersifat acak dan dapat
ditentukan dari riwayat peralatan sebelumnya. Dengan demikian, faktor
probabilitas merupakan angka yang memberi tahu informasi mengenai jumlah
gangguan di suatu sistem atau saluran pada waktu tertentu
b. Unjuk kerja (Performance)
Kinerja peralatanamerupakan kriteria ketidakmampuan peralatanauntuk
melakukan tugasnya. Ini menunjukkan standar untuk kontinuitas saluran suatu
sistem tenaga listrik tanpa gangguan.
c. Periode Waktu
Jangka waktu adalah lamanya waktu saluran bekerja secara normal sesuai
dengan fungsinya. Semakin panjang saluran yang digunakan, semakin besar
kemungkinan kegagalan.

22
d. Kondisi Operasi
Kondisi opetasi yang dimaksud disini adalah kondisi lingkungan kerja
jaringan, seperti pengaruh suhu, kelembaban dan getaran yang akan
mempengaruhi kondisi kerja.

Dalam pengoperasian jaringan distribusi, terdapat beberapa target yang


harus tercapai diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana mengatasi gangguan secepat mungkin.
2. Tingkatakeandalannyaacukup baik, dalam artian :
a. Kontinuitas yang baik.
b. Jika ada gangguan, area tempat terjadinya pemadaman listrik dapat
diminimalkan.
c. Tegangan sumber cukup baik.
d. Kerugiannya (losses) tidak terlalu besar.

Jika suatu komponen atau sistem beroperasi secara normal di


lingkungan tertentu, keandalan komponen atau sistem tersebut merupakan
peluang bahwa komponen atau sistem tersebut akan menyelesaikan tugas
sesuai jadwal tanpa gagal dalam jangka waktu tertentu ( Daniel, 2007)

Reliabilitas adalah probabilitas suatu perangkat dapat beroperasi sesuai


dengan fungsi yang diperlukan dalam jangka waktu tertentu. Analisa bentuk
kegagalan adalah analisa bagian-bagian sistem atau peralatan yang mungkin
gagal, mode kegagalan yang mungkin terjadi, efeknya masing-masing, dan
mode kegagalan sistem yang kompleks. Reliabilitas menggambarkan
kemungkinan suatu sistem bekerja sesuai dengan fungsi peralatan atau sistem
dalam interval waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu,
keandalan dapat digunakan untuk membandingkan suatu perangkat atau sistem
dengan perangkat atau sistem lain.

23
Saat membahas keandalanasistem, hal pertama yang perlu dilakukan ialah
mengidentifikasi malfungsi atau gangguan yang mencegah peralatan berfungsi
seperti yang diharapkan. Konsep reliabilitas meliputi:
b. Kegagalan
Kegagalan adalah akhir dari kemampuan perangkat untuk
menjalankan fungsi yang diperlukan.
c. Alasan kegagalan
Kondisi lingkungan selama desain, proses pembuatan atau kondisi
yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan.
d. Mode gagal
Efek yang dapat diamati dari kesalahan yang diketahui (seperti
keadaan sirkuit terbuka atau sirkuit pendek).
e. Mekanisme kegagalan
Proses fisik, kimia, atau lainnya yang menyebabkan kegagalan.

Kata kegagalanaadalah istilah dasar yang menandakan akhir dari pekerjaan


yang dibutuhkan. Ini berlakuauntuk suku cadang peralatan dalam semua
kondisi lingkungan. Gangguan listrik di jaringanasistem distribusi daya
direpresentasikan sebagai kerusakan peralatan, yangamengakibatkan gangguan
layanan daya sebagian atau seluruhnya.

Kehandalan sistem distribusi tenagaalistrik ialah ukuran dariaketersediaan


atau tingkat layanan tenagaalistrik dari sistem ke pengguna. Ukuran keandalan
dapatadinyatakan sebagai seberapaasering sistem mati daya, berapa lama
gangguan terjadi, danaberapa lama waktuayangadibutuhkan untuk pulih (pulih)
dariagangguan.

Sistemadenganakeandalan yangatinggi akan dapat memberikanatenaga


listrik dengan baik saatadibutuhkan, dan sistem dengan keandalanayang rendah
akan dapat memberikan daya saat tingkataketersediaan energinya rendah (yaitu
sering padam).

24
Berbagai tingkat keandalan layanan dapat dibagi menjadi 3a (tiga) jenis,
antaraalain :
1. Keandalan sistemayang tinggia (HighaReliabilityaSystem).
Dalam kondisi normal, asistem akan menyediakan kapasitasayang cukup
untuk memberikan dayaadengan perubahan tegangan yangabaik di bawah
beban puncak. Dan dalam keadaan darurat, jika jaringan terputus, tentu saja
sistem akan membutuhkan banyak peralatan dan tindakan perlindungan untuk
menghindari segala bentuk gangguan pada sistem.
2. Sistem Keandalan Sedang
Dalam kondisi normal, asistem akan menyediakan kapasitas yangacukup
untuk memberikanadaya dengan perubahan tegangan yang baik di bawah
beban puncak. Dan dalam keadaan darurat, jika jaringan terputus, bahkan
dalam kondisi beban puncak, sistem tetap dapat menyediakan layanan untuk
sebagian beban. Oleh karena itu, sistem membutuhkan banyak peralatan untuk
mengatasi gangguanatersebut.
3. Sistem Keandalan Rendah
Dalam kondisi normal, asistem akan menyediakanakapasitas yang cukup
untukamemberikan dayaadengan perubahan tegangan yangabaik di bawah
beban puncak. Namun, jika terjadi gangguanapada jaringan, sistem tidak dapat
melayaniabeban sama sekali. Karena itu perlu dilakukannya perbaikan sistem
untuk mengatasi hal tersebut. Tentunya dalam sistem dengan tingkat keandalan
yang rendah jumlah perangkat pengaman relatif sedikit.

Kontinuitas distribusi tenaga listrik yang berkelanjutan tergantung pada


jenis dan tipe fasilitas distribusi tenaga dan alat keselamatannya.Tingkat
kesinambungan jaringan distribusi tergantung pada tata letak saluran dan mode
operasi untuk mengatur sistem. Intinya, perlu adanya perencanaan sistem untuk
memenuhi permintaan dan karakteristik beban. Tingkatakesinambungan
layanan distribusi listrik kepada pelanggan, didasarkan pada waktu yang
dibutuhkan suplai untuk mencoba menyalakan kembali operasi tenaga listrik
dalam kondisi normal setelah terjadinya gangguan. (SPLN 52, 1983).

25
A. Gangguan PadaaSistem Distribusi
Gangguan padaasistem distribusi daya merupakan gangguanapada
sistem tenagaalistrik yang menyebabkan pengoperasian relai pengaman
feeder membuka pemutus arus gardu induk, sehingga menyebabkan pasokan
listrik terputus. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan yang
dilalui arus gangguan tidakamengalamiakerusakan. Oleh karena itu fungsi
alat pengamanaadalah mencegahakerusakan peralatan tanpa menghilangkan
gangguan.

Berdasarkan sifatnya, gangguan padaasistem distribusi dibedakan


menjadi dua, yaitu :
a) GangguanaTemporer
Gangguanasementara atau gangguan temporer, yaitu interferensi yang
terjadi dalam waktu singkat, setelah itu sistem dapat melanjutkan
pengoperasian normal. Namun, gangguan yang bersifat sementaraadan
berulangadapat menyebabkan kerusakanaperalatan.
b) Gangguan Permanen
Gangguan permanen adalah gangguan yang mungkin disebabkan oleh
kerusakanaperalatan. Sehingga gangguan tersebut hanya dapat diatasi jika
kerusakan sudah dapat diperbaiki. Contoh lainnya adalah jika ada suatu
gangguan yang terjadi secara terus menerus (permanen), misalnya cabang
mengenai jalur fasa dariasaluran udara, dan cabang tersebut perlu dilepas
terlebihadahulu agarasistem dapat beroperasi secara normal kembali.
Dengan kata lain, gangguanapermanen hanya bisa dihilangkan setelah
penyebab gangguannyaadieliminasi.

Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh gangguan pada sistem tenaga


listrik yaitu :
1. Jika interferensi tersebut menyebabkan kerusakan pada generator,
kontinuitas pasokan listrik ke pengguna dengan terpaksa harus terhenti
(padam).

26
2. Penurunanategangan yang cukupabesar akan menyebabkan penurunan
kualitasadaya danamengganggu operasi peralatan sistem yang
digunakan dalam kondisi normal.
3. Stabilitasasistem distribusiadayaaberkurang.
4. Rusaknyaaperalatan di tempat terjadinyaagangguan.

2.2.5 Kontingensi

Kontingensi adalahasuatu kejadian yang disebabkanaoleh kegagalan


atau pelepasan dari salah satu ataualebih elemen listrik (Dirjen ESDM, 2007).
Untuk menggambarkan kondisi terkait keandalan sistem tenaga listrik jika
sebuah atau pun n buah elemen yang ada dalam sistem tenaga listrik dilepaskan
dari operasi sistematenaga listrik, dapat digunakan indeks keandalan sekuriti
(n-1) untuk memprediksi dampak yang ditimbulkan akibat pelepasan elemen
tersebut. Dengan demikian, jika di dalamasistem tenaga listrik terdapatan buah
elemenabaik pembangkitamaupun peralatanatransmisi dan distribusi, sistem
tidakaakan kehilanganabeban (tidakaterjadiapemadaman)aapabila sebuah
elemen sistemamengalamiagangguan.

Dengan menggunakan pengertian indeks keandalan di atas, misalnya


ditentukan bahwa indeks keandalan yang harus dipenuhi adalah sekuriti (n-1),
maka koordinasi pemeliharaan unit pembangkit dengan pemeliharaan peralatan
lainnya dalam sistem harus memperhatikan agar syarat sekuriti (n-1) ini selalu
dipenuhi. Karena jumlah beban dalam sistem maupun aliran dayanya selalu
berubah dari waktu ke waktu, maka bisa terjadi bahwa syarat sekuriti (n-1)
tidak terpenuhi hanya selama beberapa saat yang pendek dalam sehari,
misalnya selama dua jam dalam sehari. Dalam hal yang demikian perlu
dipertimbangkan lebih mendalam apakah memadai untuk melakukan investasi
agar syarat sekuriti (n-1) selalu terpenuhi dalam satu hari penuh, terutama
dalam kaitannya dengan harga KWH yang tidak terjual (interupted KWH).

27
Masalah terpenuhi atau tidak terpenuhinya tingkat keandalan yang
dinyatakan oleh sekuriti (n-1) sesungguhnya tidak hanya tergantung kepada
masalah kesiapan operasi unit pembangkit serta peralatan lainnya dalam
sistem, tetapi bergantung pula kepada besarnya cadangan berputar serta
penyetelan governor unit pembangkit dalam kaitannya dengan penggunaan
cadangan berputar. Makin tinggi cadangan berputar yang tersedia makin tinggi
keandalan sistem. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sekuriti (n-1)
adalah indeks keandalan yang mempermasalahkan konfigurasi sistem.
(Marsudi, 2016)

2.2.6 Analisa Kontingensi

Analisaakontingensi adalah teknik analisaayangadigunakan untuk


mempelajari keandalan sistem tenaga dari pelepasan generator, jalur transmisi
atau jalur distribusi. Analisa kontingensi dapat digunakan untuk menguji
sistemakeamanan dengan mempertimbangkanakemungkinan yang mungkin
terjadi dalam pengoperasian sistem, auntuk mengatasi kejadian tersebut dan
menempatkannya sesuai dengan tingkat keparahan situasi. Oleh karena itu
untuk mengetahui performa dan kehandalan sistem tenaga listrik perlu
dilakukanaanalisaakontingensi. Guna menjaga kontinuitas aliran daya di pusat
kendali sistematenaga listrik, analisaakontingensi dirancang untuk dilakukan
secara berkalaadalam keadaan offline. Berdasarkan jumlah elemen yang
dikeluarkan dalam sistem, analisa kontingensi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu analisa kontingensi tunggal (n-1) dan analisa kontingensi jamak (n-k).

1. AnalisaaKontingensiaTunggal (N-1)
Analisaakontingensi tunggal (single contingency) merupakan peristiwa
kegagalan sistem yang disebabkan oleh kegagalan bagian tertentu dari
sistem. Ini berarti hanya boleh ada satu sistem yang terlepas dalam satu
waktu. Pemutusan elemen dapat terjadi di salah satu generator, saluran
transmisi, saluran distribusi atau pun pada transformator.

28
2. Analisa Kontingensi Jamak (N-k)
Analisa kontingensi jamak (multiple contingency) merupakan suatu
kejadian kegagalan sistem yang disebabkan oleh terputusnya aliran listrik
(outage) secara berurutan atau lebih dari satu komponen yang terlepas dari
sistem. Dengan kata lain, kontingensi jamak merupakan kontingensi tunggal
yang terjadi lebih dari satu kali. Perhitungan aliran arus pada tiap saluran
dapat dihitung dengan memperhitungkan faktora-afaktor distribusi dari
skenario kontingensiatunggal yang sudah dihitung lebihadahulu pada analisa
kontingensiatunggal.

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitiana


Peristiwa blackout di wilayah sumatera selatan sudah pernah terjadi di
sebagian wilayah, salah satu wilayah terdampak padam yaitu Palembang.
Pemadaman disejumlah wilayah Palembang pernah terjadi pada tanggal 31
Oktober 2014, yang disebabkan karena lepasnya PLTG Borang yang
mengalami kerusakan. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2020, peristiwa
blackout kembali terjadi yang disebabkan akibat adanya gangguan pada
jaringan transmisi di Gardu Induk Bukit Asam di Gunung Megang. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pelepasan salah satu elemen
dalam sistem tenaga listrik (kontingensi) di UP3 Palembang, untuk mencegah
terjadinya blackout pada sistem distribusi. Untuk melakukan penelitian tersebut
akan dilakukan persiapan dari bulan Februari 2021, dan pelaksanaannya akan
dilakukan pada tanggal 1 Maret - 1 Juni 2021. Selanjutnya, untuk pengolahan
data dan penyusunan laporan akan dilakukan pada bulan Juni - Juli 2021.

3.2 Desain Penelitian


Adapun kerangka kerja untuk menyimulasikan pemasangan kapasitor
seperti terlihatapada gambar 3.1 dibawahaini :

MULAI

Penggambaran Single Line Diagram

Input data bus, saluran


dan transformator

30
A

Menentukan batasan tegangan


minimum dan maksimum

Simulasi Aliran Daya

Identifikasiadaya aktif
dan tegangan bus

Simulasiaskenario
kontingensiapenyulang i

Identifikasiadaya aktif
dan teganganabus

HitungaIP daya aktif danaIP tegangan


masing-masing skenarioakontingensi

Urutan nilai IP dari


yang terbesar

Nilai PI
sesuai TIDAK Pemilihan penyulang yang
batas a akan dipasang kapasitor
toleransi?
Simulasi penentuan kapasitas
kapasitor pada aplikasi ETAP 16.0

YA
Pemasangan kapasitor pada penyulang

SELESAI
a
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah

31
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data dan Jenis Data Yang Dibutuhkan

Pada skripsi ini ada beberapa dataayang dibutuhkan untuk dapat


menyelesaikan persoalan dalam penelitian. Data yang dibutuhkan adalah :
 Data beban puncak pada GI Betung.
 Data parameter saluran pada GI Betung.
 Data transformator pada GI Betung.
 Diagram garis tunggal GI Betung.
Untuk data – data tersebut dapat diperoleh dari PLN Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan (UP3) Palembang.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Dataa

Untukaproses pengumpulan dataamaka peneliti melakukan beberapa


tahapan sehingga kebutuhan akan data dapat diperoleh dan juga mengetahui
data apa saja akan digunakan dalam kajian. Beberapa metodeayang
digunakanapenulis dalamapengumpulan data tersebut adalah :
 Melakukan interview atau wawancara kepada staf-staf atau orang -
orang yang ada dilapangan untuk mengetahui jenisadata - data yang
dibutuhkan untukamenyelesaikan permasalahan dalamapenelitian. Hal
iniajuga tidak terlepas dari beberapa arahan dari dosen pembimbing
mengenai hal – hal yang perlu ditanyakan terhadap data yang
dibutuhkan.
 Melakukan study literatur atau studi pustaka agaradapat memahami
dasara–adasara teoria dana konsepa–akonsep ayang mendukung
penelitian. Dengan semakin memperbanyak studi pustaka maka akan
mempermudah terhadap proses pencarian data. Sehingga pada saat
mencari data kelapangan sudah menguasai teori – teori pendukung data
tersebut.
 Melakukan observasi pada objek penelitian dan melakukan identifikasi
terhadap objek penelitian yang dilakukan pada Unit Pelaksana
32
PelayananaPelanggan (UP3) dan Unit Pelaksana Pengatur Distribusia
(UP2D) Sistem Distribusi WilayahaSumatera Selatan, Jambi dan
Bengkulu (WS2JB).

3.4 Metode Analisa Data


Setelah dataaterkumpul akanadilakukan analisaaterhadap dataayang
telah diperoleh. Teknik analisa akan digunakan untuk mengolah semua data –
data yang didapat sehingga elemen di dalam sistem tenaga listrik yang
terganggu dapat diketahui. Selain itu, analisa kontingensi juga diperlukan untuk
mencegah segala kemungkinan terjadinya keadaan kontingensi yang paling
merugikan. Seperti pemutusan daya skala besar, meluas dan mengakibatkan
pemadaan total (blackout).
Adapunateknik analisa yangadigunakan pada penelitianaini adalah
dengan menggunakan metodea performance index dan dibantu dengan ETAP
16.0.

3.4.1 Kontingensi dengan Metode Performance Indexa

Salahasatu metode yang dapatadigunakan untukamelakukan analisa


kontingensia (N-1) adalah dengan menggunakan metode Performance Index.
Dengan mengguanakan metode Performance Index analisa kontingensi dapat
ditinjau dari dua variabel yang berbeda. Pertama, Performance Index
penyulang yang ditinjau berdasarkan nilai daya aktif yang dirumuskan melalui
persamaan :
𝑃
𝐼𝑃𝑀𝑊𝑖 = ∑𝑁 𝑖
𝑖=1(𝑃 𝑚𝑎𝑥 )
2𝑛
(3.1)
𝑖
Keterangan:
𝐼𝑃𝑀𝑊𝑖 = IndeksaPerforma saluranakontingensi saluran i
𝑃𝑖 = Nilaiadaya aktifapada 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖 untukakontingensi
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖 (MW)
𝑃𝑖 𝑚𝑎𝑥 = Batasamaksimal nilaiadaya aktifapada 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖 (MW)

33
Berdasarkan persamaanaPerformance Index di atas digunakanauntuk
melakukanaperhitungan masing-masing penyulang saataterjadinya keadaan
kontingensi. Hasilaperhitungan tersebut dapatamenunjukkan keandalanadan
kondisi sistem tenaga listrik, semakinabesar nilai Performance Index
makaasemakin besar resikoabahaya pada sistematersebut.
Kedua, aPerformance Index penyulang yang ditinjau berdasarkan nilai
tengangan bus yang dirumuskan melalui persamaan :
𝑉𝑗 𝑚𝑖𝑛 𝑉𝑗,𝑖
𝐼𝑃𝑉𝑖 = ∑𝑁
𝑖=1( ) + ∑𝑁
𝐿=1(𝑉 ) (3.2)
𝑉𝑗,𝑖 𝑗 𝑚𝑎𝑥

Keterangan :
𝐼𝑃𝑉𝑖 = IndeksaPerformaateganganakontingensi 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖
𝑉𝑗 𝑚𝑖𝑛 = Batasaminimal nilaiategangan padaabus ja (kV)
𝑉𝑗 𝑚𝑎𝑥 = Batasamaksimal nilaiategangan padaabus ja (kV)
𝑉𝑗,𝑖 = Nilaiategangan padaabus jasaatakontingensi
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖 a(kV)

Hasil perhitungan Performance Index yang ditinjau berdasarkan nilai


daya aktif ataupun tegangan bus, diurutkan berdasarkan nilai index
performance tertinggi. SemakinabesaranilaiaPerformance Index, maka
semakinaburuk dampak yang tirnbul pada sistem tersebut saat mengalami
kontingensi. (Wood, Wollenberg, & Sheble, 2014)

Pada peristiwa kontingensi, terjadi pelepasan beban yang dilakukan


oleh sistem sebagai dampak dari adanya gangguan. Besarnya kapasitas
permintaan beban yang tidak dapat terlayani tersebut, dapat disebut dengan
istilah DNS (Demand Not Served). DNS merupakan suatu kondisi Ketika
beban tidak dapat terlayani karena adanya gangguan yang terjadi pada sistem.
Sehingga kapasitas yang tersedia tidak dapat memenuhi permintaan beban.

34
Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa kontingensi akan
menyebabkan ENS (Energy Not Supplied) sistem semakin besar. ENS
merupakan indeks keandalan yang menyatakan total energi listrik yang tidak
tersalurkan oleh sistem kepada pelanggan selama periode satu tahun. Dengan
kata lain ENS merupakan salah satu dampak yang diakibatkan karena
terjadinya gangguan (kontingensi).
Secara sistematis ENS dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

ENS = ∑[𝑃𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑥 𝑡 ) (3.3)

Keterangan :
ENS = Energy Not Suplied (KWh)
Pgangguan = Daya beban yang tidak tersalurkan pada saat gangguan (KW)
t = Durasi pemadaman saat terjadi gangguan (h)

3.4.2 Electrical Transient Analyser Program (ETAP)

Dalam perancangan dan analisa sebuah sistem tenaga listrik, sebuah


software aplikasi sangat dibutuhkan untuk merepresentasikan kondisi real
sebelum sebuah sistem direalisasikan. Penggunaan aplikasi ETAP dalam
sistem tenaga listrik semakin berkembang, dengan menggunakan aplikasi
ETAP proses aliran daya dapat cepat terselesaikan. Aplikasi ETAP (Electric
Transient Analysis Program) merupakan suatu aplikasi perangkat lunak atau
software yang dapat digunakan sebagai perencanaan operasi sistem tenaga
listrik. Aplikasi ini dapat digunakan dalam keadaan offline yaitu untuk simulasi
tenaga listrik, dan juga dalam keadaan online untuk pengelolaan data secara
real time. ETAP dapat digunakan untuk membuat suatu pemodelan sistem
tenaga listrik dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) dan jalur
sistem pentanahan untuk berbagai bentuk analisa.

35
Adapun beberapa pemodelan analisa sistem tenaga listrik yang dapat
dilakukan dengan menggunakan ETAP antara lain:
1. aliran daya,
2. hubung singkat,
3. starting motor,
4. transient stability,
5. koordinasi relay proteksi dan
6. sistem harmonisasi.
Proyek sistem tenaga listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian
yang dapat diubah langsung dari diagram satu garis dan atau jalur sistem
pentanahan.

3.4.3 Analisa Kontingensi dengan Menggunakan ETAP 16.0.

Analisa pemodelan sistem tenaga listrik dalam keadaan kontingensi


dapat kita simulasikan dengan menggunakan ETAP. Analisa kontingensi
merupakan kelanjutan dari proses aliran daya. Dengan menggunakan aplikasi
ETAP, perhitungan aliran daya dapat dilakukan lebih cepat dan mudah. Maka
dari itu, untuk mempermudah perhitungan dalam melakukan analisa
kontingensi, dilakukan Analisa kontingensi dengan bantuan aplikasi ETAP
16.0.
Analisa kontingensi yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi
ETAP dilakukan dengan cara :
 Melakukan running aliran daya.
 Memilih tools contingency pada aplikasi ETAP 16.0.
 Mengatur study case kontingensi sesuai skenario kontingensi yang akan
disimulasikan.
 Melakukan running simulasi kontingensi N-1.
 Melihat tabel hasil urutan performance index.

36
Analisa kontingensi yang dilakukan dengan bantuan aplikasi ETAP
menerapkan prinsip dasar metode 1P1Q. Pada metode tersebut aliran daya
yang ditinjau berdasarkan akumulasi perubahan daya aktif dan tegangan
sebelum dan setelah kontingensi. Analisa aliran daya yang digunakan pada
simulasi kontingensi yaitu metode fast decouple. Pada metode Fast Decoupled
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perhitungan aliran daya dengan
per iterasi nya lebih cepat dan akurat dibanding metode aliran daya lainnya.
Namun, hal ini tidak luput akan menyebabkan jumlah iterasi aliran daya
menjadi lebih banyak.

3.5 Jadwal Penelitian

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

Februari Maret April Mei Juni Juli


No Uraian Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1
penelitian
Pelaksanaan
2
penelitian
Pengolahan
data dan
3
Penyusunan
laporan

Jadwal penelitian yang akan dilakukan meliputi persiapan penelitian dari


bulan Februari 2021, dan pelaksanaannya akan dilakukan pada awal bulan
Maret-Juni 2021. Selanjutnya, untuk pengolahan data dan penyusunan laporan
akan dilakukan pada bulan Juni-Juli 2021.

37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Pengumpulan Data
4.1.1.1. Data Diagram Garis Tunggal Gardu Induk Betung
Diagram garis tunggal dari gardu induk Betung dalam bentuk visio dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4. 1 Diagram Garis Tunggal Gardu Induk Betung

Struktur jaringan distribusi pada gardu induk Betung dalam keadaan normal
beroperasi secara radial. Sehingga keandalan sistem distribusi pada gardu induk
Betung lebih rendah dibanding dengan jaringan distribusi lain di wilayah Palembang
yang sudah menggunakan struktur jaringan Spindel. Hal ini disebabkan karena pada

38
struktur jaringan radial hanya memiliki satu jalur sumber yang menyuplai listrik ke
seluruh beban dalam saluran. Sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu titik
percabangan maka akan terjadi pemadaman pada saluran selama gangguan tersebut
belum selesai teratasi.

4.1.1.3. Data Diagram Garis Tunggal ETAP Gardu Induk Betung

Diagram garis tunggal dari gardu induk Betung dalam bentuk ETAP dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. 2 Diagram Garis Tunggal ETAP

4.1.1.3. Data Beban Puncak Gardu Induk Betung

Beban puncak pada jaringan distribusi gardu induk Betung umumnya terjadi
pada malam hari. Dengan beban terbesar ditanggung oleh penyulang Kroket dengan
beban puncak sebesar 7 MW dan beban terkecil yang ditanggung berada pada
penyulang Tempoyak, yaitu sebesar 1,19 MW. Berikut data beban puncak pada
periode Maret 2021 dapat dilihat pada tabel 4.3.

39
Tabel 4. 1 Data Beban Puncak Gardu Induk Betung

BEBAN PUNCAK
N0 Gardu Induk / Penyulang KAPASITAS Siang Malam
Amp Teg MW % Amp Teg MW %
GI BETUNG
TD-1 60 MVA/150-20 kV 60 325 22 10.44 19.34% 457 22 14.73 27.28%
1 Pempek 134 4.30 189 6.09

2 Bakwan 96 3.09 111 3.58

3 Model 94 3.01 119 3.82

4 Lenggang 74 2.03 63 2.00

Kopel-1
TD-2 60 MVA/150-20 kV 60 267 22 8.61 15.95% 294 22 9.57 17.72%

1 Celimpungan 49 1.58 51 1.64

2 Tempoyak 30 0.97 37 1.19

3 Kroket 203 6.54 218 7.00

4.1.1.4. Data Transformator Gardu Induk Betung

Terdapat 2 transformator yang dioperasikan pada gardu induk betung.


Berikut ini adalah data transformator yang beroperasi pada gardu induk Betung :

Tabel 4. 2 Data Transformator

Teg.Nom I.Nom Frekuensi


Unit Lokasi Kapasitas Merk No.Seri
(kV) (A) ( HZ )
Transformator
Daya #1 BETUNG 60 MVA UNINDO P060LEC814-10 150/22 1732 50

Transformator
Daya #2 BETUNG 60 MVA ABB IZ2635 150/22 1732 50

Vektor Tahun Tahun


No. Lokasi Cooling Impedansi Standar Buatan
Group Buat Operasi
1 BETUNG ONAN/ONAF YNyn0+d 12.8% IEC 60076 Indonesia 2016 2017
2 BETUNG ONAN/ONAF YNyn0+d 13.0% IEC 60076 Tiongkok 2018 2019

4.1.1.5. Data Panjang Saluran dan Impedansi Saluran Gardu Induk Betung

Sistem penyaluran jaringan distribusi pada gardu induk Betung umumnya


menggunanakan single circuit. Adapun jenis penghantar yang digunakan pada sistem
distribusi gardu induk betung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

40
Tabel 4. 3 Data Penghantar

Nama Penyulang Jenis Saluran Panjang Kabel R X Y

Pempek AAAC 150mm2 5,5 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Tempoyak AAAC 150mm2 40,7 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Bakwan AAAC 150mm2 25,9 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Model AAAC 150mm2 5,5 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Lenggang AAAC 150mm2 2,1 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Celimpungan AAAC 150mm2 3,6 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Kroket AAAC 150mm2 0,193 kms 0.23500 0.32770 0.0000036

Panjang saluran distribusi dapat terukur langsung berdasarkan pengukuran


dari aplikasi mapsources. Pengukuran panjang saluran pada tiap penyulang diukur
berdasarkan jarak antara gardu induk Betung hingga gardu distribusi pertama pada
masing-masing penyulang.

Gambar 4. 3 Data Mapsources Penyulang Pempek

41
Gambar 4. 4 Data Mapsources Penyulang Bakwan

Gambar 4. 5 Data Mapsources Penyulang Model

42
Gambar 4. 6 Data Mapsources Penyulang Lenggang

Gambar 4. 7 Data Mapsources Penyulang Tempoyak

43
Gambar 4. 8 Data Mapsources Penyulang Celimpungan

Gambar 4. 9 Data Mapsources Penyulang Kroket

44
4.1.2. Hasil Simulasi Aliran Daya

4.1.2.1. Hasil Simulasi Aliran Daya Sebelum Kontingensi Dengan ETAP

Analisa aliran daya disimulasikan terjadi pada beban puncak yang umumnya
terjadi pada malam hari dengan total beban sebesar 25,35MW.

Gambar 4. 10 Hasil Simulasi Aliran Daya Sebelum Kontingensi

Simulasi aliran daya pada kondisi normal sebelum kontingensi dilakukan


untuk melihat nilai daya aktif, dan juga tegangan yang tersalurkan pada kondisi
normal sistem di gardu induk Betung. Pada gardu induk Betung terdiri atas dua
transformator yang menyuplai tujuh penyulang. Transformator 1 menyuplai empat
penyulang, yaitu penyulang Pempek, penyulang Bakwan, penyulang Model,
penyulang Lenggang. Sedangkan transformator 2 menyuplai tiga penyulang yaitu
penyulang Celimpungan, penyulang Tempoyak dan penyulang Kroket. Dari masing-
masing penyulang yang telah disimulasikan aliran dayanya pada kondisi normal
sebelum kontingensi, terdapat satu penyulang yang mengalami jatuh tegangan diluar
batas toleransi yaitu sebesar 10,13%.

45
4.1.2.2. Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Dengan ETAP

 Skenario 1 (Penyulang Bakwan)


Pada skenario 1 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 1. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Bakwan. Simulasi kontingensi skenario 1 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Bakwan.

Gambar 4. 11 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 1

 Skenario 2 (Penyulang Celimpungan)


Pada skenario 2 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 2. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Celimpungan. Simulasi kontingensi skenario 2 dilakukan
untuk melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-
masing penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada
penyulang Celimpungan.

46
Gambar 4. 12 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 2

 Skenario 3 (Penyulang Kroket)

Gambar 4. 13 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 3

47
Pada skenario 3 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 2. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Kroket. Simulasi kontingensi skenario 3 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Kroket.

 Skenario 4 (Penyulang Lenggang)

Gambar 4. 14 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 4

Pada skenario 4 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 1. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Lenggang. Simulasi kontingensi skenario 4 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Lenggang.

48
 Skenario 5 (Penyulang Model)
Pada skenario 5 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 1. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Model. Simulasi kontingensi skenario 5 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Model.

Gambar 4. 15 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 5

 Skenario 6 (Penyulang Pempek)


Pada skenario 6 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 1. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Pempek. Simulasi kontingensi skenario 4 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Pempek.

49
Gambar 4. 16 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 6

 Skenario 7 (Penyulang Tempoyak)

Gambar 4. 17 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Kontingensi Skenario 7

50
Pada skenario 7 kontingensi, dilakukan pelepasan pada salah satu penyulang yang
disuplai oleh transformator 2. Kontingensi dilakukan dengan melepas saluran
distribusi di penyulang Tempoyak. Simulasi kontingensi skenario 7 dilakukan untuk
melihat perubahan daya aktif, tegangan dan performance index pada masing-masing
penyulang jika terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman pada penyulang
Tempoyak.

4.1.3. Hasil Performance Index Saluran Setelah Kontingensi


Representasi peringkat Performance Index (PI) saluran yang didapat
berdasarkan simulasi ETAP apabila terjadi peristiwa kontingensi pada masing-
masing skenario yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Performance Index Saluran Setelah Kontingensi

N-1 Performance Index


Rank Skenario Penyulang PIV PIMW PI
1 3 Kroket 5,66 0,17 5,83
2 2 Celimpungan 5,67 0,11 5,78
3 4 Lenggang 5,66 0,11 5,77
4 7 Tempoyak 5,65 0,11 5,77
5 6 Model 5,65 0,12 5,77
6 5 Pempek 5,64 0,13 5,77
7 1 Bakwan 5,61 0,12 5,72

Berdasarkan hasil simulasi pada aplikasi ETAP 16.0. didapatkan peringkat


Performance Index (PI) dari nilai terbesar hingga terkecil. Besar nilai Performance
Index (PI) yang diperhitungkan berdasarkan penjumlahan Performance Index Daya
Aktif (PIMW) dan Performance Index Tegangan (PIV).

4.1.3.1. Hasil Performance Index Saluran Setelah Mitigasi

Mitigasi dari representasi urutan performance index masing-masing


penyulang pada penelitian ini dilakukan dengan pemasangan kapasitor bank pada

51
tiga penyulang yang memiliki tegangan mendekati nilai ambang batas toleransi yang
diperbolehkan, yaitu penyulang Bakwan, penulang Pempek dan penyulang
Tempoyak. Representasi peringkat Performance Index (PI) saluran yang didapatkan
setelah pemasangan kapasitor bank berdasarkan hasil simulasi ETAP dapat dilihat
pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Peringkat Performance Index Saluran Setelah Mitigasi

N-1 Performance Index


Rank Skenario Penyulang PIV PIMW PI
1 3 Kroket 5,58 0,17 5,75
2 2 Bakwan 5,60 0,12 5,71
3 4 Lenggang 5,59 0,11 5,70
3 7 Celimpungan 5,59 0,11 5,70
3 6 Pempek 5,58 0,13 5,70
3 5 Model 5,58 0,12 5,70
4 1 Tempoyak 5,58 0,11 5,69

Berdasarkan hasil simulasi pada aplikasi ETAP 16.0. didapatkan peringkat


Performance Index (PI) setelah mitigasi pemasangan kapasitor bank. Besar nilai
Performance Index (PI) yang diperhitungkan berdasarkan penjumlahan Performance
Index Daya Aktif (PIMW) dan Performance Index Tegangan (PIV).

52
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Masalah dan Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil studi di gardu induk Betung yang terletak di
wilayah Palembang. Analisa Kontingensi terkait Performance Index saluran pada
Gardu Induk Betung ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi keandalan sistem
tenaga listrik khususnya saluran distribusi apabila terjadi pelepasan secara tiba-tiba
pada salah satu penyulang yang dapat dilakukan dengan menggunakan kontingensi
(N-1).
Jaringan distribusi tenaga listrik pada gardu induk Betung merupakan salah
satu jaringan dengan tingkat keandalan yang rendah di wilayah UP3 Palembang.
Tercatat per periode 1 Maret 2021 - 1 Juni 2021 telah terjadi 617 kali pemadaman
pada gardu induk Betung dengan pemadaman yang diakibatkan gangguan terjadi
sebanyak 546 kali.

Tabel 4. 6 Riwayat Pemadaman Gardu Induk Betung

Total padam 617 Kali

Rata-rata padam 207 Menit

ENS defisit 0,06 MWh

ENS gangguan 1.005,65 MWh

ENS pemeliharaan 217,56 MWh

Total ENS 1.223,27 MWh

Pada gardu induk Betung disuplai daya oleh dua transformator dengan
kapasitas masing-masing 60 MVA. Transformator 1 menyuplai 4 penyulang yang
beroperasi sejak tahun 2017. yaitu penyulang Pempek, penyulang Bakwan,
penyulang Model, dan penyulang Lenggang. Sedangkan pada transformator 2
menyuplai 3 penyulang yang beroperasi sejak tahun 2019 yaitu penyulang
Celimpungan, penyulang Tempoyak, dan penyulang Kroket. Adapun data
pemadaman yang terjadi pada masing-masing penyulang di gardu induk Betung
dapat dilihat pada tabel 4.7.

53
Tabel 4. 7 Riwayat Pemadaman Masing-Masing Penyulang

No. Nama Penyulang GGN HAR DEV TOTAL


1 Lenggang 113 9 0 122
2 Pempek 98 10 0 108
3 Bakwan 94 9 1 104
4 Kroket 91 8 0 99
5 Tempoyak 80 18 0 98
6 Model 49 8 0 57
7 Celimpungan 21 8 0 29
TOTAL 546 70 1 617

Pelepasan saluran distribusi yang terjadi secara tiba-tiba di gardu induk


Betung umumnya diakibatkan karena adanya gangguan hubung singkat pada
penghantar. Sehingga, analisa kontingensi yang dilakukan di gardu induk Betung
disimulasikan apabila terjadi pelepasan salah satu saluran distribusi dan menyelidiki
pengaruh kontingensi tersebut terhadap nilai performance index pada masing-masing
penyulang.

4.2.2. Aliran Daya pada kondisi Normal Sebelum Kontingensi

Besar tegangan operasi pada sistem tenaga listrik telah diatur berdasarkan
(SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sehingga batasan nilai tegangan yang
diperbolehkan pada pengoperasian sistem tenaga listrik maksimum +10% dari
tegangan nominal dan batas minimum sebesar -10% dari tegangan nominal. Maka,
batas tegangan standar maksimal pada gardu induk Betung 22 kV adalah 24,2 kV
dan batas tegangan standar minimal pada gardu induk Betung 22 kV adalah 19,8 kV.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi normal, dari tujuh penyulang yang beroperasi pada gardu induk
Betung. terdapat satu penyulang yang mengalami jatuh tegangan diluar batas
toleransi yang diperbolehkan, yaitu pada penyulang Bakwan. Besar nilai jatuh
tegangan yang terjadi pada penyulang Bakwan yaitu sebesar 10,13%.

54
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang sebelum
kontingensi, dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Tegangan Pada Kondisi Normal Sebelum Kontingensi

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Pempek 20,87 94,876

2 Bakwan 19,77 89,871

3 Model 21,09 95,865

4 Lenggang 21,44 97,464

5 Celimpungan 21,58 98,121

6 Tempoyak 20,77 94,440

7 Kroket 21,67 98,532

Dari Tabel 4.8 dapat diketahui besarnya tegangan pada bus penyulang
Bakwan saat tidak ada gangguan (kondisi normal), memiliki nilai tegangan yang
paling kecil sebesar 19,77 kV dan bus penyulang Kroket memiliki tegangan bus
paling besar yaitu sebesar 21,67 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan
diakibatkan Panjang saluran dari gardu induk Betung hingga gardu distribusi pertama
pada penyulang Bakwan memiliki jarak yang relatif jauh dan kapasitas beban yang
ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas beban pada penyulang lainnya.
Semakin jauh jarak saluran maka semakin besar rugi-rugi yang terjadi pada saluran.
Sehingga jatuh tegangan pada penyulang Bakwan melampaui batas toleransi. (SPLN
T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Analisa aliran daya disimulasikan terjadi pada periode beban puncak.
Umumnya beban puncak pada gardu induk Betung terjadi di malam hari dengan total
beban sebesar 25,67 MW dari total beban yang ditampu oleh tujuh penyulang.
Adapun nilai daya aktif dan reaktif hasil simulasi aliran daya pada kondisi normal
sebelum kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada
tabel 4.9.

55
Tabel 4. 9 Daya Aktif Dan Reaktif Pada Kondisi Normal

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)
1 Pempek 5,603 3,537 183,3
2 Bakwan 3,030 1,905 104,5
3 Model 3,758 2,403 122,1
4 Lenggang 1,948 1,231 62,0
5 Celimpungan 1,591 1,011 50,4
6 Tempoyak 1,087 0,691 35,8
7 Kroket 6,837 4,368 216,1

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang. Penyaluran daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang paling besar saat tidak ada gangguan (kondisi normal), tersalurkan pada
penyulang Kroket. Hal ini dikarenakan total beban yang ditanggung oleh penyulang
Kroket merupakan total beban yang paling besar dibandingkan dengan kebutuhan
beban yang ditanggung oleh penyulang yang lain. Sehingga, aliran daya aktif, daya
reaktif dan arus yang tersalurkan pada penyulang Kroket lebih besar dibandingkan
penyulang lainnya. Sedangkan penyaluran daya aktif, daya reaktif, dan arus yang
paling kecil tersalurkan pada penyulang Tempoyak. Hal ini dikarenakan total beban
yang ditanggung oleh penyulang Kroket merupakan total beban yang paling kecil
dibandingkan dengan kebutuhan beban yang ditanggung oleh penyulang yang lain.
Sehingga, aliran daya aktif, daya reaktif dan arus yang tersalurkan pada penyulang
Kroket lebih kecil dibandingkan penyulang lainnya.

4.2.3. Aliran Daya Pada Gardu Induk Betung Setelah Kontingensi

Skenario kontingensi yang telah disimulasikan pada aplikasi ETAP 16.0


terdiri dari tujuh skenario kontingensi. Skenario kontingensi dilakukan pada setiap
saluran distribusi tiap penyulang yang beroperasi pada gardu induk Betung. Masing-
masing skenario kontingensi dapat dilihat pada tabel 4.10.

56
Tabel 4. 10 Skenario Kontingensi

No. Nama Penyulang Outage


1 Bakwan Bus 6 – Bus Bakwan
2 Celimpungan Bus 7 – Bus Celimpungan
3 Kroket Bus 7 – Bus Kroket
4 Lenggang Bus 6 – Bus Lenggang
5 Model Bus 6 – Bus Model
6 Pempek Bus 6 – Bus Pempek
7 Tempoyak Bus 7 – Bus Tempoyak

 Skenario 1 (Penyulang Bakwan)


Skenario 1 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Bakwan. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada gardu
induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun nilai
daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan skenario 1
kontinge nsi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4. 11 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 1.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan Outage

2 Celimpungan 1,591 1,011 50,4

3 Kroket 6,837 4,368 216,1

4 Lenggang 1,964 1,240 62,2

5 Model 3,766 2,408 121,7

5 Pempek 5,648 3,565 183,8

7 Tempoyak 1,087 0,691 35,8

57
Dari Tabel 4.11 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 1. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 1, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya masih dalam kondisi normal kecuali penyulang Bakwan
atau tidak ada yang mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001:
2013 Tegangan Standar). Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang
setelah kontingensi (skenario 1), dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4. 12 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 1.

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan Outage

2 Celimpungan 21,58 98,121

3 Kroket 21,67 98,532

4 Lenggang 21,54 97,951

5 Model 21,19 96,360

6 Pempek 20,97 95,356

7 Tempoyak 20,77 94,440

Dari Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 1, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Pempek, penyulang Model, dan penyulang Lenggang.
Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Bakwan
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
58
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Bakwan. Peningkatan
tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan dan masih dalam batasan normal atau
tidak ada yang mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Sedangkan, untuk
penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal. Nilai tegangan yang paling kecil diantara
enam penyulang yang beroperasi adalah tegangan yang tersalurkan pada penyulang
Tempoyak. Semakin jauh jarak saluran maka semakin besar rugi-rugi yang terjadi
pada saluran. Sehingga jatuh tegangan pada penyulang Bakwan melampaui batas
toleransi.

 Skenario 2 (Penyulang Celimpungan)


Skenario 2 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Celimpungan. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada
gardu induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun
nilai daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan
skenario 1 kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada
tabel 4.13.

Tabel 4. 13 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 2.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan 3,030 1,905 104,5

2 Celimpungan Outage

3 Kroket 6,862 4,384 216,4

4 Lenggang 1,948 1,231 62,0

5 Model 3,758 2,403 122,1

6 Pempek 5,603 3,537 183,3

7 Tempoyak 1,091 0,693 35,8

59
Dari Tabel 4.13 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 2. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 2, dari enam penyulang yang
beroperasi, memiliki nilai tegangan yang paling kecil sebesar 19,77 kV pada bus
penyulang Bakwan dan bus penyulang Kroket memiliki tegangan bus paling besar
yaitu sebesar 21,72 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan masih sama
dengan kondisi normal yang diakibatkan oleh panjang saluran dari gardu induk
Betung hingga gardu distribusi pertama pada penyulang Bakwan yang relatif jauh
dan kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas beban
pada penyulang lainnya.
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 2), dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4. 14 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 2

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 19,77 89,871

2 Celimpungan Outage

3 Kroket 21,72 98,758

4 Lenggang 21,44 97,464

5 Model 21,09 95,865

6 Pempek 20,87 94,876

7 Tempoyak 20,82 94,661

Dari Tabel 4.14 dapat diketahui nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 2. Meskipun terdapat kenaikan

60
tegangan pada penyulang Tempoyak dan Kroket. Namun pada penyulang Bakwan
masih memiliki nilai tegangan diluar batas toleransi. Kenaikan nilai tegangan pada
penyulang Tempoyak dan penyulang Kroket dikarenakan saluran distribusi yang
dilepas pada penyulang Celimpungan mendapatkan suplai dari transformator 2.
Sehingga, penyulang lain yang mendapatkan suplai daya yang sama dari
transformator 2 tegangannya dapat meningkat karena lepasnya saluran distribusi
pada penyulang Bakwan. Peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Sedangkan, untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 1 tidak
mengalami perubahan tegangan dari kondisi normal. Maka dari itu, nilai tegangan
pada penyulang Bakwan tidak mengalami kenaikan dan masih terjadi jatuh tegangan
di luar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).

 Skenario 3 (Penyulang Kroket)


Skenario 3 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Kroket. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada gardu
induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun nilai
daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan skenario 3
kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4. 15 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 3.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan 3,030 1,905 104,5

2 Celimpungan 1,616 1,027 50,7

3 Kroket Outage

4 Lenggang 1,949 1,231 62,1

5 Model 3,759 2,403 122,1

6 Pempek 5,603 3,537 183,3

7 Tempoyak 1,104 0,702 36,0

61
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 3. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 3, dari enam penyulang yang
beroperasi, memiliki nilai tegangan yang paling kecil sebesar 19,77 kV pada bus
penyulang Bakwan dan bus penyulang Celimpungan memiliki tegangan bus paling
besar yaitu sebesar 21,79 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan masih
sama dengan kondisi normal yang diakibatkan oleh panjang saluran dari gardu induk
Betung hingga gardu distribusi pertama pada penyulang Bakwan yang relatif jauh
dan kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas beban
pada penyulang lainnya. Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang
setelah kontingensi (skenario 3), dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4. 16 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 3.

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 19,77 89,871

2 Celimpungan 21,79 99,090

3 Kroket Outage

4 Lenggang 21,44 97,464

5 Model 21,09 95,865

6 Pempek 20,87 94,876

7 Tempoyak 20,98 95,389

Dari Tabel 4.16 dapat diketahui nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 3. Meskipun terdapat kenaikan

62
tegangan pada penyulang Tempoyak dan Celimpungan. Namun pada penyulang
Bakwan masih memiliki nilai tegangan diluar batas toleransi. Kenaikan nilai
tegangan pada penyulang Tempoyak dan penyulang Celimpungan dikarenakan
saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Kroket mendapatkan suplai dari
transformator 2. Sehingga, penyulang lain yang mendapatkan suplai daya yang sama
dari transformator 2 tegangannya dapat meningkat karena lepasnya saluran distribusi
pada penyulang Bakwan. Peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Sedangkan, untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 1 tidak
mengalami perubahan tegangan dari kondisi normal. Maka dari itu, nilai tegangan
pada penyulang Bakwan tidak mengalami kenaikan dan masih terjadi jatuh tegangan
di luar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).

 Skenario 4 (Penyulang Lenggang)


Skenario 4 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Lenggang. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada
gardu induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun
nilai daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan
skenario 4 kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada
tabel 4.17.
Tabel 4. 17 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 4.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan 3,043 1,914 104,7

2 Celimpungan 1,591 1,011 50,4

3 Kroket 6,837 4,368 216,1

4 Lenggang Outage

5 Model 3,763 2,406 121,9

5 Pempek 5,629 3,554 183,6

7 Tempoyak 1,087 0,691 35,8

63
Dari Tabel 4.17 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 4. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 4, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya dalam kondisi normal atau tidak ada yang mengalami
jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 4), dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4. 18 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 4.

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 19,83 90,141

2 Celimpungan 21,58 98,121

3 Kroket 21,67 98,532

4 Lenggang Outage

5 Model 21,15 96,152

6 Pempek 20,93 95,154

7 Tempoyak 20,77 94,440

Dari Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 4, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Pempek, penyulang Model, dan penyulang Bakwan.
Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Lenggang
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat

64
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Lenggang. Meskipun
peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan, peningkatan tersebut
membuat nilai tegangan pada penyulang Bakwan dalam kondisi normal atau tidak
mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Dimana pada kondisi normal
sebelum terjadi kontingensi penyulang Bakwan memiliki nilai tegangan diluar batas
tegangan yang diperbolehkan (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sedangkan,
untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal.

 Skenario 5 (Penyulang Model)


Skenario 5 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Model. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada gardu
induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun nilai
daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan skenario 5
kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada tabel 4.19.

Tabel 4. 19 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 5.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan 3,057 1,923 104,8

2 Celimpungan 1,591 1,011 50,4

3 Kroket 6,837 4,368 216,1

4 Lenggang 1,966 1,242 62,3

5 Model Outage

5 Pempek 5,655 3,570 183,9

7 Tempoyak 1,087 0,691 35,8

Dari Tabel 4.19 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 5. Penyaluran daya

65
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 5, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya dalam kondisi normal atau tidak ada yang mengalami
jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 5), dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4. 20 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 5.

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 19,90 90,407

2 Celimpungan 21,58 98,121

3 Kroket 21,67 98,532

4 Lenggang 21,56 98,024

5 Model Outage

6 Pempek 20,99 95,427

7 Tempoyak 20,77 94,440

Dari Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 5, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Pempek, penyulang Lenggang, dan penyulang
Bakwan. Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Model
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Model. Meskipun
peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan, peningkatan tersebut

66
membuat nilai tegangan pada penyulang Bakwan dalam kondisi normal atau tidak
mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Dimana pada kondisi normal
sebelum terjadi kontingensi penyulang Bakwan memiliki nilai tegangan diluar batas
tegangan yang diperbolehkan (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sedangkan,
untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal.

 Skenario 6 (Penyulang Pempek)


Skenario 6 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Pempek. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada gardu
induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun nilai
daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan skenario 6
kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada tabel 4.21.

Tabel 4. 21 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 6.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan 3,071 1,932 105

2 Celimpungan 1,591 1,011 50,4

3 Kroket 6,837 4,368 216,1

4 Lenggang 1,975 1,247 62,4

5 Model 3,771 2,411 121,4

5 Pempek Outage

7 Tempoyak 1,087 0,691 35,8

Dari Tabel 4.21 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 6. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini

67
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 6, dari enam penyulang yang
beroperasi nilai tegangannya dalam kondisi normal atau tidak ada yang mengalami
jatuh tegangan diluar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).
Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap penyulang setelah kontingensi
(skenario 6), dapat dilihat pada tabel 4.22.

Tabel 4. 22 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 6.

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 19,94 90,680

2 Celimpungan 21,58 98,121

3 Kroket 21,67 98,532

4 Lenggang 21,62 98,308

5 Model 21,27 96,723

6 Pempek Outage

7 Tempoyak 20,77 94,440

Dari Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan yang mengalir
pada tiap penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 6, memiliki nilai tegangan
yang meningkat dibandingkan nilai tegangan kondisi normal pada beberapa
penyulang. Seperti penyulang Model, penyulang Lenggang, dan penyulang Bakwan.
Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dilepas pada penyulang Model
mendapatkan suplai dari transformator 1. Sehingga, penyulang lain yang
mendapatkan suplai daya yang sama dari transformator 1 tegangannya dapat
meningkat karena lepasnya saluran distribusi pada penyulang Model. Meskipun
peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan, peningkatan tersebut
membuat nilai tegangan pada penyulang Bakwan dalam kondisi normal atau tidak

68
mengalami jatuh tegangan diluar batas toleransi. Dimana pada kondisi normal
sebelum terjadi kontingensi penyulang Bakwan memiliki nilai tegangan diluar batas
tegangan yang diperbolehkan (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Sedangkan,
untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 2 tidak mengalami
perubahan tegangan dari kondisi normal.

 Skenario 7 (Penyulang Tempoyak)


Skenario 7 kontingensi (N-1) dilakukan dengan melepas satu penyulang,
yaitu penyulang Tempoyak. Sehingga dari tujuh penyulang yang beroperasi pada
gardu induk Betung menyisakan enam penyulang yang masih beroperasi. Adapun
nilai daya aktif, daya reaktif dan arus tiap penyulang pada saat disimulasikan
skenario 7 kontingensi dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0. dapat dilihat pada
tabel 4.23.

Tabel 4. 23 Daya Aktif, Daya Reaktif Dan Arus Pada Skenario 7.

No. Nama Penyulang Daya Aktif (MW) Daya Reaktif (MVAR) Arus (A)

1 Bakwan 3,030 1,905 104,5

2 Celimpungan 1,595 1,014 50,5

3 Kroket 6,854 4,379 216,3

4 Lenggang 1,948 1,231 62,0

5 Model 3,758 2,403 122,1

6 Pempek 5,603 3,537 183,3

7 Tempoyak Outage

Dari Tabel 4.23 dapat diketahui besarnya daya aktif, daya reaktif, dan arus
yang tersalurkan pada tiap penyulang dalam kondisi skenario 7. Penyaluran daya
aktif, daya reaktif, dan arus relatif sama dengan kondisi sebelum kontingensi. Hal ini

69
dikarenakan total beban yang ditanggung tiap penyulang sama dengan kondisi
sebelum kontingensi.
Berdasarkan hasil simulasi aliran daya dengan menggunakan aplikasi ETAP
16.0. pada kondisi setelah kontingensi skenario 7, dari enam penyulang yang
beroperasi, memiliki nilai tegangan yang paling kecil pada bus penyulang Bakwan
yaitu sebesar 19,77 kV dan bus penyulang Celimpungan memiliki tegangan bus
paling besar yaitu sebesar 21,79 kV. Besar jatuh tegangan pada penyulang Bakwan
masih sama dengan kondisi normal yang diakibatkan oleh panjang saluran dari gardu
induk Betung hingga gardu distribusi pertama pada penyulang Bakwan yang relatif
jauh dan kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas
beban pada penyulang lainnya. Adapun nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang setelah kontingensi (skenario 7), dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4. 24 Tegangan Setelah Kontingensi Skenario 7

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 19,77 89,871

2 Celimpungan 21,61 98,271

3 Kroket 21,71 98,683

4 Lenggang 21,44 97,464

5 Model 21,09 95,865

6 Pempek 20,87 94,876

7 Tempoyak Outage

Dari Tabel 4.24 dapat diketahui nilai tegangan yang mengalir pada tiap
penyulang dalam kondisi kontingensi skenario 7. Meskipun terdapat kenaikan
tegangan pada penyulang Kroket dan Celimpungan. Namun pada penyulang Bakwan
masih memiliki nilai tegangan diluar batas toleransi. Kenaikan nilai tegangan pada
penyulang Kroket dan penyulang Celimpungan dikarenakan saluran distribusi yang
dilepas pada penyulang Tempoyak mendapatkan suplai dari transformator 2.

70
Sehingga, penyulang lain yang mendapatkan suplai daya yang sama dari
transformator 2 tegangannya dapat meningkat karena lepasnya saluran distribusi
pada penyulang Bakwan. Peningkatan tegangan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Sedangkan, untuk penyulang lain yang mendapatkan suplai dari transformator 1 tidak
mengalami perubahan tegangan dari kondisi normal. Maka dari itu, nilai tegangan
pada penyulang Bakwan tidak mengalami kenaikan dan masih terjadi jatuh tegangan
di luar batas toleransi. (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar).

4.2.4. Performance Index Masing-masing Saluran

Perhitungan peringkat performance index saluran dapat diperhitungkan


berdasarkan metode 1P1Q. Perhitungan dengan metode ini didasarkan pada dua jenis
performance index, yaitu performance index daya aktif (PIMW) dan performance
index tegangan (PIV). Urutan PI masing-masing saluran pada gardu induk Betung
diurutkan berdasarkan nilai yang paling besar hingga urutan nilai yang paling kecil.
Saluran distribusi dapat dikatakan overload jika nilai performance index pada satu
titik saluran melebihi 1 (PI≥1). Gardu induk Betung memiliki 7 buah penyulang.
Oleh karena itu, batas nilai PI yang diperbolehkan agar sistem dapat dikatakan
beroperasi dalam kondisi baik nilai performance index nya harus dibawah 7 (PI≤7).
Sehingga, apabila suatu sistem tenaga listrik memiliki banyak saluran, maka nilai PI
nya akan semakin besar, karena untuk menghitung nilai PI merupakan penjumlahan
dari performa total keseluruhan saluran yang ada di dalam sistem.
Adapun urutan nilai performance index yang didapatkan berdasarkan 7
skenario kontingensi yang telah dilakukan dengan menggunakan aplikasi ETAP 16.0
dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Tabel 4. 25 Urutan Performance Index Daya Aktif

N-1 Performance Index


Rank Skenario Penyulang PIV PIMW PI
1 3 Kroket 5,66 0,17 5,83
2 2 Celimpungan 5,67 0,11 5,78
3 4 Lenggang 5,66 0,11 5,77

71
4 7 Tempoyak 5,65 0,11 5,77
5 6 Model 5,65 0,12 5,77
6 5 Pempek 5,64 0,13 5,77
7 1 Bakwan 5,61 0,12 5,72

Dari Tabel 4.25 dapat diketahui nilai performance index sistem dari nilai
tertinggi sampai terendah. Berdasarkan hasil performance index didapatkan nilai
performance index tertinggi terjadi pada penyulang Kroket yang memiliki nilai
performance index daya aktif sebesar 0,17 dan nilai performance index tegangan
sebesar 5,66. Nilai performance index menunjukkan dampak kejadian kontingensi
apabila terjadi pada penyulang Kroket akan memberikan dampak terburuk pada
sistem sehingga mempengaruhi sistem keamanan pada gardu induk Betung.
Mengingat beban puncak yang ditanggung oleh penyulang Kroket merupakan total
beban yang paling besar dibandingkan dengan beban pada penyulang yang lain.
Berdasarkan aplikasi ETAP 16.0. yang digunakan, perhitungan performance
index sistem yang dihasilkan merupakan hasil iterasi dari performance index sistem
secara keseluran pada masing-masing penyulang. Untuk melihat dampak yang
ditimbulkan terhadap nilai performance index saluran apabila dilakukan kontingensi
pada penyulang kroket secara detail dapat dihitung berdasarkan persamaan (3.1) dan
persamaan (3.2).

Tabel 4. 26 Tabel Perhitungan PIMW Skenario 3 (Penyulang Kroket)

KROKET
Bakwan 0.02594 Memenuhi
Celimpungan 0.007378 Memenuhi
Lenggang 0.010722 Memenuhi
Model 0.039902 Memenuhi
Pempek 0.0887 Memenuhi
Tempoyak 0.003444 Memenuhi
TOTAL PIMW 0.176086 Memenuhi

72
Berdasarkan aplikasi ETAP 16.0. didapatkan nilai performance index daya
aktif (PIMW) pada penyulang Kroket sebesar 0.17. Sedangkan untuk persamaan
(3.1) menghasilkan nilai performance index daya aktif (PIMW) sebesar 0.176086.
Dapat diketahui bahwa nilai PIMW sistem yang didapat pada saat terjadi nya
kontingensi pada penyulang Kroket masih berada di bawah batas toleransi. Sehingga,
apabila terjadi pelepasan penyulang Kroket secara tiba-tiba sistem tetap dapat
beroperasi secara normal. Meskipun penyulang Kroket memiliki nilai performance
index sistem yang paling besar dibandingkan performance index penyulang yang
lain.
Tabel 4. 27 Perhitungan PIV Skenario 3 (Penyulang Kroket)

KROKET
Bakwan 1.001517 Tidak Memenuhi Standar
Celimpungan 0.908674 Memenuhi
Lenggang 0.923507 Memenuhi
Model 0.938834 Memenuhi
Pempek 0.94873 Memenuhi
Tempoyak 0.943756 Memenuhi
TOTAL PIV 5.665018 Memenuhi

Berdasarkan aplikasi ETAP 16.0. didapatkan nilai performance index


tegangan (PIV) pada penyulang Kroket sebesar 5,66. Sedangkan untuk persamaan
(3.2) menghasilkan nilai performance index tegangan (PIV) sebesar 5.665018. Dapat
diketahui bahwa nilai PIV sistem yang didapat pada saat terjadi nya kontingensi pada
penyulang Kroket masih berada di bawah batas toleransi (PI≤7). Sehingga, apabila
terjadi pelepasan penyulang Kroket secara tiba-tiba sistem tetap dapat beroperasi
secara normal.

Pada penyulang Bakwan terdapat nilai performance index sistem yang


melebihi 1, jika terjadi kontingensi pada penyulang Kroket. Ini berarti, apabila terjadi
kontingensi pada penyulang Kroket akan berdampak jatuh tegangan diluar batas
toleransi SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar (±10% tegangan nominal) pada
penyulang Bakwan. Karena jatuh tegangan yang terjadi pada penyulang Bakwan

73
sudah terjadi dari sebelum dilakukannya scenario kontingensi. Maka, dapat dikatakan
apabila terjadi pelepasan pada penyulang Kroket, secara keseluruhan sistem tetap
dapat beroperasi secara normal.

Dapat dilihat berdasarkan aliran daya setelah kontingensi penyulang Kroket,


penyulang Bakwan mengalami jatuh tegangan sebesar 10,139%. Untuk itu perlu
dilakukan upaya mitigasi dengan pemasangan kapasitor bank agar nilai performance
index tegangan sistem dapat menurun dan operasi sistem menjadi lebih optimal.

4.2.5. Performance Index Masing-masing Saluran Setelah Mitigasi

Untuk menjaga sistem jaringan distribusi gardu induk Betung dalam kondisi
optimal pada kondisi normal ataupun kondisi kontingensi. Perlu dilakukan mitigasi
dengan cara melakukan pemasangan kapasitor bank pada penyulang yang memiliki
tegangan diambang batas toleransi yang diperbolehkan. Terdapat tiga penyulang
yang beroperasi dengan tegangan yang nilainya diambang batas toleransi, yaitu
penyulang Bakwan, penyulang Pempek dan penyulang Tempoyak.
Pemasangan kapasitor bank dilakukan dengan melakukan simulasi Optimal
Capacitor Placement pada aplikasi ETAP 16.0. Perhitungan dan letak posisi
pemasangan kapasitor bank yang ditentukan ETAP dapat dilihat pada gambar 4.18
dan 4.19.

Gambar 4. 18 Pemasangan Kapasitor Bank Pada Penyulang Pempek dan Bakwan

74
Gambar 4. 19 Pemasangan Kapasitor Bank Pada Penyulang Tempoyak

Berdasarkan perhitungan simulasi Optimal Capacitor Placement pada


aplikasi ETAP, dibutuhkan masing-masing satu buah kapasitor bank dengan
kapasitas 500 kVAR untuk dipasang pada penyulang Pempek dan penyulang
Tempoyak. Sedangkan untuk penyulang Bakwan dibutuhkan pemasangan 9 buah
kapasitor dengan kapasitas 500 kVAR.

75
Gambar 4. 20 Hasil Simulasi Aliran Daya Setelah Pemasangan Kapasitor Bank

Dari gambar 4.20 menunjukkan hasil aliran daya setelah pemasangan


kapasitor bank, sistem distribusi pada semua penyulang di gardu induk Betung
beroperasi dalam kondisi optimal dan tidak ada yang mengalami jatuh tegangan
melampaui batas toleransi (SPLN T6.001: 2013 Tegangan Standar). Adapun nilai
tegangan pada masing-masing penyulang yang dihasilkan setelah penambahan
kapasitor bank dapat dilihat pada tabel 4.27.

Tabel 4. 28 Nilai Tegangan Setelah Pemasangan Kapasitor Bank

No. Nama Penyulang Tegangan (kV) %V

1 Bakwan 21,51 97,795

2 Celimpungan 21,60 98,216

3 Kroket 21,69 98,627

4 Lenggang 21,64 98,401

5 Model 21,29 96,817

6 Pempek 21,11 95,973

7 Tempoyak 21,07 95,800

76
Hasil perhitungan peringkat performance index saluran yang didapatkan
setelah adanya mitigasi dengan penambahan kapasitor bank membuat representasi
performance index saluran pada masing-masing penyulang menjadi lebih rendah.
Semakin kecil nilai performance index yang didapat maka semakin kecil dampak
yang ditimbulkan terhadap sistem jika terjadi kontingensi. Urutan performance index
masing-masing saluran pada gardu induk Betung setelah mitigasi dapat dilihat pada
tabel 4.7. Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa pemasangan kapasitor bank
memberikan penurunan terhadap nilai performance index tegangan. Adapun
penurunan nilai performance index tegangan dapat dilihat pada tabel 4.28.

Tabel 4. 29 Penurunan Performance Index Tegangan Sebelum Dan Sesudah Mitigasi.

N-1 Performance Index


No. Penyulang Sebelum Mitigasi Rank Setelah Mitigasi Rank
1 Kroket 5,66 1 5,58 3
2 Pempek 5,64 2 5,58 3
3 Model 5,65 2 5,58 3
3 Bakwan 5,61 3 5,60 1
4 Celimpungan 5,67 3 5,59 2
4 Lenggang 5,66 4 5,59 2
4 Tempoyak 5,65 5 5,58 3

Untuk performance index daya aktif pada kondisi sebelum dan setelah
mitigasi, tidak menunjukkan adanya perubahan nilai. (Dapat dilihat pada tabel 4.7)
Hal ini disebabkan karena untuk menentukan performance index daya aktif
diperhitungkan berdasarkan aliran daya aktif atau total beban yang mengalami
kontingensi (gangguan). Karena beban puncak sebelum dan setelah mitigasi tidak
terdapat perubahan, maka performance index daya aktif yang didapatkan setelah
mitigasi sama dengan performance index kondisi awal.

77
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Pada kondisi normal, total beban puncak yang ditanggung oleh gardu induk
Betung sebesar 25,35MW. Sedangkan pada saat beban rendah hanya sebesar
21,49MW.
2. Pada kondisi nomal sebelum kontingensi, terdapat jatuh tegangan sebesar
10,13% pada penyulang Bakwan. Jatuh tegangan pada penyulang Bakwan
diakibatkan karena panjang saluran dari gardu induk Betung hingga gardu
distribusi pertama pada penyulang Bakwan memiliki jarak yang relatif jauh dan
kapasitas beban yang ditanggung relatif besar dibanding dengan kapasitas
beban pada penyulang lainnya.
3. Perhitungan PI yang dilakukan menghasilkan 7 urutan performance index
tegangan (PIV) dan performance index daya aktif (PIMW). Untuk PIV terbesar
didapatkan pada skenario 2 dengan nilai PIV sebesar 5,67. Sedangkan PIMW
terbesar didapatkan pada skenario 3 dengan nilai PIMW sebesar 0,17.
4. Perhitungan PI merupakan representasi tingkat keparahan yang ditimbulkan
apabila terjadi peristiwa kontingensi pada gardu induk Betung. Oleh karena itu
informasi tentang jumlah, letak, atau besarnya saluran yang overload dan atau
bus yang undervoltage tidak bisa diperoleh berdasarkan nilai PI tersebut.
5. Dilakukan mitigasi dengan cara pemasangan kapasitor bank pada penyulang
Bakwan dengan kapasitas sebesar 4061,31kVAR, penyulang Pempek sebesar
447,94kVAR, dan penyulang Tempoyak sebesar 445,43 kVAR, membuat
pengoperasian sistem menjadi lebih optimal dan representasi PIV juga
menurun.
6. Jaringan sistem tenaga listrik pada gardu induk Betung memiliki keamanan
yang cukup baik. Dari 7 skenario kontingensi yang dilakukan, sistem tetap
dapat beroperasi dalam keadaan normal.

78
5.2. Saran

1. Melakukan analisa kontingensi pada gardu induk lainnya yang ada di wilayah
UP3 Palembang untuk melihat keandalan pada sistem lainnya.
2. Menjadikan analisa kontingensi sebagai salah satu pertimbangan untuk
penilaian keandalan pada sistem jaringan distribusi di UP3 Palembang.
3. Analisa kontingensi terhadap performance index dapat dikembangkan dengan
menyatukan dua buah gardu induk atau lebih.
4. Analisa kontingensi dapat dilakukan dengan mensimulasikan lebih dari elemen
sistem yang mengalami gangguan (N-k).

79
DAFTAR PUSTAKA

Abul’Wafa, A. R., El’Garably, A., & Nasser, S. (2019). Power System Security Assessment
under N-1 and N-1-1 Contingency. International Journal of Engineering Research
and Technolog, 1-10.
Burada, S., Joshi, D., & Mistry, K. D. (2016). Contingency Analysis of Power System by
using . IEEE International Conference on Power Electronics. Intelligent Control and
Energy Systems (ICPEICES-2016), 1.
Falah, M. Z., Sujito, & Wirawan, d. I. (2019). Contingency Analysis on 150KV Electricity
Power System On Madura Island Based on the 1P1Q Method. Atlantis Highlights in
Engineering, 1.
Guide for Remedial Action Schemes. (2006). WECC remedial Action Scheme Design Guide.
IT PLN. (2020). PEDOMAN TUGAS AKHIR. JAKARTA: IT PLN.
K. Radha Rani, J. Amarnath, and S. Kamakshaiah. (2011). Contingency Analysis under
Deregulated Power Systems. ICGST-ACSE Journal, 11.
K. Verma and K. R. Niazi. (2012). Contingency Constrained Power System Security
Assessment using Cascade Neural Network. J. Electr. Syst, 8.
Marsudi, D. (2016). Operasi Sistem Tenaga Listrik Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu .
Nofendra, Riko. (2008). PENENTUAN STATUS OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
MENGGUNAKAN PERFORMANCE INDEX.. ISSN: 0854-8471, 2.
PLN. (1986). SPLN. JAKARTA: PLN.
Raj, N., & Gupta. (2016). Contingency Analysis of 5 Bus Sub-Station . International Journal
of Innovative Research in Science, 1-6.
Suswanto, d. (2009). SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Padang: Graha Ilmu.
Syukriyadin, Susanti Rahmi. (2010). Analisa Kemampuan Saluran Berdasarkan Metode
Contingency N-1 Analysis. Jurnal Rekayasa Elektrika,9.
T. Guler, G. Gross, M. Liu. (2007). Generalized Line Outage Distribution Factors. Power
Systems, EEE Trans. 22.
Wood, A. J., Wollenberg, B. F., & Sheble, G. B. (2014). Power Generation, Operation, and
Control. Hoboken: y John Wiley & Sons, Inc.

80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Personal
NIM : 201711029
Nama : Ananda Rizky Utami
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 16 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : S1 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Alamat Rumah : Jalan Mayorzen Lorong Mufakat RT/RW 02, No.
81, Sei Selincah, Kalidoni, Palembang.
Kode Pos : 30119
Telp / Hp : 085709651818
Email : anandaaru16@gmail.com

b. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus

SD SDN 209 Palembang - 2011

SMP SMPN Unggul 8 Palembang - 2014

SMA Kusuma Bangsa


SMA IPA 2017
Palembang

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jakarta, 19 Juli 2021

Ananda Rizky Utami


201711029

81
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Repot ETAP Kondisi Normal

82
83
Lampiran 2. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 1

84
Lampiran 3. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 2

85
Lampiran 4. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 3

86
Lampiran 5. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 4

87
Lampiran 6. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 5

88
Lampiran 7. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 6

89
Lampiran 8. Hasil Repot ETAP Setelah Kontingensi Skenario 7

90
Lampiran 9. Hasil Repot ETAP Setelah Mitigasi Pemasangan Kapasitor

91
92
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Memenuhi Persyaratan Akademik dan
Keuangan

93
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : ANANDA RIZKY UTAMI
NIM : 201711029
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Dosen Pembimbing Magang : Adri Senen, S.T., M.T.
Judul Kerja Magang : Analisa Kontingensi Terhadap
Performance Index Sistem Tenaga
Listrik 20 KV di PT. PLN UP3
Palembang

Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing

5 Maret 2021 Pembahasan topik skripsi

17 Maret 2021 Pengarahan dalam penulisan skripsi

19 Maret 2021 Pengecekan penulisan


proposal skripsi BAB I
25 Maret 2021 Revisi proposal skripsi BAB I

02 April 2021 Pengecekan penulisan


proposal skripsi BAB II
07 April 2021 Pengecekan penulisan
proposal skripsi BAB III
10 April 2021 Revisi proposal skripsi BAB III

17 April 2021 Pembahasan PPT sidang proposal

94
25 April 2021 Konsultasi dan persiapan sidang
skripsi
22 Juni 2021 Pengecekan dan
pembahasan skripsi BAB IV
dan BAB V
09 Juli 2021 Revisi skripsi BAB IV

17 Juli 2021 Konsultasi bagian-bagian lampiran


yang dibutuhkan
18 Juli 2021 Konsultasi laporan kerja magang
secara keseluruhan

95

Anda mungkin juga menyukai